Anda di halaman 1dari 11

Drs. Hambali, M.

Si, Pendidikan Kewarganegaraan

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) SEBAGAI STRATEGI


PEMBELAJARAN DALAM MEMBANGUN BANGSA DAN WATAK BANGSA
(NATION & CHARACTER BUILDING)

Oleh
Drs. Hambali, M.Si
*Dosen PPKn FKIP Universitas Budi Utomo Malang

ABSTRAK

Bertolak dari berbagai persoalan yang melanda bangsa dan negara, krisis
multidimensional yang berimbas pada krisis sikap moral, prilaku, serta karakter dan kepribadian
manusia Indonesia. Di samping berbagai persoalan bangsa dan negara, seperti konflik horizontal
antar komunitas dalam masyarakat, konflik vertikal antar daerah dengan pusat (gerakan sparatis
daerah), bahkan sampai pada konflik/sentiment batas wilayah dengan negara tetangga, serta
ancaman idiologi-isme dan intervensi negara lain terhadap kedaulatan NKRI. Semua persoalan di
atas penyelesaiannya menjadi tanggung jawab pemerintah dan warganegaranya. Dengan
demikian Pembelajaran PKn menjadi semakin strategis dan penting untuk membentuk
kepribadian yang berwawasan NKRI. Dalam upaya membangun bangsa dan negara yang
berkepribadian, memiliki watak kebangsaan serta memiliki kecintaan terhadap tanah air,
disinilah peran strategis pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang harus dilakukan
secara tri-pusat (yakni; pendidikan di sekolah, keluarga, dan masyarakat) menjadi semakin
penting dan mendesak.

Kata kunci: Pembelajaran PKn, strategi, membangun watak bangsa

A. PENDAHULUAN Koentjaraningrat (1994) menyatakan


bahwa “… keberantakan ekonomi
Bergulirnya “era reformasi” pada 21 tersebut berjalan sejajar dengan
Mei 1998 sebagai satu gerakan moral dan kemunduran sektor-sektor kehidupan
motivasi yang bercita-cita menata
sosial-budaya seperti krisis otoritas,
kembali (me-reform) aspek-aspek
kemacetan administrasi dan korupsi
kehidupan berbangsa dan bernegara menyeluruh, sudah kita alami semuanya,
secara totalitas. Semangat, slogan dan dank arena itu tak perlu diperinci lebih
yel-yel reformasi selalu terdengar di lanjut”. Bersamaan dengan hal di atas
mana-mana yang pada intinya pada delapan tahun silam, bangsa
menghendaki kondisi bangsa dan negara Indonesia telah “jatuh-terpuruk” lebih-
yang sekarang akan lebih baik dari pada
lebih disebabkan berbagai krisis
kondisi sebelumnya, sebagai akibat dari (multidimensional crisis) melanda bangsa
berbagai krisis yang melanda bangsa.
Indonesia yang berawal dari krisis
Sebelum reformasi bergulir, moneter, kemudian merambah ke kriris

Vol. 1. No. 1 April-Oktober 2006


JURNAL PPKn DAN HUKUM
53
Drs. Hambali, M. Si, Pendidikan Kewarganegaraan

moneter, kemudian merambah ke krisis beberapa apparat dan pejabat yang


ekonomi, politik, sosial, kepemimpinan terindikasi krosupsi, para remaja
nasional, dan moral bangsa. Krisis multi terperangkap narkoba, menipisnya
dimensional sebagai pokok masalah kesadaran akan hokum, dan bahkan
“benang merah” suatu istilah yang sampai aksi adu jotos para wakil rakyat/
digunakan dalam berbagai issue dan anggota DPR juga tidak terelakkan, dan
wacana krisis yaitu “kondisi gawat – lain-lain). Suatu fenomena, indikasi, dan
darurat – genting” yang melanda bangsa realita mengenai sikap, prilaku, dan watak
Indonesia dalam aspek kehidupan atau temperamen sebagian orang,
berbangsa dan bernegara. mengindikasikan betapa rendahnya
Kondisi nasib bangsa yang terpuruk bangsa dan watak bangsa Indonesia
itu, oleh sebagian kalangan menuding dewasa ini.
rezim Orde Baru (Orba) dan Presiden Pada sisi lain, khususnya
Soeharto sebagai penyebabnya. Selama penghayatan, pengamalan ideologi dan
lebih dari tiga dasawarsa Soeharto faham pada indikasi umum, sebagian
mengendalikan jalannya roda manusia Indonesia terjebak dan
pemerintahan dianggap tidak demokratis. cenderung memuja faham liberalistik,
Meskipun demikian, bila mencermati dari individualistik, dan kapitalistik, oleh
obrolan dan “bisik-bisik” di kedai kopi di karenanya manusia terbuai dan
mana sebagai tempat masyarakat kelas berorientasi pada kepentingan pribadi dan
menengah ke bawah bertemu dan golongan, sehingga kesadaran sosial tidak
bersosialisasi, sesekali terlontar ucapan lagi dijadikan acuan dalam kehidupannya.
dari mulut mereka dalam membanding Manusia Indonesia lupa dan kehilangan
era-reformasi dan zaman Pak Harto watak dan jatidirnya, makna Pancasila
(Orba) bahwa”… lebih enak zamannya sebagai falsafah bangsa dan ideologi
Pak Harto dari pada kondisi bangsa negara tidak lagi dijadikan acuan dan
sekarang” dan mereka lagi-lagi tidak dijunjung tinggi sebagai pedoman
merindukan iklim dan kondisi pada masa sikap dan prilaku bangsa Indonesia.
Orba. Sehubungan dengan kenyataan di atas,
Sebagian kalangan masyarakat bahwa implementasi dari sebuah gerakan
memuji kondisi stabilitas keamanan, dan semangat reformasi dapat dikatakan
ketertiban, ketersediaan pangan dan tidak banyak membawa kearah perubahan
papan pada zaman Orba. Sebagian positif yang signifikan dari berbagai
kalangan juga ada yang sangat prihatin aspek, terutama aspek sikap, prilaku,
dengan kondisi bangsa Indonesia pada watak dan atau temperamen masyarakat
saat ini kaitannya dengan sikap, prilaku, Indonesia.
dan watak atau temperamen sebagaian Dengan demikian jelas bahwa PKn
orang. Misalnya fenomena sikap, prilaku masih diperlukan sebagai pembelajaran
dan watak sebagian orang yang tidak yang strategi dalam membangun bangsa
sepatutnya (seperti; orang mudah dan watak bangsa. Membangun bangsa
terpropokasi, bertindak destruktif, main dan watak bangsa dalam negara yang
hakim sendiri, demonstrasi sana-sini, ada pluralistik adalah suatu keharusan dalam

JURNAL PPKn DAN HUKUM Vol. 1. No. 1 April-Oktober 2006


54
Drs. Hambali, M. Si, Pendidikan Kewarganegaraan

memupuk nasionalisme (paham warganegara. Secara lebih khusus tujuan


kebangsaan) guna melanggengkan pembelajaran PPKn terdapat perbedaan
integritas bang-sa dan negara Indonesia penekanan pada setiap jenis, jalur, dan
dalam bingkai NKRI, serta menjadi hal jenjang pendidikan.
yang prinsip sebagai kepribadian, watak
dan jatidiri bangsa-bangsa beradab. C. PKn DALAM TINJAUAN
Dalam rangka membangun manusia HISTORIS
itu perlu pula dikembangkan sistem Pendidikan Kewarganegaraan
pendidikan nasional yaitu sebuah tatanan Pengetahuan sosial dan studi sosial
kelembagaan kependidikan yang mampu adalah terjemahan dari social studies,
membina kepribadian manusia Indonesia merupakan suatu muatan program
seutuhnya, disamping nilai-nilai Pancasila pembelajaran yang pada sekitar tahun
yang masih dipandangan sebagai 1920-an di Amerika Serikat sudah
“cobesive force” (daya pemersatu) dijadikan materi pembelajaran bagi dunia
sebagai landasan kokoh, sebagai pendidikan dasar dan pendidikan
pandangan hidup, dan kepribadian menengah. Substansi obyek dan kajian
bangsa. pengetahuan sosial seperti sejarah,
geografi, dan ekonomi lebih memberikan
B. KONSEPSI/PENGERTIAN, pengetahuan dan informasi tentang
OBYEK DAN TUJUAN PKN penelaahan masyarakat.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Tujuan, motivasi, dan tuntutan
adalah sebagai usaha pembelajaran warga mendesak bergulirnya pengajaran sosial
negara (mahasiswa/siswi) yang (social studies) pada siswa sekolah-
diharapkan melalui pemberian serta sekolah di Amerika lebih dikarenakan
pengembangan nilai-nilai pada orientasi masyarakat AS yang multi
kebangsaan/nasionalisme, patriotisme dan etnik dalam rangka mengakomodasikan
demokratis kepribadian dan karakter perbedaan-perbedaan latar belakang
warganegara. sosial-kultural dan etnisitas di bawah satu
Berdasarkan Surat Keputusan Dirjen kebangsaan (united nations) terutama
Dikti Nomor 267/DIKTI/KEP/2000, pasca Perang Dunia pertama. Seperti
bahwa pada jenjang Pendidikan Tinggi, dikatakan Daldjoeni (1992:6-7) bahwa:
materi dan obyek pembahasan PKn Di Amerika Serikat berkem-bangnya
mencakup; (1) Pengantar PKn (mencakup social studies, sesudah perang dunia
hak dan kewajiban warga negara; pertama (1920), ketika diperlukan
pendidikan pendahuluan bela negara; integrasi nasional yang mendesak. Negeri
Demokrasi Indonesia, dan (4) Politik dan tersebut kebanjiran imigran dari Eropa
Strategi nasional. Timur dan Eropa Selatan yang
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan dikhawatirkan akan dapat mengacaukan
secara umum memberikan pengetahuan perkembangan peradaban Anglo-Saxon
tentang hubungan warga negara dan yang mencirikan kekhasan peradaban
negara, serta membentuk kompetensi Amerika Serikat. Para ahli pendidikan di
dasar kepribadian dan sosial bagi sana berkesimpulan bahwa dalam

JURNAL PPKn DAN HUKUM Vol. 1. No. 1 April-Oktober 2006


55
Drs. Hambali, M. Si, Pendidikan Kewarganegaraan

menghadapi itu semua pengajaran sejarah kewarganegaraan di Indonesia lebih


kurang lagi mampu membekali para siswa diarahkan kepada pendidikan dan atau
untuk dapat mengerti masalah pembelajaran siswa dalam rangka
kontemporer. Dengan demikian memahami realita-realita sosial
pengintroduksian social studies masyarakat Indonesia dengan segala latar
dipandang sebagai obat yang diharapkan belakang sosial-kultural yang ada, yaitu
mujarab. fenomena sosial, dan masalah-masalah
Pengajaran sosial yang inklud dengan sosial serta solusinya, selain pembinaan
pengajaran civics secara lebih terarah di siswa dalam aspek sikap dan prilaku
Indonesia, semula berkembang pada (sebagai warga negara dalam memahami
tahun 1960-an, dimana terdapat lembaga hak dan kewajibannya dalam arti yang
pendidikan tinggi (pada saaat itu FKIS luas). Materi pengajaran
IKIP Malang) telah memprogramkan disajikan/diberikan berbeda pada tiap-tiap
bidang sub jurusan/studi Civic Hukum jenjang sekolah dengan pertimbangan
1963. Tujuan dibentuknya sub jurusan itu daya pikir dan usia yang dikaitkan dengan
adalah guna memenuhi ketersediaan tingkat kesukaran memahami materi
guru/pengajar civics. Ide dan motivasi pengajaran.
dibentuknya sub jurusan dimaksud
terinspirasi bahwa setiap negara berusaha D. KURIKULUM DAN LANDASAN
melakukan pembinaan terhadap HUKUM PKn
warganegaranya dengan menjadi warga Undang Undang No. 2 Tahun 1989
negara yang baik melalui pendidikan tentang Sistem Pendidikan Nasional
formal. Setelah beberapa tahun kemudian dalam pasal 39 (2) mengamanatkan
lebel/nama jurusan juga selalu berganti- bahwa, di setiap jenis, jalur dan jenjang
ganti dari Civic Hukum (1963), Sejarah pendidikan wajib memuat Pendidikan
Civic Hukum (1970), Sub Departemen Pancasila, Agama dan Pendidikan
Civis (1975), Departemen Civics Hukum Kewarganegaraan, dan khusus di
(1980), PP dan KN (1982), tahun 1984 Perguruan Tinggi yang lebih dikenal
menjadi PMP dan KN, tahun 1995 dengan Matakuliah Pengembangan
sampai sekarang menjadi Pendidikan Kepribadian (MPK) Termasuk dalam
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). kelompok Matakuliah Dasar Umum
Seiring dengan dinamika dan (MKDU).
perkembangan pengajaran Implementasi dari ketentuan di atas
kewarganegaraan (civics, civics hukum, bagi jenjang Pendidikan Dasar dan
PMP) langkah-langkah dan metode yang Menengah, bahwa Pendidikan
di laksanakan di IKIP Malang pada saat Kewarganegaraan digabung ke dalam
itu menjadi model dan cenderung di ikuti Pendidikan Pancasila dan
oleh departemen/jurusan yang ada di Kewargenagaraan atau PPKn. Sedangkan
lingkup IKIP/LPTK terutama di luar di Perguruan Tinggi, Pendidikan
pulau Jawa. Kewarganegaraan digabung dengan
Tujuan pengajaran sosial dalam Pendidikan Kewiraan. Pendidikan
kaitannya dengan pendidikan Kewarganegaraan (Perguruan Tinggi)
melalui Surat Dirjen Dikti No.

JURNAL PPKn DAN HUKUM Vol. 1. No. 1 April-Oktober 2006


56
Drs. Hambali, M. Si, Pendidikan Kewarganegaraan

267/DIKTI/2000 dikenal dengan nama “hight-tect”; Gus Dur dengan kebijakan


Pendidikan Kewiraan. Materi demokratisasi dan HAM; Megawati
pembelajaran Pendidikan Kewiraan lebih prioritas kebijakan yang dianggap tidak
menekankan pada Pendidikan jelas; dan SBY dinilai pro-Barat dan AS
Pendahuluan Bela Negara (PPBN), dan serta tidak lebih tegas.
pembahasan tentang hubungan antara
warga negara dan negara. Dalam hitungan waktu 1998 s/d 2006
Landasan hukum Penyelenggaraan rata-rata periode setiap Presiden menjabat
Pendidikan Kewarganegaraan didasarkan 2 (dua) tahun. Sebuah kebijakan strategis
(1) UUD 1945, (2) Ketetapan MPR No. dari setiap pemerintahan untuk waktu
II/MPR/1999 tentang GBHN, (3) UU No. yang relatif singkat kurang lebih dua
tahun adalah tidak memadai guna menata
20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-
bangsa dan negara. Terhadap kebijakan-
ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan
kebijakan yang sudah digulirkan itu dari
Negara Republik Indonesia, (4) UU No. 2
keempat presiden, ternyata mendapat
Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, dan (5) Surat Keputusan Dirjen tanggapan dan penilaian pro-kontra dari
Dikti No. 267/DIKTI/KEP/2000 tentang berbagai kalangan. Sebagian pihak
Penyempurnaan Kurikulum Inti menanggapi dan menilai kondisi dan
Matakuliah Pengembangan Kepribadian. iklim bangsa dan negara saat ini tidak
lebih baik dari pada Orba, bahkan
dianggap telah “terpuruk”, “carut-marut”,
E. PARTISIPASI DAN USAHA
terjerumus dan tak sanggup bangkit,
MEMBANGUN BANGSA DAN
sehingga melahirkan keprihatinan
NEGARA
Pasca pergantian pemerintahan (rezim mendalam. Namun tidak sedikit pula
penguasa) di Indonesia, sejak 21 Mei kalangan menanggapi dan menilai bahwa
1998 hingga sekarang khususnya dari kondisi bangsa sekarang sudah lebih baik
Orla ke era reformasi, berimplikasi pada dari pada kondisi sebelumnya (Orba).
pengelolaan pemerintahan negara serta Seiring dengan kondisi dan
perkembangan yang telah, sedang, dan
aspek kehidupan berbangsa dan
akan dilalui dalam menata bangsa dan
bernegara. Proses pemerintahan dan
negara untuk melangkah, telah lahir
ketatanegaraan terus bergulir sampai pada
gerakan, organisasi, dan lembaga yang
issue suksesi kepemimpinan nasional
sehingga terjawab dengan telah prihatin dan peduli terhadap fenomena
bergantinya empat Presiden RI yakni B.J nasib dan kondisi bangsa dalam era
Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati reformasi. Gerakan, organisasi, dan
Soekarno Putri, dan sekarang Susilo lembaga dengan semangat
memperjuangkan visi misi
Bambang Yudhoyono. Dari masing-
menyelamatkan bangsa dalam NKRI
masing Presiden yang telah mengemban
sebagai amanat Proklamasi Kemerdekaan
tugas pemerintahan negara itu diantara
RI dimaksud antara lain:
mereka lahir kebijakan-kebijakan
strategis dan selalu mendapat tanggapan 1) Perkumpulan Membangun Kembali
kontroversial dari berbagai kalangan Indonesia (PMKI) yang dipelopori
oleh cendekiawan muslim Prof. Dr.

JURNAL PPKn DAN HUKUM Vol. 1. No. 1 April-Oktober 2006


57
Drs. Hambali, M. Si, Pendidikan Kewarganegaraan

Nurcholis Madjid (Alm) dkk. terhadap arah kebijakan pemerintah yang


2) Lembaga Kerjasama Penumbuhan selalu dalam kontrol dan pantauan
Karakter Bangsa (LKPKB) yang mereka, yang akhir-akhir ini ditunjukkan
didirikan 20 Mei 2000 sebagai dalam gerakan moral/ demonstrasi, dan
gerakan dengan visi misi: “nation and diskusi akademik. Perhatian serupa juga
character building”. LKPKB datang dari lembaga swadaya masyarakat
terbentuk sebagai kemitraan antar /LSM, seperti ICW, Kontras, dan Gowa,
PTN-PTS (sampai sekarang Indonesia Procurement Watch (IPW),
berjumlah 18 PTN – PTS). LSM, serta lembaga-lembaga sosial dan
3) Lembaga Pengkajian dan keagamaan yang ada. Peran serta
Pengembangan Kehidupan Bernegara komponen masyarakat menjadi penting
(LPPKB) dengan visi misi perjuangan dalam rangka mengawal proses
untuk meningkatkan pelaksanaan membangun bangsa dan negara. Seperti
kehidupan berbangsa dan bernegara dikatakan Kansil, C.S.T (2003: 92)
sesuai amanat Proklamasi bahwa; “Berhasilnya pelaksanaan
sebagaimana tersurat dan tersirat penyelenggaraan negara untuk mencapai
dalam UUD Proklamasi (aktif cita-cita bangsa tergantung pada peran
memberi masukan dalam proses revisi aktif masyarakat serta sikap mental, tekad
atas amandemen UUD 1945 yang dan semangat, serta ketaatan dan disiplin
dianggap banyak memprihatinkan para penyelenggara negara”. Pada
karna kontroversial sampai pasca uji gilirannya akan mendukung tercapainya
sahih April 2004 oleh Komisi tujuan pembangunan nasional.
Konstitusi bersama berbagai
komponen bangsa. F. KONSEP BANGSA DAN WATAK
4) Gerakan dengan visi misi untuk BANGSA
menegakkan (dan menyelamatkan) Sebagai negara berdaulat, Indonesia
jati diri bangsa, ialah Yayasan Jatidiri terdiri dari beraneka ragam suku bangsa.
Bangsa yang dipelopori oleh tokoh- Suku-suku bangsa yang ada itu mendiami
tokoh senior di Lemhanas. Gerakan bentangan daratan kepulauan dari Sabang
ini bersama komponen bangsa sampai Meraoke, dari Miangas sampai
melaksanakan misi Membangun Rote, dengan segala latar belakang adat-
Kembali Karakter Bangsa melalui istiadat, budaya, dan sistem sosial yang
Penyemaian Jatidiri Bangsa melalui beranekaragaman pula. Keanekaragaman
berbagai seminar lokakarya, maupun suku bangsa itu pula oleh furnifall
penulisan buku. diistilahkan sebagai bangsa yang
Partisipasi dan kontribusi dalam pluralistik atau majemuk. Kemajemukan
menata kehidupan negara, tidak saja suku bangsa itu tidak menjadikan bangsa
dilakukan oleh organisasi dan lembaga di Indonesia terkotak-kotak, melainkan
atas, selain itu sumbang, saran, dan terintegrasi ke dalam suatu bangsa
pemikiran juga datang dari kalangan (nation) yang mempunyai kemauan
mahasiswa melalui badan/unit bersama serta diikat persamaan
kemahasiswaan, mereka selalu perhatian kepentingan.

JURNAL PPKn DAN HUKUM Vol. 1. No. 1 April-Oktober 2006


58
Drs. Hambali, M. Si, Pendidikan Kewarganegaraan

Makna “bangsa” (nation) adalah suatu kehidupan tanpa pedoman dan tanpa
nyawa, suatu azas akal, yang terjadi dari orientasi yang tegas, yang harus
dua hal: pertama-tama rakyat itu dulunya disadarkan. Sikap dan prilaku
harus bersama-sama menjalani satu diistilahkannya sebagai “mentalitas” di
riwayat; kedua, rakyat itu sekarang harus antaranya; (1) sifat mentalitas yang
mempunyai kemauan, keinginan hidup meremehkan mutu, (2) sifat mentalitas
menjadi satu. Bukannya jenis (ras), yang suka menerabas, (3) sifat tak
bukannya bahasa, bukannya agama, percaya pada diri sendiri, (4) sifat tak
bukannya persamaan butuh, bukannya berdisiplin murni, dan (5) sifat dan
pula batas-batas negeri yang menjadikan mentalitas yang suka mengabaikan
‘bangsa’ itu (Ernest Renan dalam tanggung jawab yang kokoh.
Soekarno, 1964: 3). Sedangkan makna Dalam rangka memperkokoh
“nasionalisme” Sukarno mengatakan kepribadian dan jatidiri bangsa,
adalah suatu itikad; suatu keinsyafan mencermati pidato Perdana Menteri
rakyat, bahwa rakyat itu ada satu Malaysia di hadapan parlemennya akhir
golongan, satu “bangsa”. Maret 2006, Abdullah Ahmad Badawi
Pengertian watak bangsa (nation ketika memaparkan misi program 9th
character) meliputi: (1) kepribadian Malaysia Plan (9MP) menyatakan;
bangsa, (2) karakter bangsa, dan (3) bahwa salah satu faktor menjadi negara
jatidiri bangsa, secara umum ketiganya maju adalah kapabilitas dan karakter
diartikan sebagai totalitas sikap dan rakyatnya, dan Malaysia perlu
prilaku. Namun dalam pembicaraan yang mengadopsi pendekatan menyeluruh
lebih terarah dapat dibedakan satu dengan terhadap sumberdaya manusia, tidak
lainnya. Pemaknaan kepribadian (person) hanya pengetahuan dan keterampilan, tapi
seseorang selalu diidentikkan dengan ciri- juga etika, cara berpikir, yang progresif
ciri kerohanian yang melekat pada diri dan kesadaran budaya (dalam Jawa Pos, 1
pribadi bersifat khas dan khusus yang April 2006: 14).
dapat membedakan seseorang dengan
orang lain. Kepribadian atau personality G. PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
adalah totalitas potensi yang melekat pada KEWARGANEGARAAN
setiap orang sebagai faktor pengakuan Pembangunan sebuah negara tidak
(pelebelan) yang diberikan seseorang selalu berorientasi dan mengejar
kepada orang lain. kemajuan pada aspek ilmu pengetahuan
Membangun bangsa bermartabat dan teknologi (Iptek) belaka, namun tak
dibutuhkan sikap dan prilaku sebagai kalah pentingnya bahwa pembangunan
suatu sifat yang kuat dan sungguh- dan pembinaan pada aspek sumber daya
sungguh (komitmen) sebagai gejala jati manusia (SDM). Dengan pembangunan
diri bangsa. Guna membangkitkan SDM yang berkualitas, diharapkan
karakter bangsa Koentjaraningrat (1994: mampu menciptakan dana mengelola
45) melihat kemunduran-kemunduran kecanggihan Iptek. Dalam rangka
sikap dan prilaku sebagian besar orang membentuk kepribadian dan karakter
Indonesia yang bersumber pada manusia Indonesia (kualitas SDM) yang

JURNAL PPKn DAN HUKUM Vol. 1. No. 1 April-Oktober 2006


59
Drs. Hambali, M. Si, Pendidikan Kewarganegaraan

berlandaskan nilai-nilai luhur dan falsafah tanya jawab, (3) metode diskusi, (4)
bangsa Pancasila, dalam hal ini metode bermain peran, (5) metode
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) inquiri, (6) metode pemberian tugas, (7)
memiliki peran strategis. Terdapat dua metode sosiodrama, dan (8) metode
metode/pendekatan pembelajaran PKn, simulasi. Tentang metode pengajaran
(1) secara instruksional dilakukan dengan nama yang lebih pas dan sesuai untuk
metode-metode yang lazim di lingkungan diterapkan kepada subyek didik/siswa,
sekolah, (2) dan pembelajaran dan sangat tergantung kepada: (1) tingkat
pendekatan khusus dalam PKn. jenjang sekolah, dan usia subyek didik,
Mencermati obyek yang dibahas dan (2) obyek/topik materi yang akan
dalam Pendidikan Kewarganegaraan, dibahas, (3) menuntut keterampilan
bahwa pada jenjang Pendidikan Tinggi, pengajar (guru) kompetensi
materi dan obyek pembahasan PKn profesionalitas yang dimilikinya.
mencakup; (1) Pengantar PKn (mencakup Terdapat beberapa metode, model,
hak dan kewajiban warganegara; dan pendekatan khusus yang perlu
pendidikan pendahuluan bela negara; dikembangkan dalam pembelajaran PKn,
Demokrasi Indonesia; Hak Asasi di antaranya:
Manusia); (2) Wawasan Nusantara; (3) Skenario Proses dan Kapabelitas Guru
Ketahanan Nasional, dan (4) Politik dan Secara administratif,
Strategi nasional. Pada jenjang sekolah Satpel/SAP/Program Pengajaran
dasar, obyek pembahasan PKn lebih dianggap sebagai struktur dan runtut dari
menekankan pada aspek-aspek proses awal sampai akhir pengajaran.
pembelajaran sosial. Memperhatikan Dalam proses pembelajaran PKn akan
obyek yang dibahas dalam PKn, strategi lebih menarik dan menuntut peran
pembelajaran dan pengajaran PKn dapat pengajar sebagai “sutradara”, menyusun
dilaksanakan dengan berbagai metode skenario, sekaligus sebagai aktor. Dengan
dan pendekatan. kata lain menuntut integritas dan
Metode pembelajaran merupakan penghayatan bagi pengajarnya.
beberapa cara dan atau pendekatan yang Sumber Belajar
dilakukan oleh guru secara terpadu dan Sumber belajar dalam PKn
terorganisir dalam menyampaikan dewasa ini tidak mutlak dari guru tetapi
materi/bahasan yang diajarkan kepada subyek didik diarahkan kepada sumber
subyek didik atau pembelajar. Metode belajar yang lain, terutama terkait dengan
pengajaran (pembelajaran) menurut pemanfaatan teknologi informasi dan
Surachmad, Winarno (tanpa tahun) pemberitaan seperti media cetak (jurnal,
merupakan cara yang diberikan guru koran, dan majalah), bahkan penggunaan
kepada siswa dengan efektif, efisien, dan internet (misalnya berkaitan dengan
mudah ditangkap, dimengerti oleh siswa materi/ topik HAM, terhadap informasi
untuk mencapai keberhasilan. Dalam peristiwa aktual pelanggaran HAM,
pengajaran PPKn di sekolah terdapat badan nasional/internasional yang
beberapa metode yang digunakan, antara mengurus tentang HAM), hal ini jelas
lain: (1) metode ceramah, (2) metode membutuhkan anggaran dan biaya tinggi.

JURNAL PPKn DAN HUKUM Vol. 1. No. 1 April-Oktober 2006


60
Drs. Hambali, M. Si, Pendidikan Kewarganegaraan

Proses Pengajaran dan Penyajian sejarah ketatanegaraan, yakni perlu


Materi/topik diadakan “pemutihan sejarah”
Dalam pembelajaran PKn perlu ketatangeraan RI.
dicermati materi/topik yang dikaitkan
dengan aspek kekinian secara kontekstual H. PENDIDIKAN KEWARGA-
dan aktual terhadap objek, terutama NEGARAAN (PKN) SEBAGAI
peristiwa, fenomena, dan kebijakan PEMBELAJARAN STRATEGIS
pemerintah yang sedang mencuat dalam DALAM MEMBANGUN BANGSA
pemberitaan yaitu relevansi pemberitaan DAN WATAK BANGSA
“hangat” dengan materi/topik PKn Pembangunan manusia Indonesia
(misalnya pada materi/topik Demokrasi seutuhnya merupakan tugas dan tanggung
Indonesia, ketika proses Pemilu jawab bangsa dan negara. Dengan
berlangsung maka guru harus demikian sebagai implementasi dari
menjelaskan hal itu, meski materi/topik pokok pikiran mendasar harus ditempuh
tersebut ada pada urutan terakhir dalam melalui tri-pusat pendidikan yang
buku teks). Dengan demikian tidak berarti melibatkan sekolah, orang-tua, dan
pengajar harus membahas urut bab demi masyarakat. Manusia Indonesia
bab secara runtut. seutuhnya (MIS) menurut Noor Syam, M.
Kebakuan Materi (2000: 102-103) Bangsa dan negara RI
Suatu hal yang masih melekat berupaya dan mengakui bahwa pusat dan
pada sebagian kalangan, ada anggapan prioritas pembangunan nasional adalah
bahwa Pendidikan Pancasila dan membangun kepribadian manusia,
Kewarganegaraan (PPKn) dan Pendidikan jasmani rohani, akal dan budi nurani;
Kewarganegaraan (PKn) di pandang mental dan moral dan demi kesehatan,
identik dengan Bidang Studi sebagai kesejahteraan dunia dan akhirat, yakni
perpanjangan-tangan- sebagai MIS yang dicita-citakan.
pemerintah/penguasa, seperti zaman Melalui sekolah peran PKn sebagai
Orba, lebih ekstrem disebut pembelajaran strategi dalam rangka
“indoktrinisasi” yakni sebagai instruksi, pembinaan dan pembentuk karakter,
ajaran, dan pembenaran sejarah yang jatidiri, dan kepribadian bangsa yang
kebenarannya masih meragukan. secara teoritis-yuridis adalah menjadi
Anggapan seperti itu di era reformasi, sangat penting. Program instruksional
menjadikan PKn tidak menarik dan tidak khususnya pembelajaran dan pendidikan
popular. kewarganegaraan (PKn), tidak saja
Dengan pandangan seperti di atas, berlaku di Indonesia, bahkan program
oleh pemegang otoritas/ pemerintah perlu serupa juga dilakukan di beberapa negara
memikirkan pendekatan atau paradigma [seperti; (1) Amerika Serikat; History,
baru guna menggugah kembali esensi Humanity, dan Philosophy, (2) Jepang:
pembelajaran PKn. Sebagai solusi, salah Japanese History, Ethics, dan
satunya adalah meninjau kembali Philosophy, (3) Filipina: Philipino,
terhadap referensi dan buku ajar PKn Family Planning, Taxation, dan Study of
yang di dalamnya memuat bahasan/ topik Human Right] dilaksanakan secara formal

JURNAL PPKn DAN HUKUM Vol. 1. No. 1 April-Oktober 2006


61
Drs. Hambali, M. Si, Pendidikan Kewarganegaraan

dan melembaga. pemakainya. Disinilah peran strategis


Khususnya di jenjang pendidikan PKn sebagai bagian dari bidang
tinggi (Depdiknas, 2003: 179) dengan Pembelajaran Pengembangan
visi; Pendidikan Kewarganegaraan Kepribadian.
menjadi sumber nilai dan pedoman
penyelenggaraan program studi dalam I. PENUTUP
mengantarkan mahasiswa Salah satu obyek materi/topik dalam
mengembangkan kepribadiannya selaku Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
warga negara agar mampu mewujudkan adalah Pendidikan Pendahuluan Bela
nilai-nilai dasar perjuangan bangsa Negara (PPBN). Pembelajaran PPBN
Indonesia serta kesadaran berbangsa, yang terdapat dalam PKn sebelumnya
bernegara dalam menerapkan ilmunya merupakan bagian dari Pendidikan
secara bertanggung jawab terhadap Kewiraan (khususnya di Perguruan
kemanusiaan. Tinggi). Pendidikan Kewarganegaraan
Sebagai pendidikan pengembangan dalam konteks di atas adalah sebagai
kepribadian, obyek/topik bahasan penjabaran dari konsepsi Wawasan
mengenai hubungan warga-negara (hak, Nusantara.
kewajiban, dan tanggung jawab) dengan Berbagai persoalan bangsa dan
negara, dan nilai-nilai kemanusia/HAM negara, seperti; konflik horizontal antar
yang terdapat dalam silabi PKn komunitas dalam masyarakat; konflik
dipandang mendukung dan efektif untuk vertikal antar daerah dengan pusat
membina subyek didik yang memiliki (gerakan separatis daerah); bahkan
kepribadian tangguh. sampai pada konflik/sentiment batas
Seiring dengan perkembangan era global, wilayah dengan negara tetangga; serta
yang disebabkan pembangunan dan ancaman idiologi-isme dan intervensi
kemajuan yang dicapai di bidang ilmu negara lain terhadap kedaulatan NKRI.
pengetahuan dan teknologi (Iptek) Semua persoalan di atas penyelesaiannya
khususnya kemajuan yang dicapai dalam menjadi tanggung jawab pemerintah dan
teknologi komunikasi dan informasi, warga-negaranya. Dengan demikian
yang berdampak luas terhadap aspek- Pembelajaran PKn menjadi semakin
aspek kehidupan manusia itu sendiri. strategis dan penting untuk membentuk
Melalui teknologi komunikasi dan kepribadian yang berwawasan NKRI.
informasi (melalui situs internet) Pembelajaran PKn di perguruan tinggi
memudahkan orang untuk mengakses diharapkan para lulusan memiliki
berbagai informasi yang berkaitan dengan kompetensi dasar, yakni sebagai
segala aspek kehidupan manusia. warganegara yang sadar dan berwawasan
Bahayanya, bila mana penerima informasi kebangsaan dan mengerti akan konsepsi
tidak mampu memilah informasi yang sistem ketahanan nasional. Pada jenjang
berupa anasir-anasir (nilai sosial-budaya sekolah dasar, melalui bidang IPS (kelas I
asing) dan nilai-nilai baik dan yang s/d III) dan PKn-S (kelas IV s/d VI).
buruk, maka akan berpengaruh terhadap Sedangkan pada jenjang pendidikan
sikap-sikap dan prilaku manusia menengah pendidikan kewarganegaraan

JURNAL PPKn DAN HUKUM Vol. 1. No. 1 April-Oktober 2006


62
Drs. Hambali, M. Si, Pendidikan Kewarganegaraan

sudah berdiri sendiri. Soeprapto,. (2006). Membangun Karakter


Bangsa sebagai Upaya
DAFTAR PUSTAKA Memperkokoh Jatidiri Bangsa
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Menghadapi Peluang dan
Negeri Malang. 2005. Katalog dan Tantangan Post Modernisme.
Deskripsi Mata Kuliah Jurusan (Makalah, dalam Seminar
PPKn Nasional” Jatidiri Bangsa
Daldjoeni. (1999). Dasar-dasar Ilmu Menghadapi Peluang dan
Pengetahuan Sosial (untuk Tantangan Post Modernisme”),
Mahasiswa IKIP / FKIP dan Guru LPPKB, Unibraw, Malang
Sekolah Lanjutan)., Alumni, Sukaya, Endang Zaelani, dkk., (2000).
Bandung Pendidikan Kewarganegaraan
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Untuk Perguruan Tinggi., Edisi
Modul Acuan Proses Pembelajaran Reformasi., Penerbit: Paradigma,
Matakuliah Pengembangan Yogyakarta.
Kepribadian. Dirjen Dikti, Kansil, C.S.T., dan Christine., (2003).
Direktorat Pembinaan Akademik Modul Pancasila dan
dan Kemahasiswaan, Jakarta. Kewarganegaraan., edisi Pertama
Laboratorium Pancasila Universitas PT. Pradnya Paramita, Jakarta
Negeri Malang. (Ed) )2004). Kansil, C.S.T., (1996). Hukum
Reformasi di Persimpangan, Kewarganegaraan Republik
Refleksi dan Tantangan Bangsa Indonesia. Edisi Kedua. Sinar
dalam Era Globalisasi. UM – Grafika, Jakarta.
Press, Malang. Koentjaraningrat. (1994). Kebudayaan
Noor Syam, M. 2000. Pancasila, Dasar Mentalitas dan Pembangungan.
Negara RI, Wawasan Sosio- Cetakan Ketujuh. Jakarta. PT.
Kultural, Wilosofis dan Gramedia Pustaka Utama
Konstitusional. Edisi II. Malang, Jawa Pos, 21 Maret, 2006.
Laboratorium Pancasila UM Membangkitkan Kembali Minar
Soekarno. 1964. Dibawah Bendera Pendidikan Kewarganegaraan
Revolusi., Cetakan ketiga. Panitia Siswa SMA, Pengajaran PKn
Penerbit: Dibawah Bendera Dikemas Menarik, hlm. 10
Revolusi, Jakarta Jawa Pos, 1 April, 2006. Majukan
Surachmad, Winarno. (tanpa tahun). Malaysia dengan 9 MP, hlm. 14
Metode Pengajaran Nasional. IKIP
Bandung.

JURNAL PPKn DAN HUKUM Vol. 1. No. 1 April-Oktober 2006


63

Anda mungkin juga menyukai