2.7 Hub. Kecepatan, Kerapatan Dan Volume
2.7 Hub. Kecepatan, Kerapatan Dan Volume
Gambar II.7 Hubungan Antara Kecepatan (Us), Kepadatan (D) dan Volume (V)
Model ini adalah model yang paling awal tercatat dalam usaha mengamati
perilaku lalu lintas. Greenshields mengadakan studi pada jalur jalan di luar kota
Ohio, dimana kondisi lalu lintas memenuhi syarat karena tanpa gangguan dan
bergerak secara bebas (steady state condition). Greenshields mendapatkan hasil
bahwa hubungan antara kecepatan dan kepadatan bersifat linier. Berdasarkan
penelitian-penelitian selanjutnya terdapat hubungan yang erat antara model linier
dengan keadaan data di lapangan. Hubungan linier kecepatan dan kepadatan ini
menjadi hubungan yang paling populer dalam tinjauan pergerakan lalu lintas,
mengingat fungsi hubungannya adalah yang paling sederhana sehingga mudah
diterapkan. Model ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
Pada saat kecepatan merupakan kecepatan arus bebas (free flow), pengemudi
dapat memacu kendaraannya pada kecepatan yang diinginkannya sedangkan pada
saat kondisi kerapatan macet (jam density), kendaraan tidak dapat bergerak sama
sekali atau kondisi kecepatan sangat kecil.
Untuk mendapatkan nilai konstanta Uf dan Dj, maka persamaan (II.7)
diubah menjadi persamaan linier y = a + bx, dengan memisalkan :
y = Us x=D
−Uf
a = Uf b=
Dj
V
Hubungan Antara arus dan kerapatan diperoleh dari substitusi Us = ke
D
persamaan (II.7) didapat :
Us = Uf –( UfDj )D
V Uf
= Uf – ( )D
D Dj
Uf
V = D Uf – ( )D ........................................................................................... (II.8)
2
Dj
V
Hubungan Antara arus dan kecepatan diperoleh dari substitusi D = ke
Us
persamaan (II.7) didapat :
Us = Uf – ( UfDj )D
Uf V
Us = Uf – ( )
Dj Us
Dj
V = Us Dj – ( )Us ........................................................................................ (II.9)
2
Uf
Harga arus maksimum dapat dicari dengan menurunkan persamaan (II.8)
terhadap kepadatan (D) dan nilai arus maksimum terjadi pada saat nilai kepadatan
maksimum yakni pada saat nilai turunan pertama (diferensial ke-1) tersebut sama
dengan nol.
( UfDj ) D
V = D Uf – 2
V Uf
Uf – 2 Dm ( )
D Dj
V
Untuk nilai = 0 maka :
D
0 = Uf – 2 Dm ( UfDj )
Dj
Dm = ......................................................................................................... (II.10)
2
Nilai Dm disubstitusikan ke dalam persamaan (II.8) dengan kondisi V
berubah menjadi Vm dan D menjadi Dm, diperoleh :
Dj Uf
Vm = .................................................................................................. (II.11)
4
dimana :
Vm = arus maksimum (kend/jam)
Dm = kepadatan pada saat arus maksimum (kend/km)
Gambar II.7 menunjukkan beberapa titik penting, yaitu tingkat volume nol
terjadi pada dua kondisi berbeda. Pertama, jika tidak ada kendaraan di fasilitas,
kerapatan adalah nol dan tingkat arus adalah nol. Secara teoritis, kecepatan pada
saat kondisi ini ditentukan oleh pengemudi pertama (diasumsikan pada nilai
yang tinggi). Kecepatan ini dinyatakan dalam Uf . Kedua, jika kerapatan menjadi
begitu tinggi sehingga semua kendaraan harus berhenti, kecepatan adalah nol dan
tingkat arus adalah nol. Karena tidak ada pergerakan dan kendaraan tidak dapat
melintas pada suatu titik di potongan jalan. Kerapatan dimana semua kendaraan
berhenti disebut kerapatan macet dinyatakan sebagai Dj.
Di antara kedua ekstrim tersebut, dinamika arus lalu lintas menghasilkan
pengaruh maksimum. Dengan meningkatnya arus dari nol, kerapatan juga
meningkat karena lebih banyak kendaraan di jalan. Jika hal ini terjadi, kecepatan
menurun karena interaksi antar kendaraan. Penurunan ini diabaikan pada
kerapatan dan arus rendah dan sedang. Dengan meningkatnya kerapatan, kurva ini
menganjurkan bahwa kecepatan menurun cukup berarti sebelum kapasitas dicapai.
Apabila kerapatan naik dari nol, maka arus juga naik. Namun apabila
kerapatan terus naik akan dicapai suatu titik dimana akan menyebabkan
penurunan kecepatan dan arus. Titik maksimum ini dinamakan kapasitas.
Hubungan karakteristik arus lalu lintas pada model ini dibuat dengan
mengasumsikan bahwa arus lalu lintas mempunyai kesamaan dengan arus fluida.
Pada tahun 1959 Greenberg mengadakan studi yang dilakukan di
terowonganLincoln dan menganalisa hubungan antara kecepatan dan kerapatan
dengan menggunakan asumsi persamaan kontinuitas dari persamaan gerakan
benda cair/fluida. Rumus dasar dari Greenberg adalah :
D = c e bUs.............................................................................................. (II.12)
dimana c dan b merupakan nilai konstanta
Dengan menggunakan asusmsi di atas Greenberg mendapatkan hubungan
antara kecepatan dan kepadatan berbentuk logaritma sebagai berikut :
Dj
Us = Um ln .................................................................................... (II.13)
D
Untuk mendapatkan nilai konstanta Um dan Dj, maka persamaan (II.13) diubah
menjadi persamaan linier y = a + bx sebagai berikut :
Us = Um . ln Dj – Um . ln D ......................................................................... (II.14)
Nilai kepadatan pada saat arus aksimum untuk model Greenberg dapat dicari
dengan menurunkan persamaan (II.15) terhadap kepadatan (D) dan menyamakan
hasil diferensial tersebut dengan nol sehingga diperoleh :
Dj
V = Um .D .ln
D
Dj
-
V
D =
Dj
( )
Um ln D + Um D
D2
Dj
D
( )
V
D
= Um ln ( DjD ) – Um
V
Untuk nilai = 0 maka :
D
-Us
V 1
)( e )
- Us
Us = Dj e
Um + Dj Us ̵(Um
Um
V - Us Us -Us
Us
= Dj e Um ̶
Um
Dj e ( Um )
-Us
V
Us =
Dj e ( Um ) (1− Us
Um )
V
Untuk = 0 maka :
Us
-Us
(
0 = Dj e Um ) (1− Us
Um )
Us
(
0 = 1−
Um )
Us = Um ........................................................................................................ (II.18)
Arus maksimum pada metode Greenberg dihitung dengan menggunakan rumus
dasar :
Vm = Dm x U
Dj
= x Um
e
Dj x Um
Vm = ............................................................................................... (II.19)
e
V -D
= Uf e Dm
D
-D
V = D Uf e Dm .............................................................................................. (II.21)
−1
Selanjutnaya dengan mengganti Uf = e B dan Dm = didapat :
A
-D
V = D Uf . e Dm
V = D .e B . e -D/(-1/A)
V = D .e B- A D )
V
Hubungan Antara arus dan kecepatan didapat dengan substitusi D = ke
Us
persamaan (II.20) :
-D
Us = Uf . e Dm
-V
Us = Uf . e Us.Dm
Apabila kedua ruas dinyatakan dalam fungsi logaritma naturalis, maka diperoleh
persamaan :
-V
(
ln (Us) = ln Uf . e Us.Dm )
V
ln (Us) = ln (Uf) -
Us.Dm
V = Us . Dm . ln(Uf) – Us . Dm . ln(Us)
Uf
V = Us Dm ln ............................................................................................ (II.23)
Us
Nilai kepadatan pada saat arus maksimum dicari dengan menurunkan
persamaan (II.22) terhadap kepadatan (D) dan menyamakan hasil diferensial
tersebut dengan nol sehingga diperoleh :
-D
V = D Uf e Dm
V
D
...................................................................................= Uf .
-D
)( e )
-D −1
e Dm + Uf. D ( Dm
Dm
V
D
...................................................................................= Uf .
-D
D
)( e )
-D
e Dm – Uf (
Dm
Dm
V
D
...................................................................................= Uf .
-D
e Dm
(1− DDm )
V
Untuk D = 0 maka diperoleh :
0 = Uf . e
-D
Dm
(1−DDm )
D
0 (
= 1−
Dm )
Dm = D ....................................................................................................... (II.24)
Sedangkan nilai kecepatan pada saat arus maksimum decari dengan
menurunkan persamaan (II.23) terhadap kecepatan (Us) dan menyamakan hasil
diferensial tersebut dengan nol sehingga diperoleh :
Uf
V = Us.Dm ln
Us
Ur
-
V
Us = Dm ln
Uf
Us + Dm Us( ) ( ) Us2
Ur
Us
V Uf
Us
= Dm ln
Us
– Dm ( )
V Uf
Us = Dm
ln
Us [( ) ] –1
V
Untuk = 0 maka :
Us
Uf
0 = Dm ln [( ) ]Us
–1
0 = ln (UfUs ) – 1
Uf
= e............................................................................................................ (II.25)
Us
Karena terjadi pada kondisi maksimum maka Us adalah Um.