Anda di halaman 1dari 3

Nama : Neisa Luciarahma Rasyidi

NIM : 202210101145

Kelas : Pendidikan Pancasila 28

UAS PCL 28

1. Apa yang harus dilakukan agar “Bhineka Tunggal Ika” masih layak menjadi identitas nasional
Indonesia?

Jawab

Menurut saya salah satu hal yang kurang dari warga Indonesia adalah toleransi.
Walaupun, disetiap kurikulum pendidikan Indonesia, toleransi selalu dibahas, dikupas tuntas,
tetapi hasilnya tetap tidak sesuai dengan realita yang terjadi di lingkungan. Banyak sekali konflik
konflik antar agama bahkan antar golongan agama terjadi di Indonesia. Terkadang kecintaan atau
fanatisme terhadap suatu golongan membuat kita menang sendiri dan merasa diri ini yang paling
benar yang pada akhirnya mengesampingkan adanya toleransi itu sendiri.

Menurut saya sangatlah susah untuk menghilangkan rasa fanatisme itu apalagi disaat
posisi mereka adalah mayoritas. Yang bisa dilakukan sekarang untuk kasus kasus tersebut agar
“Bhineka Tunggal Ika” tetap layak menjadi identitas nasional adalah terus update tentang
masalah masalah terkini. Kita sebagai orang yang sadar terhadap toleransi haruslah membela
siapapun yang tertindas akan toleransi tersebut. Contoh aktualisasinya seperti membuat pamphlet
pendukung, ikut menyuarakan dan menjelaskan di media sosial, dan banyak lagi. Dengan
gerakan kita ini tentunya bisa meraih atensi pemerintah dan membahasnya secara bersama. Tidak
melulu memenangkan pihak mayoritas.

Sedangkan yang harus dilakukan untuk preventif di masa yang akan datang tentunya
dalam bidang edukasi. Pendidikan pancasila dan Bhineka Tunggal Ika haruslah menjadi
pelajaran tersendiri. Guru pengajarnya juga harus menyenangkan sehingga anak anak bisa
menerima pelajaran dengan baik. Orang tua juga harus turun tangan untuk mengedukasi anak
anak tentang toleransi. Sehingga generasi Indonesia di masa yang akan datang akan memiliki
jiwa Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.

2. Kemukakan pendapat kalian atas realitas sosial tersebut dengan menggunakan Pancasila dan
Hak Asasi Manusia sebagai pisau analisisnya!

Jawab

a. Kasus Ahmadiyah dan SKB 3 Menteri

Menurut saya, sikap pemerintah terhadap kasus yang terjadi pada Ahmadiyah sangatlah
mengecewakan. Sangat terlihat bahwa SKB 3 Menteri yang dikeluarkan pemerintah tidak sesuai
dengan pancasila. Khususnya sila pertama yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa” dimana pada sila
pertama terdapat butir “Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara
pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha
Esa” disana sangat jelas kita harus menghormati dan memberikan hak kepada seluruh penganut
agama dalam beribadah. Saat ada aliran yang berbeda dengan kita, asalkan aliran tersebut tidak
merugikan dan mengurangi hak hak kita dalam beribadah, kita harus juga menghormati aliran
aliran tersebut. Menurut Mahfud M.D. (2009: 16-17), Kebijakan pemerintah haruslah didasarkan
pada prinsip toleransi beragama dan keberadaban. Indonesia bukanlah negara gama sehingga
tidak boleh melahirkan kebijakan yang hanya didasarkan pada suatu atau beberapa golonga saja.
Menurut Magnis Suseno (2011: 118-121), Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dirumuskan untuk
menjamin tidak adanya diskriminasi atas dasar agama sehingga negara harus menjamin
kebebasan beragama dan pluralism ekspresi keagamaan. Dari dua kutipan tersebut sangat
disayangkan pihak Ahmadiyah mendapatkan diskriminasi dari pemerintah. Kedepannya SKB
tersebut seharusnya dicabut dan Ahmadiyah diperbolehkan untuk beribadah kembali.

b. Kasus Ibu Meiliana

Menurut saya, sikap pemerintah terhadap ibu Meiliana sangatlah mengecewakan. Jujur
saja, complain terhadap “suara adzan yang terdengar lebih keras” itu sangatlah wajar. Jika hanya
karena kalimat tersebut Ibu Meiliana dimasukkan ke penjara itu sangatlah tidak masuk akal.
Apalagi pada kasus tersebut tidak ada bukti rekaman yang menguatkan bahwa ibu Meiliana
menghina atau protes keras terhadap peribadatan islam. Sikap pemerintah tidak mencerminkan
sila kedua dan keempat tentang kebebasan berpendapat warga Indonesia. Pemerintah terlihat
hanya membela warga mayoritas saja, yaitu warga beragama muslim yang mungkin bahkan tidak
tahu pasti bagaimana kronologi dari kasus tersebut. Seharusnya Ibu Meiliana bisa dibebaskan
dan kasus kasus seperti ini tidak terjadi lagi.

3. Atas peristiwa-peristiwa tersebut, sampaikan analisa kritis kalian!

Jawab

Menurut saya memang benar apa yang menjadi teori bahwa dewan perwakilan
merupakan wakil rakyat itu hanya teori belaka. Mungkin ada satu dua orang yang benar benar
menjadi wakil rakyat. Namun, pada kenyataannya mayoritas dewan perwakilan hanya memihak
pada sesuatu yang dapat menguntungkan mereka saja, contohnya kepada investor. Para wakil
rakyat sudah terbiasa dengan lifestyle hidup mewah sehingga jika ada sesuatu yang
menguntungkan mereka khususnya dari segi harta maka mereka dengan mudahya memihak
mereka.

Sebagai cotoh pada RUU minerba di pertengahan 2020 yang menghebohkan Indonesia.
Saat itu Indonesia masih dalam gentingnya suasana pandemi, tetapi DPR dengan tanpa ada
satupun nota permasalahan dari DPD malah mengesahkan RUU tersebut. Isi RUU tersebut tidak
lain sangat condong kepada para investor. Padahal dikutip pada film documenter sexy killer,
keadaan lingkungan di sekitar tambang batubara sangatlah mengenaskan. Air tidak lagi jernih.
Banyak korban jiwa akibat pencemaran lingkungan. Lubang lubang bekas galian yang tidak
tertutup juga menyebabkan anak anak tenggelam kehilangan nyawa. Dan dengan disahkannya
RUU tersebut investor akan lebih mudah lagi mengeksplooitasi Indonesia.

Dari kasus tersebut sangat terlihat jelas bahwa dewan perwakilan kita tidak berpihak
kepada rakyat. Hal tersebut sudahlah hal yang lumrah. Namun hal yang lumrah bukanlah hal
yang bisa kita benarkan. Sebagai mahasiswa apa yang harus kita lakukan? Kita bisa membuat
petisi jika suatu kebijakan dirasa merugikan rakyat Indonesia. Kita juga bisa
menyosialisasikannya lewat media sosial dan meraih khalayak banyak demi Indonesia menjadi
semakin sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai