Anda di halaman 1dari 2

CERITA RAKYAT

KISAH ASAL USUL PELA SUKU KEI DAN SERAM

Pada zaman dahulu, hiduplah seorang manusia raksasa yang begitu jahat di Pulau Seram,
raksasa tersebut sering turun dari tempat tinggalnya untuk memakan manusia sebagai santapan
lezatnya. Semua bertekat untuk membunuh raksasa kejam tersebut, mereka pergi berilmu ke
Pulau Seram dan sekitarnya untuk berusah membunuh manusia raksasa pemakan manusia itu,
alhasil usaha mereka gagal. Tidak kehabisahn ide Raja di Seram mengirim utusan ke Kepulauan
Kei untuk meminta bantuan.
Sampai utusan raja di Kepulauan Kei, utusan tersebut singgah pertama kali di Pulau
Toyando. Di Pulau Toyando, masyarakat memberitahukan bahwa orang yang bisa membunuh
manusia raksasa tersebut adalah orang dari Ur Pulau. Raja Tavu Rat dan keluarganya yang
berada di Ur Pulau dikenal sebagai manusia sakti yang memiliki ilmu tinggi pada saat itu.
Setelah utusan dari Pulau Seram tersebut tiba di Ur Pulau, ia langsung bertemu dengan Raja
Tavu Rat dan keluarganya serta menyampaikan maksud dan tujuannya. Raja Tavu Rat menerima
dengan baik permintaan mereka dan bersedia membantu orang Seram tersebut.
Berangkatlah Raja Tavu Rat dan istrinya ke Pulau Seram. Sesampainya di Pulau Seram, Raja
Tavu Rat dan istrinya disambut dengan baik dan terima masyarakat dengan iring-iringan lagu
adat.
Boi rat ta timbang tanah ooo (Raja dan Permaisuri, pikirkan tanah kami)
Boi rat ta timbang tanah eee (Tanah Pulau Seram kini dilanda masalah)
Timbang tanah lele alam ooo (Karena ulah manusia raksasa)
Boi rat ta timbang tanah eee (Jadi pikirkan tanah kami)

Setelah mendengar itu, Raja Tavu Rat membuat satu permintaan yakni masyarakyat seram harus
membuat rumah yang bisa di tinggalinya bersama sang istri. Lokasi yang di pilih tidak lain
adalah jalan yang bisanya di lewati manusia raksasa, hal ini bertujuan agar Raja Tavu Rat bisa
bersahabat dengan manusia raksasa dan cepat atau lambat bisa membunuh manusia raksasa
tersebut.
Beberapa bulan kemudian, terjadilah angin ribut yang dahsyat disertai kilat dan Guntur.
Manusia raksasa turun dari gunung untuk mencari mangsa, Dalam perjalanan menuruni gunung
Raja Tavu Rat melepaskan anak panah ke arah manusia raksasa tersebut. Anak panah tersebut
mengenai tubuhnya hingga manusia raksasa jatuh dan mati. Namun, sebelum menghembuskan
napasnya yang terakhir gempa bumi mengguncang Pulau Seram dengan dahsyat. Gempa bumi
itu menyebabkan daratan besar Pulau Seram bagian timur terputus–putus dan membentuk pulau–
pulau kecil. Pulau-pulau itu diberi nama oleh Raja Tavu Rat dengan nama Seran Kuvai.
Saat pagi tiba, seluruh penduduk di Seram Timur datang menyaksikan tubuh manusia
raksasa yang sudah tidak bernyawa. Penduduk merasa senang dan bersorak-sorai. Mereka menari
mengelilingi Raja Tavu Rat dan istrinya sambil menyanyikan sebuah nyanyian yang diajarkan
oleh Raja Tavu Rat.
Boi salan boi salan i la boi salan(Raja uma lele ma dan permaisuri)
Boi salan lele ma ndk kasil salan (Dari bukit/gunung Salan (di Ur Pulau))
Ur siwa tema loki yo mo mina (Kami seluruh masyarakat Pulau Seram)
Ta oi yo ta oi ya(Mulai dari Seram timur (Siwa))
N ot ni baying nas wawai ooo (Sampai di Seram bagian barat (daerah Loky))
N ot ni baying larwa(Datang seraya menghormati Raja uma lele ma)
Ur lele ur lele ooo(Dan rumah tua rahan larwa)
Ur lele ur lele aaa (Dan rumah tua rahan larwa)
N ot ni baying naswawai ooo(Kembangkan sayapmu tetap melindungi kami)
N ot ni baying larwa(Dan namamu terkenal di mana-mana)
Beberapa hari berlalu, Raja di Seram dan masyarakat membuat acara penghormatan dan
menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus atas pertolongan yang di berikan. Mereka
memberikan emas dan perak dalam jumlah yang cukup banyak kepada sang Raja dan istrinya.
Hal tersebut bertujuan untuk membalas budi kebaikan dan jasa Raja Tavu Rat karena telah
membunuh manusia raksasa tersebut.. Namun, Raja Tavu Rat menolak dengan alasan bahwa
semua itu ia lakukan untuk bekal kepada anak cucu Kei (Evav). Jika di kemudian hari datang ke
Pulau Seram, mereka akan mendapat perhatian dan dijadikan sebagai saudara sendiri.
Setelah mendengar permintaan Raja Tavu Rat, Raja Seram beserta masyarakatnya
mengikat hubungan pela dengan Raja Tavu Rat dan istrinya dengan memberikan sebuah emas.
Emas tersebut merupakan bukti pela antara suku Seram dan suku Kei. Emas tersebut diberi nama
Mas Mer dan dibuat menjadi lagu adat.
Tod toda ma Kei mas mer ma o (Mas Mer dibawa dari Seram ke Kei)
Tod toda ma Kei mas mer ma o (Mas Mer dibawa dari Seram ke Kei)

seluruh masyarakat Pulau Seram yang ada di situ menari mengelilingi Raja Tavu Rat dan
istrinya. Mereka menyanyikan lagu yang sama dinyanyikan pada saat terbunuhnya manusia
raksasa. Hubungan Pela Kei dan Seram ini mempunyai arti bahwa orang Kei dan orang Seram
adalah bersaudara dalam susah maupun senang. Setelah terjadinya hubungan pela ini, orang
Seram mengantar kembali Raja Tavu Rat dan istrinya ke Ur Pulau. Sepanjang perjalanan dari
Seram ke Kei dengan perahu belang, orang Seram menyanyikan lagu adat.
Boi rat ta timbang tanah ooo
Boi rat ta timbang tanah eee
Timbang tanah lele alam ooo
Boi rat ta timbang tanah eee
Boi salan, boi salan i la boi salan
Boi salan lele mandok kasil salan
Ur siwa te ma loky yo mo mina
Tay oy yo ta oy ya
N ot ni baying naswawai o
N ot ni baying larwa
Ur lele ur lele ooo
Ur lele ur lele aaa
N ot ni baying maswawaio
N ot ni baying larwa

Dari cerita rakyat tersebut kita bisa mengambil pelajaran penting sala satunya berbuat baiklah
kepada sesama tanpa mengginkan balasan sebab apa yang kiba perbuat sekarang akan kita tuai di
kemudia hari, mungkin saja bukan untuk diri sendiri tapi anak cucu kita kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai