Anda di halaman 1dari 5

Analisis Perilaku Konsumtif terhadap Timbulan Sampah Domestik: Studi Kasus

Mahasiswa Universitas Gadjah Mada

Makalah
Disusun untuk melengkapi
Tugas Mata Kuliah Kesehatan Lingkungan

Disusun oleh :
Meilany Syabrina Daulay 23/526379/PKU/21607
Moudy Bella Ariska 23/526874/PKU/21607
Nurhayati Namirah 23/524747/PKU/21429
Nurul Izza 23/526403/PKU/21612
Ragil Suciningsih 23/524483/PKU/21405
Weci Refira Imani 23/525414/PKU/21489
Latar Belakang

Masalah kesehatan lingkungan khususnya manajemen sampah merupakan isu yang


semakin mendesak di banyak wilayah termasuk di Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah
Istimewa Yogyakarta dikenal sebagai salah satu pusat pendidikan dan pariwisata di Indonesia,
telah mengalami pertumbuhan populasi yang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Yogyakarta
dikenal sebagai kota pelajar dimana proporsi penduduk usia muda lebih banyak baik itu
penduduk tetap maupun pendatang. Sehingga dengan banyak penduduk mengakibatkan potensi
tumbuhnya industri makanan dan minuman.
Orang yang berusia muda lebih cenderung memiliki tingkat konsumsi yang lebih tinggi
Pertumbuhan pesat industri makanan dan minuman telah berdampak signifikan pada pola
konsumtif generasi muda, khususnya di kalangan pelajar. Industri ini seringkali memasarkan
produk-produk yang menarik bagi segmen pasar ini, termasuk makanan cepat saji, minuman
manis, dan makanan ringan yang dikemas dengan praktis. Pola konsumsi generasi muda telah
berubah menjadi lebih cenderung mengonsumsi produk-produk ini sebagai bagian dari gaya
hidup mereka yang sibuk dan mobilitas tinggi. Hal ini mengakibatkan peningkatan timbulan
sampah, terutama dalam bentuk kemasan plastik sekali pakai yang sering digunakan dalam
industri makanan dan minuman.
Industri makanan dan minuman berkontribusi penting dalam perekonomian secara
nasional di luar nonmigas. Pada kuartal pertama 2023 industri ini tumbuh di angka 5,35% secara
nasional (Kemenperin, 2023). Industri makanan dan minuman merupakan sub sektor yang
memberikan kontribusi terbesar pada nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam
Industri Pengolahan Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada tahun 2021 sebesar Rp 6.966.042 naik
menjadi Rp 7.052.858 pada tahun 2022 berdasarkan data BPS Daerah Istimewa Yogyakarta
2022.
Industri makanan dan minuman dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap PDRB,
namun demikian pertumbuhan industri ini juga diiringi dengan timbulan sampah domestik dalam
jumlah besar. Pertumbuhan ini menyebabkan peningkatan produksi sampah yang signifikan.
Data timbulan sampah tahun 2022 di Kota Jogjakarta sebesar 110.642,60 ton. Pengelolaan dan
pembuangan sampah ini memerlukan biaya yang signifikan bagi pemerintah. Pemerintah perlu
mengelola pembuangan sampah, mendirikan fasilitas pengolahan, dan mengoperasikan sistem
pengelolaan sampah yang efisien.
Peningkatan produksi sampah dapat memiliki beberapa dampak negatif yang signifikan
terhadap kesehatan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat setempat. Beberapa dampak yang
dapat muncul dari timbulan sampah yang tidak terkendali antara lain pencemaran lingkungan
seperti pencemaran tanah, air dan udara. Selain itu juga dapat menimbulkan penyebaran penyakit
menular berbasis lingkungan. Tempat pembuangan sampah yang tidak terkelola dengan baik
dapat menjadi tempat berkembang biak bagi berbagai penyakit menular seperti diare,
leptospirosis, dan infeksi saluran pernapasan.
Data jumlah mahasiswa di Yogyakarta pada tahun 2015 berjumlah 300.000 orang
(Rahadi Saptata Abra, 2015), data ini cenderung meningkat, kecuali ditahun 2020 dan tahun
