Gambar 2.16.
Pola Injeksi Line Drive 6)
Anggapan yang digunakan pada Gambar 2.16 di atas adalah :
a. Sumur injeksi dan produksi diperforasi pada seluruh ketebalan formasi (h)
b. Penyimpangan dari arus aliran linier di sekitar sumur diabaikan
c. Distribusi saturasi secara melebar dianggap seragam (tegak lurus bidang
gambar b)
Gambar 2.17
Hubungan Pc Vs Sw 6)
Karena H >> h, maka Sw mendekati harga yang dapat dianggap tersebar merata
pada keseluruhan h.
Rumus Darcy untuk aliran linier :
......................... (2-15)
................... (2-16)
............................ (2-17)
................................................... (2-
18)
Dalam satuan lapangan :
............................. (2-
19)
keterangan :
fw = fraksi aliran air qt/A = kecepatan total fluida, cm/sec
k = permeabilitas, md Pc = tekanan kapiler, atm
kro = permeabilitas relatif minyak x = jarak pergerakan, cm
ko = permeabilitas efektif minyak, md g = percepatan gravitasi, ft/sq sec
kw = permeabilitas efektif air, md = beda densitas air-minyak, gr/cc
o = viskositas minyak, cp = sudut kemiringan formasi, derajat
w = viskositas air, cp
b. Pengaruh gradien tekanan kapiler
Gambar 2.18
Hubungan antara Saturasi dengan Tekanan Kapiler 6)
................................................................................ (2-20)
Dari persamaan (2-20) diperoleh harga selalu lebih besar dari nol, sehingga
................................................................................. (2-21)
Gambar 2.19
Penampang Melintang Sumur Injeksi Produksi 6)
Pada tahun 1942, Buckley-Laverett mengemukakan persamaan untuk
menggambarkan pendesakan immiscible 1-dimensi. Teori ini untuk menentukan
kecepatan Sw bergerak, melalui sistem linier.
Dengan anggapan kondisi aliran terdifusi, maka konservasi massa air melalui
elemen volume A dx dapat ditulis sebagai berikut :
....................................... (2-22)
.......................................................................... (2-23)
............................................................. (2-24)
=- .................................................................. (2-25)
...................................................................... (2-26)
............................................................................ (2-27)
= ..................................................... (2-28)
sehingga diperoleh :
....................................................................... (2-29)
keterangan:
Wt adalah injeksi air kumulatif dengan menganggap syarat awal W i = 0 untuk
waktu t = 0. Jadi letak bidang dengan Sw berbeda pada waktu tertentu (Wi konstan)
dapat digambarkan pada pers. (16).
Gambar 2.20
Distribusi Saturasi Air sebagai Fungsi Jarak sebelum Breakthrough 6)
Persamaan yang digunakan berdasarkan persamaan material balance :
.......................................................................... (2-31)
keterangan :
Wi = total air yang diinjeksikan, bbl
x = jarak dari titik injeksi, ft
A = luas daerah, sq ft
= porositas, fraksi
= saturasi air rata-rata, % PV
Swc = saturasi air connate, % PV
............................................................ (2-32)
................................................ (2-34)
................................................................................ (2-35)
Gambar 2.21
Grafik Welge untuk Saturasi Front Pendesakan 6)
Perhitungan Perkiraan Perolehan Minyak
1. Sebelum breakthrough
Sebelum breakthrough kumulatif perolehan minyak (NpD) sama dengan kumulatif
fluida yang diinjeksikan.(WiD)
NpD = WiD ............................................................................................... (2-36)
Gambar 2.22
Perbandingan Skema Pendesakan Torak
dengan Pendesakan Frontal 6)
....................................................................................... (2-
39)
Untuk daerah di belakang front adalah :
.................................................................................... (2-
40)
Untuk daerah front, berlaku Po = Pw. Untuk persamaan diatas, ko diambil saat
saturasi air mencapai saturasi air konat, dan kw diambil saat saturasi minyak
mencapai saturasi residu.
2.6.2. Pendesakan Dua Dimensi
Anggapan yang digunakan adalah pada pendesakan reservoir yang tipis, sehingga
kecepatan dan variasi saturasi dalam arah vertikal dapat diabaikan. Perhitungan
pendesakannya dengan menggunakan komputer karena sangat rumit.
Untuk sistem injeksi dengan pola sumur yang teratur, ada model empirik yang
dapat dipakai untuk meramalkan ulah produksi reservoirnya.
Percobaan dengan model fisik kecil dilakukan untuk mencari hubungan antara
efisiensi penyapuan (Es) dengan volume yang diinjeksikan tanpa dimensi (V iD), atau
dengan fw dan perbandingan mobilitas air-minyak (M)
, dan
, sehingga
................................................................... (2-41)
keterangan :
VD = volume pori yang didesak, cu ft
ViD = volume fluida yang diinjeksikan
Vb = volume bulk batuan, cu ft
= porositas batuan
Swc = saturasi air konate
Sor = sturasi minyak residu
Sifat-sifat aliran dan reservoir yang dipakai dalam model fisik adalah :
a. tebal lapisan lebih kecil daripada ukuranreservoir, sehingga dapat dianggap dua
dimensi
b. tidak ada pengaruh gravitasi atau kemiringan reservoir kecil (<10o)
c. reservoir bersifat homogen
d. pada proses injeksi berlaku pendesakan torak dan aliran mantap
Perhitungan Performance apabila Sg memenuhi keadaan 0 SgSgc
Besaran yang digunakan adalah Np (produksi minyak kumulatif, bbl),
Wp(produksi air kumulatif, bbl), Wi (injeksi air kumulatif, bbl) dan WOR
(perbandingan debit produksi minyak dan debit produksi air)
Untuk perhitungan dibutuhkan harga :
1. Perbandingan mobilitas
.....................................................................................(2-42)
1. ...................................................... (2-44)
2. ........................................................................... (2-45)
......................................................................... (2-46)
keterangan :
(WOR)res dan (WOR)s berturut-turut adalah perbandingan debit produksi air dan
minyak di reservoir dan di permukaan.
3. ........................................................................... (2-47)
............................................................................. (2-48)
............................................................................... (2-49)
.................................................................................. (2-49)
................................................................................... (2-49)
Gambar 2.23
Grafik Hubungan antara Es vs ViD dan Es vs fw
untuk Harga M yang Bersangkutan 6)
Gambar 2.24
Hubungan ViD vs Es 6)
Penentuan Performance apabila Sg Memenuhi Keadaan Sg>Sgc
Anggapan yang digunakan :
1. Oil bank bertemu pada sumur produksi yang dikelilingi oleh sumur injeksi
2. Minyak telah mengisi seluruh bagian reservoir, kecuali daerah yang diisi
air. Oil bank breakthrough bersamaan di semua sumur injeksi berpola
3. Selama pengisian minyak pada pori-pori yang telah ditinggalkan gas
hingga oil bank breakthrough tercapai (fill up), sumur tetap memproduksikan
minyak dengan debit qo seperti sebelum injeksi dimulai
Volume air dan situasi minyak pada saat oil bank breakthrough :
Displaceble pore volume
1. Keadaan minyak pada oil bank
................................................................................... (2-50)
2. Jumlah air yang telah diinjeksikan
............................................... (2-51)
...................................................... (2-55)
......................................................................... (2-57)
Produksi air kumulatif (Wp) sebanding dengan selisih antara volume air yang
diinjeksikan sebelum fill up dengan volume air yang menggantikan minyak
sesudah fill up.
Wp =
= ............................................................................. (2-58)
................................................................................... (2-59)