Anda di halaman 1dari 15

Critical Jurnal Review

Prodi S1 BK

Skor:

NAMA MAHASISWA :Cinderella K.S Marpaung

NIM : 1193351042

DOSEN PENGAMPU : Dr. Candra Manik

MATA KULIAH : Agama Kristen Protestan

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya
sehingga saya masih diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan critical jurnal review ini
semoga critical jurnal review ini dapat menambah wawasan dan pengatahuan bagi para pembaca.

Dalam penulisan critical jurnal review ini, kami tentu saja tidak dapat menyelesaikannya
sendiri tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua kami yang selalu mendoakan
2. Kepada ibu dosen pengampu,.

Kami menyadari bahwa critical jurnal revew ini masih jauh dari kata sempurna karena masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami dengan segala kerendahan hati meminta maaf dan
mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan ke
depannya.

Akhir kata kami mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada dalam critical
jurnal revew yang berbentuk makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi para
pembaca.

Desember 2020

Cinderella Marpaung

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mengkritik sebuah jurnal atau lebih adalah salah satu kegiatan yang harus dikuasai dan
dilakukan oleh siswa maupun mahasiswa, terlebih lagi kepada calon pendidik banyak jurnal yang
dapat dikritik untuk menambah pengetahuan dan wawasan, adapun tujuan dari tulisan ini untuk
mengetahui kelemahan dan kelebihan dari jurnal dimana banyak ilmu yang didapat dari
menelusuri jurnal.

Pada makalah ini disertakan keunggulan dan kekurangan dari jurnal tersebut,baik itu dari
segi penulisan,materi yang disampaikan, maupun dari segi kelengkapan materi. Karena pada
dasarnya tidak ada jurnal yang sempurna, dengan demikian tidak ada pihak pihak yang
tersinggung atas penyajian makalah ini. Karena makalah ini dibuat dari sudut opini dari penulis
dan setiap pandangan itu pasti berbeda-beda.

1.2. Rumusan Masalah

Yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah

A. Tampilan Identitas jurnal yang 1 dan kedua?


B. Tampilan kelemahan dan kelebihan jurnal 1 dan dua ?

1.3. Tujuan
A. Menambah pemahan mahasiswa dalam meriview jurnal
B. Mengetahui isi dari jurnal yang 1 dan 2
C. Memenuhi arahan dosen dalam mengerjakan salah satu isi dari kurikulum KKNI

1.4. Manfaat

Dari penyusunan laporan ini diharapkan ada ilmu yang dapat diambil oleh penulis terkhusus
dalam ilmu pendidikan Kristen

3
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Isi jurnal 1 ( Utama )


A. Identitas jurnal
Pendidikan Israel Luhut Simarmata STT Anugerah Sinagoge Medan
B. Abstrak
Semangat dan tanggungjawab orang tua dalam pendidikan di keluarga kristen banyak
mengalami penurunan. Oleh karena itu penelitian ini betujuan untuk memberi gambaran dan
semangat bagi setiap keluarga kristen dalam tanggungjawabnya untuk melakukan pendidikan
anggota keuarganya. Dan dengan memaparkan pola pendidikan Israel, di harapakan
pendidikan di keluarga kristen dapat berjalan dengan baik. Cara yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kepustakaan “library research”. Dalam hal ini bahan-bahan yang
dipergunakan adalah dari buku-buku yang tersedia di perpustakaan STT Anugerah Sinagoge
Medan dan Perpustakaan Penulis.
C. Kata kunci
Pendidikan, Israel
D. Pendahuluan
Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran pengetahuan, kemampuan serta keterampilan
yang dilihat dari kebiasaan setiap orang. Pendidikan merupakan instrumen yang paling
ampuh dipekerjakan oleh masyarakat dan bangsa untuk bergerak bersama menuju keagungan
peradaban (Elia Tambunan 2011:1). Bagi penulis pendidikan adalah proses kemampuan serta
keahlian diri yang terus berkembang terus menerus secara individual. Dalam kekristenan
pendidikan adalah istilah untuk pengajaran-pengajran biasa yang diberikan dalam suasana
Kristen, dipakai oleh sekolah-sekolah Kristen yang diselenggarakan oleh gereja atau
organisasi perhimpunan Krsiten (E.G. Homrighausen dan I.H. Enklaar 2008:19). Maka
berbicara tentang pendidikan amatlah luas cakupanya, apalagi membahas tentang pendidikan
bangsa Israel. Sebab bangsa ini adalah umat pilihan Tuhan (band. Ulangan 14:2). S.
Wismoady Wahono (1990:97) mengatakan bangsa harus memahami eksistensinya pertama-
tama dalam kaitannya dengan Allah yang telah memberikan dan memelihara perjanjianNya.
E. Pembahasan
a) Pendidikan Israel pada Masa Musa
Menuru Badudu, J.S. dan Sutan Mohammad Zain (1996:342) Pendidikan berasal
dari kata didik, mendidik yang artinya mengajari seseorang supaya menjadi pandai dan
berakhlak yang baik. MakaA. Pendidikan Israel pada Masa Musa apabila berbicara
tentang pendidikan Israel, maka tidak boleh di lepaskan dengan nenek moyang mereka.
Sedikitnya sebagai kesaksian kematangan rohani.
Pendidikan dalam sejarah bangsa ini adalah istimewa, sebab dasar dari pendidikan
adalah kepala keluarga. Kepala keluarga harus mengajar anak-anaknya dan seisi rumah
tangganya. Bagi hamba-hamba Allah pendidikan anak-anak mereka merupakan suatu

4
kewajiban (H.H. Rowley 2012:6). Penulis berpendapat bahwa dengan pernyataan tersebut
di atas bahwasannya Allah memperlihatkan dan memandang pendidikan sebagai hal yang
sangat penting. Sebagaimana dikatakan Nicholas P. Wolterstorff (2007:4) manusia adalah
mahluk yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan.
Struktur manusia dan situasi di dunia membuat proses belajar mengajar tak
terhindarkan. Pada masa Israel berada di tanah Mesir, pendidikan mereka tidak lah
terpelihara. Sebab keadaan bangsa ini dalam tekanan dan kondisi yang sesunguhnya
mereka jajahan di negeri orang (band. Keluaran 1). Peristiwa keluarnya bangsa Israel
menjadi masa pendidikan dalam pimpinan Musa (lihat Keluran 2:23-25; Keluaran 3 dan
4). Musa adalah seorang yang sangat lembut hatinya lebih dari setiap manusia yang ada
di atas muka bumi dan Musa merupakan tokoh besar dalam sejarah bangsa Israel.
Musa dipanggil Allah untuk membawa Israel keluar dari perbudakan Mesir. Teks
ini mengisyaratkan dalam hal pendidikan yang sangat penting dikalangan bangsa Israel.
”Alkitab merupakan sumber utama bagi pemahaman dari proses pendidikan pada zaman
Israel purba.” Allah menggunakan Musa sebagai guru manusia yang pertama dari bangsa
Israel (Ulanagan 1:3). Musa menyampaikan kata-kata yang diberikan Allah kepadanya
(Keluaran 24:3). Maka, sebenarnya Allah adalah Pengajar utama bangsa Israel.

b) Pendidikan Israel pada Masa Musa Para Imam, Orang-Orang Lewi, dan Para Nabi

Walaupun Israel selalu jatuh dalam dosa, yaitu melalui pemberontakan mereka
kepada Allah namun tetaplah Allah mengasihi dan memelihara Israel, sebab Allah telah
memilih meraka. Allah memilih bagsa Israel sebagai lambang Kerajaan Allah (Stephen
Tong 2010:43). Bruce Milne (2011:115) berpendapat pemeliharaan Allah meliputi
seluruh alam semesta dan Allah bekerja dalam segala sesuatu (Mazmur 115:3; Matius
10:30; Efesus 1:11). Allah tidak membiarkan Israel begitu saja terhilang. Allah
selanjutnya mendidik umat-Nya dengan perantaraan para imam, orang-orang Lewi yang
bukan imam, dan para nabi.

”Biarlah mereka mengajarkan peraturan-peraturanMu kepada Yakub, hukumMu


kepada Israel.” (Ulangan 33:8, 10). TUHAN telah memperingatkan kepada orang Israel
dan kepada orang Yehuda dengan perantaraan semua nabi dan semua tukang tilik:
"Berbaliklah kamu dari pada jalan-jalanmu yang jahat itu dan tetaplah ikuti segala
perintah dan ketetapan-Ku, sesuai dengan segala undang-undang yang telah
Kuperintahkan kepada nenek moyangmu dan yang telah Kusampaikan kepada mereka
dengan perantaraan hamba-hamba-Ku, para nabi." Tetapi mereka tidak mau
mendengarkan, melainkan mereka menegarkan tengkuknya seperti nenek moyangnya
yang tidak percaya kepada TUHAN, Allah mereka.

