Anda di halaman 1dari 10

BAHASA INDONESIA UNTUK PERGURUAN TINGGI

KALIMAT DAN KLAUSA

Diajukan sebagai Syarat untuk Memenuhi Tugas Mata


Kuliah Bahasa Indonesia pada Program Studi Arsitektur
Bangunan Gedung
Yang Diampuh oleh Gunawan, M.Pd.

Oleh:
ARIEF LUQMANUL HAKIM-4202027019
MUHAMMAD SYAFRIANTO-4202027030
MUHAMMAD AMIRUL AKBAR-4202027024

PROGRAM STUDIARSITEKTUR BANGUNAN


GEDUNG
JURUSAN ARSITEKTUR
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Kalimat
dan Klausa tepat waktu.

Makalah Kalimat dan Klausa ini disusun guna memenuhi tugas Bapak
Gunawan,M.Pd pada bidang studi Bahasa Indonesia di Politeknik Negeri
Pontianak. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca tentang fungsi dan kalimat klausa.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak


Gunawan,M.Pd selaku dosen Bahasa Indonesia. Tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni
penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Pontianak,21-Oktober-2020

MUHAMMAD AMIRUL AKBAR


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 2

A. Latar Belakang ......................................................................................... 2

B. Masalah Penelitian .................................................................................. 2

C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3

A. Unsur Pembangun Identifikasi Fungsi dan Kategori ...................................... 3

B. Jenis Jenis Kalimat ................................................................................ 4-6

BAB III PENUTUP............................................................................................. 7

A. Simpulan .................................................................................................. 7

B. Saran........................................................................................................ 7

DAFTAR PUSTAKA 8
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masalah dalam bidang ilmu bahasa berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan.
Bahasa tulis memiliki hubungan dengan struktur bahasa. Tataran gramatikal dalam
bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan dengan sistem kata,
frasa, klausa, dan kalimat. Hal paling kecil dalam penelitian bahasa tulis adalah frase.
Frase tersusun atas dua unsur atau lebih. Frase memiliki banyak jenis, di antaranya
adalah frase preposisional. Frase preposisional berkaitan dengan objek yang didahului
oleh preposisi. Objek dalam frase tersebut dapat dijadikan sebagai subjek pada klausa
pasif. Satuan lingual dalam penelitian frase berupa kalimat dan klausa. Tiap kalimat terdiri
atas beberapa frase. Tataran fungsi frase dapat dikaji melalui ilmu sintaksis. Struktur
sintaksis berkaitan dengan fungsi, kategori, dan peran. Fungsi sintaksis berkaitan dengan
subjek, predikat, objek dan keterangan. Kategori sintaksis berkaitan dengan nomina,
verba, adjektiva dan numeralia. Peran sintaksis berkaitan dengan pelaku, penderita dan
penerima.Salah satu ruang lingkup sintaksis yaitu kalimat. Ada sebagai macam jenis
kalimat. Mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks. Kalimat memuat unsur S-P-O-
K. Keterangan dalam kalimat bukanlah unsur inti, namun keterangan memiliki peran
cukup penting dalam analisis sebuah kalimat. Konstituen dasar dalam kalimat berupa
klausa.

B. RUMUSAN MASALAH

Ada dua rumusan masalah dalam penelitian ini.


1.Bagaimana unsur pembangun identifikasi fungsi dan kategori ?
2.Bagaimana jenis jenis kalimat ?

C. TUJUAN PENELITIAN

1.Mendeskripsikan unsur pembangun identifikasi fungsi dan kategori


2.Memaparkan jenis jenis kalimat
BAB II PEMBAHASAN

A. Unsur Pembangun Identifikasi Fungsi dan Kategori

Fungsi sintaksis ada lima, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), komplemen (Kom), dan
keterangan (Ket). Dari kelima fungsi tersebut, tidak semuanya harus ada dalam suatu
kalimat. Fungsi sintaksis yang harus hadir hanya subjek dan predikat, sedangkan objek,
komplemen, dan keterangan tidak wajib ada. Fungsi-fungsi tersebut akan diisi oleh kata,
frasa, dan klausa. Berikut ini uraian kelima fungsi tersebut:

1. Subjek merupakan orang atau benda yang melakukan tindakan yang ditunjukkan oleh
kata kerja atau yang dalam keadaan digambarkan oleh kata kerja. Subjek kalimat
biasanya diisi dengan kata benda atau kata ganti orang/benda.
2. Predikat yaitu unsur yang membicarakan atau menjelaskan pokok atau subjek kalimat.
3. Objek yaitu unsur kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba transitif pengisi
predikat dalam kalimat aktif.
4. Komplemen yaitu unsur kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat aktif yang
diisi oleh verba intransitif dan predikat pasif yang verbanya dilekati prefiks di-
sebelumnya.
5. Keterangan yaitu unsur kalimat yang memberi keterangan kepada seluruh kalimat
diantaranya:
6. Pengubah (modifier) yaitu semua kata dalam kalimat yang bukan kata kerja, subjek,
objek langsung, objek tidak langsung, atau pelengkap.

B. Jenis Jenis Kalimat

Berdasarkan pengucapan kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang.
Kalimat langsung juga dapat diartikan kaliamt yang memberitakan bagaimana ucapan
dari orang lain (orang ketiga). Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua
(“….”) dan dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah.
Contoh:
– Ibu berkata: “Lukman, jangan meletakkan sepatu di sembarang tempat!”
– “Saya gembira sekali”,kata ayah,”karena kamu lulus ujian”.

2. Kalimat Tak Langsung


Kalimat Tak Langsung adalah kalimat yang kalimat yang menceritakan kembali
ucapan atau perkataan orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan
tanda petik dua dan sudah dirubah menjadi kalimat berita.
Contoh:
– Ayah berkata bahwa dia senang sekali karena aku lulus tes Polisi.
– Ibu berkata bahwa tugas itu harus segera diselesaikan tepat waktu.
Berdasarkan Jumlah Frasa

Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:


1. Kalimat Tunggal
Kallimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdiri dari satu
subjek dan satu predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat dasar sederhana.
Kalimat-kalimat yang panjang dapat dikembalikan ke dalam kalimat-kalimat dasar yang
sederhana dan dapat juga ditelusuri p0la-pola pembentukannya. Pola-pola kalimat
dasar yang dimaksud adalah:
* KB + KK (Kata Benda + Kata Kerja)
Contoh: Victoria bernyanyi
. S P
* KB + KS (Kata Benda + Kata Sifat)
Contoh: Najim sangat rajin
. S P
* KB + KBil (Kata Benda + Kata Bilangan)
Contoh: Alasannya seribu satu.
. S P
Kalimat tunggal dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.


Contoh : Saya siswa kelas VI.
2. Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.
Contoh : Ayah bernyanyi.

Setiap kalimat tunggal di atas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada
unsur-unsurnya. Dengan penambahan unsur-unsur itu, unsur utama dari kalimat
masih dapat dikenali. Suatu kalimat tunggal dapat diperluas menjadi dua puluh atau
lebih. Perluasan kalimat tesebut terdiri atas:
1.Keterangan tempat, seperti di sini, dalam ruangan terbuka, lewat Pontianak,
sekeliling desa.
2.Keterangan waktu, seperti: setiap hari, pada pukul 24.00, tahun depan, kemarin
sore, minggu ketiga bulan ini.
3.Keterangan alat (dengan + kata benda), seperti: dengan pisau, dengan undang-
undang itu, dengan sendok, dengan wesel pos, dengan cek.
4.Keterangan modalitas, seperti: harus, barangkali, seyogyanya. sesungguhnya,
sepatutnya.
5.Keternagan cara (dengan + kata sifat/kata kerja), seperti: dengan hati-hati,
seenaknya saja, selekas mungkin.
6.Keterangan aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan telah.
7.Keterangan tujuan, seperti: agar bahagia, untuk anaknya, supaya aman, bagi
mereka.
8.Keterangan sebab, seperti: karena rajin, sebab berkuasa, lantaran panik.
9.Keterangan aposisi adalah keterangan yang sifatnya menggantikan, seperti:
penerima medali emas, Muhammad Zohri.
10.Frasa yang, seperti: mahasiswa yang IP-nya 3 ke atas, pemimpin yang
memperhatikan rakyat.
2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan
baik kordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas 3 jenis,
yaitu:

Kalimat Majemuk Setara (KMS)


Kalimat ini terbentuk dari 2 atau lebih kalimat tunggal dan kedudukan tiap kalimat
sederajat. Kalimat majemuk setara dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian,
yaitu:
* KMS Penggabungan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh
kata dan atau serta.
Contoh:
– Kami mencari bahan dan mereka meramunya.
– Ratih dan Amirul bermain bulu tangkis di halaman rumah.
* KMS Pertentangan. Dua kalimat tunggal yang dihubungkan oleh
kata tetapi, sedangkan, namun, melainkan. Kedua kalimat tersebut
menunjukkan hubungan pertentangan.
Contoh:
– Indonesia adalah negara berkembang, sedangkan Amerika termasuk negara
yang sudah maju.
–Bukan saya memecahkan pot itu, melainkan kakak.
* KMS Pemilihan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh
kata atau.
Contoh:
– Makalah ini harus dikumpukan besok atau minggu depan.
– Aku atau dia yang akan kamu pilih.
* KMS Penguatan. Dua atau lebih kalimat tunggal dihubungkan dengan
kata bahkan.
Contoh:
– Dia tidak hanya tampan, bahkan dia juga sangat baik hati.
– Pencuri itu tidak hanya dipukuli oleh masa, bahkan dia disiksa dengan sadis.
* KMS yang dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh
kata lalu dan kemudian, untuk menandakan suatu kejadian yang berurutan.
Contoh:
– Mula-mula disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SMP, kemudian
disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SMA.
Kalimat Majemuk Bertingkat (KMB)
Kalimat majemuk setara terdiri atas satu suku kaliamat bebas dan satu suku kalimat
yang tidak bebas. Kedua kalimat tersebut memiliki pola hubungan yang tidak
sederajat. Bagian yang memiliki kedudukan lebih penting (inti gagasan) disebut
sebagai klausa utama (induk kalimat). Bagian yang lebih rendah kedudukakannya
disebut dengan klausa sematan (anak kalimat).
Ada beberapa penanda hubungan / konjungsi yang dipergunakan oleh kalimat
majemuk bertingkat, yaitu:
1. Waktu : ketika, sejak
2. Sebab: karena, Olehkarenaitu, sebab, oleh sebab itu
3. Akibat: hingga, sehingga, maka
4. Syarat: jika, asalkan, apabila
5. Perlawanan: meskipun, walaupun
6. Pengandaian: andaikata, seandainya
7. Tujuan: agar, supaya, untukbiar
8. Perbandingan: seperti, laksana, ibarat, seolah-olah
9. Pembatasan: kecuali, selain
10. Alat: dengan+ katabenda: dengan tongkat
11. Kesertaan: dengan+ orang
Contoh:
– Walaupun pencuri itu dilengkapi dengan senjata tajam, para warga masih dapat
menangkap pencuri itu.
Induk kalimat: Para warga masih dapat menangkap pencuri itu.
Anak kalimat: Walaupun pencuri itu dilengkapi dengan senjata tajam.

Kalimat Majemuk Campuran


Kalimat majemuk campuran terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat
majemuk bertingkat atau kebalikannya.
Contoh:
– Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.
KMS: Kami berhenti dan langsung pulang.
KMC: Kami berhenti karena hari sudah malam.
. Kami langsung pulang karena hari sudah malam.h
– Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
KMS: Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja.
KMB: Mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
BAB III PENUTUP

Pemaharnan akan klausa sebagai salah satu satuan sintaktis, memberikan dasar yang
mendalam tentang seluk beluk kalimat. Sebagai satuan sintaktis, klausa berbeda dengan
satuan-satuan sintaktis yang lain, balk strukturnya maupun hubungan, serta jenisnya.Hal ini
perlu dipahami lebih lanjut dalam rangka mendalami seluk beluk kalimat.Dengan
mempelajari klausa diharapkan diperoleh pemahaman yang benar tentang konsep dan jenis
klausa.

Telah dijelaskan bahwa klausa adalah salah satu satuan sintaktis.Sebagai suatu satuan
gramatikal klausa disusun oleh kata atau frase, dan yang memiliki satu predikat.Pada
umumnya klausa menjadi konstituen kalimat.Sekurang-kurangnya klausa memiliki satu
subyek dan satu predikat, dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat.
Di dalam konstruksi klausa itu ada komponen, balk berupa kata atau frase, yang berfungsi
sebagai predikat, dan yang lain berfungsi sebagai subyek, obyek, maupun keterangan. Selain
fungsi predikat yang harus ada dalam kontruksi klausa ini, hadirnya fungsi subyek dapat
dikatakan bersifat wajib, sedangkan fungsi lainnya bersifat tidak wajib, yaitu seperti objek
dan keterangan.
DAFTAR PUSAKA

www.badanbahasa.kemdikbud.go.id

www.anaozen.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai