Anda di halaman 1dari 3

(Note : Bagian yang ditebalkan wajib ditulis di lembar

jawaban,sisa studi kasus dan penyelesaian akan diberikan di


Hari H UTS)
Perdamaian dapat dibagi menjadi dua konsep utama: "negative peace" dan "positive peace."

A. . *Negative Peace:*

Negative peace merujuk pada situasi ketika konflik atau kekerasan secara fisik dihentikan tanpa
memperhatikan masalah mendasar yang mungkin menyebabkan konflik tersebut. Ini menciptakan
keheningan atau absennya pertikaian tanpa menangani akar penyebabnya. Contohnya adalah gencatan
senjata atau perjanjian damai tanpa upaya mendalam untuk menyelesaikan konflik struktural.

B . Positive Peace

Positive peace, di sisi lain, mencakup penyelesaian akar penyebab konflik, menciptakan struktur
sosial dan politik yang mendukung keadilan, kesetaraan, dan kesejahteraan. Ini melibatkan upaya aktif
untuk membangun fondasi yang mencegah konflik muncul kembali. Pembangunan ekonomi,
pemberdayaan masyarakat, dan pengakuan hak asasi manusia adalah elemen-elemen dari positive
peace.

Sebagai contoh, jika dua kelompok yang sebelumnya terlibat dalam konflik bersedia untuk hidup
bersama secara damai (negative peace), namun belum menyelesaikan ketidaksetaraan sumber daya atau
hak asasi manusia (positive peace), situasi tersebut masih bisa menjadi tempat kelahiran konflik baru

2. Teori Kekerasan

Kekerasan, sebagai fenomena sosial, telah menjadi fokus berbagai teori yang mencoba menjelaskan
penyebab, dinamika, dan dampaknya dalam masyarakat. Salah satu teori yang mendalaminya adalah
teori kekerasan struktural. Teori ini menyoroti peran struktur sosial dan ketidaksetaraan dalam
memengaruhi tingkat kekerasan di masyarakat. Pemikiran ini menegaskan bahwa faktor-faktor seperti
ketidaksetaraan ekonomi, ketidakadilan, dan ketidaksetaraan akses terhadap sumber daya dapat
memicu dan memelihara tingkat kekerasan yang tinggi.

Penting untuk memahami bahwa teori kekerasan tidak hanya memandang kekerasan sebagai gejala
individu atau kelompok tertentu, tetapi sebagai hasil dari kondisi sosial yang lebih luas. Teori ini
menekankan pentingnya memahami struktur kekuasaan, distribusi sumber daya, dan dinamika sosial
yang dapat menciptakan ketegangan dan konflik. Dengan memahami akar struktural kekerasan, upaya
pencegahan dapat lebih efektif dilakukan dengan menargetkan perubahan struktural yang
mendasarinya.

Meskipun teori kekerasan struktural memberikan wawasan yang berharga, berbagai teori lain juga
menyumbangkan pemahaman yang komprehensif mengenai kekerasan. Teori kekerasan psikologis,
misalnya, menyoroti peran faktor psikologis dan emosional dalam memahami perilaku kekerasan.
Dengan menyatukan berbagai pendekatan ini, kita dapat membangun pemahaman yang lebih mendalam
tentang kekerasan dalam konteks sosial yang kompleks.
3. Teori konflik merupakan sebuah teori yang menyatakan bahwa konflik disebabkan oleh 3 aspek
yaitu Kontradiksi,Behavior,dan Attitude atau bisa disebut dengan segitiga SPK (Sikap,Perilaku,dan
Konflik). 3 Aspek ini berkaitan satu sama lain, dimana kontradiksi yang dapat berupa isu dapat
memunculkan Attitude yang berupa kebencian,

Segitiga SPK merupakan alat bantu analisis konflik yang memiliki tiga komponen utama: konteks atau
situasi, perilaku aktor yang terlibat, dan sikap dari para aktor. Konteks merupakan hal yang melatar
belakangi dan menjadi “wadah” bagi konflik bertumbuh. Sikap merupakan respon dari aktor terhadap
konteks yang ada, namun tidak tampak secara eksplisit. Adapun perilaku merupakan tanggapan lanjutan
dari sikap para aktor terhadap konteks yang ada dan perilaku ini tampak secara eksplisit. Ketiga
komponen ini memiliki relasi yang saling memengaruhi satu sama lain yang digambarkan dengan dua
arah tanda panah. Tujuan dari segitiga SPK sendiri ialah mengidentifikasi ketiga faktor tersebut pada
setiap aktor. Melalui identifikasi inilah, faktor-faktor yang ada dicoba untuk dihubungkan dengan
berbagai kebutuhan guna melakukan intervensi pada situasi konflik sehingga konflik dapat terkelola
dengan baik. Meskipun demikian, sebenarnya tujuan dari segitiga SPK ini sangat bergantung pada waktu
penggunaannya. Apabila analisis dilakukan di awal konflik, maka analisisnya bertujuan untuk
memperoleh pemahaman mengenai motivasi dari para aktor. Apabila dilakukan selama konflik
berlangsung, maka tujuannya adalah mengamati perubahan dan hubungan dari berbagai aspek yang
terlibat. Apabila dilakukan pada akhir konflik, maka tujuannya adalah untuk mengidentifikasi faktor-
faktor yang dapat diatasi pada konflik melalui intervensi pada faktor terkait.

Segitiga SPK merupakan alat bantu analisis konflik yang memiliki tiga komponen utama: konteks atau
situasi, perilaku aktor yang terlibat, dan sikap dari para aktor. Konteks merupakan hal yang melatar
belakangi dan menjadi “wadah” bagi konflik bertumbuh. Sikap merupakan respon dari aktor terhadap
konteks yang ada, namun tidak tampak secara eksplisit. Adapun perilaku merupakan tanggapan lanjutan
dari sikap para aktor terhadap konteks yang ada dan perilaku ini tampak secara eksplisit. Ketiga
komponen ini memiliki relasi yang saling memengaruhi satu sama lain yang digambarkan dengan dua
arah tanda panah. Tujuan dari segitiga SPK sendiri ialah mengidentifikasi ketiga faktor tersebut pada
setiap aktor. Melalui identifikasi inilah, faktor-faktor yang ada dicoba untuk dihubungkan dengan
berbagai kebutuhan guna melakukan intervensi pada situasi konflik sehingga konflik dapat terkelola
dengan baik. Meskipun demikian, sebenarnya tujuan dari segitiga SPK ini sangat bergantung pada waktu
penggunaannya. Apabila analisis dilakukan di awal konflik, maka analisisnya bertujuan untuk
memperoleh pemahaman mengenai motivasi dari para aktor. Apabila dilakukan selama konflik
berlangsung, maka tujuannya adalah mengamati perubahan dan hubungan dari berbagai aspek yang
terlibat. Apabila dilakukan pada akhir konflik, maka tujuannya adalah untuk mengidentifikasi faktor-
faktor yang dapat diatasi pada konflik melalui intervensi pada faktor terkait.

Anda mungkin juga menyukai