Anda di halaman 1dari 6

Dinamika KDRT dalam opini Sosial Media

Rohmat Irvan Afandi (21301059) – Irvanafandi0000@gmail.com

A. Pendahuluan
Latar Belakang
Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) merupakan permasalahan sosial yang
merugikan banyak individu dan masyarakat. Fenomena ini tidak hanya menciptakan lingkungan
tidak aman di dalam rumah, tetapi juga memiliki dampak jangka panjang terhadap kesejahteraan
fisik dan psikologis korban. Meskipun upaya pencegahan dan penanggulangan KDRT telah
dilakukan, namun tingginya angka insiden KDRT menunjukkan perlunya penelitian lebih lanjut
untuk memahami faktor-faktor yang melibatkan dan mempengaruhi kejadian KDRT.
Sedari dulu hingga detik ini KDRT masih menjadi problematik yang susah di selesai kan,
solusi demi solusi sudah di lakukan, bahkan KDRT sendiri sudah mendapatkan kan UU
khususnya sendiri, sudah ada tendensi yang kuat yang mengatur kasus KDRT, namun tetap saja
tidak membuahkan hasil yang tuntas, namun cukup menjadi alternatif untuk hari ini dan masa
mendatang.
Hari ini sudah banyak orang yang sadar tentang kejahatan KDRT yang menyalahi Hak
asasi Manusia, berbagai pihak sudah mulai menyuarakan opininya terhadap kasus KDRT, baik
dalam media digital maupun dari mulut ke mulut, kepekaan ini sudah mulai merambak namun
belum menyuluruh. Dalam Opini saya ini, akan saya coba telaah terkait pendapat pendapat dari
beberapa pihak terkait KDRT, baik dari sisi hukum, sosial maupun budaya.

Rumusan Masalah :
1. Apa itu KDRT?
2. Bagaimana pendapat tokoh publik atau Influencer dalam menanggapi kasus KDRT?
3. Tinjauan sumber hukum dan argumen hukum apa yang di gunakan Influencer terhadap kasus
KDRT?
4. Pendapat Masyarakat khalayak umum terkait KDRT dan tanggapan mereka terhadap opini
Influencer yang menyangkut KDRT?
Tujuan Penelitian :
1. Menjelaskan dan memberikan gambaranh secara mendalam terkait apa itu KDRT dan
pengaruhnya.
2. Memaparkan argumen dari tokoh tokoh publik atau Influencer terkait kasus KDRT.
3. Menganalisis sumber hukum dan literatur pada ungkapan tokoh tokoh publik atau Influencer
terkait kasus KDRT.
4. Memaparkan serta menjelaskan pendapat masyarakat dalam menanggapi kasus KDRT dan
menganggapi opini Influencer terkait kasus KDRT.
5. Memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang dinamika KDRT.

B. Tinjauan Literatur
1. Faktor Risiko dalam KDRT
Faktor risiko yang berkontribusi pada kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) telah
menjadi fokus utama penelitian. Studi sebelumnya (Smith, 2018; Johnson et al., 2020) menyoroti
peran penting ketidaksetaraan kekuasaan, ketidaksetaraan gender, dan faktor psikologis dalam
memicu kejadian KDRT.
2.Dampak Psikologis pada Korban KDRT
Dampak psikologis jangka panjang terhadap korban KDRT telah menjadi perhatian
dalam literatur. Penelitian oleh Jones et al. (2019) menunjukkan bahwa korban KDRT sering
mengalami stres kronis, gangguan kecemasan, dan depresi yang memerlukan perhatian khusus
dalam pemulihan mereka.
3.Evaluasi Program Perlindungan dan Pencegahan KDRT
Tinjauan evaluatif terhadap program perlindungan dan pencegahan KDRT telah
dilakukan oleh Brown (2017) dan Davis et al. (2019). Meskipun beberapa program telah
berhasil, tantangan dalam implementasi dan evaluasi terus menjadi fokus utama.
4.Hubungan Faktor Sosial, Ekonomi, dan Budaya dengan KDRT
Hubungan antara faktor sosial, ekonomi, dan budaya dengan kejadian KDRT telah
menjadi subjek penelitian intensif (Garcia & Martinez, 2018; Wang & Lee, 2021). Hasil
penelitian ini memberikan wawasan tentang konteks yang mempengaruhi kejadian KDRT.
5. Kesimpulan Tinjauan Literatur
Tinjauan literatur ini menyoroti pemahaman saat ini tentang KDRT, dengan
menggarisbawahi pentingnya memahami faktor risiko, dampak psikologis, evaluasi program, dan
konteks sosial-budaya. Meskipun penelitian sebelumnya memberikan kontribusi signifikan,
masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami dinamika yang lebih kompleks dan
menginformasikan upaya pencegahan yang lebih efektif.

C. Studi Analisis dan Pembahasan


1. Gambaran umum
KDRT adalah singkatan dari Kekerasan dalam Rumah tangga, dimana segala tindakan
yang tidak mengenakkan dan tidak menyenangkan dalam keluarga bisa masuk kategori
kekerasan dalam rumah tangga. KDRT adalah kasus yang serius dan mengakar sehingga
sulit di selesai kan.
Sama halnya dengan kasus pelecehan, KDRT tidak memiliki indikator paten atau tolak
ukur yang jelas tentang sampai seperti apa tindakan di dalam keluarga bisa di sebut
Kekerasan, karena sifat dari Kekerasan itu sendiri adalah apabila si korban merasa
terasakiti, cukup jeli untuk menilai seberapa sakit korban terhadap perilaku yang dia
terima, namun perlu adanya kita mengawalal setiap korban untuk mau terbuka akan
perasaannya. Ketika seseorang telah menyatakan menjadi korban, pencarian indikator ini
sudah tidak berlaku, secara sadar kita harus langsung berpihak pada koraban.
Di dalam UU PKDRT di jelakan bahwa KDRT terbagi menjadi 4 kategori yaitu
Kekerasan Fisik, Kekerasan Psikologi, Kekerasan Seksual dan Penelantaran Keluarga.
Dalam konteks ini KDRT bukan hanya soal menyakiti fisik, ujaran buruk pada keluarga
juga merupakan KDRT, maka cakupan KDRT sebenarnya sangat begitu luas, namun
dalam tulisan ini nanti, kiranya akan fokus pada KDRT dalam kekerasan Fisik, karna yang
dapat teramati dengan mata telanjang tanpa berfikir indikator KDRT adalah kekerasan
Fisik, dimana ada kontak fisik yang menyakiti maka sudah di pastikan KDRT, sehingga
Kekerasan Fisik adalah KDRT yang paling mudah di identifikasi.
Dalam Opini yang saya buat ini saya melakukan observasi dan penggalian data dari
media sosial, dan media yang saya pakai untuk mendapat data data terkait isu KDRT
adalah Tiktok, dan Instagram, konten sosial media yang saya pakai ini adalah konten yang
saya rasa paling fleksibel dan ramah tampilan. Di dalam sosial media ini saya temukan
cukup banyak pendapat yang mayoritas nya dan hampir semua tentu menolak adanya
KDRT dan membenci adanya KDRT, seolah olah dan memang benar bahwa KDRT adalah
hal yang di laknat oleh siapapun, mulai dari Influencer sampai masyarakat yang gagap
teknologi, semua sebaris untuk melaknat dan menilai bahwa KDRT tidak sepantasnya ada.
2. Argumentasi sosial Media
a. Najwa Shihab :
KDRT bukan masalah privat karena KDRT memiliki undang undangnya sendiri
yaitu UU No. 23 tahun 2004 atau undangan tentang PKDRT (Penghapusan Kekerasan
Dalam keluarga), sehingga KDRT adalah masalah Publik, KDRT adalah urusan Negara,
sangat di sayangkan karna masyarakat hari ini masih banyak yang beranggapan bahwa
urusan keluarga tidak boleh di sebar luaskan, stigma yang sedemikian harus di
hapuskan, karna akan menciderai hak asasi dalam berpendapat, juga menciderai adanya
hukum publik yang di limpahkan pada UU PKDRT, Artinya KDRT adalah masalah kita
semua, ini adalah problem yang perlu kita selesai kan bersama, salah satu contoh yang
dapat kita lakukan adalah dengan melapor.
Apabila kita melihat tetangga, kerabat, mungkin diri kita sendiri atau bahkan
siapapun yang menjadi korban KDRT maka kita harus ada upaya membantu, salah satu
caranya dengan melapor kepolisi dan itu wajib kata Najwa Shihab, tetapi mungkin
sebelum itu ada langkah langkah lain dulu, seperti upaya konsolidasi dan penyadaran
bertahab, apabila hal tsb sudah tidak terbendung maka jalan satu satunya adalah
melapor, jangan takut melapor tindak pidana karna tindak pidana adalah urusan urgent
negara.

2. Quraish Shihab :
Quraish Shibah juga berpendapat yang secara subtansi nya sama dengan tokoh
lain yakni mengutik tindak KDRT, dengan perspektif agama Islamnya beliau
berpendapat menggunakan dasar dasar hukum Islam seperti Al-Qur'an dan Hadits.
Menurut beliau dalam Islam memukul Istri itu tindakan yang di perbolehkan kan,
namun dengan tafsiran yang berbeda, di dalam sebuah Hadits yang di bacakan Quraish
Shihab, Nabi Muhammad SAW mengatakan boleh memukul wanita / Istri yang
membangkang atau durhaka, namun lanjutan haditsnya adalah "pukul lah tanpa
menyakiti, jangan memukul wajah, jangan meninggalkan bekas, jangan menganiaya"
Maka hal ini akan cukup kontra diksi apabila di telaah memukul yang seperti apa yang
tidak menyakiti?
Maka di jelaskan lagi tekait tafsir memukul, dalam riwayat lain di katakan orang
yang berjalan adalah ia yang sedang memukul bumi, orang yang berbicara di ujung
telinga ssjatinya adalah sedang memukul gendang telinga, maka tafsir tersebut
menegaskan bahwa memukul bukan berarti seperti pengertian yang kita semua pahami,
artinya Islam membolehkan memukul namun melaknat KDRT.
Perkara ini juga di kuatkan dengan Hadits lain, di dalam hadits yang lain di
katakan tidak lah ada seorang laki laki yang memukul wanita kecuali ia adalah orang
yang gagal dalam hidupnya. Di Interpretasi kan pula oleh Quraish Shihab bahwa tidak
ada orang yang menghina perempuan kecuali dia adalah orang yang lebih dan paling
hina (salah satu hinaan adalah dengan memukul) dan tidak ada yang memulikannya
kecuali orang orang yang mulia. Sehingga menurut Quraish Shihab, wanita adalah
sosok mulai yang memang tidak boleh di cemari sama sekali.

c. Opini publik :
Selain dari pada tokoh tokoh hebat dan Influencer di luaran saya yang mengutuk
KDRT, masyarakat umum kebanyakn juga demikian, tetapi belum menyeluruh,
kebanyakan yang sadar akan perkara perkara yang tertuang di ungkapan Najwa Shihab
dan ayahnya Quraish Shihab adalah orang orang yang sudah berteknologi dan
mengalami konstruk sosial modernisme.
Dia yang masih menolak dan tertolak oleh digitalisasi kebanyakan masih menolak
dan ini adalah golongan orang yang di katakan Najwa Shihab sebagai orang yang
berfikiran KDRT adalah masalah privat dan sifatnya adalah aib keluarga. Dimana masih
banyak masyarakat yang beranggapan demikian juga kadang beranggapan bahwa
korban terlalu lebay, hal ini di tanggapi oleh Najwa Shihab juga bahwasannya
Defaultnya kita harus bisa memposisikan diri pada korban, itu sudah harus di seting
default.
Orang orang yang di sosial media adalah kebanyakan orang yang sadar, karna
hampir semua Influencer menyuarakan sehingga hal tersebut mengubah konstruksi
fikiran dari masyarakat, yang dimana masyarakat atau netizen akan menyetujui dan
mengaminkan segala konten tentang pelaknatan terhadap KDRT. Setiap konten KDRT
pastilah di dukung dengan pengaminan dari netizen.
Netizen hari ini yang di sosial media sudah mulai sadar, sudah mulai terbuka
matanya dan mulai banyak masyarakat terdidik sedikit demi sedikit, misi kita
selanjutnya dalam menuntaakan KDRY adalah dengan menyebarkan lagi paham paham
Gender dan kepekaan untuk Anti KDRT pada masyarakat yang belum sadar, yaitu
masyarakat yang dari golongan non sosial media.

D. Kesimpulan
KDRT adalah masalah komplek yang sudah ada cukup lama dan belum tuntas
terselesaikan, KDRT sendiri merupakan tindak pidana Khusus yang sudah di atur pula dalam UU
No. 23 tahun 2004 tentang Penghapus Kekerasan dalam rumah tangga, dalam UU ini KDRT di
bagi menjadi 4 secara garis besarnya, yaitu Kekerasan Fisik, Kekerasan Psikis, Kekerasan
Seksual, dan Penelantaran Keluarga. KDRT ini sama halnya dengan tindak pidana lain yang
dilaknat oleh banyak orang, namun masih ada pula orang orang yang acuh terhadap nya, menurut
Najwa Shihab kesadaran akan KDRT sangat penting, dengan adanya UU tentang PKDRT maka
maslah KDRT adalah masalah negara dan masalah kita semua, wajib bagi kita untuk berupaya
menuntaskannya, menurut Quraish Shihab Islam juga mengecam KDRT karna Islam sangat
memuliakan perempuan, sampai dalam ungkapan Quraish Shihab mengatakan dia yang
menghina perempuan adalah orang orang yang lebih dan paling Hina.

Anda mungkin juga menyukai