Anda di halaman 1dari 62

Inklusi Keuangan Indonesia

2020
KATA PENGANTAR
Pada September 2016, pemerintah Indonesia menetapkan Strategi Nasional
Keuangan Inklusif (SNKI) melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 82 Tahun
2016. SNKI kini ditetapkan kembali berdasarkan Perpres Nomor 114 Tahun 2020.
Bagi pemerintah Indonesia, keuangan inklusif adalah kondisi di mana setiap
anggota masyarakat memiliki akses terhadap berbagai layanan keuangan formal
berkualitas yang diberikan secara tepat waktu, lancar, dan aman, juga dengan
biaya terjangkau, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan mereka, dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Akses masyarakat ke layanan keuangan formal antara lain meliputi penggunaan
alat pembayaran nontunai, kepemilikan akun tabungan, penggunaan kredit atau
pembiayaan, dan pemanfaatan produk dan layanan asuransi.
Untuk mengukur pencapaian target nasional, Perpres No. 114 Tahun 2020
menetapkan indikator pada sisi suplai yang mencakupi akses, penggunaan dan
kualitas layanan keuangan formal. Survei perwakilan nasional diperlukan untuk
mendapatkan gambaran tentang perkembangan yang terjadi pada sisi demand
sehubungan dengan pencapaian target nasional.
Dalam gambar: seorang petani perempuan. Perempuan dan petani adalah bagian dari kelompok
Dari akhir tahun 2020 hingga awal tahun 2021, Dewan Nasional Keuangan Inklusif sasaran program inklusi keuangan Indonesia. Foto milik Sekretariat Kabinet Indonesia
(DNKI) melakukan survei Financial Inclusion Insights dengan representasi nasional
untuk mengukur akses masyarakat kepada layanan keuangan formil di Indonesia
hingga akhir tahun 2020. Survei tersebut dilaksanakan dengan dukungan Bill &
Melinda Gates Foundation, Kantar Public, dan RISE Indonesia. Survei tersebut
mengumpulkan data dari 7.495 peserta di 34 provinsi di Indonesia.

2
Peningkatan inklusi keuangan di Indonesia tercermin dari beberapa sumber menyeluruh, guna menemukan peluang-peluang yang memastikan produk
data dan indikator yang berbeda, seperti Global Findex dari Bank Dunia dan dan layanan keuangan layak bagi kalangan yang paling membutuhkan.
Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan dari Otoritas Jasa Keuangan Program FII dimulai pada 2013 dalam kemitraan dengan Bill & Melinda Gates
(OJK). Data yang disajikan dalam laporan ini berasal dari program Financial Foundation dan telah membangun pengetahuan yang bermakna tentang
Inclusion Insights (FII) dari Kantar yang dilaksanakan bekerja sama dengan lanskap keuangan di delapan negara Afrika dan Asia. Program ini menyediakan
DNKI. data, analisis, dan pelaporan melalui platform data terbuka berbasis web,
www.finclusion.org.
Inklusi keuangan di Indonesia diukur melalui penggunaan layanan keuangan
formil dan kepemilikan akun. Kedua indikator utama ini dibahas dalam laporan Data yang disajikan dalam laporan ini bersumber dari survei FII kelima yang
ini. dilakukan di Indonesia. Survei sebelumnya dilakukan pada 2018, 2016, 2015,
dan 2014.
Program FFI membantu memahami faktor-faktor pendorong dan penghambat
inklusi keuangan pada sisi demand menggunakan penilitian kuantitatif yang

3
DAFTAR ISI

Ringkasan Eksekutif 5
Metodologi & Demografi Nasional 7
Ikhtisar Inklusi Keuangan 10
Tren Inklusi Keuangan 18
Telepon Selular dan Uang elektronik berbasis server 26
Penggunaan Layanan Keuangan Anak Muda 35
Masyarakat Unbanked 42
Geografi Pengguna Layanan Keuangan 50
Dampak Covid-19 terhadap Kegiatan Keuangan 58

4
Ringkasan Eksekutif

5
RINGKASAN EKSEKUTIF
• Survei menemukan bahwa lebih banyak orang dewasa menggunakan produk dan layanan yang disediakan oleh lembaga keuangan formal
daripada mereka yang memiliki akun yang terdaftar atas nama mereka sendiri. 81,4% orang dewasa pernah menggunakan produk atau layanan
yang ditawarkan oleh lembaga keuangan formal (termasuk BPJS), tetapi hanya 61,7% orang dewasa yang memiliki akun.
• Bank adalah yang paling banyak digunakan dari semua lembaga keuangan di Indonesia dan 41,8% orang dewasa memiliki akun bank.
Penggunaan bank melalui akun milik orang lain adalah hal biasa; 19,6% orang dewasa menggunakan produk dan layanan bank tetapi tidak
memiliki akun.
• Dari 2018 hingga 2020, kelompok demografi yang secara historis kurang terlayani — wanita, mereka yang berpenghasilan di bawah kemiskinan,
dan penduduk pedesaan — semuanya mengalami pertumbuhan yang sama atau lebih cepat dalam kepemilikan akun dibandingkan dengan pria,
di atas kemiskinan, dan orang dewasa di perkotaan. Proporsi yang sama dari pria dan wanita memiliki akun.
• Agen perbankan terus menjadi titik layanan utama bagi penduduk pedesaan yang tinggal jauh dari cabang bank daripada rekan-rekan perkotaan
mereka. Perbankan agen berhasil menjangkau daerah pedesaan; 77,9% penduduk pedesaan mengetahui lokasi bank agen dibandingkan dengan
62,5% penduduk perkotaan.
• Pengguna uang elektronik seluler (berbasis server), seperti yang ditawarkan oleh “super apps,” meningkat dari kurang dari 5% orang dewasa
pada 2018, menjadi 11,7% pada akhir tahun 2020. Pengguna uang elektronik seluler sebagian besar masih berusia muda orang dewasa yang
tinggal di perkotaan, sedangkan jumlah pengguna di pedesaan hampir empat kali lipat dari 1,4% menjadi 6,1%.
• Kesiapan kepemilikan akun untuk populasi yang tidak memiliki akun bank terus meningkat sejak 2018. Dalam kelompok ini, 87,8% memiliki KTP,
88,4% tinggal kurang dari 5 km dari lembaga keuangan, dan 58,7% memiliki ponsel cerdas dibandingkan 45,7% pada 2018; 73% memiliki
kemampuan untuk mengirim atau menerima pesan teks.
• Pandemi COVID-19 berdampak nyata terhadap aktivitas keuangan masyarakat. 77,1% pemilik usaha melaporkan penurunan penjualan karena
pandemi. Dibandingkan dengan 17,2% pada 2018, 40,8% orang pada tahun 2020 telah menerima bantuan pemerintah. Mayoritas penduduk
masih melakukan aktivitas keuangan secara offline terlepas dari pandemi.
.Sumber: Survei Tracker Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 1 (N = 6.000, 15+), Agustus-November 2014; Gelombang 2 (N = 6.060, 15+), Agustus-November 2015; Gelombang 3
(N = 6.060, 15+), September-November 2016; Gelombang 4 (N = 6.695, 15+), Maret-Mei 2019; Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.
6
Metodologi dan
Demografi Nasional

7
METODOLOGI DAN DEMOGRAFI NASIONAL
• Survei kelima (Gelombang 5) mengukur tren nasional pada indikator utama inklusi
Persentase Persentase
keuangan. Ini merupakan survei FII kedua yang dilakukan bersama dengan Pemerintah Demografi Nasional
(2018) (2020)
Indonesia di bawah payung Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI).
• Target populasi: Penduduk usia 15 tahun ke atas anggota rumah tangga. Laki-laki 49.9 50.3
• Ukuran sampel: N = 7,574. Perempuan 50.1 49.7
• Kerangka sampel: 5.836 Kecamatan yang dapat diakses di 34 provinsi di Indonesia. Perkotaan 55.0 56.9
• Desain sampel: Sampel acak bertingkat sebanyak 7.574 orang dewasa di rumah tangga Pedesaan 45.0 43.1
terpisah, stratifikasi menurut populasi perkotaan dan pedesaan sesuai Sensus 2010.
Di atas 100% garis
o Tahap 1: Pemilihan 217 kecamatan secara Probability Proportinate to Size (PPS) dengan 94.5 95.5
menggunakan jumlah penduduk untuk tiap Kecamatan dari Sensus 2010 kemiskinan nasional

o Tahap 2: Sampel acak sederhana (simple random) Desa (daerah pedesaan) atau Di bawah 100% garis
5.5 4.5
Kelurahan (daerah perkotaan) di setiap kecamatan terpilih kemiskinan nasional
o Tahap 3: Sampel acak sederhana rukun tetangga (RT) di setiap Desa atau Kelurahan Usia: 15-17 6.4 6.6
terpilih 18-25 18.4 18.1
o Tahap 4: Seleksi acak sederhana 10 rumah tangga di setiap RT terpilih
26-35 22.4 21.1
o Wawancara tatap muka dilakukan di rumah tangga dengan menggunakan komputer
tablet 36-50 31.1 29.9
51+ 21.7 24.2
Literasi dasar 92.1 Tidak tersedia
Sumber: Survei Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 4 (N = 6.695, 15+), Maret-Mei 2019; Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.

8
• Bobot pengambilan sampel: Berdasarkan sensus penduduk nasional tahun • Kuesioner disediakan oleh Bank Indonesia dan regulator jasa keuangan,
2020 menurut tempat tinggal perkotaan / pedesaan dan jenis kelamin. OJK. Karena adanya perubahan dalam kuesioner, komparabilitas terbatas
Bobot sampel dinormalisasi di tingkat nasional agar jumlah kasus beberapa indikator tren dengan survei FII sebelumnya dicatat dalam
tertimbang sama dengan jumlah sampel. Bobot digunakan untuk laporan ini.
membuat kesimpulan tentang target populasi di tingkat nasional dan
untuk wilayah perkotaan dan pedesaan secara terpisah.

9
Ikhtisar Inklusi Keuangan

10
INKLUSI KEUANGAN

61,7% orang dewasa memiliki akun dan 81,4% pernah menggunakan produk atau layanan yang
disediakan oleh lembaga keuangan formal. Akses ke layanan keuangan relatif bertahan selama
pandemi COVID-19.
Pada tahun 2020, ditemukan lebih banyak orang dewasa yang pernah menggunakan asuransi kesehatan nasional. Pandemi COVID-19 juga telah
menyebabkan penggunaan asuransi kesehatan nasional yang lebih luas sebagai bagian dari sistem keuangan.
Indikator kunci inklusi keuangan
(Pada grafik: Persentase orang dewasa)
78,8 81,4
70,3 70,0
61,7
55,7

Kepemilikan akun Pernah menggunakan produk atau Pernah menggunakan produk atau
layanan dari lembaga keuangan layanan dari lembaga keuangan
formal, tanpa BPJS formal, termasuk BPJS
2018 (N=6.695) 2020 (N=7.574)

Sumber: Survei Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 4 (N = 6.695, 15+), Maret-Mei 2019; Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.

11
INKLUSI KEUANGAN BERDASARKAN GEOGRAFI

Indikator inklusi keuangan lebih tinggi di kalangan penduduk perkotaan. Selain itu, angka
indikator di Pulau Jawa setara dengan pulau-pulau lain.
66,2% orang dewasa di perkotaan dan 55,7% di pedesaan memiliki akun. Kesenjangan ini terkait akses ke produk atau layanan keuangan formal di luar BPJS.
Ketika BPJS dimasukkan dalam perhitungan, kesenjangan menjadi lebih kecil secara signifikan.
Indikator kunci inklusi keuangan berdasarkan wilayah geografis, 2020
(Pada grafik: Persentase orang dewasa)

84,5
77,3 80,3 82,6
75,1
70,4 69,7
66,2 63,3 61,8 61,5
55,7

Kepemilikan akun Pernah menggunakan Pernah menggunakan Kepemilikan akun Pernah menggunakan Pernah menggunakan
produk atau layanan produk atau layanan produk atau layanan produk atau layanan
lembaga keuangan formal, lembaga keuangan formal, lembaga keuangan formal, lembaga keuangan formal,
tidak termasuk BPJS termasuk BPJS tidak termasuk BPJS termasuk BPJS

Urban (n=4,310) Rural (n=3,264) Java (n=3,887) Non Java (n=3,687)

Sumber: Survei Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.
12
PENGGUNAAN LEMBAGA KEUANGAN
Orang Indonesia mengakses layanan keuangan yang cukup beragam. Pandemi COVID-19
berdampak negatif pada sebagian besar lembaga keuangan kecuali bank, uang elektronik berbasis
server, dan penyedia jaminan sosial.
Penggunaan produk bank mencapai 3,9 p.p. meningkat dibandingkan tahun 2018. Selain bank, pemberi pinjaman multifinance juga berkontribusi
signifikan terhadap akses keuangan. Berbeda dengan penurunan di sebagian besar produk dan layanan lain, terlihat peningkatan yang luar biasa pada
uang elektronik berbasis server sejak 2018.
Pernah menggunakan produk dan layanan keuangan formal
(Pada grafik: Persentase orang dewasa)
Pinjaman online 0,3
0,3
Dana investasi 0,4
0,4
Pensiun (tidak termasuk BPJS Ketenagakerjaan) 2,3
2,0
Asuransi (tidak termasuk BPJS Kesehatan) 18,9
6,8
PT Pos* 16,8
9,2
Pegadaian 10,0
10,0
Koperasi, LKM/S 13,3
10,7
Uang elektronik berbasis server 4,7
11,7
Multifinance 26,3
20,5
BPJS (Kesehatan, Ketenagakerjaan) 41,7
45,8
Bank 57,5
61,4
Produk atau layanan keuangan formal apapun 70,3
70,0
2018 (N=6,695) 2020 (N=7,574)
*Layanan keuangan yang tersedia melalui PT Pos
Sumber: Survei Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 4 (N = 6.695, 15+), Maret-Mei 2019; Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020. 13
PENGGUNAAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

Akses masyarakat Indonesia terhadap produk/layanan bank syariah meningkat pada tahun 2020
Penggunaan produk bank syariah mencapai peningkatan 1 persen dibandingkan tahun 2018. Sebaliknya, penggunaan lembaga keuangan mikro
syariah/LKMS menyusut 1 persen poin dalam periode yang sama.

Pernah menggunakan produk dan layanan keuangan formal syariah


(Pada grafik: Persentase orang dewasa)

Produk/layanan syariah apapun* 8,3


6,9

Bank: pembiayaan 1,3


1,7
Bank: transfer 1,8
3.0
Bank: tabungan/deposito 3,2
4,6
Produk/layanan bank apapun 4,4
6.0

Keuangan mikro/LKMS (mis.: BMT, KJKS, BWM): pembiayaan 1,6


0,9
Keuangan mikro/LKMS (mis.: BMT, KJKS, BWM): 2,2
tabungan/deposito 0,9
Produk/layanan keuangan mikro /LKMS apapun 2,8
1,3
2018 (N=6.695) 2020 (N=7.574)
* Dihitung berdasarkan pertanyaan bank dan keuangan mikro syariah/LKMS (survey 2020), dan pertanyaan bank Syariah, perusahaan pembiayaan/multi-finance, asuransi, program pensiun, Lembaga keuangan mikro/LKMS, pergadaian,
perusahaan sekuritas, perusahaan investasi/manajemen aset, dan koperasi (survey 2018).
Sumber: Survei Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 4 (N = 6.695, 15+), Maret-Mei 2019; Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020. 14
PENGGUNAAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH BERDASARKAN GEOGRAFI

Akses ke lembaga keuangan syariah umumnya lebih tinggi di kalangan penduduk perkotaan
di Jawa, tetapi di pulau-pulau luar Jawa terdapat jumlah pengguna layanan/produk bank
syariah yang sama porsinya.
Tingkat adopsi layanan / produk keuangan syariah relatif rendah di seluruh Indonesia. Perbedaan antara penduduk perkotaan dan pedesaan sangat kecil.

Pernah menggunakan lembaga keuangan formal syariah berdasarkan wilayah geografis, 2020
(Pada grafik: Persentase orang dewasa)

7,2 7,5
6,4 6,3 6,2 6,0 6,0
5,6

2,2
1,5
1,0
0,3

Pernah menggunakan Pernah menggunakan Pernah menggunakan Pernah menggunakan Pernah menggunakan Pernah menggunakan
produk/layanan keuangan produk/layanan keuangan produk/layanan keuangan produk/layanan keuangan produk/layanan bank produk/layanan keuangan
syariah apapun bank syariah mikro/LKMS syariah syariah apapun syariah apapun mikro/LKM syariah apapun
apapun
Jawa (n=3.887) Luar Jawa (n=3.687)
Perkotaan (n=4.310) Pedesaan (n=3.264)

Sumber: Survei Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.
15
PRODUK DAN LAYANAN PERBANKAN

Akses ke bank didorong oleh permintaan tabungan dan transfer selama pandemi COVID-19
Tabungan dan transfer adalah satu-satunya layanan bank yang penggunaannya meningkat di antara penduduk dewasa dibandingkan tahun 2018.
Program kredit mikro pemerintah, seperti KUR, UMi dan Mekaar, sedang berupaya untuk memperluas akses kredit.

Pernah menggunakan produk dan layanan bank


(Pada grafik: Persentase orang dewasa)

53,7
51,2
42,2

32,4

8,5 7,8 6,9 6,4


3,6 2,7 2,3 1,5 2,2 2 1,6 1,2 1,6 0,7 0,9 0,8 0,7 0,7

Tabungan Transfer Pinjaman Program kredit Uang elektronik Pinjaman Deposito Pinjaman tanpa Pinjaman Pinjaman mikro Giro
dengan agunan mikro (KUR) (oleh bank) kendaraan berjangka agunan perumahan
dengan agunan
2018 (N=6.695) 2020 (N=7.574)

Sumber: Survei Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 4 (N = 6.695, 15+), Maret-Mei 2019; Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.

16
KEPEMILIKAN AKUN BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN

Terdapat peningkatan kepemilikan akun yang signifikan di antara para pekerja pertanian
Petani memiliki akses yang lebih baik ke layanan keuangan dengan kepemilikan Kartu Tani. Diluncurkan pada tahun 2017, Kartu Tani merupakan salah
satu bentuk identifikasi petani yang memungkinkan petani untuk mengajukan pinjaman serta melakukan pembayaran dan transfer.

Kepemilikan akun berdasarkan pekerjaan*


(Pada grafik: Persentase orang dewasa dalam tiap kategori)
92,7 94,1 92,9 96,0
85,4
77,6
66,5 68,2
63,6
58,5
48,6 48,6 51,2 52,0

37,8 37,8

Pekerja atau Bukan pekerja atau Pekerja atau Buruh Layanan dan ritel Manufaktur Profesional Pemerintah
pemilik pertanian pemilik pertanian pemilik pertanian (2018 n=720) (2018 n=1.466) (2018 n=187) (2018 n=92) (2018 n=70)
(2018 n=913) (2018 n=5.782) (2018 n=913) (2020 n=853) (2020 n=1.797) (2020 n=200) (2020 n=170) (2020 n=94)
(2020 n=999) (2020 n=6.575) (2020 n=999)
2018 (N=6.695) 2020 (N=7.574)
*Lihat Lampiran untuk keterangan tentang kategori pekerjaan
Sumber: Survei Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 4 (N = 6.695, 15+), Maret-Mei 2019; Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.
17
AKTIFITAS PENGGUNA BANK
Jumlah pemilik akun bank meningkat dan pengguna tetap aktif menggunakan akun
mereka; 76,8% menggunakan akun mereka dalam sebulan terakhir
Terlepas dari pandemi COVID-19, penggunaan produk dan layanan bank tetap tinggi.

Kepemilikan akun bank Penggunaan akun bank


(Pada grafik: Persentase orang dewasa) (Pada grafik: Persentase pemilik akun bank)

3,8 4,3
7,8 8,8
13,6 10,1 Lebih dari 1 tahun

Antara 90 hari dan 1 tahun


2018: 38.4%
(N=6.695)
Antara 30 dan 90 hari
2020: 41.8% 76,8
(N=7.574) 74,6
Dalam 30 hari terakhir

2018 (n=2.568) 2020 (n=3.167)

Sumber: Survei Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 4 (N = 6.695, 15+), Maret-Mei 2019; Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.

18
AKSES GEOGRAFIS KE LAYANAN KEUANGAN

Kesadaran tentang agen bank telah meningkat secara signifikan. Hampir separuh orang
dewasa Indonesia mengetahui adanya agen bank yang berjarak 1 km dari rumah
Dibandingkan tahun 2018, kesadaran masyarakat terhadap agen bank dalam jarak 1 km dari rumah meningkat secara signifikan dari 31,4% menjadi 45,5%.
Kesadaran akan ATM meningkat meskipun tidak ada perluasan jaringan ATM yang signifikan. 75,4% orang dewasa mengetahui tentang adanya cabang bank
dalam jarak 5 km dari rumah mereka, dan 79,3% mengetahui adanya ATM.
Kesadaran akan jarak ke titik layanan
(Pada grafik: Persentase orang dewasa, 2018 N=6.695, 2020 N=7.574)

5,5 3,8 4,5 3,8


11,7
16,7 16,9 20,2 20,8 30,9
44,3 25,2 50,9 55,3 59,3 65,9
29,9 30,0 5,4
35,1 35,1 18,1
7,7
38,6 11,4 12,8
16,6
11,0
19,9 10,7
47,8 49,3 45,5 20
40,1 40,3 18,2
31,4 24,5 15,5
17,8 13,7 11,5 7,8
2018 2020 2018 2020 2018 2020 2020 2018 2020 2018 2020
ATM Cabang Bank Agen Bank Kantor Pos Koperasi dan Keuangan mikro Bank Perkreditan
(LKM/S) Rakyat (BPR)

Sumber: Survei Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 4 (N = 6.695, 15+), Maret-Mei 2019; Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.

19
Tren Inklusi Keuangan

20
TREN KEPEMILIKAN AKUN

Kepemilikan akun meningkat 6 p.p. dibandingkan dengan 2018


Proporsi orang dewasa yang memiliki akun pada lembaga keuangan formal meningkat secara signifikan dari 55,7% pada 2018 menjadi 61,7% pada 2020, atau
sebesar 6 poin persen dalam waktu kurang dari 2 tahun. Ini berarti sekitar 16 juta orang dewasa menjadi pemilik akun baru, kemungkinan sebagai hasil dari
berbagai program pemerintah seperti digitalisasi program bantuan pemerintah, digitalisasi pembayaran, dan program pembukaan akun orang muda.

Kepemilikan akun per tahun


(Pada grafik: Persentase orang dewasa)

61,7*
55,7*

34,2 35,1
31,3

2014 (N=6.000) 2015 (N=6.060) 2016 (N=6.060) 2018 (N=6.695) 2020 (N=7.574)

*Defenisi kepemilikan akun tidak sepenuhnya sebanding dengan tahun-tahun sebelumnya


Sumber: Survei Tracker Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 1 (N = 6.000, 15+), Agustus-November 2014; Gelombang 2 (N = 6.060, 15+), Agustus-November 2015; Gelombang 3 (N = 6.060,
15+), September-November 2016; Gelombang 4 (N = 6.695, 15+), Maret-Mei 2019; Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.
21
TREN KEPEMILIKAN AKUN BERDASARKAN GENDER
Pertumbuhan kepemilikan akun di kalangan wanita dan pria dewasa meningkat sebesar 6
p.p.
Kepemilikan akun antara pria dan wanita dewasa menunjukkan pertumbuhan yang sebanding. Program pemberdayaan ekonomi yang dipimpin pemerintah terus
mendukung akses perempuan ke layanan keuangan.
Kepemilikan akun perempuan per tahun Kepemilikan akun laki-laki per tahun
(Pada grafik: Persentase orang dewasa) (Pada grafik: Persentase orang dewasa)

61,6* 61,7*
55,6* 55,7*

37,5 38,4
34,7
31,1 31,7
27,9

2014 (n=3.060) 2015 (n=3.098) 2016 (n=3.037) 2014 (n=2.940) 2015 (n=2.962) 2016 (n=3.023)
2018 (n=3.353) 2020 (n=3.768) 2018 (n=3.342) 2020 (n=3.806)
*Defenisi kepemilikan akun tidak sepenuhnya sebanding dengan tahun-tahun sebelumnya
Sumber: Survei Tracker Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 1 (N = 6.000, 15+), Agustus-November 2014; Gelombang 2 (N = 6.060, 15+), Agustus-November 2015; Gelombang 3 (N =
6.060, 15+), September-November 2016; Gelombang 4 (N = 6.695, 15+), Maret-Mei 2019; Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.

22
TREN KEPEMILIKAN AKUN BERDASARKAN WILAYAH
Kepemilikan akun lebih umum di daerah perkotaan, tetapi tumbuh lebih cepat di daerah
pedesaan
Pemilik akun baru di daerah pedesaan meningkat 6,8%. Program pembangunan ekonomi pemerintah (misalnya KUR, Bantuan Presiden Produktif
Usaha Mikro, Asuransi Nelayan, Mekaar) diasumsikan berperan dalam mendorong perubahan ini.
Kepemilikan akun wilayah pedesaan per tahun Kepemilikan akun wilayah perkotaan per tahun
(Pada grafik: Persentase orang dewasa) (Pada grafik: Persentase orang dewasa)

66,2*
61,2*
55,7*
48,9*
43,4 44,8
39,1

22,5 24,3 24,7

2014 (n=2.841) 2015 (n=2.910) 2016 (n=2.940) 2014 (n=3.159) 2015 (n=3.150) 2016 (n=3.120)
2018 (n=3,011) 2020 (n=3,264) 2018 (n=3.684) 2020 (n=4.310)
*Defenisi kepemilikan akun tidak sepenuhnya sebanding dengan tahun-tahun sebelumnya
Sumber: Survei Tracker Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 1 (N = 6.000, 15+), Agustus-November 2014; Gelombang 2 (N = 6.060, 15+), Agustus-November 2015; Gelombang 3 (N =
6.060, 15+), September-November 2016; Gelombang 4 (N = 6.695, 15+), Maret-Mei 2019; Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.

23
TREN KEPEMILIKAN AKUN BERDASARKAN PENDAPATAN

Kepemilikan akun terus meningkat baik di antara yang mampu dan yang kurang mampu
Peningkatan kepemilikan akun sedikit lebih tinggi di kalangan orang dewasa dengan pendapatan di bawah garis kemiskinan sejak 2018. Pada tahun 2020, hampir
setengah dari populasi yang lebih miskin telah diikutsertakan secara finansial.

Kepemilikan akun penduduk di bawah garis kemiskinan per tahun Kepemilikan akun penduduk di atas garis kemiskinan per tahun
(Pada grafik: Persentase orang dewasa) (Pada grafik: Persentase orang dewasa)

62,2*
56,4*
49,7*
43,7*
35,7 36,6
33,1

18,4 15,6
13,6

2014 (n=579) 2015 (n=510) 2016 (n=435) 2014 (n=5.421) 2015 (n=5.550) 2016 (n=5.625)
2018 (n=368) 2020 (n=340) 2018 (n=6.327) 2020 (n=7.234)

*Defenisi kepemilikan akun tidak sepenuhnya sebanding dengan tahun-tahun sebelumnya


Sumber: Survei Tracker Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 1 (N = 6.000, 15+), Agustus-November 2014; Gelombang 2 (N = 6.060, 15+), Agustus-November 2015; Gelombang 3 (N =
6.060, 15+), September-November 2016; Gelombang 4 (N = 6.695, 15+), Maret-Mei 2019; Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020. 24
TREN PENGGUNA BANK

61,4% orang dewasa telah menggunakan produk atau layanan bank, tetapi hanya 41,8%
yang memiliki akun bank
Dalam banyak kasus, orang dewasa Indonesia tampaknya telah menggunakan akun bank anggota keluarga atau kerabat mereka. Pertumbuhan inklusi keuangan
yang lebih jauh akan dapat dicapai dengan mendorong kepemilikan akun di antara orang dewasa yang saat ini mengakses layanan bank menggunakan akun
orang lain.
Kepemilikan akun bank per tahun Pengguna bank per tahun
(Pada grafik: Persentase orang dewasa) (Pada grafik: Persentase orang dewasa)

41,8 57,5* 61.4


38,4

27,0
22,2 24,1 33,7
29,0 29,1

2014 (N=6.000) 2015 (N=6.060) 2016 (N=6.060) 2018 (N=6.695) 2020 (N=7.574)

*Defenisi kepemilikan akun tidak sepenuhnya sebanding dengan tahun-tahun sebelumnya


Sumber: Survei Tracker Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 1 (N = 6.000, 15+), Agustus-November 2014; Gelombang 2 (N = 6.060, 15+), Agustus-November 2015; Gelombang 3 (N
= 6.060, 15+), September-November 2016; Gelombang 4 (N = 6.695, 15+), Maret-Mei 2019; Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.

25
TREN KESADARAN AKAN AGEN PERBANKAN
Kesadaran akan agen bank terus meningkat drastis sejak tahun 2018, khususnya di wilayah
pedesaan
Orang dewasa Indonesia menikmati akses luas ke agen perbankan. Kesadaran penduduk pedesaan akan agen bank meningkat 14,8 p.p, sedangkan kesadaran
warga perkotaan terhadap agen bank meningkat 7,5 p.p. Kehadiran agen bank mengimbangi rendahnya jumlah cabang bank dan ATM di daerah pedesaan.

Penduduk wilayah pedesaan yang tahu lokasi agen bank Penduduk perkotaan yang tahu lokasi agen bank
(Pada grafik: Persentase orang dewasa) (Pada grafik: Persentase orang dewasa)
77,9

63,1 62,5
55,0

22,8
19,4
12,7 11,6

2015 (n=2.910) 2016 (n=2.940) 2018 (n=3.011) 2020 (n=3.264) 2015 (n=3.150) 2016 (n=3.120) 2018 (n=3.684) 2020 (n=4.310)

.
Sumber: Survei Tracker Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 1 (N = 6.000, 15+), Agustus-November 2014; Gelombang 2 (N = 6.060, 15+), Agustus-November 2015; Gelombang 3 (N = 6.060,
15+), September-November 2016; Gelombang 4 (N = 6.695, 15+), Maret-Mei 2019; Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.
26
Telepon Seluler dan Uang Elektronik
Berbasis Server

27
KEPEMILIKAN TELEPON SELULER
Kepemilikan telepon seluler semakin meningkat. Lebih dari separuh orang dewasa Indonesia memiliki
smartphone
Kepemilikan telepon meningkat 7,6 p.p, sebagian besar didorong oleh kepemilikan telepon pintar. Permintaan untuk pembayaran tanpa uang tunai dalam
ekosistem ini seharusnya mendorong peningkatan kepemilikan akun di antara orang dewasa yang belum ikut serta secara finansial.
Kepemilikan telepon seluler Kepemilikan smartphone per tahun
(Pada grafik: Persentase orang dewasa) (Pada grafik: Persentase orang dewasa)

Ponsel berfitur 22,2 58,7


standar 25,3
45,7
5,1
Feature phone
10,2 28,0
45,7 18,4
Smartphone
58,7

70,2
Total
77,8

2018 (N=6.695) 2020 (N=7.574) 2015 (N=6.060) 2016 (N=6.060) 2018 (N=6.695) 2020 (N=7.574)

Sumber: Survei Tracker Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 1 (N = 6.000, 15+), Agustus-November 2014; Gelombang 2 (N = 6.060, 15+), Agustus-November 2015; Gelombang 3 (N = 6.060, 15+), September-
November 2016; Gelombang 4 (N = 6.695, 15+), Maret-Mei 2019; Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.
28
KEPEMILIKAN TELEPON SELULER BERDASARKAN DEMOGRAFIS

Ada kesenjangan gender, lokasi, usia, dan pendapatan yang signifikan di antara pemilik ponsel
Kepemilikan telepon paling tinggi jatuh pada kalangan orang dewasa yang lebih muda, pria, tinggal di perkotaan, dan berpenghasilan tinggi. Perluasan kepemilikan telepon
kepada lebih banyak wanita, orang dewasa di bawah garis kemiskinan, dan penduduk pedesaan akan membuka akses yang lebih besar kepada layanan keuangan digital bagi
kelompok-kelompok ini. Sementara itu, orang dewasa yang lebih tua terlihat telah mengadopsi kepemilikan ponsel sejak 2018.

Kepemilikan telepon seluler per kelompok demografis


(Pada grafik: Persentase orang dewasa)
2018 (N=6.695) 2020 (N=7.574) 91,7 92,2
85,7 88,0
82,3 81,8 83,4
79,4 79,9 76,9
74,7 73,3 75,7 72,6 71,9
65,8 67,3
63,6
55,6
45,3 45,0
42,0

Laki-laki Perempuan Perkotaan Pedesaan Di atas garis Di bawah 15-17 18-25 26-35 36-50 51+
(2018 (2018 (2018 (2018 kemiskinan garis (2018 (2018 (2018 (2018 (2018
n=3.342) n=3.353) n=3.684) n=3.011) (2018 kemiskinan n=428) n=1.234) n=1.497) n=2.084) n=1.452)
(2020 (2020 (2020 (2020 n=6,327) (2018 (2020 (2020 (2020 (2020 (2020
n=3.806) n=3.768) n=4.310) n=3.264) (2020 n=368) n=502) n=1.371) n=1.596) n=2.268) n=1.836)
n=7,234) (2020
n=340)
Sumber: Survei Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 4 (N = 6.695, 15+), Maret-Mei 2019; Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.
29
PENGGUNA TELEPON SELULER
Meskipun smartphone telah dapat diakses secara luas, hanya 14,1% orang dewasa yang
menyatakan dapat sepenuhnya melakukan transaksi keuangan di smartphone mereka
Tingginya kemahiran dalam menggunakan telepon untuk kebutuhan lain, seperti mengunduh aplikasi, menunjukkan bahwa mayoritas penduduk sudah siap
untuk mengadopsi layanan keuangan digital seperti menggunakan layanan mobile banking dan/atau uang elektronik seluler.

Kemampuan pengguna telepon, 2020


(Pada grafik: Persentase pengguna telepon, n=6.908)

0,1
1,5 0,3 0,2 1,5 1,6 3,2
6,2 10,0 9,2
8,5 5,0
18,7 31,6 35,9
16,1
19,9
6,7 6,3 68,8
14,8 13,4
73,5 69,5
61,4
45,5 42,8 6,3
7,5
14,1

Menelpon/menerima Navigasi menu telpon Mengirim/menerima Menyelusur di internet Mengunduh aplikasi Melakukan transaksi
telpon pesan teks keuangan

Sangat mampu Cukup mampu Sedikit mampu Tidak mampu Tidak tahu
Sumber: Survei Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 4 (N = 6.695, 15+), Maret-Mei 2019; Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.

30
PENGGUNA TELEPON SELULER – LITERASI SMARTPHONE

Masyarakat kian mahir mengunduh aplikasi tetapi belum dalam hal melakukan transaksi keuangan
Mengunduh aplikasi dan melakukan transaksi keuangan adalah fitur-fitur smartphone yang tergolong lebih kompleks. Pada tahun 2020, lebih banyak orang
dewasa di Indonesia yang dapat mengunduh aplikasi di smartphone dengan lancar dibandingkan tahun 2020. Namun, proporsi orang dewasa yang memiliki
literasi keuangan dengan smartphone secara umum tetap sama.
Kemampuan pengguna telepon
(Pada grafik: Persentase pengguna telepon, 2018 n=5.618, 2020 n=6.908)

9,3 1,6 3,2


12,8
35,9
32,5
6,3 68,8
5,9 58,7
13,4
15,4

42,8 6,5 6,3


36,9 7,8 7,5
14,2 14,1

Mengunduh aplikasi Mengunduh aplikasi Melakukan transaksi Melakukan transaksi


2018 2020 keuangan 2018 keuangan 2020

Sangat mampu Cukup mampu Sedikit mampu Tidak mampu Tidak tahu/Tidak dapat diterapkan

Sumber: Survei Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 4 (N = 6.695, 15+), Maret-Mei 2019; Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.

31
TREN PENGGUNA UANG ELEKTRONIK

Pengguna uang elektronik berbasis server meningkat secara signifikan hampir 2,5 kali lipat
pada tahun 2020
Pemakaian aplikasi smartphone dan fungsi (use case) uang elektronik berbasis seluler mendorong peningkatan pengguna uang elektronik berbasis server. Sekitar
59% pengguna uang elektronik secara aktif menggunakan uang elektroniknya.

Pengguna uang elektronik per tahun


(Pada grafik: Persentase orang dewasa) Pengguna aktif dalam 30
hari terakhir
2018: 58.3% (n=312)
11,7
2020: 59.0% (n=884)

4,7

0,4 0,9
0,1

2014 (N=6.000) 2015 (N=6.060) 2016 (N=6.060) 2018 (N=6.695) 2020 (N=7.574)

Sumber: Survei Tracker Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 1 (N = 6.000, 15+), Agustus-November 2014; Gelombang 2 (N = 6.060, 15+), Agustus-November 2015; Gelombang 3 (N =
6.060, 15+), September-November 2016; Gelombang 4 (N = 6.695, 15+), Maret-Mei 2019; Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.

32
PENGGUNAAN UANG ELEKTRONIK
Minimarket dan ATM tetap menjadi tempat isi ulang uang elektronik (top up) yang paling
banyak dikunjungi
Konter tunai minimarket adalah kanal paling populer untuk top-up uang elektronik. Memastikan uang tunai dapat mengalir masuk dan keluar dari uang
elektronik melalui titik-titik layanan yang banyak sangat penting untuk mendorong jaringan yang akan memperluas penggunaan uang elektronik dan
menjadikannya pendorong inklusi keuangan yang lebih besar.
Pernah menggunakan uang elektronik ponsel (server-based) Dimana pengguna mengisi ulang akun uang elektronik ponsel
(Pada grafik: Persentase orang dewasa) (Pada grafik: Persentase pengguna uang elektronik berbasis seluler)

Minimarket 56,1
46,1

ATM 33,0
29,6

2018: 4.7% Internet banking 21,4


20,6
(N=6.695) 2018 (n=312)
13,3
2020: 11.7% Lainnya, termasuk transfer P2P 16,6 2020 (n=884)
(N=7.574)
Agen bank 2,4
6,7

Teller bank 5,9


3,0

Layanan keuangan di PT Pos Indonesia 0,7


Sumber: Survei Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 4 (N = 6.695, 15+), Maret-Mei 2019; Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.
33
TREN KESADARAN UANG ELEKTRONIK

Kesadaran akan uang elektronik berbasis server meningkat 6,3 p.p dari tahun 2018.
Sementara itu, jumlah pengguna di kalangan masyarakat yang sadar akan uang elektronik
meningkat dua kali lipat.
Pertumbuhan pengguna uang elektronik yang berlipat ganda dalam 2 tahun mungkin dipengaruhi oleh kepemilikan ponsel cerdas yang lebih
tinggi dan program promosi yang agresif oleh beragam brand.

Kesadaran uang elektronik ponsel per tahun


(Pada grafik: Persentase orang dewasa) Electronic money users
2018: 14.5% (n=2.154)
38,5 2020: 30.3% (n=2.919)
32,2

15,3
8,1
5,7

2014 (N=6.000) 2015 (N=6.060) 2016 (N=6.060) 2018 (N=6.695) 2020 (N=7.574)
Sumber: Survei Tracker Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 1 (N = 6.000, 15+), Agustus-November 2014; Gelombang 2 (N = 6.060, 15+), Agustus-November 2015; Gelombang 3 (N
= 6.060, 15+), September-November 2016; Gelombang 4 (N = 6.695, 15+), Maret-Mei 2019; Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.

34
DEMOGRAFIS UANG ELEKTRONIK
Jumlah pengguna uang elektronik berbasis seluler telah meningkat secara signifikan,
terutama di kalangan kaum muda dan mereka yang berada di pedesaan
Sekalipun pertumbuhan didapati di semua kategori, pertumbuhan tertinggi penggunaan uang elektronik berbasis server ada pada kelompok usia 18-25 tahun,
yang telah tumbuh 3 kali lipat.
Pengguna uang elektronik ponsel per kelompok demografis
(Pada grafik: Persentase orang dewasa)
2018 (N=6.695) 2020 (N=7.574) 25,4

15,9 16,1
14,5
12,7 12,2
10,6
8,7 7,9
7,4 6,8
6,1 5,9
4,9 4,5 4,9
3,5
1,4 0,4 1,1 1,0 1,4

Laki-laki Perempuan Perkotaan Pedesaan Di atas garis Di bawah 15-17 18-25 26-35 36-50 51+
(2018 (2018 (2018 (2018 kemiskinan garis (2018 (2018 (2018 (2018 (2018
n=3.342) n=3.353) n=3.684) n=3.011) (2018 kemiskinan n=428) n=1.234) n=1.497) n=2.084) n=1.452)
(2020 (2020 (2020 (2020 n=6.327) (2018 (2020 (2020 (2020 (2020 (2020
n=3.806) n=3.768) n=4.310) n=3.264) (2020 n=368) n=502) n=1.371) n=1.596) n=2.268) n=1.836)
n=7.234) (2020
n=340)
Age groups
Sumber: Survei Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 4 (N = 6.695, 15+), Maret-Mei 2019; Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.
35
Penggunaan Layanan Keuangan
di antara Anak Muda

36
PENGGUNAAN AKUN BANK BERDASARKAN USIA

Produk tabungan paling banyak digunakan. Hampir seluruh kategori usia cenderung menabung
selama pandemi COVID-19
Hampir sepertiga anak muda usia sekolah serta lebih dari separuh anak muda usia kuliah dan wirausahawan telah menggunakan akun bank untuk menabung;
Simpanan Pelajar dan Simpanan Pemuda, program tabungan anak muda terbesar di Indonesia, mungkin berkontribusi pada hal ini. KUR dan program pinjaman
mikro lainnya, yang merupakan bagian dari Program Pemulihan Ekonomi Nasional COVID-19, paling menarik minat kaum milenial yang lebih tua dan kelompok
senior.
Penggunaan akun bank per kelompok usia, 2020
(Pada grafik: Persentase orang dewasa)
62,8
58,2 59,1
54,3 56,5

42,2 44,8

29,8
24,1
18,3
13,8 15,8 14,9

4,4
1,5

Tabungan Transfer Pinjaman usaha

15-17 (n=502) 18-25 (n=1.371) 26-35 (n=1.596) 36-50 (n=2.268) 51+ (n=1.836)
Sumber: Survei Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.

37
TREN KEPEMILIKAN SMARTPHONE DI ANTARA ANAK MUDA
Anak muda usia sekolah yang paling unggul dalam penggunaan ponsel cerdas dengan
peningkatan pengguna sebesar 16,9 p.p dibandingkan tahun 2018
Sembilan puluh persen anak muda usia sekolah serta 86,5% anak muda usia kuliah dan wirausahawan muda memiliki ponsel cerdas. Kepemilikan smartphone di
kalangan pengguna digital sejati ini kemungkinan akan meningkatkan kesiapan kaum muda untuk layanan keuangan digital.
Kepemilikan smartphone per kelompok usia
(Pada grafik: Persentase orang dewasa)
90,0 86,5 76,0
73,1 74,8
61,6
53,0

35,0

21,5
12,1

15-17 18-25 26-35 36-50 51 and above

2018 (n=428) 2018 (n=1.234) 2018 (n=1.497) 2018 (n=2.084) 2018 (n=1.452)

2020 (n=502) 2020 (n=1.371) 2020 (n=1.596) 2020 (n=2,268) 2020 (n=1.836)
Sumber: Survei Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 4 (N = 6.695, 15+), Maret-Mei 2019; Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.

38
TREN KESADARAN UANG ELEKTRONIK ANAK MUDA

Anak muda usia kuliah paling unggul dalam kesadaran akan uang elektronik berbasis server
Sejak 2018, kelompok usia 18-25 secara konsisten menjadi yang paling sadar akan merek uang elektronik berbasis server. Kesadaran meningkat di semua
kelompok usia setelah tahun 2016 Bersama dengan meluasnya penggunaan aplikasi pembayaran seluler.

Kesadaran uang elektronik per kelompok usia


(Pada grafik: Persentase orang dewasa)

62,9
58,3
48,2 50,8 48,8
41,3
34,1
28,2 27,4 26,5
18,0
13,9 14,6
9,0 9,6 10,2 11,4
6,0
2,3 3,9

15-17 18-25 26-35 36-50 51 and above


2015 (n=398) 2015 (n=1.160) 2015 (n=1.334) 2015 (n=1.779) 2015 (n=1.370)
2016 (n=436) 2016 (n=1.186) 2016 (n=1.494) 2016 (n=1.705) 2016 (n=1.240)
2018 (n=428) 2018 (n=1.234) 2018 (n=1.497) 2018 (n=2.084) 2018 (n=1.452)
2020 (n=502) 2020 (n=1.371) 2020 (n=1.596) 2020 (n=1.836)
2020 (n=2.268)
Sumber: Survei Tracker Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 2 (N = 6.060, 15+), Agustus-November 2015; Gelombang 3 (N = 6.060, 15+), September-November 2016; Gelombang 4
(N = 6.695, 15+), Maret-Mei 2019; Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.
39
TREN PENGGUNAAN UANG ELEKTRONIK DI KALANGAN ANAK MUDA

Lebih dari 25% anak muda usia kuliah menggunakan uang elektronik berbasis server
Peningkatan penggunaan uang elektronik berbasis server di seluruh kelompok usia menunjukkan manfaat uang seluler di semua usia. Akan tetapi, dengan angka
kesadaran akan uang seluler yang jauh melampaui jumllah pengguna, ada potensi besar untuk meningkatkan kegunaan uang seluler pada semua kategori usia

Penggunaan uang elektronik per kelompok usia


(Pada grafik: Persentase orang dewasa)
25,4

16,1
14,5

8,7 7,9
6,8 5,9
3,5
2,0 0,7 1,2 1,4
0,0 0,8 0,7 0,3 0,4 0,2 0,1 1,0
15-17 18-25 26-35 36-50 51 and above
2015 (n=398) 2015 (n=1.160) 2015 (n=1.334) 2015 (n=1.779) 2015 (n=1.370)
2016 (n=436) 2016 (n=1.186) 2016 (n=1.494) 2016 (n=1.705) 2016 (n=1.240)
2018 (n=428) 2018 (n=1.234) 2018 (n=1.497) 2018 (n=2.084) 2018 (n=1.452)
2020 (n=502) 2020 (n=1.371) 2020 (n=1.596) 2020 (n=2.268) 2020 (n=1.836)
Sumber: Survei Tracker Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 2 (N = 6.060, 15+), Agustus-November 2015; Gelombang 3 (N = 6.060, 15+), September-November 2016; Gelombang
4 (N = 6.695, 15+), Maret-Mei 2019; Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.
40
KEMAMPUAN PENGGUNA TELEPON SELULER BERDASARKAN USIA

Anak muda dewasa lebih mampu melakukan transaksi keuangan di ponsel mereka
Anak muda usia sekolah merupakan kelompok pengguna aplikasi ponsel kedua tertinggi, namun anak muda usia kuliah merupakan kelompok yang paling unggul
dalam kemampuan melakukan transaksi finansial dengan ponsel.

Kemampuan mengirim pesan per kelompok usia, 2020 Kemampuan bertransaksi keuangan per kelompok usia, 2020
(Pada grafik: Persentase orang dewasa) (Pada grafik: Persentase orang dewasa)
0
0,7 0,1 0,5 5,1 1,3 2,9 3,3 3,1
1,8 6,3
10,4 10,3 14,0 6,6
25,9
18,5 50,8
58,1
7,9 67 68,2
68
86,4 86,6 15,0 9,7
80,8
61,0 12 7,2
9,3 8,3
27,6 5,2
8,1 24,7 6
20,8
8,9 9,8
15-17 18-25 26-35 36-50 50+ 15-17 18-25 26-35 36-50 50+
(n=502) (n=1.371) (n=1.596) (n=2.268) (n=1.836) (n=502) (n=1,371) (n=1,596) (n=2,268) (n=1,836)

Sangat mampu Cukup mampu Sedikit mampu Tidak mampu Tidak tahu

Sumber: Survei Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.

41
Masyarakat Unbanked

42
KESIAPAN UNTUK KEPEMILIKAN AKUN

Hampir separuh dari mereka yang tidak memiliki akun bank memiliki smartphone dan
hampir dua pertiga dari mereka tinggal kurang dari 1 km dari lembaga keuangan (65,8%)
Sebagian besar orang yang tidak memiliki akun bank memiliki KTP (87,8%) serta kemampuan untuk mengirim dan menerima pesan teks (68,2%). Kepemilikan
smartphone dan kedekatan fisik dengan lembaga keuangan memberi potensi yang lebih tinggi untuk adopsi keuangan digital yang lebih besar di antara mereka
yang tidak memiliki akun bank.

Indikator kunci kesiapan kepemilikan akun di antara orang dewasa yang tidak memiliki akun
(Pada grafik: Persentase orang dewasa yang tidak memiliki akun)

88,8 87,8

68,2 65,8
61,2
55,0
45,7
30,4

Memiliki KTP Memiliki smartphone Dapat mengirim dan Tinggal kurang dari 1 km
menerima pesan teks dari lembaga keuangan

2018 (n=2.969) 2020 (n=2.905)


Sumber: Survei Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 4 (N = 6.695, 15+), Maret-Mei 2019; Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.

43
AKUN TABUNGAN BANK
17,1% orang dewasa familiar dengan produk Basic Savings Account, dan 6,2% memilikinya
Kekurangan uang adalah alasan yang paling sering disebutkan untuk tidak memiliki akun tabungan (meningkat 17% pada tahun 2020 dibandingkan tahun 2018),
meskipun tersedia Basic Savings Account (BSA) yang tidak dikenakan biaya dan persyaratan saldo minimum yang rendah. Produk pembayaran dan transfer
mungkin lebih diminati oleh orang dewasa berpenghasilan rendah daripada akun tabungan.

Indikator Basic Savings Account (BSA) Alasan tidak memiliki akun tabungan bank
(Pada grafik: Persentase orang dewasa) (Pada grafik: Persentase orang dewasa yang tidak memiliki akun bank)
Tidak memiliki cukup uang 52,2
69,1
20,1 Tidak membutuhkan 20,5
31,5
17,1 16,3
Lebih memilih tunai 31,9
Tidak pernah mendengar produk tabungan 3,9
11,8
Tidak memiliki cukup informasi 3,6 2018 (n=4.123)
6,2 11,5
5,2 2020 (n=4.407)
Tidak memiliki dokumen yang dibutuhkan 3,3
5,3
Kantor layanan keuangan terlalu jauh 2,9
3,1
Kesadaran akan BSA Kepemilikan BSA Biaya administrasi terlalu tinggi 2,6
2,6
2018 (N=6.695) 2020 (N=7.574) Tidak percaya produk dan layanan 0,7
0,8
Bertentangan dengan ajaran agama 0,5
0,6
Sumber: Survei Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 4 (N = 6.695, 15+), Maret-Mei 2019; Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.

44
PENGGUNA BANK TANPA AKUN
Hampir seperlima dari mereka yang tidak memiliki akun bank pernah menggunakan produk
atau layanan bank
Pertumbuhan kepemilikan akun berpotensi di kalangan orang dewasa yang telah menggunakan produk atau layanan bank. Literasi keuangan adalah pendorong
utama bagi mereka yang tidak memiliki akun bank untuk memiliki akun.
Pernah menggunakan produk dan layanan bank Alasan tidak memiliki akun tabungan di antara mereka
tapi tidak memiliki akun, 2020 yang pernah menggunakan bank, 2020
(Pada grafik: Persentase orang dewasa) (Pada grafik: Persentase orang dewasa, n=1.486)

Tidak memiliki cukup uang 36,6


Lebih memilih tunai 16,6
Tidak membutuhkan 14,8
Anggota rumah tangga lain memiliki akses keuangan 5,4
19.6%
(N=7.574) Tidak memiliki cukup informasi 5,0
Tidak pernah mendengar produk tabungan 4,5
Tidak memiliki dokumen yang dibutuhkan 2,3
Kantor layanan keuangan terlalu jauh 2,2
Formulir pendaftaran terlalu rumit dan panjang 2,0
Biaya administrasi terlalu tinggi 1,4
Sumber: Survei Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.

45
MEMINJAM DAN MENABUNG SECARA INFORMAL
Pandemi COVID-19 telah mempengaruhi penggunaan layanan keuangan informal
Jumlah orang dewasa yang meminjam dari penyedia informal telah menurun. Namun, mereka yang menabung di penyedia informal meningkat. Proporsi orang
dewasa yang memiliki pinjaman dan tabungan informal relatif tinggi, menunjukkan kebutuhan akan produk yang lebih relevan dan dapat diakses.

Pengguna layanan keuangan informal % orang yang sedang memiliki pinjaman informal, 2020
(Pada grafik: Persentase orang dewasa)
(Pada grafik: Persentase orang dewasa)

38,4

Account Non-account
Owners: Owners:
17,8 16,2 18,0
18.7% 16.3%
7,6 (n=4.669) (n=2.905)

0,5

Sedang memiliki pinjaman Memiliki pinjaman informal Menabung di penyedia


informal di masa lalu informal
2018 (N=6.695) 2020 (N=7.574)

Sumber: Survei Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 4 (N = 6.695, 15+), Maret-Mei 2019; Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.

46
BANTUAN PEMERINTAH

Dua pertiga dari penerima program bantuan pemerintah memiliki akun


Terjadi peningkatan penerima bantuan pemerintah yang sangat besar pada tahun 2020, kemungkinan besar sebagai dampak dari program Pemulihan Ekonomi
Nasional / PEN (program Pemulihan Ekonomi Nasional). Peningkatan kepemilikan akun yang signifikan dapat dicapai dengan mewajibkan semua program
bantuan pemerintah untuk disampaikan melalui akun bank dan/atau uang elektronik.
Penerima bantuan pemerintah Saluran penyampaian bantuan pemerintah
(Pada grafik: Persentase orang dewasa) Pada grafik: Persentase orang dewasa penerima bantuan pemerintah)

67,6 69,6

2018: 17.2%
(N=6.695) 32,4 30,4
2020: 40.8% 24,6
16,9
(N=7.574)

Menggunakan ATM untuk Memiliki akun Tidak memiliki akun


menerima bantuan pemerintah
2018 (n=1.152) 2020 (n=3.086)

Sumber: Survei Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 4 (N = 6.695, 15+), Maret-Mei 2019; Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.

47
LAUANAN BPJS

Lebih dari dua pertiga peserta dewasa BPJS Kesehatan* memiliki akun
Dengan lebih dari 220 juta peserta pada tahun 2020, kewajiban penggunaan membayar iuran BPJS Kesehatan dengan akun akan semakin mendorong perluasan
kepemilikan akun.

Pengguna BPJS Kesehatan Pengguna BPJS Ketenagakerjaan**


(Pada grafik: Persentase orang dewasa) (Pada grafik: Persentase orang dewasa)

2018 (n=3.471) 93,494,3 2018 (n=579)


2020 (n=4.624) 2020 (n=713)

2018: 51.8% 65,769,9 2018: 8.6%


(N=6.695) (N=6.695)
2020: 61.0% 34,330,1 2020: 9.4%
(N=7.574) (N=7.574)
16,519,1
6,6 5,7 3,5 4,3
Memiliki Tidak Tidak
Memiliki Tidak Tidak
akun memiliki memiliki
akun memiliki memiliki
akun akun,
akun akun,
mengetahui
mengetahui
lokasi agen
* Sistim Perlindungan Kesehatan Nasional Indonesia lokasi agen
bank
** Sistim Kontribusi Pensiun Indonesia bank
Sumber: Survei Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 4 (N = 6.695, 15+), Maret-Mei 2019; Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.
48
AGEN PERBANKAN
Kesadaran tentang agen bank telah meningkat secara signifikan pada tahun 2020, bahkan di
antara populasi yang tidak memiliki akun bank.
Lebih dari 60% populasi orang dewasa yang tidak memiliki akun bank mengetahui lokasi agen bank. Ini mencerminkan peningkatan 10,5 p.p. dari rasio pada
tahun 2018. Jumlah orang dewasa yang menggunakan agen bank juga meningkat, namun jumlahnya tetap rendah di bawah 10% untuk semua transaksi
keuangan utama.
Aktifitas pengguna agen bank % orang yang mengetahui lokasi agen bank
(Pada grafik: Persentase orang dewasa) (Pada grafik: Persentase orang dewasa yang tidak memiliki akun)

2018 (N=6.695) 2020 (N=7,574)


7,6

4,7

2018: 52.1%
1,3 1,0 (n=2.969)
0,4 0,8
0,2 0,1
2020: 62.6%
Menabung atau Membuka Basic Isi ulang uang Tarik tunai uang (n=2.905)
menarik tabungan 6 Savings Account (BSA) elektronik elektronik
bulan terakhir

Sumber: Survei Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 4 (N = 6.695, 15+), Maret-Mei 2019; Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.

49
Geografi Pengguna
Layanan Keuangan

50
GEOGRAFI KEPEMILIKAN AKUN

Kepemilikan akun di Jawa setara dengan di wilayah lain Indonesia


Kesenjangan geografis dalam kepemilikan akun paling besar terlihat antara kabupaten tertinggal dan maju, yang mencerminkan kesenjangan antara masyarakat
di atas dan di bawah garis kemiskinan. Terdapat juga perbedaan yang cukup besar antara wilayah bagian Timur dan Barat.

Kepemilikan akun berdasarkan wilayah geografis


(Pada grafik: Persentase orang dewasa)

2018 (N=6.695) 2020 (N=7.574)


66,5
61,8 61,8 59,7 61,5 60,0
56,5 55,3 55,4 56,9
52,7
45,2

Daerah maju Daerah tertinggal* Jawa Luar Jawa Indonesia Barat Indonesia Timur
(2018 n=6.224) (2018 n=471) (2018 n=3.871) (2018 n=2.824) (2018 n=5.475) (2018 n=1.220)
(2020 n=7.433) (2020 n=141) (2020 n=3.887) (2020 n=3.687) (2020 n=5.632) (2020 n=1.942)
*Untuk 2018, 13 dari 122 kabupaten daerah tertinggal (3T) (Peraturan Presiden 131 Tahun 2015) termasuk di dalam survey ( y.i. Musi Rawas (Sumatera Selatan); Pandeglang, Lebak (Banten); Sampang,
Bondowoso (Jawa Timur); Lombok Barat and Bima (Nusa Tenggara Barat); Manggarai Timur, Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan (Nusa Tenggara Timur); Sambas (Kalimatan Barat); Sarmi (Papua); Sorong
(Papua Barat). Untuk 2020, 6 daerah tertinggal termasuk dalam survei (Lombok Utara (Nusa Tenggara Barat), Sumba Timur, Kupang, Sumba Barat Daya (Nusa Tenggara Timur), Donggala (Sulawesi Tengah),
Keerom (Papua)
Sumber: Survei Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 4 (N = 6.695, 15+), Maret-Mei 2019; Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020. 51
KEPEMILIKAN AKUN DI JAWA

Jumlah kepemilikan akun di berbagai provinsi Jawa meningkat.


Kepemilikan akun tertinggi di Jawa jatuh pada Yogyakarta, sedangkan Jawa Timur adalah satu-satunya provinsi yang kepemilikan akunnya masih di bawah 50%.
DKI Jakarta menjadi satu-satunya provinsi yang mengalami penurunan kepemilikan akun, kemungkinan besar akibat dampak pandemi Covid-19 terhadap
kegiatan ekonomi di provinsi tersebut.
Kepemilikan akun berdasarkan provinsi di Pulau Jawa
(Pada grafik: Persentase orang dewasa)

79,8
73,1
66,9 66,9 65,9
61,7 59,7
55,9 54,0
50,3 49,8
42,2

DKI Jakarta Jawa Tengah DI Yogyakarta Banten West Java Jawa Timur
(2018 n=297) (2018 n=862) (2018 n=95) (2018 n=303) (2018 n=1.237) (2018 n=1.078)
(2020 n=303) (2020 n=869) (2020 n=126) (2020 n=304) (2020 n=1.227) (2020 n=1.058)

2018 (N=6.695) 2020 (N=7.574)

Sumber: Survei Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 4 (N = 6.695, 15+), Maret-Mei 2019; Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.

52
KEPEMILIKAN AKUN DI PERKOTAAN DAN PEDESAAN PULAU JAWA

Kepemilikan akun di seluruh wilayah perkotaan dan pedesaan di berbagai provinsi Pulau
Jawa lebih tinggi dari rata-rata nasional sebesar 61,7% kecuali di daerah Jawa Tengah
pedesaan, Banten pedesaan, dan Jawa Timur.
Kesenjangan antara daerah perkotaan dan pedesaan di berbagai provinsi Jawa sangat bervariasi. Provinsi Jawa Barat memiliki kesenjangan desa-kota terendah
(1,6 p.p.) dan DI Yogyakarta memiliki kesenjangan tertinggi (22,8 p.p.)
Kepemilikan akun berdasarkan provinsi di Pulau Jawa, 2020
(Pada grafik: Persentase orang dewasa)
86,2
73,1 Rata-rata nasional 61,7%
66,9 63,4 64,1 66,3 64,7
60,1
53,0
47,5 46,0

Perkotaan Perkotaan Pedesaan Perkotaan Pedesaan Perkotaan Pedesaan Perkotaan Pedesaan Perkotaan Pedesaan
DKI Jakarta Jawa Jawa DI DI Banten Banten Jawa Barat Jawa Barat Jawa Timur Jawa Timur
(n=303) Tengah Tengah Yogyakarta Yogyakarta (n=224) (n=80) (n=879) (n=348) (n=568) (n=490)
(n=453) (n=416) (n=91) (n=36)
Sumber: Survei Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.

53
GEOGRAFI PEMINJAM

Peminjam di lembaga keuangan formal lebih banyak terdapat di kalangan orang dewasa di
provinsi-provinsi di Pulau Jawa
Temuan ini menunjukkan bahwa suplai kredit dari lembaga keuangan formal di Jawa lebih besar daripada di wilayah lain di Indonesia. Tren ini berbanding
terbalik dibandingkan tahun 2018.

Pinjaman di wilayah perkotaan atau pedesaan Pulau Jawa atau di luar Jawa, 2020
(Pada grafik: Persentase orang dewasa)

27,8
21,2
18,2 16,5 16,0 14,7 15,7 13,5 16,5
9,3 7,8
5,4

Loan Multifinance Pawnshop


Perkotaan Jawa Perkotaan Luar Jawa Pedesaan Jawa Pedesaan luar Jawa
(n=2.517) (n=1.793) (n=1.369) (n=1.894)

Sumber: Survei Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.

54
GEOGRAFI PENGGUNAAN LAYANAN KEUANGAN LAINNYA

Pengguna uang elektronik seluler lebih banyak di daerah Jawa perkotaan, sedangkan produk
asuransi dan kantor pos memiliki jumlah pengguna yang lebih besar di luar Jawa
Pengguna produk asuransi lebih banyak ditemukan di daerah perkotaan dan pedesaan di luar Jawa daripada di Jawa. Temuan ini menunjukkan bahwa industri
layanan keuangan Indonesia yang sangat dinamis memenuhi beragam permintaan di seluruh nusantara.

Penggunaan layanan keuangan di wilayah perkotaan atau pedesaan di Pulau Jawa atau di luar Jawa, 2020
(Pada grafik: Persentase orang dewasa)

17,7
13,3
12,2
7,6 9,4 8,9 9,1
6,9 5,9 6,9
5,0 4,7

Uang elektronik berbasis seluler Asuransi Kantor pos*


Jawa Perkotaan Luar Jawa Perkotaan Jawa Pedesaan Luar Jawa Pedesaan
(n=2.517) (n=1.793) (n=1.369) (n=1.894)

* Layanan keuangan yang ditawarkan melalui kantor pos


Sumber: Survei Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.
55
Dampak Covid-19 terhadap
Aktivitas Keuangan

56
TITIK AKSES LAYANAN KEUANGAN SELAMA PANDEMI COVID-19
Titik akses di tempat (on-site) masih dominan meskipun terjadi Pandemi Covid-19
Pada akhir tahun 2020, 12% responden menggunakan layanan perbankan/uang elektronik secara online. Mereka yang menggunakan layanan perbankan/uang
elektronik secara online sebenarnya telah berkurang penggunaan layanan online di tahun 2020 dibanding sebelumnya. Di antara mereka yang masih
menggunakan titik akses keuangan di tempat, ATM adalah yang paling populer (50,6%). Agen bank mendapatkan popularitas yang lebih tinggi daripada teller
(counter bank).
Titik akses on-site Dampak Covid-19 pada penggunaan perbankan online
(Pada grafik: Persentase orang dewasa yang tidak menggunakan /uang elektronik
layanan bank/uang elektronik secara online, n=4.435) (Pada grafik: Persentase orang dewasa yang menggunakan layanan
perbankan/uang elektronik secara online, n=604)
Tidak berubah 38,8
50,6 ATM
Menggunakan lebih jarang 29,2
Agen Bank (BRI LINK, Agent 46,
15,0
BTPN Wow !, dan lainnya)
Pengguna online
banking/uang Menggunakan lebih sering 20,6
12,8 Teller (Konter Bank) elektronik: 12%
(n=5.039)
Nilai tiap transaksi berkurang 7,2
Konter minimarket (Alfamart,
4,6
Indomaret, lainnya)
Berhenti menggunakan 2,5
1,1 PT Pos Indonesia*
Nilai tiap transaksi bertambah 1,8
* PT Pos sebagai kanal layanan keuangan
Sumber: Survei Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.
57
IKHTISAR DAMPAK COVID-19
Covid-19 berdampak pada aktivitas keuangan perorangan maupun usaha
Mayoritas responden yang memiliki bisnis melaporkan penurunan penjualan sejak wabah Covid-19. Meskipun penggunaan akun uang elektronik/bank dan
pengiriman uang/transfer perorangan tidak terlalu terdampak parah, namun sekitar satu per tiga responden melaporkan penggunaan/ transaksi yang menurun.

Dampak Covid-19 pada penjualan Dampak Covid-19 pada penggunaan layanan keuangan*
(Pada grafik: Persentase responden yang memiliki usaha, n=2.269) (Pada grafik: Persentase orang dewasa)
Membuka akun baru 2,3
77,1

Nilai nominal tiap transaksi bertambah 1,5


2,4

Nilai nominal tiap transaksi berkurang 14,7


9,5
Remitansi/Transfer uang (n=4.719)
19,2 Berhenti menggunakan 11,6
9,4 Penggunaan akun Bank/E-money (n=4.113)

2,4 1,2 6,9


Penggunaan/transaksi bertambah
10,9
Bertambah Berkurang Tidak Tidak tahu
berubah (tidak baca) Penggunaan/transaksi berkurang 26,4
32,5

Tidak berubah 45,9


42,7
* Terdiri dari penggunaan akun, remitansi, dan transfer
Sumber: Survei Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.
58
PENYEBAB PERUBAHAN KEGIATAN KEUANGAN SELAMA PANDEMI COVID-19
Perubahan pendapatan dan jarak sosial merupakan faktor utama yang mempengaruhi
penggunaan layanan keuangan
Penyebab utama perubahan aktivitas keuangan bersifat negatif seperti penurunan atau hilangnya pendapatan dan terbatasnya akses terhadap layanan
keuangan. Tetapi terdapat juga beberapa penyebab positif seperti penerimaan bantuan atau pembukaan bisnis baru.
Alasan perubahan aktifitas keuangan selama Covid-19*
(Pada grafik: Persentase orang dewasa, n=3.240)
Pendapatan berkurang 83,7

Mengurangi interaksi langsung dengan orang lain 65,6

Kehilangan pendapatan utama 42,9


Menerima bantuan (dari pemerintah atau pihak lain) 31,2
Lokasi akses layanan keuangan (ATM, cabang, agen, k onter) berkurang 18,1
Pengurangan jam kerja kantor cabang/ ATM / agen bank / konter 16,3

Membuka usaha baru 14,8

Mendapat remisi pembayaran pinjaman/pembayaran cicilan pinjaman 7,7

Peningkatan pendapatan 6,9


Memperol eh pinjaman dari lembaga keuangan formal untuk usaha 4,9
Memperol eh pinjaman dari lembaga keuangan formal untuk memenuhi kebutuhan… 3,4
Lainnya 0,6

* Berdasarkan 3 alasan teratas dari jawaban responden, terkait penggunaan akun dan pengiriman uang
Sumber: Survei Financial Inclusion Insights Indonesia Gelombang 5 (N = 7.574, 15+), Oktober-Desember 2020.
59
TERIMA KASIH
Survei Financial Inclusion Insights yang representatif secara nasional tidak dapat terlaksana tanpa dukungan dari (nama dalam urutan
abjad):

Adi Budiarso (Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan), Agastya Cestykara (Otoritas Jasa Keuangan), Agus Ramdan (Kantar
Indonesia), Ahmad Avenzora (Badan Pusat Statistik), Aisyah Novanarima (Sekretariat DNKI), Amiril Zulhaj (Sekretariat DNKI),
Ardiyananisafatul Irma (Sekretariat DNKI), Arief Rizky Bakhtiar (Sekretariat DNKI), Arif Gunawan (Sekretariat DNKI), Arif Rahadian (Bank
Indonesia), Bahtiar Fitkhasya Muslim (Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan), Bandoe Widiarto (Bank Indonesia), Caroline
Mangowal (RISE Indonesia), Desy Aryanti (Sekretariat DNKI), Dianika Wira Atmaja (Sekretariat DNKI), Djauhari Sitorus (Sekretariat DNKI),
Duddy Adiyatna (Bank Indonesia), Dwinita Larasati (Sekretariat DNKI), Edwin Nurhadi ( Otoritas Jasa Keuangan), Erdiriyo (Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian), Eskanto Adi Nugroho (Bank Indonesia), F. Kristiartono (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional),
Fadjar Marjadi (Bank Indonesia), Hilda Roseline (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional), Khairul Anwar (Sekretariat DNKI), Lisa
Khulasoh (Bank Indonesia), Muhammad Nur Anshory (Sekretariat DNKI), Netri Yunera (Bank Indonesia), Nony Nurbasith (DNKI
Sekretariat), Nur Sahrizal (Badan Pusat Statistik), Nurul Fatimah (Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan), Rafili Muhammad
Hilman (Sekretariat DNKI), Rahmat Hernowo (Bank Indonesia), Rashinta Nurulita (Sekretariat DNKI), Rizki Nadia Putri (Sekretariat DNKI),
Septi Purwanti (Otoritas Jasa Keuangan), Sugeng Triwibowo (Sekretariat DNKI), Tangguh Putra MP (Sekretariat DNKI), Tri Achya Ngasuko
(Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan), Widyastuti Hardaningtyas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional), Yanti Zen
(Kantar Indonesia), Yesi Supartoyo (Sekretariat DNKI).

60
Untuk informasi lebih lanjut hubungi::

Dr. Samuel Schueth, Research Director


samuel.schueth@kantar.com

Iskandar Simorangkir, Ketua Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif


iskandarsim@ekon.go.id

www.finclusion.org | Twitter: @finclusion_FII Indonesia’s National Strategy for Financial Inclusion (Strategi
The Financial Inclusion Insights program is operated by KANTAR Nasional Keuangan Inklusif), is designed to expand the number
and supported by the Bill & Melinda Gates Foundation. All data of Indonesians who have access to bank accounts and other
and materials resulting from the program are the property of the financial services. SNKI was launched in 2016 by the President
Gates Foundation, but the findings and conclusions within are of Indonesia.
those of the authors and do not necessarily reflect positions or
policies of the foundation. Dewan Nasional Keuangan Inklusif
Jakarta, Indonesia
KANTAR, Washington, D.C. Tel: +6221 3454 247 | +6221 3454 685
Tel: +1.202.809.3229 snki.go.id | sekretariat@snki.go.id
“Peningkatan akses keuangan sangat
penting untuk mendorong pertumbuhan
dan pembangunan ekonomi daerah
serta meningkatkan kesejahteraan dan
kualitas hidup melalui inklusi keuangan. ”
Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia pada Rapat
Koordinasi Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah 2020

In picture: a fisherman. Fishermen are a target group of Indonesia’s financial inclusion programs. Photo
courtesy of Cabinet Secretariat of Indonesia

62

Anda mungkin juga menyukai