2021 akibat covid 19. Demikian halnya jumlah kunjungan wisatawa ke Yogyakarta pada tahun
2020 dalam situasi covid 19 b.0erjumlah 1.385.781 wisatawan. Paper ini fokus pada mahasiswa
yang tinggal di Kota Yogyakarta yang setiap harinya berkontribusi terhadap produksi sampah.
Atas dasar hal di atas salah satu dampak negative dari predikat Yogyakarta sebagai Kota
Pendidikan berpengaruh terhadap produksi sampah kota, sebab mahasiswa setiap hari dalam
memenuhi kebutuhan akan pangan, sandang dan kebutuhan pendidikannya tidak lepas dari
sampah. Bentuk sampah yang diproduksi mahasiswa antara lain sampah dari bungkus makan dan
minum, sampah dari bungkus loundry dan sampah dari kertas tugas studi, serta sampah dari
belanja on line seperti paket, dan sejenisnya. Kondisi yang demikian berbicara tentang
bagaimana sebuah system pengelolaan dengan fokus bagaimana pencegahan produksi sampah
yang dikaitkan dengan masterplan pengelolaan persampahan kota Yogyakarta bahwa pada tahun
2025 target pengurangan 30%.
Pembahasan
Metode yang digunakan dalam studi ini adalah deskriptif yaitu dengan cara
mengumpulkan data dengan Teknik menyebar kuesioner kepada mahasiswa Universitas
Gadjah Mada untuk melihat bagaimana perilaku konsumtif mahasiswa terhadap timbulan
sampah di Yogyakarta.
Pertumbuhan industri makanan dan minuman dapat berkontribusi signifikan terhadap
timbulan sampah plastik, terutama kemasan sekali pakai seperti botol air minum, kantong
plastik, gelas plastik, dan wadah makanan. Hal tersebut meningkat untuk kenyamanan dan
efisiensi utamanya pada makanan cepat saji maupun minuman ringan. Produk makanan dan
minuman ini seringkali dikonsumsi dengan cepat dan kemasannya kemudian dibuang. Ini
menciptakan siklus konsumsi plastik yang tinggi dan menyebabkan peningkatan sampah plastik,
terutama dalam jangka pendek.
Hal ini diperparah dengan beberapa konsumen dan produsen yang mungkin kurang sadar
akan dampak lingkungan dari kemasan plastik sekali pakai. Ini dapat menciptakan penggunaan
plastik tanpa pertimbangan tentang daur ulang atau dampak jangka panjangnya terhadap
lingkungan. Hal ini juga dipengaruhi oleh masalah pembiayaan, seringkali alternatif yang ramah
lingkungan untuk kemasan plastik sekali pakai lebih mahal atau kurang tersedia. Selain itu
adanya kebijakan dan regulasi yang ketat juga dapat memberikan pengaruh pada tingkat
timbulan sampah. Dengan pertumbuhan industri makanan dan minuman yang terus berlanjut,
pengelolaan sampah plastik menjadi penting.
Daerah istimewa yogyakarta terkenal dengan julukan kota pendidikan yang menjadi
tujuan para calon mahasiswa diberbagai daerah di indonesia, Yogyakarta menampung sebanyak
136 lembaga pendidikan tinggi yang terbagi dalam berbagai kategori, seperti akademik,
politeknik, sekolah tinggi, institut, dan universitas. Jumlah lembaga pendidikan tinggi yang
beragam ini sejalan dengan kapasitas penerimaan mahasiswa yang ditetapkan oleh masing-
masing lembaga.
Grafik di bawah ini menunjukkan jumlah mahasiswa yang ada di D.I.Yogyakarta sesuai
dengan jenjang pendidikan.
Jenjang pendidikan terdiri atas D1, D2, D3, D4, S1, S2, S3, Non-Formal, Informal,
Lainnya, Sp-1, Sp-2, dan Profesi. D1 memiliki jumlah mahasiswa sebanyak 560 orang, D3
37.239 orang, D4 3.991 orang, S1 226.931 orang, S2 21.488 orang, S3 2.902, Sp-1 1.230 orang,
dan Profesi 5.616 orang.

Salah satu perguruan tinggi unggulan di Yogyakarta adalah Universitas Gadjah Mada
(UGM) yang menjadi tujuan calon mahasiswa dari seluruh Indonesia. Saat ini, UGM memiliki
jumlah mahasiswa sebanyak 58.843 orang. (koreksi lagi jumlahnya)
Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai