Hasil Akhir Underwood
Hasil Akhir Underwood
UNDERWOOD
JUDUL ............................................................................................................................................. i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan laporan tentang “ Laporan Hasil Survey
Traffic Counting dan Kecepatan” yang sebelumnya kami telah melakukan pengamatan dan
survey langsung di lapangan. Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam laporan ini. Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki laporan ini. Kami berharap semoga laporan yang kami susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.
Penulis
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kemacetan lalu lintas sendiri dapat dipahami sebagai akibat dari adanya kegiatan
penduduk atau aktifitas ekonomi yang terjadi. Di jalan di depan kampus PTDI – STTD
dilakukan pengamatan terkait permasalahan yang terjadi.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik arus lalu lintas pada suatu area menarik untuk diteliti dan dianalisis,
dimana hasil yang diperoleh dapat merepresentasikan kondisi dari ruas jalan yang ada.
Dalam hal ini dikenal ada 3 parameter yang utama yaitu:
1. Arus (volume) lalu lintas
2. Kerapatan (densitas) lalu lintas
3. Kecepatan (speed) lalu lintas
Menurut Tamin karakteristik ini dapat dipelajari dengan suatu hubungan matematik di
antara ketiga parameter di atas yaitu kecepatan, arus dan kerapatan lalu lintas pada ruas jalan.
Hubungan matematis tersebut dapat dinyatakan dalam Persamaan 1.
V = D.S (1)
dimana:
V = arus
D = kepadatan
S = kecepatan
2
Gambar 2. Kerapatan Vs Kecepatan
i. 1.Model Greenshield
ii. Model Greenberg
b. Model Underwood
Pada penelitian ini hanya akan dibahas model yang ketiga yaitu model Underwood dan
rute yang diambil sebagai sample adalah ruas jalan Ps. Setu, Cibitung, Kab. Bekasi.
3
2.1 Model Underwood
Dimana :
Untuk mendapatkan nilai Vf dan Dm, maka persamaan (1) dapat diubah menjadi
persamaan linier : y = a + b.x, yang selanjutnya dilogaritmakan menjadi :
= Ln . Vf + [- D/Dm]
Volume maksimum untuk model Underwood juga dapat dihitung menggunakan persamaan :
Qm = Dm x Vm
Untuk menentukan nilai Dm dan Vm, maka persamaan (3) dan (4) harus diturunkan masing-
masing terhadap kepadatan dan kecepatan, dan selanjutnya hasil differensialnya disamakan
dengan nol.
4
𝑑𝑄
= Vf . e [- D/Dm] + Vf . D [- 1/Dm x e [- D/Dm]
𝑑𝑉𝑠
= Vf . e [- D/Dm] – Dm D x [ Vf x e (- D/Dm) ]
𝐷𝑚
Vf . e [- D/Dm] . [ 1 – ]=0
𝐷
𝐷𝑚
Vf . e [- D/Dm] . [ 1 – ] = 0 : Vf . e [- D/Dm]
𝐷
𝐷𝑚
1– =0
𝐷
𝑉𝑓 [𝐷𝑗.𝑉𝑚]
Qm = Dm x Vm = Dm x = ………………… Pers. (7)
𝑒 𝑒
5
BAB III
METODE PENELITIAN
S = 𝑆𝑓𝑓. 𝑒 −𝐷
V = 𝑆𝑓𝑓. 𝑒 −𝐷
Dalam penelitian ini, dapat dilakukan perhitungan nilai koefisien determinasi (R2) dan
nilai korelasi (r) untuk menentukan keunggulan model Underwood dibandingkan dengan
model lainnya, seperti Greenshields, Greenberg, dan lainnya. Kemudian, dapat dilakukan
perbandingan hasil analisis untuk menentukan model yang paling tepat untuk menggambarkan
hubungan karakteristik lalulintas.
Penelitian ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan data lalu lintas, seperti volume,
kecepatan, dan kepadatan, menggunakan metode survei atau data yang telah tersedia. Setelah
data dikumpulkan, dapat dilakukan perhitungan dan analisis statistik menggunakan software
statistik atau aplikasi khusus.
Pada akhirnya, hasil penelitian dapat digunakan untuk memperbaiki sistem pengelolaan
lalu lintas, mengembangkan strategi pengelolaan lalu lintas yang efektif, maupun untuk
pembuatan perencanaan jalan yang lebih efisien.
6
BAB IV
ANALISIS DATA
D Ln(VS)
NO (VS) Y12 X12 X1 * Y1
X1 Y1
1 2 3 4 5 6 7
1 40,21 304,92 3,69 13,65 92975,70 1126,41
2 44,85 235,77 3,80 14,47 55588,71 896,72
3 46,08 192,19 3,83 14,67 36936,04 736,15
4 40,39 207,18 3,70 13,68 42923,55 766,27
5 43,45 207,54 3,77 14,23 43072,73 782,76
6 42,76 193,98 3,76 14,10 37626,56 728,50
7 50,61 163,19 3,92 15,40 26631,97 640,39
8 48,13 138,09 3,87 15,01 19069,58 534,96
9 40,39 197,28 3,70 13,68 38918,04 729,64
10 47,41 165,16 3,86 14,89 27278,97 637,34
11 38,23 195,36 3,64 13,28 38167,44 711,84
12 39,02 205,31 3,66 13,43 42152,24 752,27
TOTAL 521,53 2405,98 45,22 170,47 501341,53 9043,24
n x 1 y1 - x 1 y
b
1
2 -
1 x
2
QAn 1 x
7
Jadi :
a = 3,97 Vf = exp (a) = 52,98 KM/Jam
-0,001 Dm = -1/b = 1000 smp/jam
Koefisien Determinasi :
2
Jadi Koefisien Determinasi (r ) :
= 0,000001
Koefisian determinasi yang diperoleh dari model Underwood disimpulkan bahwa nilai r
adalah 0,000001, maka proses regresi yang dihasilkan adalah sangat buruk berarti korelasi
liniernya sangat buruk.
ada hubungan volume dan kecepatan model Underwood ini berlaku persamaan sebagai
berikut :
Q = Vs.1000.ln(52,98/ )
8
Q = D . 52,98.Exp(-D/1000)
Kesimpulan Perhitungan :
Model Underwood
Langkah selanjutnya dilakukan perhitungan nilai Vs dan Q untuk melihat hubungan antara
kecepatan dengan kepadatan, volume dengan kecepatan, serta volume dengan kepadatan,
sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini.
9
Hubungan Antara
Hubungan Antara Hubungan Antara Volume
Kecepatan dan
Kecepatan dan Volume dan Kepadatan
Kepadatan
Underwood Underwood Underwood
D Vs Vs Q D Q
304,92 39,06 40,21 12260,8 304,92 11908,91
235,77 41,85 44,85 10574,4 235,77 9867,58
192,19 43,72 46,08 8856 192,19 8401,78
207,18 43,07 40,39 8368 207,18 8922,42
207,54 43,05 43,45 9017,6 207,54 8934,70
193,98 43,64 42,76 8294,4 193,98 8464,80
163,19 45,00 50,61 8259,2 163,19 7344,12
138,09 46,15 48,13 6646,4 138,09 6372,50
197,28 43,49 40,39 7968 197,28 8580,47
165,16 44,91 47,41 7830,4 165,16 7418,16
195,36 43,58 38,23 7468,8 195,36 8513,59
205,31 43,15 39,02 8011,2 205,31 8858,44
10
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
1. Melakukan evaluasi ulang terhadap model Underwood untuk memastikan bahwa data yang
digunakan sesuai dengan karakteristik wilayah atau lingkungan yang diuji. Jika koefisien
determinasi yang rendah menunjukkan korelasi yang buruk, perlu mempertimbangkan
faktor-faktor lain yang mungkin memengaruhi sistem pengelolaan lalu lintas.
2. Melakukan kolaborasi dan konsultasi dengan ahli perencana transportasi dan lalu lintas
lainnya serta pihak terkait lainnya untuk mendapatkan wawasan dan masukan tambahan
dalam memperbaiki sistem pengelolaan lalu lintas dan perencanaan jalan.
11