Anda di halaman 1dari 14

Pengaruh perubahan sifat batuan ke arah vertikal dinyatakan dengan adanya

perlapisan dalam reservoir yang sifat batuannya berbeda terutama permeabilitasnya.


Pengaruh perlapisan terhadap bidang front atau zona transisi adalah bidang front
akan bergerak lebih cepat pada daerah dengan permeabilitas yang tinggi, sehingga
breakthrough air akan lebih dahulu terjadi pada lapisan yang lebih permeabel.
Pengaruh perlapisan terhadap penentuan efisiensi invasi ditunjukkan pada Gambar
2.16.

2.6. Teori Pendesakan


2.6.1. Pendesakan Satu Dimensi (Linier)

Pendesakan linier merupakan pendesakan yang mempunyai kecepatan hanya


dalam satu arah pada setiap saat dan setiap tempat. Contoh pendesakan dalam
prakteknya yang mendekati pendesakan linier adalah injeksi gas ke dalam tudung
gas, injeksi air ke dalam aquifer dan pendesakan berpola direct-line drive yang jarak
antara sumur sejenis jauh lebih kecil daripada jarak sumur yang berlainan.
Secara umum, suatu pendesakan akan mempunyai batas yang merupakan front
terdepan fluida pendesak. Pada front ini saturasi fluida pendesak melonjak naik,
kemudian di belakang front, saturasi fluida pendesak naik secara berangsur-angsur
sampai dicapai saturasi maksimumnya, yaitu seharga satu dikurangi saturasi residual
fluida yang terdesak.

2.6.1.1. Teori Pendesakan Frontal

Gambar 2.16.
Pola Injeksi Line Drive 6)
Anggapan yang digunakan pada Gambar 2.16 di atas adalah :
a. Sumur injeksi dan produksi diperforasi pada seluruh ketebalan formasi (h)
b. Penyimpangan dari arus aliran linier di sekitar sumur diabaikan
c. Distribusi saturasi secara melebar dianggap seragam (tegak lurus bidang
gambar b)

a. Persamaan Fraksi Aliran

Anggapan yang digunakan dalam penentuan persamaan fraksi aliran adalah :


a. Aliran mantap (steady state)
b. Kondisi aliran terdifusi sehingga saturasi tersebar merata di seluruh ketebalan.
c. Dapat dipakai satu harga permeabilitas rata-rata terhadap seluruh ketebalan
karena harga kro dan krw juga tersebar merata sebagai fungsi So dan Sw.
d. Aliran terjadi pada media berpori yang homogen
Kondisi aliran terdifusi dapat terjadi pada dua kondisi , yaitu :
1. Debit injeksi besar, efek kapiler dan gravitasi diabaikan
2. Debit injeksi kecil, zona transisi kapiler lebih besar daripada tebal reservoir
(H>>h).

Gambar 2.17
Hubungan Pc Vs Sw 6)
Karena H >> h, maka Sw mendekati harga yang dapat dianggap tersebar merata
pada keseluruhan h.
Rumus Darcy untuk aliran linier :
......................... (2-15)

................... (2-16)

Kemudian disubstitusikan dengan qo = qt – qw dari persamaan (2-15) dan (2-16)


didapat hasil:

............................ (2-17)

Definisi fraksi aliran air pada setiap titik adalah :

; kemudian disubstitusikan ke persamaan (2-17) dan

didapat persamaam sebagai berikut :

................................................... (2-

18)
Dalam satuan lapangan :

............................. (2-

19)
keterangan :
fw = fraksi aliran air qt/A = kecepatan total fluida, cm/sec
k = permeabilitas, md Pc = tekanan kapiler, atm
kro = permeabilitas relatif minyak x = jarak pergerakan, cm
ko = permeabilitas efektif minyak, md g = percepatan gravitasi, ft/sq sec
kw = permeabilitas efektif air, md  = beda densitas air-minyak, gr/cc
o = viskositas minyak, cp  = sudut kemiringan formasi, derajat
w = viskositas air, cp
b. Pengaruh gradien tekanan kapiler

Gambar 2.18
Hubungan antara Saturasi dengan Tekanan Kapiler 6)

................................................................................ (2-20)

Dari persamaan (2-20) diperoleh harga selalu lebih besar dari nol, sehingga

selalu menambah fraksi aliran (fw)


Untuk pendesakan horizontal (sin  = 0), dengan mengabaikan gradien tekanan
kapiler, maka didapat :

................................................................................. (2-21)

Metode Buckley – Laverett

Gambar 2.19
Penampang Melintang Sumur Injeksi Produksi 6)
Pada tahun 1942, Buckley-Laverett mengemukakan persamaan untuk
menggambarkan pendesakan immiscible 1-dimensi. Teori ini untuk menentukan
kecepatan Sw bergerak, melalui sistem linier.
Dengan anggapan kondisi aliran terdifusi, maka konservasi massa air melalui
elemen volume A dx dapat ditulis sebagai berikut :

....................................... (2-22)

Dengan anggapan pendesakan incompressible dimana w konstan, didapat:

.......................................................................... (2-23)

Diferensial total ke dalam Sw :

............................................................. (2-24)

Untuk pergerakan Sw dianggap konstan, maka dSw = 0, sehingga diperoleh :

=- .................................................................. (2-25)

...................................................................... (2-26)

Substitusi persamaan (2-25) dan (2-26) ke dalam persamaan (2-17), diperoleh :

............................................................................ (2-27)

karena qw = qTfw, maka persamaan (2-27) dapat ditulis :

= ..................................................... (2-28)

sehingga diperoleh :

....................................................................... (2-29)

Persamaan (2-29) di atas adalah persamaan Buckley-Laverett.


Integrasi untuk waktu total sejak injeksi dimulai dengan persamaan :
= ........................................................................... (2-30)

keterangan:
Wt adalah injeksi air kumulatif dengan menganggap syarat awal W i = 0 untuk
waktu t = 0. Jadi letak bidang dengan Sw berbeda pada waktu tertentu (Wi konstan)
dapat digambarkan pada pers. (16).

Metode Welge (1952)


Asumsi yang digunakan sama dengan Buckley-Laverett untuk menentukan Swf,
yaitu dengan mengintregrasikan distribusi saturasi dari titik injeksi ke front sehingga
didapat Sw rata-rata di belakang front. Metode Welge adalah metode secara grafis
seperti gambar di bawah ini.

Gambar 2.20
Distribusi Saturasi Air sebagai Fungsi Jarak sebelum Breakthrough 6)
Persamaan yang digunakan berdasarkan persamaan material balance :
.......................................................................... (2-31)
keterangan :
Wi = total air yang diinjeksikan, bbl
x = jarak dari titik injeksi, ft
A = luas daerah, sq ft
 = porositas, fraksi
= saturasi air rata-rata, % PV
Swc = saturasi air connate, % PV

Langkah-langkah perhitungan secara grafis adalah :


1. Menentukan saturasi rata-rata di belakang front

............................................................ (2-32)

2. Menentukan saturasi front

; fw dan keduanya untuk front ............ (2-33)

Persamaan (2-32) dan (2-33) disamakan, maka diperoleh :

................................................ (2-34)

Untuk memenuhi persamaan tersebut, maka diperlukan grafik seperti pada


Gambar 2.21.
Pada Gambar 2.21 tersebut di atas ditarik garis tangensial dari (Sw = Swc ; fw =
0) ke titik (Sw = Swf – fw = ) dan garis tersebut memotong fw = 1 di (Sw =
; fw = 1), persamaan tersebut harus dipenuhi secara simultan.
Grafik fw = f(Sw) dipenuhi dengan persamaan :

................................................................................ (2-35)
Gambar 2.21
Grafik Welge untuk Saturasi Front Pendesakan 6)
Perhitungan Perkiraan Perolehan Minyak
1. Sebelum breakthrough
Sebelum breakthrough kumulatif perolehan minyak (NpD) sama dengan kumulatif
fluida yang diinjeksikan.(WiD)
NpD = WiD ............................................................................................... (2-36)

2. Pada saat breakthrough


Pada saat breakthrough, Swf = Swbt
...................................................(2-37)
3. Setelah breakthrough
L konstan, Swe dan fw naik terus sehingga dipakai persamaan Welge, yaitu
, persamaan ini dikurangi dengan Swc untuk
mendapatkan recovery minyak.
.................................. (2-38)

2.6.1.2. Teori Pendesakan Torak


Anggapan yang digunakan adalah menganggap bahwa minyak tersapu
seluruhnya oleh air, sehinggayang tertinggal di belakang front adalah minyak residu.
Anggapan ini cocok untuk pendesakan minyak yang mempunyai viskositas di atas 30
cp. Persamaan Darcy dan diffusivitas dapat digunakandalam pendesakan jenis ini.
Skema pendesakan torak dapat dilihat pada Gambar 2.22 dibawah ini.

Gambar 2.22
Perbandingan Skema Pendesakan Torak
dengan Pendesakan Frontal 6)

Persamaan diffusivitas untuk daerah di depan front adalah :

....................................................................................... (2-

39)
Untuk daerah di belakang front adalah :

.................................................................................... (2-

40)
Untuk daerah front, berlaku Po = Pw. Untuk persamaan diatas, ko diambil saat
saturasi air mencapai saturasi air konat, dan kw diambil saat saturasi minyak
mencapai saturasi residu.
2.6.2. Pendesakan Dua Dimensi
Anggapan yang digunakan adalah pada pendesakan reservoir yang tipis, sehingga
kecepatan dan variasi saturasi dalam arah vertikal dapat diabaikan. Perhitungan
pendesakannya dengan menggunakan komputer karena sangat rumit.
Untuk sistem injeksi dengan pola sumur yang teratur, ada model empirik yang
dapat dipakai untuk meramalkan ulah produksi reservoirnya.
Percobaan dengan model fisik kecil dilakukan untuk mencari hubungan antara
efisiensi penyapuan (Es) dengan volume yang diinjeksikan tanpa dimensi (V iD), atau
dengan fw dan perbandingan mobilitas air-minyak (M)

, dan

, sehingga

................................................................... (2-41)
keterangan :
VD = volume pori yang didesak, cu ft
ViD = volume fluida yang diinjeksikan
Vb = volume bulk batuan, cu ft
 = porositas batuan
Swc = saturasi air konate
Sor = sturasi minyak residu
Sifat-sifat aliran dan reservoir yang dipakai dalam model fisik adalah :
a. tebal lapisan lebih kecil daripada ukuranreservoir, sehingga dapat dianggap dua
dimensi
b. tidak ada pengaruh gravitasi atau kemiringan reservoir kecil (<10o)
c. reservoir bersifat homogen
d. pada proses injeksi berlaku pendesakan torak dan aliran mantap
Perhitungan Performance apabila Sg memenuhi keadaan 0 SgSgc
Besaran yang digunakan adalah Np (produksi minyak kumulatif, bbl),
Wp(produksi air kumulatif, bbl), Wi (injeksi air kumulatif, bbl) dan WOR
(perbandingan debit produksi minyak dan debit produksi air)
Untuk perhitungan dibutuhkan harga :
1. Perbandingan mobilitas

.....................................................................................(2-42)

2. Volume pori yang dapat didesak oleh air


..................................................................(2-43)
3. Dari grafik pada Gambar 2.23 dapat ditentukan hubungan Es dan ViD, kemudian
dibuat gambarnya seperti Gambar 2.24.
Dari grafik tersebut dapat dihitung :

1. ...................................................... (2-44)

keterangan : fw = fraksi total aliran air


fo = fraksi total aliran minyak

2. ........................................................................... (2-45)

......................................................................... (2-46)

keterangan :
(WOR)res dan (WOR)s berturut-turut adalah perbandingan debit produksi air dan
minyak di reservoir dan di permukaan.

3. ........................................................................... (2-47)

............................................................................. (2-48)

............................................................................... (2-49)

Dari hasil perhitungan di atas dapat dihitung :

.................................................................................. (2-49)
................................................................................... (2-49)

Gambar 2.23
Grafik Hubungan antara Es vs ViD dan Es vs fw
untuk Harga M yang Bersangkutan 6)
Gambar 2.24
Hubungan ViD vs Es 6)
Penentuan Performance apabila Sg Memenuhi Keadaan Sg>Sgc
Anggapan yang digunakan :
1. Oil bank bertemu pada sumur produksi yang dikelilingi oleh sumur injeksi
2. Minyak telah mengisi seluruh bagian reservoir, kecuali daerah yang diisi
air. Oil bank breakthrough bersamaan di semua sumur injeksi berpola
3. Selama pengisian minyak pada pori-pori yang telah ditinggalkan gas
hingga oil bank breakthrough tercapai (fill up), sumur tetap memproduksikan
minyak dengan debit qo seperti sebelum injeksi dimulai
Volume air dan situasi minyak pada saat oil bank breakthrough :
Displaceble pore volume
1. Keadaan minyak pada oil bank
................................................................................... (2-50)
2. Jumlah air yang telah diinjeksikan

............................................... (2-51)

a.Sampai dengan fill up, minyak yang diproduksi :

...................................................... (2-55)

b. Sesudah fill up, produksi minyak kumulatif :


............................................................. (2-56)

Volume air yang telah diinjeksikan sejak operasi dimulai :

......................................................................... (2-57)

Produksi air kumulatif (Wp) sebanding dengan selisih antara volume air yang
diinjeksikan sebelum fill up dengan volume air yang menggantikan minyak
sesudah fill up.

Wp =

= ............................................................................. (2-58)

Perbandingan air-minyak di permukaan :

................................................................................... (2-59)

2.6.3. Pendesakan Tiga Dimensi


Untuk reservoir yang tebal dengan variasi permeabilitas ke segala arah, maka
perhitungan perkiraan ulah pendesakan yang berdimensi tiga harus diselesaikan
dengan simulasi numerik yang dibantu komputer.
Penyelesaiannya memerlukan data fluida, data petrofisik, data produksi setiap
bagian reservoir yang besarnya ditentukan (grid). Komputer akan mencari
pendekatan dengan rumus Darcy, diffusivitas dan kontinuitas untuk setiap grid.

Anda mungkin juga menyukai