Anda di halaman 1dari 6

UTS METODE SEJARAH

Pembina: Ari Sapto

Nama: Alfaro Ferdian Syahputra


NIM: 220732602876
Off: G22

1. A. Metode sejarah dikatakan bersifat universl berarti metode sejarah


dapat digunakan atau dimanfaatkan oleh disiplin ilmu-ilmu lain untuk
kepentingan memastikan fakta pada zaman dahulu. Ketika berbagai disiplin
ilmu dan sejarah berdekatan, penggunaan metode sejarah dalam berbagai
disiplin ilmu-ilmu lainnya menjadi semakin terlihat. Sebuah contoh yang
jelas dapat ditemukan dalam ilmu politik, di mana pemahaman akan
sejarah menjadi kunci penting dalam menganalisis dan memprediksi
dinamika politik dalam suatu negara atau wilayah. Para ahli politik
membutuhkan keterampilan sejarah untuk melacak asal-usul sistem
politik, konflik, atau perubahan sosial yang terjadi, sehingga mereka dapat
membuat keputusan yang lebih tepat dan strategis. Dalam geografi sejarah
juga digunakan sebagai ilmu bantu yang dimana memunculkan bidang
ilmu yang disebut geografi sejarah atau sejarah lingkungan. Melalui
pendekatan sejarah dan geografi, para ahli geografi dapat melihat
bagaimana pola-pola pemanfaatan sumber daya alam, perubahan iklim,
atau aktivitas manusia lainnya memengaruhi ekosistem dan keberlanjutan
lingkungan.
B. Menurut Sartono Kartodirjo metode sejarah adalah cara untuk
mengetahui sejarah. Dengan demikian, metode sejarah adalah suatu
metode atau teknik sistematis yang terdiri dari langkah-langkah yang harus
dilakukan untuk mengetahui terjadinya suatu peristiwa sejarah. Tahapan
tersebut meliputi heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil dari
metode sejarah adalah pengetahuan tentang peristiwa sejarah. Sedangkan
menurut Sartono Kartodirjo, metodologi sejarah adalah pengetahuan
tentang bagaimana mengetahui bagaimana cara mengetahui sejarah.
Dengan kata lain, metodologi sejarah adalah cara membingkai metode
sejarah. Hasil dari metodologi sejarah adalah metode sejarah.

2. Kritik Eksternal: Kritik eksternal merupakan cara menguji


kebenaran dari bahan yang digunakan dalam sumber sejarah seperti
prasasti, dokumen, dan naskah. Kritik eksternal meliputi keadaan fisik dari
sumber sejarah seperti bahan baku sumber, cara pembuatan atau
penulisan sumber, identifikasi tulisan tangan atau ketikan, dan lain-lain.
Contoh dalam kasus ini adalah identifikasi rontal-rontal kuno pada masa
hindu-buddha dapat diidentifikasi dari bahannya menggunakan daun
lontar, menggunakan aksara kawi, dan cara menulisnya menggunakan
Teknik menggores permukaan daun.
Kritik Internal: Kritik Internal merupakan cara menguji kebenaran isi
sumber dengan cara meneliti isi dari bahan dan dokumen sejarah, misalnya
melihat apakah isi tersebut bersifat historis atau tidak dan apakah isinya
sesuai dengan sejarah atau tidak. Kritik internal mencakup isi, Bahasa
yang digunakan, tata Bahasa, situasi penulisan, dokumen, gaya penulisan,
ide dan lain lain. Contoh dalam kasus ini adalah kritik terhadap naskah
Babad Tanah Jawi yang menuliskan sejarah Majapahit, hal ini tidak bisa
dijadikan rujukan karena babad tanah jawi ditulis 250 tahun setelah
majapahit runtuh dan hal itu menyebabkan perspektif, ide, agama, gaya
bahasa sangat melenceng dengan sumber primer yang ditulis pada era
majapahit.

3. Ada empat hal yang harus diperhatikan saat menggunakan surat


kabar atau koran sebagai bahan atau sumber penulisan sejarah yang
pertama adalah menentukan warnanya terutama pengaruhnya dalam
mengolah peristiwa-peristiwa, norma ketelitiannya, sumber-sumber
informasinya, identifikasi pribadi beberapa dari pengarangnya Hal-hal ini
sangat penting untuk memastikan akurasi dan keandalan informasi yang
digunakan dalam penyusunan sejarah berdasarkan surat kabar atau koran.
4. Menurut Sartono Kartodirjo ada empat jenis bahan yang digunakan
untuk documenter yaitu otobiografi, surat kabar, dokumen-dokumen
pemerintah, dan cerita roman. Otobiografi adalah tulisan Riwayat hidup
seseorang yang ditulis oleh dirinya sendiri, dalam dokumen seperti itu
memuat faktor-faktor subjektif, seperti segi-segi afektif, motivasi, harapan-
harapan, dan pengalaman. Contohnya adalah kumpulan surat-surat R.A
Kartini yang diterbitkan mejadi buku yang berjudul “Door Duisternist tot
Liehr”.
Surat Kabar surat kabar adalah suatu penerbitan yang ringan dan
mudah dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah yang
disebut kertas koran, yang berisi berita-berita terkini dalam berbagai topik.
Data yang dimuat dalam surat kabar kadang telah menunjukkan fakta, di
samping juga merupakan opini, interpretasi dan pikiranpikiran spekulatif.
Surat kabar berguna untuk melengkapi dokumen-dokumen lain bahkan
merupakan dokumen inti untuk membantu penentuan tanggal dari sumber
lain. Contohnya adalah sejak 2003 pihak manajemen redaksi membangun
Depo Arsip Suara Merdeka untuk mewadahi penyimpanan dan pengelolaan
arsip koran Suara Merdeka
Dokumen Pemerintah Di dalam dokumen pemerintah biasanya
dimuat keputusankeputusan, berita-berita, laporan-laporan pemerintah
tentang peristiwaperistiwa, laporan tahunan, data statistik, pernyataan
pemerintah dan sebagainya. Contoh dari dokumen pemerintah adalah teks
Pembukaan UUD 1945.
Cerita Roman Karya sastra seperti roman atau novel pada dasarnya
bukan hanya merupakan karya ekspresi seorang pengarang, tetapi kadang
kala terungkap data keadaan sosial dari periode tertentu. Keadaan social
seperi struktur sosial, kelas sosial dan lembaga-lembaga sosial, datanya
bisa didapatkan dalam cerita roman. Contoh: Serat Centini, yaitu karangan
yang menggambarkan kehidupan sosial dari periode awal dan pertengahan
Mataram Islam.

5. Dalam buku Sekitar Proklamasi Mohammad Hatta melakuan kritik


tentang penlisan sejarah yang dianggap tidak sesuai dengan apa yang
beliau alami. Dari sebagian cerita yang oleh beliau dianggap dongeng
adalah: “Salah satu dari legenda itu ialah,
Sukarno dan Hatta hanya bersedia memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia setelah dipaksa oleh pemuda. Menurut legenda itu, karena
Sukarno dan Hatta tidak mau menyetujui desakan pemuda-pemuda untuk
memproklamasikan Indonesia merdeka, maka tanggal 16 Agustus pagi
mereka dibawa ke Rengasdengklok dan di sana dipaksa menandatangani
Proklamasi kemerdekaan itu esok harinya dibacakan di Pengangsaan Timur
56 pukul 10 pagi” (Hatta, 1982: 3). Sedangkan menurutnya kejadian yang
sebenarnya menurutnya adalah dirinya, Soekarno, bersama Dr. Radjiman,
sudah dijanjikan kemerdekaan sejak beliau diundang Terauci ke Dalat,
Vietnam. Lalu, tanggal 14 Agustus 1945 kembali ke Jakarta. Di depan
rakyat Indonesia Soekarno berpidato, “kalau dahulu saya berkata sebelum
jagung berbuah Indonesia akan merdeka, sekarang saya dapat memastikan
Indonesia akan merdeka sebelum jagung berbunga” (Hatta, 1982: 23).
Setelahnya disambung oleh Mohammad Hatta, “Jalan revolusioner itu
menjadi teka-teki, apabila proklamasi kemerdekaan itu diucapkan oleh
Soekarno, yang dari semua bekerja sama dengan Jepang dan
memproklamasikan kemerdekaan, sesudah Jepang mengakui kemerdekaan
Indonesia dan pelaksanaannya diserahkan pada Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia” (Hatta, 1982: 11-12). Mohammad hatta merasa
gelisah karena berita-berita Riwayat proklamasi tidak sesuai dengan apa
yang beliau alami dan beliau merupakan pelaku dan saksi peristiwa
bersejarah itu.
Dalam buku Riwayat Proklamasi Adam Malik menyatakan dalam
tulisannya “Kira-kira jam 4 pagi, keluarlah sebuah auto dari Cikini 71,
orang-orang yang duduk di dalam auto itu, Khairul Shaleh, Sukarni, J Kunto
dan Dr. Muwardi. …Sukarni dan J. Kunto meneruskan perjalanan ke rumah
Bung Hatta. Ketika tiba di rumah Bung Hatta, Sukarni menyuruh penjaga
untuk membangunkan Bung Hatta. Setelah Bung Hatta bangun, karena
kaget, bertanya kepada Sukarni: “Apa maksudnya?” Sukarni menjawab:
“Bung (Hatta) lekas-lekas bersiap, karena keadaan sudah memuncak
genting, rakyat sudah tidak sabar menunggu lagi. Bung Hatta yang
mendengarkan keadaan memuncak dan kejadian-kejadian yang mungkin
membahayakan jiwa itu, barulah ia bersiap-siap, walaupun dengan hati dan
perasaan yang agak dongkol, karena dibangunkan dari kesenangan
tidurnya itu” (Malik, 1982: 47). Setelah rombongan tiba di Rengasdengklok,
para rombongan diterima oleh komandan tangsi dan stafnya. Mereka terus
dibawa ke tempat yang telah disediakan. Untuk Sukarno dan anak istrinya
satu ruangan, dan untuk Bung Hatta pun satu ruangan. Hasil dari
pertemuan beberapa menit itu, dapat menghilangkan keragu-raguan dan
kebimbangan Sukarno-Hatta dan barulah mereka mulai mempercayai dan
meyakini akan adanya penyerahan Jepang, serta percaya akan siap
sedianya seluruh rakyat untuk menyatakan proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Putusan saat itu dinamakan Persetujuan Rengas Dengklok.
Sukarno-Hatta berjanji akan turut dan sedia menandatangani proklamasi
kemerdekaan Indonesia, akan tetapi syaratnya harus ditandatangani di
Jakarta (Malik,1982). Selanjutnya Adam Malik menyatakan “Sukarni
membacakan isi teks proklamasi yang dibawanya; di dalamnya diterangkan:
“bahwa dengan ini rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Segala
badan-badan pemerintah yang ada harus direbut oleh rakyat dari orang-
orang asing yang masih mempertahankannya. … Sayuti Meliklah yang
mengetiknya, hingga akhirnya bunyi proklamasi yang disiarkan sebagai
berikut; “kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan
Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain
diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-
singkatnya” (Malik, 1982: 65).
Sejarah Proklamasi dalam Buku lebih banyak memuat cerita sejarah
berdasarkan karya Adam Malik. Terdapat perbedaan yang signifikan antara
catatan sejarah Hatta dan Adam Malik, termasuk perbedaan waktu, orang,
dan latar. Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa penulisan sejarah
proklamasi kemerdekaan memerlukan penelitian khusus untuk
menyesuaikannya kembali, agar narasi sejarah benar-benar dekat dengan
peristiwa aslinya, dan tidak menyusup ke tujuan pribadi, selain
kepentingan bangsa. Tulisan Hatta terkesan sangat natural dan benar-
benar menuliskan kisah ini dalam memorinya sebagai partisipan sejarah
langsung proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pada saat yang sama, tulisan
Adam Malik dipandang sebagai pelaku sejarah, namun tidak bertanggung
jawab langsung atas peristiwa. Ingatannya terhadap sejarah proklamasi
merupakan versi pengalaman pribadinya sebagai actor tetapi tidak
langsung terlibat sebagai pelaku sejarah langsung Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai