Anda di halaman 1dari 12

TUGAS FILSAFAT PANCASILA

“PEMBAKARAN KALIMAT TAUHID”

DISUSUN OLEH :

32318404 BAYU ANDI NUGROHO

D3 FARMASI REGULER SORE

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA MADIUN


TAHUN 2018/2019
ABSTRAK

Indonesia adalah Negara dengan beragam Agama, namun Indonesia adalah


Negara demokrasi bukan merupakan Negara agama. kalimat tauhid jika
dibakar, maka sama saja mereka tidak mengakui arti dalam kalimat tersebut.
Indonesia sedang diterpa dengan konflik pembakaran kalimat tauhid yang
digadang-gadang adalah symbol ormas dari salah satu politik di Indonesia yang
sudah dibubarkan bernama HTI. Tujuan dari HTI sendiri adalah untuk
menghidupkan konsep politik yang sesuai dengan kewajiban yang ada didalam
kitab suci umat islam yakni Al-qur'an. Ideology HTI tidak bisa menggantikan
pancasila karena pada dasarnya Indonesia merupakan Negara yang memiliki
banyak agama jika Indonesia dijadikan Negara islam akan terjadi banyak
perang saudara antar masyarakat Indonesia. Pembakaran bendera tersebut
dilakukan oleh oknum banser, berjumlah tiga orang,dengan alasan bendera
tersebut merupakan bendera HTI. Pembakaran bendera tauqid ini dilakukan
barisan ansor serbaguna (banser) nahdlatul ulama para militer gerakan
pemuda ansor.
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Indonesia adalah Negara dengan beragam Agama, namun Indonesia


adalah Negara demokrasi bukan merupakan Negara agama. Kalimat tauhid
adalah kalimat yang sangat dijunjung tinggi umat islam, bagi islam kalimat
inilah yang dapat membuktikan keimaan terhadap Tuhan

Kalimat tauhid memiliki arti “Tiada Tuhan selain Allah”

Dalam prespektif Islam , kalimat tauhid jika dibakar, maka sama saja
mereka tidak mengakui arti dalam kalimat tersebut.Dalam pancasila diatur
agar sesama masyarakat Indonesia harus saling menghormati dan saling
bertoleransi satu sama lain.

B.Rumusan masalah.
1. Pembakaran kalimat tauhid .
2. Isu SARA.
3. Bagaimana pandangan pancasila dalam hal ini.
4. Bagaimana tindakan pemerintah dalam kasus ini.
5. Bagaimana kasus ini agar tidak terulang kembali.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pembakaran kalimat tauhid.


Dewasa ini Indonesia sedang diterpa dengan konflik pembakaran kalimat
tauhid yang digadang-gadang adalah symbol ormas dari salah satu politik
di Indonesia yang sudah dibubarkan bernama HTI.

Sejarah HTI
HTI atau Hizbut Tahrir Indonesia adalah suatu organisasi partai politik islam
yang didirikan oleh Syaikh Taqiyyuddin An- Nabhani pada tahun 1953.
Organisasi ini bergerak dengan mengusung sistem khilafah al-islamiyah.

Tujuan dari HTI sendiri adalah untuk menghidupkan konsep politik yang
sesuai dengan kewajiban yang ada didalam kitab suci umat islam yakni Al-
qur'an.

Di dalam kitab Daulah Islam dan kitab Mafahim Hizbut Tahrir, ditemukan
tulisan yang ditulis oleh pendiri HTI yakni Syaikh Taqiyyuddin An-nabhani,
yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh HTI press
sejak 2004 dan 2007, yang menyatakan bahwa "generasi umat Islam saat
ini sudah tidak tertarik dengan konsep khilafah karena tidak pernah
menyaksikan atau punya pengalaman dengan pemerintahan Islam,
sehingga akhirnya umat muslim memilih untuk menggunakan falsafah
hidup lain yang membuat kemurnian islam menjadi terkikis."

Menurut Taqiyyuddin, ini adalah kemunduran besar kaum muslimin.


