Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muhammad Gevin

Nim : 07021281924066
Matkul : sosiologi konflik
Kelas : sosiologi genap 2019
Kampus : indralaya
Dosen : Dra dyah hapsari, enh
Randi. S,sos. M,Sos.

Analisisi konflik tentang pernyataan anggota DPD bali


terkait seks bebas pada anak-anak, dan pelecehan
Terhadap simbol agama bali.

Link vidio bahan analisis: https://youtu.be/VbTOn5jxs5M

Pernyataan seorang anggota DPD RI Dapil Bali, Shri I Gusti Ngurah


Arya Wedakarna Mahendradatta Wedastraputra alias AWK berbuntut
panjang. Dalam video yang beredar, AWK menyebut Ida Bhatara yang
berstana atau mendiami Pura Dalem Ped, Nusa Penida bukanlah dewa.
Hal ini membuat sejumlah warga Perguruan Sandhi Murthi dan warga
asal Nusa Penida, Klungkung marah serta melakukan demonstrasi.
Namun AWK mengklaim bahwa yang dia ungkap didasarkan pada kitab
suci.Sesepuh Perguruan Sandhi Murti, I Gusti Ngurah Harta menilai
AWK sebagai anggota DPD RI tak perlu berbicara soal agama. AWK
juga didesak untuk meminta maaf kepada warga Bali. "Kalau dia doktor
dan pintar harusnya tak bicara seperti itu. DPD itu jangan bicara soal
agama, dan harus banyak belajar dia dan tak senang baca mungkin," kata
I Gusti Ngurah Harta. Yang dilakukan AWK, kata dia, melecehkan
simbol-simbol yang disucikan masyarakat Bali. "Karena sangat
tersinggung dengan pelecehan simbol-simbol yang dipuja masyarakat
Bali. Ia mengatakan makhluk, padahal itu adalah sosok yang disucikan
tapi ia sebut makhluk, seperti Ratu Niang, Ratu Gede," kata dia.

AWK pun memberi penjelasan terkait ucapannya di dalam video. Dia


mengaku, pernyataan itu berdasarkan kitab Bhagawadgita bab 9 sloka
ke-25. "Itu ada, jadi apa yang sebenarnya saya ungkapkan seperti
membaca kitab suci. Kan, terserah dari umat mencermatinya seperti apa.
Ada dasarnya di kitab suci, biasa-biasa saja," katanya, Rabu. Dia juga
menilai pernyataannya tidak ada yang salah, sehingga warga tidak perlu
tersinggung. "Kami terbuka, jika belum jelas kita dialog," kata dia.
AWK juga melontarkan statement yang menghebohkan tentang
diperbolehkannya anak- anak melakukan seks bebas, asal menggunakan
kondom. hal ini menuai kecaman dari berbagai golongan masyarakat bali,
para orang tua bali sudah susah payah menjaga dan mendidik anak- anak
mereka agar tidak terjerumus pergaulan bebas. AWK pun menjelaskan
pernyataan itu memiliki konteks. Ucapannya berkaitan dengan tingginya
angka pernikahan usia dini sehingga lebih baik menggunakan komdom
saat berhubungan badan. "Karena bicara dengan milenial, ya asal pakai
kondom. Tujuannya kan agar tak tersebar HIV dan untuk mengurangi
Aids dan jangan ada menikah muda," kata dia.

Hal ini membuat sejumlah warga Perguruan Sandhi Murthi dan warga
asal Nusa Penida, Klungkung marah serta melakukan demonstrasi. Hal
ini membuat sejumlah warga Perguruan Sandhi Murthi dan warga asal
Nusa Penida, Klungkung marah serta melakukan demonstrasi.Warga
Nusa Penida yang marah tersebut menggelar aksi demonstrasi di depan
Kantor DPD RI Perwakilan Bali, di Jalan Cok Agung Tresna, Renon
Denpasar, Rabu (28/10/2020) siang. Aksi unjuk rasa berujung rusuh
ketika AWK bersedia keluar menemui massa untuk berdialog. AWK
mengaku dipukul oleh beberapa orang hingga melaporkan peristiwa itu
ke Polda Bali. Sesepuh Perguruan Sandhi Murti, I Gusti Ngurah Harta
menilai AWK sebagai anggota DPD RI tak perlu berbicara soal agama.
sehingga awk dianggap melecehkan simbol-simbol agama dan norma
yang ada di bali.

Dalam kasus tersebut Teori Konflik Ralf Dahrendorf Teori konflik


sebagian berkembang sebagai reaksi terhadap fungsionalisme struktural
dan akibat berbagai kritik, yang berasal dari sumber lain seperti teori
Marxian dan pemikiran konflik sosial dari Simmel. Salah satu kontribusi
utama teori konflik adalah meletakan landasan untuk teori-teori yang
lebih memanfaatkan pemikiran Marx. Masalah mendasar dalam teori
konflik adalah teori itu tidak pernah berhasil memisahkan dirinya dari
akar struktural-fungsionalnya. Teori konflik Ralf Dahrendorf menarik
perhatian para ahli sosiologi Amerika Serikat sejak diterbitkannya buku
“Class and Class Conflict in Industrial Society”, pada tahun 1959.
Asumsi Ralf tentang masyarakat ialah bahwa setiap masyarakat setiap
saat tunduk pada proses perubahan, dan pertikaian serta konflik ada
dalam sistem sosial juga berbagai elemen kemasyarakatan memberikan
kontribusi bagi disintegrasi dan perubahan. Menurut
Dahrendorf, Adanya status sosial didalam masyarakat (sumber konflik
yaitu: Adanya benturan kaya-miskin, pejabat-pegawai rendah,
majikan-buruh) kepentingan (buruh dan majikan, antar kelompok,antar
partai dan antar Adanya dominasi Adanya ketidakadilan atau
diskriminasi. agama). kekuasaan (penguasa dan dikuasai).

Dengan menggunakan teori ini menurut saya bisa dijadikan solusi


karena memiliki sasaran sebagai berikut:

1. Mencapai kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak


sehingga salah satu pihak tidak merasa dirugika.

2. Membantu pihak-pihak yang mengalami konflik untuk


memisahkan perasaan pribadi dengan berbagai masalah dan isu, dan
memampukan mereka untuk melakukan negosiasi berdasarkan
kepentingan-kepentingan mereka daripada posisi tertentu yang sudah
tetap.

3. Agar pihak-pihak yang mengalami konflik mencapai kesepakatan


untuk memenuhi kebutuhan dasar semua pihak.

Dengan atas dasar tersebut diharapkan konflik ini dapat terselesaikan


dengan baik tanpa merugikan salah satu pihak, karena hal urusan agama
merupakan sesuatu yang sensitif karena berkaitan dengan kepercayaan
dan pandangan hidup manusia. Dan dapat mengambil hikmah dari
kejadian ini agar kejadian serupa tidak terulang kembali.

Anda mungkin juga menyukai