5
c) Pendidikan Israel pada Masa Pembuangan dan Setelah Pembuangan
Melalui kitab 2 Raja-raja 24:15, kitab Daniel 1:3 dan 6, kita melihat masa Raja
Yoyakhin dan sekelompok pangeran dan bangsawan ditawan ke Babel oleh Raja
Nebukadnezar. Dalam masa di Babel, Daniel dan teman-temannya harus dididik dalam
hikmat dari imam-imam Kasdim dan pria-pria terpelajar, yang diajarkan di sekolah-
sekolah di Babel.” Tunjangan makanan kerajaan juga membuka diri mereka kepada
pelanggaran pembatasan menu makanan yang ditentukan oleh Taurat Musa.
Sebagai juru bicara dari keempat bangsawan Yahudi muda ini, sejak permulaan
sekali Daniel menjelaskan bahwa mereka tidak akan makan atau minum dengan
melanggar hati nurani mereka (Daniel 1:8, 11-13. Allah memberkati sikap teguh mereka
dan melembutkan hati dari pejabat Babel yang bertugas (Daniel 1:9, 14-16). Sehubungan
dengan pelajaran mereka, peristiwa-peristiwa yang menyusul dalam kehidupan keempat
pemuda Ibrani ini tanpa keraguan membuktikan bahwa tiga tahun masa pendidikan yang
diwajibkan dalam kebudayaan Babel, tidak menyimpangkan mereka dari kasih mereka
yang dalam kepada Allah serta ibadat sejati-Nya (Daniel 3 dan 6).
d) Pendidikan Israel pada Masa Kini

Pendidikan di Israel tidak terbatas pada belajar membaca dan menulis. Satu mata
pelajaran penting yang diajarkan adalah sejarah. Pelajaran tentang perbuatan-perbuatan
yang menakjubkan dari Allah demi umat-Nya merupakan bagian yang pokok dari
kurikulum. Fakta-fakta sejarah ini harus diajarkan dari generasi ke generasi (Ulangan
4:9,10). Bahkan jika jika kita melihat kitab Amsal 1:1-9; 1Amsal-amsal Salomo bin Daud,
raja Israel, 2untuk mengetahui hikmat dan didikan, untuk mengerti kata-kata yang
bermakna, 3untuk menerima didikan yang menjadikan pandai, serta kebenaran, keadilan
dan kejujuran, 4untuk memberikan kecerdasan kepada orang yang tak berpengalaman, dan
pengetahuan serta kebijaksanaan kepada orang muda -- 5baiklah orang bijak mendengar
dan menambah ilmu dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan
pertimbangan -- 6untuk mengerti amsal dan ibarat, perkataan dan teka-teki orang bijak.

7Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh


menghina hikmat dan didikan. 8Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan
menyia-nyiakan ajaran ibumu 9sebab karangan bunga yang indah itu bagi kepalamu, dan
suatu kalung bagi lehermu. Israel dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki rasio
tingkat pendidikan tertinggi di dunia. Setiap 10.000 penduduk terdapat 135 penyandang
gelar doktor (Ph.D) dalam berbagai disiplin ilmu, seperti ahli mesin, pertanian,
persenjataan dan peneliti sehingga wajar kalau pada saat ini memiliki lebih dari 3500
perusahaan berteknologi tinggi.

Hampir 90 persen rumah di Israel menggunakan air panas menggunakan panel


tenaga surya. Karena Israel secara rutin mengalami kekurangan air, negeri ini memiliki
industri teknologi air sangat maju di dunia dalam tekniklogi konservasi air dan daur ulang
air. Dalam hal produk domestik bruto, ekonomi negara ini menduduki peringkat ke-44 di

6
dunia. Semenjak dini, anak-anak Yahudi sudah di wajibkan untuk bisa berbicara dengan
menggunakan bahasa Ibrani. Karena dengan bahasa itulah mereka dipersatukan, meskipun
mereka berpencar di penjuru dunia

F. Kesimpulan

Bangsa Israel adalah umat pilihan Allah. Pendidikan Israel di mulai dari Allah melalu
pemilihan hamba-Nya Musa. Pendidikan Israel melalui landasan Taurat Tuhan membedakan
pola pendidikan bangsa ini. Dengan pola pendidikan yang dilakakan terus-menerus/ berulang-
ulang sebagaimana yang di utarakan kitab Ulangan. Israel dengan didasarkan pendidikan Takut
akan Tuhan membuat IQ mereka dan penemuan-penemuan bangsa ini jauh di atas rata-rata
bangsa di dunia ini, yang walaupun jumlah mereka 0,2% dari penduduk dunia. Supaya kita
memiliki pengetahuan maka “Takutlah akan Tuhan”.

Sebagaimana yang dikatakan kitab Amsal 1:7 “Takut akan TUHAN adalah permulaan
pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan”. Sependapat dengan Robert. W.
Pazmino yang di kutip Junohot Simanjuntak (2017:115), maka perlu kita membuat pendidikan
Kristen sebagai; “Usaha bersengaja dan sistemits, ditopang oleh upaya rohani dan manusiawi
untuk mentransmisikan pengetahuan, nilai, sikap, keterampilan, dan tingkahlaku yang
mengupayakan perubahan, pembaharuan dan reformasi pribadi, kelompok, bahkan struktur
oleh kuasa Roh Kudus sehingga peserta didik hidup sesuai kehendak Allah sebagaimana
dikatakan Alkitab, terutama dalam Kristus Yesus”.

7
2.2. isi jurnal pembanding ( 2 ) ( pentingnya pendidikan nilai Kristen )

A. Abstract

Kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara tidak semakin baik, bahkan semakin carut
marut. Anggota Legeslatif tidak bisa menjadi teladan bagi rakyatnya; saling interupsi dan
berantem serta menaikkan gaji 10 juta per bulan disisi lain rakyat semakin menderita, susah
dengan kenaikan BBM (bahan bakar minyak) lebih 100% orang miskin semakin banyak. Teror
bom terjadi dimana-mana setelah bom Bali seri 1 dan 2, aksi swiping di Jakarta, Solo di bulan
Oktober ini, dan terakhir telah terjadi pembataian 3 Siswi SMA Kristen oleh Ninja di Poso,
Sulteng pada hari Sabtu tanggal 29 Oktober 2005. Moral bangsa semakin rusak dengan
diwarnai; KKN, pornografi, berita-berita kekerasan, pembunuhan, perampokan, Narkoba,
materialisme, hedonisme. Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup
kurang dihargai.

Ditengah-tengah keputus asaan dan pergumulan sebagai warga bangsa, penulis meberikan
alternatif atau solusi untuk mensosialisasikan Pendidikan Agama Kristen yang telah teruji oleh
jaman dan memberikan pencerahan di sepanjang Abad, baik di Eropa Barat yang menghasilkan
Afklarung dan dunia modern, serta di Amerika Serikat yang menghasilkan etos kerja menjadi
negara super power. Bagaimana di Indonesia, hal ini mungkin terjadi bagi “orang percaya”
karena transformasi nilai-nilai Firman Tuhan akan dapat mengubah dunia (kondisi/keadaan
apapun) dalam mewujudkan masyarakat Sipil yang damai sejahtera dalam wadah Negera
Kesatuan Republik Indonesia.

B. Pendahuluan

Tujuan secara normatif sangat ideal untuk membentuk watak bangsa yang memiliki
kecakapan keahlian dan kepribadian luhur yang dibentuk melalui pendidikan untuk hidup
seperti Pendidikan Agama, Pancasila, Kewarganegaraan, budi

pekerti dan Etika serta pendidikan kehidupan yang menyangkut kecakapan sehingga
memberikan bekal keahlian dibidangnya. Namun kenyataan di masyarakat yang das Sollen
berbeda dengan yang das Sein, yang ideal berbeda dalam dunia real. Sebagai bukti KKN
(koropsi, kolusi dan nepotisme) di Indonesia telah menggurita, hampir setiap Institusi
khususnya anggota DPR di Propensi terlibat korupsi.

Sebagai insan akademik sering timbul pertanyaan, dimana letak penyimpangan dan
kesalahan-kesalahan bangsa ini, dan dari mana harus memulai perbaikan bukankah ajaran-
ajaran tradisional maupun agama-agama di Indonesia telah disosialisasikan dibudayakan,
namun hasilnya belum seperti yang diharapkan.

8
a. Pendidikan Agama secara Umum

Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha secara sadar untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan baik di luar sekolah dan dalam sekolah yang berlangsung seumur hidup.
Pembaharuan pendidikan diharapkan atas dasar falsafah bangsa dan diarahkan untuk
membentuk watak bangsa atau manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohani
(Lemhanas 1988: 102). Pendidikan agama secara umum merupakan sistem pendidikan
nasional yang menyebutkan bahwa kurikulum dan isinya memuat pendidikan agama,
Pancasila dan Kewarganegaraan (UU No. 2 Tahun 1989). Pendidikan nasioanal yang
diharapkan pemerintah adalah pendidikan yang berakar pada budaya bangsa dan diarahkan
untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan masyarakat
yang beriman, bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Peserta didik diharapkan
berkualitas dan mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat
sekelilingnnya, serta memenuhi kebutuhan pembangunan nasional yang bertanggung jawab
atas pembangunan bangsa.
b. personifikasi dari cinta tanah air.

Peran pendidikan agama diharapkan dapat menanamkan nilai-nilai agama yang diyakini
kebenarannya dan dapat menjadi dasar bagi peserta didik agar hidup berguna dalam
mengembangkan IPTEKS (ilmu pengetahuan teknologi dan seni) dan mampu
memgantisipasi perubahan jaman, perubahan sosial, maupun globalisasi. Nilai-nilai agama
dijadikan panduan, keyakinan yang membimbing, mengarahkan bagi setiap individu dan
kelompok masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan agama juga
diharapkan sebagai moral force (kekuatan moral) bagi bangsa untuk menghadapi segala
permasalahan yang ada , mewujudkan integrasi nasional atau pun tujuan nasional.
c. Pendidikan Agama Kristen

Di atas telah diuraikan tujuan pendidikan nasional, tujuan pendidikan agama secara umum
dan di bawah ini kami kutipkan tujuan Pendidikan Agama Kristen di Perguruan Tinggi.
Tujuan Pendidikan Agama Kristen di Perguruan Tinggi secara spesifik adalah: “Membantu
terbinanya sarjana beragama, dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berbudi pekerti
luhur, berfikir filosofis, bersikap rasional dan dinamis, berpandangan luas, ikut seta dalam
kerjasama antar umat beragama dalam pengembangan dan pemanfaatan IPTEKS untuk
kepentingan nasional (Yusri Pangabean, 2000: 1)” Sedang tujuan Pendidikan Agama
Kristen secara umum adalah agar mahasiswa sebagai generasi penerus mampu menghayati
dan mengerti sebagai Umat Allah mempunyai tugas hakiki untuk menjadi berkat bagi
dunia, negara dan bangsa Indonesia (Nasarius Rumpak, 1985; 1). Tujuan pendidikan
Kristen secara khusus adalah usaha untuk membentuk dan membimbing peserta didik agar
tumbuh berkembang mencapai kepribadian utuh yang mencerminkan sebagai gambar Allah

9
yang memiliki sifat kasih dan ketaatan kepada Tuhan, memiliki kecerdasan, ketrampilan,
berbudi pekerti yang luhur, kesadaran dan memelihara lingkungan hidup, serta ikut
bertanggung jawab dalam pembangunan masyarakat, berbangsa dan bernegara.

d. Pentingnya Pendidikan nilai Kristen

Dalam usaha mensosialisasikan nilai-nilai kekristenan peserta didik sering


mengalami kebingungan dalam menentukan pilihan bagaimana harus berpikir,
berkeyakinan dan bertingkah laku sebab apa yang dimengerti belum tentu sama dengan
apa yang terjadi dalam masyarakat yang penuh konflik nilai. Televisi dan koran
memberikan informasi yang berbeda dengan apa yang ada dalam keluarga maupun yang
terjadi di masyarakat, sehingga hal ini sangat membingungkan peserta didik untuk
menentukan pilihan nilai. Peserta didik sulit menentukan pilihan nilai yang terbaik, akibat
dari tekanan dan propaganda teman sebaya.
Dalam hal ini jika pendidikan nilai kekristenan ingin berhasil perlu mengajarkan
secara langsung kepada anak didik dengan memberi keteladanan secara langsung seperti
firman Tuhan “Hendaklah engkau menjadi teladan bagi orang percaya, baik dalam
perbuatan , kasih dan segala hidupmu menyerupai Kristus yang hidup” . (Parjono, 2005:
1). Prinsip pembelajaran nilai merupakan pembelajaran yang efektif yang harus
menempatkan peserta didik sebagai pelaku firman, mereka harus diberi kesempatan
untuk belajar secara aktif baik pisik maupun mental. Aktif secara mental bila
peserta didik aktif berfikir dengan menggunakan pengetahuannya untuk mempersepsikan
pengalaman yang baru disamping secara fisik dapat diamati keterlibatannya dalam belajar
sehingga firman itu menjadi daging atau bagian dari hidupnya.
Dalam pembelajaran nilai ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar
pembelajaran nilai dapat efektif yaitu perbuatan dan pembiasaan. Oleh karena dengan
perbuatan siswa dapat secara langsung melakukan pengulangan perbuatan agar menjadi
kebiasaan dan akhirnya menjadi kebiasaan. Atau menjadi nilai budaya mereka.
Interaksi antara panutan yang memberi keteladanan pada peserta didik dan
kondisi lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran nilai sangat menguntungkan untuk
tranfer nilai melalui saling membagi dalam pengalaman. Guru yang baik juga dapat
mengerti perasaan, pemahaman, jalan pikiran peserta didik dan mereka diberi kesempatan
untuk mengkomunikasikan sekaligus dapat memberi jalan keluar dalam pergumulan
pemilihan nilai yang ada tanpa mengindoktrinasi.
Melalui pemahaman yang mendalam terhadap materi pembelajaran nilai, peserta
didik dapat memilih berbagai alternatif nilai yang ada dan mengamalkan sebagai ujud
aktualisasi diri. Guru sebagai panutan yang meberi hidupnya bagi peserta didik
diharapkan dapat merefleksi diri melalui perasaan dan pikirannya setelah merenung dan
mendapat masukan sehingga dapat mngetahui sejauh mana pemahaman dan pengamalan
nilai yang telah diterima dan dilakukan siswanya.
e. Sumbangan Pendidikan Agama Kristen dalam pengembangan nilai eqalitarian
10
Dalam mensosialisasikan Pendidikan agama di masyarakat perlu dikembangkan nilai-nilai
kebersamaan. Hal yang sangat penting dalam mengembangkan hidup bersama sebagai
warga bangsa adalah menanamkan nilai-nilai toleransi antar umat beragama, bahwa bangsa
Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dan heterogin. Sikap saling menghormati
dan mengharagai perbedaan yang ada harus senantiasa dikembangkan. Oleh karena itu
sikap eksklusif dan pemahaman terhadap agama, agama sering dijadikan alat legitimasi
untuk melakukan kekerasan terhadap pemeluk agama lain. Tindakan antagonis ini sangat
conter producitive dengan hakekat kemanusiaan universal.

f. Perlu Pemimpin yang memberi Hidupnya Bagi Bangsa Indonesia

Tidak adanya keteladanan nyata dari pemimpin bangsa menyebabkan bangsa ini semakin
terpuruk sehingga dalam tataran konsep harus dirubah. Menurut Hartoyo seorang
rohaniawan menggatakan ada tiga penyebab utama menggapa manusia Indonesia
melakukan KKN: pertama kemalasan berfikir, bersikap dan bertindak sebagai mana
seharusnya. Ada kecenderungan manusia melakukan menurut keinginannya sendiri dan
melakukan jalan pintas dengan ber KKN.
Kedua egoisme banyak oknum-oknum pejabat atau pun elit politik yang mementingkan
dirinya dan bertindak pragmatis tanpa melihat kepintingan bangsa jangka panjang dan
akibat dari KKN yang dilakukannya. Ketiga tidak adanya komitment elemen-elemen
bangsa untuk mewujudkan Indonesia bersatu adil dan makmur sebagaimana telah
dirumuskan dalam Pembukaan UUD l945. Adapun solusi pemecahannya adalah nilai-nilai
yang ada dalam Akitab dimengerti, direnungkan dan dilksanakan sebagai mana dalam
kehidupan masyarakat Kristen pada jaman Musa maupun jaman Perjanjian Baru (Hartoyo,
Wawancaran 20 Februari 2005). Sedang menurut Yono Abadi seorang rohaniawan yang
bekerja di Australia dan Tasmania.
Pemimpin yang memberikan hidupnya bagi kepentingan bangsa harus memiliki sikap
“Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun kasa, tut wuri handayani” artinya seorang
pemimpin yang baik bisa memberikan keteladanan atau panutan bagi yang dipimpinnya,
ditengah-tengah lingkungannya menjadi penggerak atau motor untuk mencapai tujuannya,
dan di belakang memberi motivasi, petunjuk agar sasarannya dapat tercapai. Pemimpin
yang baik juga harus memiliki sikap (sifat) “Asta Brata” , artinya pemimpin bagaikan
matahari yang memberi kehangatan yang dipimpinnya, bagaikan bulan yang memberi
cahaya diwaktu kegelapan, seperti bintang yang memberi petunjuk pada waktu malam hari,
seperti angin yang memberi kesejukan, bagaikan bumi yang bersedia menerima limbah dan
sekaligus memberi kehidupan, seperti air yang mengatasi dahaga.
Semua sifat itu harus dimiliki seorang pemimpin sebagai ujud pengabdiannya, seperti
alam yang senantiasa untuk mengabdi untuk kepentingan manusia. Seorang pemimpin yang
baik juga harus memiliki sikap “Sepi ing pamrih rame ing nggawe” artinya sorang
pemimpin tidak mencari kepentingan diri sendiri melainkan memberikan pikirannya,
11
waktunya, hatinya, pengorbannnya, Kontribusi Nilai Kekristenan dalam membentuk
Masyarakat Sipil
Menurut Pendeta Hartoyo nilai-nilai subtansial sebagai akar budaya masyarakat sipil di
Amerika dan Eropa Barat adalah nilai kasih yang diimplementasikan dalam segala aspek
kehidupan manusia. Sebagai contoh orang Barat sangat patuh sekali dalam tatatertib berlalu
lintas, karena pada prinsipnya jika melanggar berarti akan menyusahkan orang lain, di
negeri Barat juga dijunjung tinggi nilai-nilai kehidupan orang lain atau sangat menghargai
perbedaan dan pendapat orang lain sebagai ujud dari masyarakat sipil (Wawancara Jum’at
19 Agustus 2005). Sedang menurut Pdt. Sangadi Mulya peran orang Kristen dalam
mewujudkan masyarakat sipil adalah sebagai garam dan terang yang menggarami dalam
segenap hidup manusia. Prinsip Kekristenan adalah ibadah yang holistik tidak hanya ibadah
ritual tetapi diterapkan dalam segenap aspek kehidupan manusia sehingga menghasilkan
buah yang nyata.

C. Penutup
Pendidikan yang ideal di Indonesia dalam mewujudkan masyarakat sipil banyak
kendalanya. Kendala yang utama dalam mensosialisasikan nilai pendidikan adalah rancunya
antara pendidikan dan pengajaran dicampur aduk karena tidak ada batasan yang tegas, antara
memposisikan dalam mengajar dan memposisikan sebagai mendidik. Oleh karena tidak
semua pengajar itu mendidik atau tidak semua pendidik itu mampu mengajar.
Keduanya memang orientasinya anak didik dan mengacu pada ilmu yang multi
trasformatif. Dalam posisi seperti inilah kajian anak pada dasarnya dengan menggunakan
kodrat alam, dan pada dasarnya anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda, oleh karena
itu harus ditangani secara spesifik agar dapat menemukan dirinya sendiri sesuai dengan
bakat, minat, dan talentanya masing-masing (Djohar MS. Kedaulatan Rakyat, 23 Agustus
2005).
Pendidikan Agama Kristen diharapkan menghasilkan peserta didik yang menjadi garam
dan terang ditengah-tengah masyarakat yang ditekankan dalam bentuk pendidikan nilai (budi
pekerti atau value education), memeliki kesadaran berani mengambil sikap positif demi masa
depan bangsa yang bertujuan untuk mewujudkan warga negara yang baik (Good Cetezen)
dengan kriteria bersedia memberikan hidupnya untuk kepentingan bangsa dan negara sesuai
dengan profesinya masing-masing. Pendidikan nilai agama yang diberikan, harus
diintegrasikan dalam seluruh mata pelajaran dan melekat pada setiap pendidik maupun
pengajar seperti nilai kebebasan, persamaan, persaudaraan, kesatuan (liberty, eqality,
frienthernity, unity), demokrasi-demokratisasi, kebangsaan, kebhinekaan, pluralisme.

2.3. Review Jurnal

12
Review jurnal ( jurnal utama ) Saya baru mengetahui bahwa pendidikan Israel
Hal baru apa saja yang saya ketahui Bahwa mereka memandang bahwa pendidikan
itu adalah istimewa, sebab dasar dari
pendidikan adalah kepala keluarga. Kepala
keluarga harus mengajar anak-anaknya dan
seisi rumah tangganya. Bagi hamba-hamba
Allah pendidikan anak-anak mereka
merupakan suatu kewajiban (H.H. Rowley
2012:6).

Teks ini mengisyaratkan dalam hal pendidikan


yang sangat penting dikalangan bangsa Israel.
”Alkitab merupakan sumber utama bagi
pemahaman dari proses pendidikan pada
zaman Israel purba.” Allah menggunakan
Musa sebagai guru manusia yang pertama dari
bangsa Israel (Ulanagan 1:3). Musa
menyampaikan kata-kata yang diberikan Allah
kepadanya (Keluaran 24:3). Maka, sebenarnya
Allah adalah Pengajar utama bangsa Israel.

Allah memilih bagsa Israel sebagai lambang


Kerajaan Allah

Kelebihan a. Setiap penjelasan memiliki keterkaitan


antara sub bab
b. Pada setiap penjelasan juga mengutip
penjelasan dari para ahli sehingga
memperjelas cakupan bahasanya
c. Jurnal penulis yang belum banyak
dijadikan jurnal oleh masyarakat
d. Beberapa paragraph yang terdapat dalam
tulisan ini memiki kohesi maupun
koherensi

Kelemahan Hanya teori saja tidak ada pengaplikasiannya


terlebih di Pendidikan Israel pada Masa Kini

Review jurnal ( jurnal pembanding ) Dalam hal ini jika pendidikan nilai kekristenan
Hal baru apa saja yang saya ketahui ingin berhasil perlu mengajarkan secara
langsung kepada anak didik dengan memberi
keteladanan secara langsung seperti firman
Tuhan “Hendaklah engkau menjadi teladan
bagi orang percaya, baik dalam perbuatan ,

13
kasih dan segala hidupmu menyerupai Kristus
yang hidup” .

Menurut Pendeta Hartoyo nilai-nilai subtansial


sebagai akar budaya masyarakat sipil di
Amerika dan Eropa Barat adalah nilai kasih
yang diimplementasikan dalam segala aspek
kehidupan manusia.

Selain memberi teladan hidup juga memiliki


teaching with style atau mengajar dengan stile
yang secara sepesifik memberi dampak
perubahan pola pikir, pola sikap, dan pola
tingkah laku melalui komitment setiap individu
untuk merubah dirinya meninggalkan cara
lama melalui inovasi jiwa dan diujudkan dalam
tindakan nyata

Pemimpin yang memberikan hidupnya bagi


kepentingan bangsa harus memiliki sikap “Ing
ngarsa sung tulada, ing madya mangun kasa,
tut wuri handayani” artinya seorang pemimpin
yang baik bisa memberikan keteladanan atau
panutan bagi yang dipimpinnya, ditengah-
tengah lingkungannya menjadi penggerak atau
motor untuk mencapai tujuannya, dan di
belakang memberi motivasi, petunjuk agar
sasarannya dapat tercapai.
Dll.

Kelebihan Pada jurnal ini bukan hanya teori namun juga


dilengkapi dengan pengaplikasiannya

Dan juga pada jurnal ini dilengkapi dengan


bahasa jawa tradisional yang membuat saya
sebagai penulis mengetahui contohnya “Ing
ngarsa sung tulada, ing madya mangun kasa,
tut wuri handayani

Dalam jurnal ini materi pembahasan nya saling


Berhubungan ( kohesi /koherensi )

Pembahasannya nya juga mengambil pendapat


dari para ahli.
Kekurangan Hanya saya kesalahan pada daftar pustaka
dalam penulisannya

14
Pada jurnal ada pembahasan yang ambigu atau
bermakna ganda

15

Anda mungkin juga menyukai