Taqiyyuddin memberikan istilah ghazwu ats-tsaqafi atau invasi budaya,
yang menyebabkan para kaum muslimin menjadi enggan menerapkan
hukum hukum Islam pada sistem pemerintahan.

Dibandingkan dengan ormas Islam seperti Nahdlatul Ulama dan


Muhamadiyah, usia Hizbut Tahrir Indonesia memang masih sangat muda.
Masuk pada 1983 oleh Abdurrahman al-Baghdadi, seorang mubalig
sekaligus aktivis Hizbut Tahrir yang berbasis di Australia. Abdurrahman
memulainya dengan mengajarkan pemahamannya ke beberapa kampus di
Indonesia hingga menjadi salah satu gerakan yang punya anggota cukup
banyak saat ini. (Jurnal Model Dakwah Hizbut Tahrir Indonesia, oleh
Sudarno Shobron).
HTI adalah paham yang ingin menggantikan pancasila di Indonesia dan
menjadikan Indonesia menjadi Negara islam, dimana itu bertentangan
dengan Pancasila yang menjadi ideology Bangsa.

Indonesia adalah Negara kepulauan dengan beragam agama dan hal itu
telah menjadi cirri khas Indonesia dimana berbeda-beda tetapi tetap satu
jua.

Ideology HTI tidak bisa menggantikan pancasila karena pada dasarnya


Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak agama jika Indonesia
dijadikan Negara islam akan terjadi banyak perang saudara antar
masyarakat Indonesia banyak pula terjadi isu-isu yang melanda Indonesia
dimana hal tersebut sangat bertentangan dengan tujuan Negara Indonesia
yang tertulis dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat.

Dilansir dari. Bbc.com peristiwa pembakaran bendera itu terjadi pada senin
22 oktober 2018 di garut tepatnya di alun alun limbangan, di tengah-
tengah peringatan hari santri nasional.

Pembakaran bendera tersebut dilakukan oleh oknum banser, berjumlah


tiga orang. Dengan alasan bendera tersebut merupakan bendera HTI yang
sudah dibubarkan sejak tahun 2017 lalu karena menyimpang dari
pancasila.

Polda Jawa Barat menyebut bendara yang dibakar itu merupakan bendera
HTI,merujuk pemeriksaan sejumlah saksi dan pengakuan dari pembawa
bendera itu.

Isu terjadi karena bendera yang dibakar mengandung kalimat tauhid ,


dimana kalimat tauhid adalah kalimat yang merupakan symbol mahkota
umat islam yang wajib di imani sebagai pintu utama masuknya nilai-nilai
tauhid di dalam hati umat islam dan dibuktikan dengan amal perbuatan
yang nyata.
2. Adanya isu sara dalam pembakaran bendara.
Pembakaran kalimat tauhid tersebut lantas di unggah di youtube dan
menjadi topic terhangat kala itu, menjadikan pihak-pihak yang ingin
memanfaatkan hal tersebut meluncurkan berbagai macam isu termasuk
isu sara diantaranya.

Pembakaran bendera Tauhid ini bahkan dikaitkan dengan potensi


merugikan kubu Jokowi - Ma’ruf. Disalah satu sisi kubu Prabowo - Sandiaga
dapat meraih keuntungan dari pembakaran bendera tersebut karena isu
pembakaran kalimat tauhid tersebut kerap di asosiasikan dekat dengan
kubu Jokowi-Ma’ruf.

Pembakaran kalimat tauqid jika di seret ke ranah politik masyarakat akan


tetap dirugikan dan salah sattu kandidat pilpres akan diuntungkan.

Hari santri nasional merupakan ajang yang dijanjikan oleh presiden Joko
Widodo yang sudah ditepati sejak beliau menjadi presiden pada tahun
2014 yang lalu.

Pembakaran bendera tauqid ini dilakukan barisan ansor serbaguna


(banser) nahdlatul ulama para militer gerakan pemuda ansor yang
mempunyai kedekatan dengan kubu Jokowi-Ma’ruf sehingga menyebabkan
kerugian bagi kandidat nomer satu, sebaliknya keuntungan akan dirasakan
kandidat nomer urut dua. Namun jika kasus ini terdapat hasutan dari
oknum tertentu keadaannya bisa berbalik. Tentu jika ada oknum yang
memprovokasi kasus ini, kasus ini merupakan kasus yang digunakan salah
satu pihak untuk meraup keuntungan.

Jika kasus ini belarut - larut mewarnai kehidupan di masyarakat, dan


dikaitkan dengan poltik, Kasus pembakaran bendera tauqid ini
dimanfaatkan untuk kepentingan politik dan menjadi bahan pembicaraan
dan bukan lagi termasuk persoaalan hokum.
Alangkah lebih baik , masyarakat Indonesia mengklarifikasi kebenaran dari
pembakaran kalimat tauhid ini karena bisa jadi , kasus ini menyebabkan
perpecahan yang berarti di Indonesia dan itu harus dihindari.

Isu yang beredar adalah bahwa Pembakaran kalimat tauhid menjadi


pembakaran bendera HTI apakah hal tersebut berkaitan ?

Banser atau barisan anser serbaguna memang membakar bendera tauhid


yang digadang-gadang sebagai bendera HTI pada 22 oktober lalu.
Kemudian sejumlah umat islam beranggapan bahwa bendera tersebut
bukanlah bendera HTI melainkan bendera yang berisikan kalimat tauhid.
Bahkan mereka melancarkan demo nyata maupun di media social melalui
twitter yang meramaikan tagar bubarkan banser

Menurut mantan anggota HTI mereka menyatakan bahwa HTI tidak


memiliki bendera dan menyatakan bahwa bendera yang dibakar tersebut
adalah bendera yang berisikan kalimat tauhid. Namun banyak pihak
membantah dan menyerukan public agar tidak tertipu, karena dapat
mengakibatkan perpecahan Indonesia.
3. Bagaimana pandangan pancasila dalam hal ini
Pancasila adalah ideology bangsa, alat pemersatu bangsa dan dasar
Negara Indonesia. Konflik agama seperti ini sudah banyak terrjadi karena
sentiment agama tidak memahami secara mendalam tentang pancasila
terutama sila pertama.

Pada sila pertama “ Ketuhanan Yang Maha Esa “ ini berarti bahwa
masyarakat Indonesia seharusnya takut akan hal – hal yang menyimpang
dari ajaran agama, melakukan suatu kebaikan dan kejujuran.

Akan tetapi dalam kasus ini banyak oknum mengkaitkan dengan politik
dan menyebarkan berita yang tidak benar, dan itu sama sekali tidak
relevan dangan nilai, nilai dalam pancasila.

Negara Indonesia menjadikan agama salah satu pondasinya namun dalam


hal konstitusional Indonesia bukan Negara agama, tetapi elemen-elemen
juga tidak dimiliki Indonesia untuk disebut sebagai Negara sekuler.

Yang dimaksud Negara sekuler disini adalah Negara yang melepaskan diri
dari hege moni agama, Indonesia merupakan Negara yang menganut
budaya timur yang menekankan pada aspek spiritual dan menerima
otoritas tertentu termasuk agama.

Dalam pidato Soekarno pada 1 Juni 1945 : “ Kita hendak mendirikan


Negara Indonesia merdeka di atas Weltanschauungg apa?... Apakah kita
hendak mendirikan Indonesia merdeka untuk seseorang, untuk suatu
golongan?... Apakah maksud kita begitu? Sudah tentu tidak! Baik saudara-
saudara yang bernama kaum kebangsaaan yang disini, maupun saudara-
saudara yang dinamakan kaum Islam, semuanya telah mufakat bahwa
bukan Negara yang demikian itulah kita punya tujuan. Kita hendak
mendirikan suatu Negara ‘semua buat semua’. Bukan buat satu orang,
bukan buat satu golongan…. Maka yang sesalu mendengung didalam saya
punya jiwa… ialah dasar pertama, yang baik dijadikan dasar Negara
Indonesia, yaitu dasar kebangsaan”. (M.Yamin:1959,68-69)
Dalam kenyataannya agama yang dinilai sebagai kemudahan sebagai
pendesak dan pendorong solidaritas antar manusia tidak selamannya
tampil meyakinkan di ranah politik, dalam kasus pembakaran kalimat
taudid ini timbul berbagai isu yang menyebabkan timbulnya banyak hoax
dari oknum oknum yang tidak bertanggung jawab, menyebabkan
perpecahan di Indonesia menyebabkan banyaknya kasus atas dasar
agama.

Bangsa Indonesia mempunyai tujuan untuk bersatu ,tertera dalam


pancasila sila ketiga “ Persatuan Indonesia” itu jelas menegaskan sebagai
masyarakat Indonesia harus selalu bersatu.

“… bangsa Indonesia, Natie Indonesia, bukanlah sekadar satu golongan


orang yang hidup dengan le desir detre ensemble, diatas daerah yang kecil
seperti Minangkabu, atau Madura, atau Sintang, tetapi bangsa Indonesia
ialah seluruh manusia-manusia yang menurut geo-politik yang telah
ditentukan oleh Allah S.W.T., tinggal dalam kesatuan semua pulau-pulau
Indonesia dari ujung utara Sumatra sampai Ke Irian! Seluruhnya …menjadi
satu, sekali lagi satu… saya yakin tidak ada satu golongan diantara tuan-
tuan yang tidak mufakat, baik islam maupun golangan yang dinamakan
golongan kebangsaan. Ke situlah kita harus menuju semuanya”
(Setneg:71-72).

Kesimpilannya pancasila mengatur bagaiman kita untuk saling bertoleransi


,saling menghormati satu sama lain termasuk antar sesama umat
beragama.

4. Bagaimana tindakan pemerintah dalam kasus ini


Dalam kasus pembakaran kalimat tauhid polisi telah mengamankan tiga
pelaku pembakaran , dan sedang melakukan introgasi mengenai motif apa
yang digunakan pelaku.

Gubernur Jawa Barat juga menghimbau kepada masyarakat agar tetap


menjaga kondutifitas agar tidak terjadi konflik antar masyarakat. Dan biar
kasus ini diserahkan kepada pihak kepolisian.
5. Bagaimana kasus ini agar tidak terulang kembali.
Mengenai kasus pembakaran kalimat tauhid ini, dalam hal apapun
diklarifikasi dahulu , apakah itu bendera HTI atau bendera tauhid karena
masyarakat Indonesia sedang sentiment dengan Isu khusunya isu agama.

Hal apapun yang berkaitan dengan agama seharusnya tidak dikaitkan


dengan politik apalagi saat ini sedang banyak terjadi hoax dan isu sara
menjelang pilpres 2019 , hal apapun dapat ditatik menjadi isu politik, dan
jika isu itu memanas dapat menyebabkan adanya Konflik yang terjadi antar
Masyarakat Indonesia, agama dan politik itu berbeda dan sama sekali tidak
dapat disatukan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.inews.id/daerah/jabar/kapolda-jabar-kain-yang-dibakar-oknum-
banser-bendera-hti/290357
http://tirto.id/prabowo-atau-jokowi-siapa-untung-dari-kasus-pembakaran-
bendera-c8tA
Dewantara, A. (2017). Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini.
Dewantara, A. (2017). Alangkah Hebatnya Negara Gotong Royong (Indonesia dalam Kacamata Soekarno).
Dewantara, A. (2017). Alangkah Hebatnya Negara Gotong Royong (Indonesia dalam Kacamata Soekarno).

Dewantara, A. (2014). Filosofi Pendidikan Katolik dalam Perspektif Filsafat Aristotelian.


Putri, K. D., & Dewantara, A. (2018). Mulai Punahnya Nilai Kejujuran Dikaji Dengan Buku Diskursus
Pancasila Dewasa Ini.
Rahayu, A., & Dewantara, A. (2018). STUDI KASUS EKSEKUSI MATI TKI INDONESIA (TUTI TURSILAWATI)
DITINJAU DARI TEORI TINDAKAN MANUSIA, TATANAN MORAL SUBJEKTIF, DAN TATANAN MORAL
OBJEKTIF.
Sekretariat Negara Republik Indonesia (1995),Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesai (BPUPKI), Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai