Anda di halaman 1dari 24

Paper Praktikum 4 Kamis, 22 Februari 2024

Mata Kuliah: Desain Tapak Ekowisata

IDENTIFIKASI KONSEP DESAIN TAPAK EKOWISATA


PADA KAWASAN KAMPUNG WISATA CINANGNENG
(Studi Kasus: Kampung Wisata Cinangneng)

Disusun Oleh:
Kelompok 2 / Praktikum B1
Annisa Indah Berliani J0302211016
Fadliqal Arsya Rizqi Sugiawan J0302211027
Hafsah Jaharah J0302211065
Muhammad Rohids Fahreza J0302211036
Sastidhiya Farah Lesmana J1302211036
Zoya Dinanty Adil J0302211096

Dosen:
Dr. Occy Bonanza S.P., M.T.

Asisten Dosen:
Aidil Khibar Syifa
Putu Amalia Putri

PROGRAM STUDI EKOWISATA


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2024
I. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Lokasi praktikum adalah tempat atau objek untuk diadakan suatu penelitian.
Lokasi dilaksanakannya praktikum Identifikasi Konsep Desain Tapak Ekowisata
secara kelompok yaitu di Kampung Wisata Cinangneng yang beralamat di Jalan
Babakan Kemang RT. 01/ 02, Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Cihideung
Udik, Kabupaten Bogor. Praktikum dilakukan dengan observasi secara langsung.
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 17 Februari 2024.
B. Alat dan Bahan
Kegiatan praktikum ini tentunya memerlukan beberapa alat dan bahan. Alat
dan bahan tersebut berguna untuk membantu mempermudah proses praktikum dan
pembuatan laporan. Berikut ini adalah tabel alat dan bahan yang digunakan saat
praktikum dan pembuatan laporan berlangsung.
Tabel 1. Alat dan Bahan
No Nama Kegunaan
1 Microsoft Word Sebagai software pendukung pembuat laporan
2 Laptop Sebagai alat pembuat laporan
3 Alat Tulis Sebagai alat mencatat hasil wawancara
4 Handphone Sebagai alat dokumentasi

C. Tahapan Kerja
Tahapan kerja merupakan langkah-langkah kerja yang harus dilakukan untuk
mencapai sebuah tujuan kerja. Tahapan kerja yang dilakukan pada kegiatan
praktikum identifikasi konsep desain tapak ekowisata pada kawasan Kampung
Wisata Cinangneng adalah sebagai berikut.
1. Menentukan studi kasus sesuai dengan instruksi yang sudah ditentukan.
2. Mengunjungi lokasi untuk mengidentifikasi konsep-konsep desain tapak.
3. Membagi tugas setiap anggota kelompok untuk menganalisis konsep-konsep
desain tapak berdasarkan peraturan dan undang-undang terkait. Beberapa
konsep yang dibahas meliputi objek, view, pencapaian tapak, sirkulasi, parkir,
vegetasi, pencahayaan, dan fasilitas pelengkap.
4. Menyusun hasil identifikasi konsep desain tapak ekowisata pada kawasan
Kampung Wisata Cinangneng dalam bentuk paper.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Lokasi (Annisa Indah Berliani / J0302211016)


Kampung Wisata Cinangneng merupakan lokasi yang dipilih sebagai studi
kasus pada praktikum Identifikasi Konsep Desain Tapak Ekowisata di Jalan
Babakan Kemang, RT.1/RW.2, Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten
Bogor. Lokasi kampung wisata ini tidak jauh dari lokasi kampus IPB Dramaga dan
dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua ataupun roda empat.
Kampung Wisata Cinangneng ini buka setiap hari, dari Senin hingga Minggu dan
beroperasional mulai pukul 8 pagi sampai dengan pukul 5 sore.
Kampung wisata Cinangneng ini berdiri sejak tahun 1990. Ibu Hester Basoeki
adalah pelopor sekaligus pendiri kampung wisata ini. Ibu Hester Basoeki dahulu
membeli lahan seluas 4.000 meter2 yang kemudian pada tahun 2000, Kampung
Wisata Cinangneng ini resmi berdiri. Luas lokasi Kampung Wisata Cinangneng
saat ini mencapai 1,5 hektar dan sudah dilengkapi dengan 94 guest house, .
Kampung Wisata Cinangneng ini didirikan dengan tujuan kegiataan wisata edukasi,
serta memperkenalkan kebudayaan, termasuk di dalamnya adalah kesenian dan
makanan khas Jawa Barat.

Gambar 1 Kampung Wisata Cinangneng


Sumber: Anggraeni, 2022
B. Konsep Desain Tapak Ekowisata

1. Konsep Objek (Annisa Indah Berliani / J0302211016)


Objek merupakan suatu hal yang penting di suatu tempat wisata. Konsep
objek telah diatur dalam Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 Tentang
Kepariwisataan. Berdasarkan Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 Tentang
Kepariwisataan, terdapat kebijakan mengenai objek dan daya tarik wisata. Objek
dan daya tarik wisata yang ada para peraturan perundang-undangan ini
menyebutkan bahwa objek dan daya tarik wisata terdiri dari dua hal, yaitu objek
ciptaan Tuhan yang meliputi keadaan alam beserta flora dan faunanya, dan objek
ciptaan atau hasil karya manusia yang meliputi museum, peninggalan sejarah, seni
budaya, wisata agro, tirta, buru, taman rekreasi, hingga tempat hiburan. Pada Pasal
5 disebutkan bahwa pembangunan objek dan daya tarik wisata dilakukan dengan
cara mengusahakan, mengelola, dan membuat objek-objek baru sebagai objek dan
daya tarik wisata. Pada Pasal 6, disebutkan bahwa pembangunan objek dapat
dilakukan dengan memerhatikan beberapa hal, yaitu mendorong peningkatan
kehidupan ekonomi dan sosial budaya, memerhatikan nilai-nilai agama serta adat
yang ada pada masyarakat, kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup, serta
keberlangsungan usaha pariwisata itu sendiri.
Terdapat juga dalam Peraturan Bupati Lombok Utara No.or 28 Tahun 2021
Tentang Pengelolaan Daya Tarik Wisata yang menjelaskan mengenai daya tarik
yang di dalamnya tentunya memiliki sebuah objek. Berdasarkan peraturan tersebut,
dapat dijelaskan bahwa objek daya tarik wisata itu harus berada di kawasan yang
memiliki status hukum yang sudah mantap atau sudah resmi. Adanya objek tersebut
juga diharapkan dapat mengembangkan pengelolaan dan sumber daya alam. Objek
daya tarik wisata yang ada itu juga harus diberikan fasilitas dan sarana pendukung,
serta memberikan ruang bagi masyarakat untuk turut terlibat atau berpartisipasi
dalam pengelolaan objek tersebut. Objek tersebut juga harus dilakukan pengawasan
dan pencegahan kerusakan pada objek dan juga sarana prasarana yang ada pada
objek. Terdapat berbagai objek si Kampung Wisata Cinangneng. Berikut
merupakan objek-objek yang ada di Kampung Wisata Cinangneng.
a. Ikon Lokasi
Kampung Wisata Cinangneng memiliki sebuah ikon lokasi yang terletak di
halaman depan atau dekat pintu masuk. Ikon ini merupakan sebuah taman kecil dan
memiliki papan disebelahnya yang bernama “Garden Guest House”. Taman
tersebut diisi oleh berbagai macam tumbuhan yang menarik, serta bagian tengah
taman kecil tersebut terdapat sebuah patung kerbau. Patung kerbau tersebutlah yang
merupakan ikon lokasi Kampung Wisata Cinangneng karena keunikan kampung
wisata ini salah satunya adalah program memandikan kerbau. Objek ini selaras
dengan Peraturan Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan yang
dimana terdapat sebuah objek hasil buatan manusia berupa patung kerbau, terdapat
objek ciptaan Tuhan berupa adanya beberapa tanaman, serta menunjukkan nilai-
nilai yang ada pada kampung wisata itu sendiri.

Gambar 2 Ikon Lokasi


Sumber: Dokumentasi Kelompok

b. Sungai
Kampung Wisata Cinangneng dilewati oleh sebuah aliran sungai. Sungai
tersebut dapat menjadi objek di kampung wisata ini. Sungai yang melewati
kampung wisata ini biasanya digunakan untuk pengaliran di sawah serta sering
dimanfaatkan sebagai lokasi untuk program memandikan kerbau. Objek sungai ini
selaras dengan Peraturan Bupati Lombok Utara Nomor 28 Tahun 2021 Tentang
Pengelolaan Daya Tarik Wisata dan Peraturan Undang-Undang No. 9 Tahun 1990
Tentang Kepariwisataan, karena objek tersebut termasuk objek ciptaan Tuhan dan
memanfaatkan sumber daya alam. Keberadaan sungai ini juga memerhatikan
kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup dan meningkatkan kelangsungan
usaha wisata di Kampung Wisata Cinangneng.

Gambar 3 Sungai
Sumber: Dokumentasi Kelompok

c. Sawah
Sawah merupakan objek yang ada di Kampung Wisata Cinangneng.
Meskipun sawah yang ada di kampung wisata ini dikhususkan untuk program
kegiatan yang ada di kampung wisata, sawah tersebut tetaplah sesuatu yang dapat
dijadikan objek. Objek sawah ini selaras dengan Peraturan Bupati Lombok Utara
Nomor 28 Tahun 2021 Tentang Pengelolaan Daya Tarik Wisata dan Peraturan
Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan, karena objek tersebut
termasuk objek ciptaan Tuhan dan memanfaatkan sumber daya alam. Keberadaan
sawah ini juga memerhatikan kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup serta
meningkatkan kelangsungan usaha wisata di Kampung Wisata Cinangneng.
Adanya objek tersebut juga memberikan ruang bagi masyarakat untuk turut terlibat
dalam bentuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan objek sawah demi
keberlangsungannya untuk program wisata yang diadakan Kampung Wisata
Cinangneng.

Gambar 4 Sawah
Sumber: Dokumentasi Pribadi

d. Kerbau
Kampung Wisata Cinangneng ini memiliki sebuah objek berupa makhluk
hidup, yaitu kerbau. Kerbau di kampung wisata ini ada yang dibiarkan hidup bebas
di area hijau. Kerbau di kampung wisata ini sering digunakan untuk program wisata
memandikan kerbau. Objek kerbau ini selaras dengan Peraturan Bupati Lombok
Utara Nomor 28 Tahun 2021 Tentang Pengelolaan Daya Tarik Wisata dan
Peraturan Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan, karena
objek tersebut termasuk objek ciptaan Tuhan dan memanfaatkan sumber daya alam.
Keberadaan kerbau ini juga memerhatikan kelestarian budaya dan mutu lingkungan
hidup serta meningkatkan kelangsungan usaha wisata di Kampung Wisata
Cinangneng. Adanya objek tersebut juga memberikan ruang bagi masyarakat untuk
turut terlibat dalam bentuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan objek kerbau.

Gambar 5 Kerbau
Sumber: Dokumentasi Kelompok
e. Ayam dan Burung
Kampung Wisata Cinangneng ini memiliki sebuah objek berupa ayam dan
burung yang dikurung di dalam sangkar atau kandang. Keberadaan hewan tersebut
tidak digunakan sebagai program dari kampung wisata, namun hanya sebagai
penghias lokasi wisata. Peletakan ayam dan burung yang telah berada di dalam
kandang tersebut diletakkan di lokasi yang berbeda. Objek tersebut termasuk objek
ciptaan Tuhan dan memanfaatkan sumber daya alam, dan hal tersebut memerlukan
keterlibatan masyarakat untuk merawat dan memelihara objek tersebut. Hal
tersebut sama dengan Peraturan Bupati Lombok Utara Nomor 28 Tahun 2021
Tentang Pengelolaan Daya Tarik Wisata dan Peraturan Undang-Undang No. 9
Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan.

Gambar 6 Ayam dan Burung


Sumber: Dkumentasi Kelompok

f. Daun Singkong
Daun singkong merupakan sumber daya alam yang ada di Kampung Wisata
Cinangneng yang dapat dijadikan sebuah objek wisata. Untuk memaksimalkan
fungsi daun singkong sebagai objek wisata, pengelola Kampung Wisata
Cinangneng membuat sebuah program berupa pembuatan wayang dari batang daun
singkong. Pemanfaatan daun singkong tersebut sebagai objek selaras dengan
Peraturan Bupati Lombok Utara Nomor 28 Tahun 2021 Tentang Pengelolaan Daya
Tarik Wisata dan Peraturan Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 Tentang
Kepariwisataan, karena objek tersebut termasuk objek ciptaan Tuhan dan
memanfaatkan sumber daya alam. Penggunaan objek tersebut juga melihat nilai
adat masyarakat dan memberikan dampak terhadap kelangsungan usaha wisata di
Kampung Wisata Cinangneng.
Gambar 7 Wayang Daun Singkong
Sumber: Dokumentasi Kelompok
g. Produk UMKM
Kampung Wisata Cinangneng ini memiliki sebuah objek yang menampilkan
produk-produk UMKM masyarakat sekitar. Terdapat banyak produk yang tersedia
di lokasi pusat produk UMKM Kampung Wisata Cinangneng ini. Objek ini
merupakan suatu buatan manusia yang di dalamnya terdapat hasil atau produk
buatan manusia juga. Adanya objek ini juga dapat memberikan dampak terhadap
kelangsungan usaha wisata di Kampung Wisata Cinangneng. Hal tersebut sama
dengan Peraturan Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan.
Peraturan Bupati Lombok Utara Nomor 28 Tahun 2021 Tentang Pengelolaan Daya
Tarik Wisata juga dinilai selaras dengan objek ini karena adanya objek ini
memberikan ruang bagi masyarakat untuk turut terlibat dan berpartisipasi di lokasi
wisata.

Gambar 8 Produk UMKM


Sumber: Dokumentasi Kelompok
h. Sanggar Tari dan Alat Musik Tradisional
Kampung Wisata Cinangneng ini memiliki sebuah objek berupa buatan
manusia. Objek tersebut adalah sebuah sanggar tari yang sering digunakan untuk
kegiatan tari tradisional dan di dalamnya juga terdapat beberapa alat musik
tradisional, seperti gamelan dan angklung. Keberadaan objek ini sering dijadikan
bagian dari program wisata di Kampung Wisata Cinangneng. Objek sanggar tari
dan alat musik tradisional ini selaras dengan Peraturan Bupati Lombok Utara
Nomor 28 Tahun 2021 Tentang Pengelolaan Daya Tarik Wisata dan Peraturan
Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan, karena objek tersebut
termasuk objek buatan manusia, memberikan ruang bagi masyarakat untuk turut
terlibat dan berpartisipasi di lokasi wisata, dan memberikan dampak terhadap
kelangsungan usaha wisata di Kampung Wisata Cinangneng.
Gambar 9 Sanggar tari dan alat musik tradisional
Sumber: Dokumentasi Kelompok
i. Saung
Saung merupakan salah satu objek buatan manusia yang ada di Kampung
Wisata Cinangneng. Saung ini sering digunakan sebagai lokasi berkumpul dan juga
lokasi untuk bermain alat usik tradisional berupa angklung. Keberadaan objek ini
sering dijadikan sebagai lokasi dari program wisata yang ada di Kampung Wisata
Cinangneng. Objek saung ini selaras dengan Peraturan Bupati Lombok Utara
Nomor 28 Tahun 2021 Tentang Pengelolaan Daya Tarik Wisata dan Peraturan
Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan, karena objek tersebut
termasuk objek buatan manusia, memberikan ruang bagi masyarakat untuk turut
terlibat dan berpartisipasi di lokasi wisata, dan memberikan dampak terhadap
kelangsungan usaha wisata di Kampung Wisata Cinangneng.

Gambar 10 Saung
Sumber: Dokumentasi Kelompok
j. Batu Pengesahan
Kampung Wisata Cinangneng ini memiliki sebuah objek berupa buatan
manusia berupa batu pengesahan. Batu ini merupakan sebuah tanda didirikannya
Kampung Wisata Cinangneng. Objek batu pengesahan ini selaras dengan Peraturan
Bupati Lombok Utara Nomor 28 Tahun 2021 Tentang Pengelolaan Daya Tarik
Wisata dan Peraturan Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan
karena batu pengesahan ini merupakan objek buatan manusia yang di dalamnya
memiliki makna terkait kelestarian budaya. Batu ini merupakan tanda didirikannya
Kampung Wisata Cinangneng, sehingga dinilai mampu mmberikan ruang bagi
masyarakat untuk turut terlibat di kampung wisata ini.
Gambar 11 Batu Pengesahan
Sumber: Dokumentasi Kelompok
2. Konsep View (Fadliqal Arsya Rizqi Sugiawan / J0302211027)
Konsep view dalam sebuah tapak wisata merujuk pada cara di mana
pemandangan alam atau elemen-elemen lainnya yang dapat dilihat oleh pengunjung
didesain, dikelola, atau dipresentasikan. Konsep view ini sangat penting karena
pemandangan alam dan elemen visual lainnya seringkali menjadi daya tarik utama
bagi para wisatawan. Peraturan pemerintah yang berkaitan dengan konsep view
dalam tapak wisata dapat bervariasi tergantung pada negara, wilayah, atau lokasi
spesifik. Di Indonesia peraturan yang berkaitan dengan konsep view adalah
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 tentang Perlindungan dan
Pemeliharaan Lingkungan Hidup, Peraturan ini mengatur mengenai kewajiban
pelestarian dan pemeliharaan lingkungan hidup, yang berarti tapak wisata harus
memperhatikan konsep view yang tidak merusak lingkungan alam sekitarnya.
Konsep view di Kampoeng Wisata Cinangneng yaitu pemandangan pesawahan
dengan suasana perkampungan, terdapat berbagai tanaman yang menambah kesan
hijau di Kampoeng Wisata Cinangneng, wisatawan diberikan pemandangan atau
view dari segi keindahan alam serta vegetasinya.

Gambar 12 View di Kawasan Kampoeng Cinangneng


Sumber: Dokumentasi Pribadi

3. Konsep Pencahayaan (Fadliqal Arsya Rizqi Sugiawan / J0302211027)


Pencahayaan merupakan aspek yang penting karena menjadi sumber untuk
menerangi dan kepentingan manusia untuk melihat dan dapat memberikan
kenyamanan dan keamanan, pencahayaan yang diperoleh terutama dari cahaya
alami matahari atau cahaya buatan dari lampu. Konsep ini juga merujuk pada aspek
untuk menyediakan atau mengatur cahaya dalam ruang atau area tertentu untuk
tujuan tertentu, seperti pencahayaan interior, pencahayaan luar ruangan, atau
pencahayaan panggung. Konsep pencahayaan di Kampoeng Wisata Cinangneng
bukan sekadar aspek teknis, melainkan juga merupakan bagian integral dari
pengalaman alam yang memukau bagi pengunjungnya. Kondisi saat matahari naik,
sinarnya yang lembut menembus pepohonan rindang, menciptakan cahaya dan
bayangan yang indah di atas tanah yang subur. Tanaman dipilih dan ditempatkan
dengan teliti, tidak hanya untuk keindahan visual, tetapi juga untuk memaksimalkan
manfaat sinar matahari. Pohon-pohon yang tinggi menjulang, seperti penjaga alami,
menyaring sinar matahari sehingga menciptakan zona naungan yang nyaman bagi
kawasan yang lebih sensitif.
Berdasarkan peraturan atau standarisasi mengenai konsep pencahayaan
terdapat pada keputusan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 48 tahun 2016
tentang Standar Keselamatan Kerja Perkantoran yang membahas tentang
pencahayaan yang memiliki minimal intesitas cahaya 300 lux khusus ruangan
dalam gedung ruangan kerja, namun standarisasi Keputusan Menteri Kesehatan
(KEMENKES) Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/02 terdapat
peraturan yang dimana ruangan industri pariwisata minimal pencahayaan 200 lux.
Berdasarkan studi literatur yang didapat, konsep pencahayaan di Kampoeng Wisata
Cinangneng ini juga memperhatikan dari segi struktur bangunan yang juga
dirancang dengan memperhitungkan pencahayaan alami, hal ini dikarenakan untuk
memanfaatkan material transparan atau semi-transparan, bangunan-bangunan
tersebut memungkinkan cahaya matahari untuk meresap ke dalam ruang-ruang
dalam dengan lembut. Kondisi malam hari, lampu-lampu yang tersusun secara
artistik memberikan sentuhan magis, menerangi jalur-jalur setapak dan menyoroti
keindahan tumbuhan-tumbuhan yang terpampang di sepanjang jalan. Konsep
pencahayaan di Kampoeng Wisata Cinangneng tidak hanya berhenti pada sinar
matahari, bangunan-bangunan yang dirancang dengan teliti memperhitungkan
pencahayaan alami untuk menciptakan ruang yang nyaman dan terang. Kondisi saat
malam hari, lampu-lampu lembut yang tersusun secara artistik memperindah kebun
dengan cahaya gemerlapnya. Konsep perncahayaan yang terdapat di Kampoeng
Wisata Cinangneng berdasarkan informasi dari studi literatur saat ini sudah cukup
baik dalam menerangi para pengunjung, pihak pengelola, dan beberapa pengguna
jalan yang dapat memberikan kenyamanan serta keamanan.

Gambar 13 Pencahayaan di Kampoeng Wisata Cinangneng


Sumber: Dokumentasi Pribadi

4. Konsep Pencapaian Tapak (Zoya Dinanty Adil/J0302211096)


Konsep pencapaian tapak dapat didefinisikan sebagai kemudahan akses untuk
mencapai suatu tempat atau lokasi tertentu. Konsep pencapaian tapak mengacu
pada ide pengaturan lahan yang bertujuan untuk mempermudah akses masuk dan
keluar kendaraan, sehingga arus lalu lintas dapat berjalan dengan lancar dan
terciptanya mobilitas kendaraan yang lebih efisien. Kampung Wisata Cinangneng
berlokasi di Jalan Babakan Kemang RT. 01/ 02, Cihideung Udik, Kecamatan
Ciampea, Ciampea, Cihideung Udik, Ciampea, Kabupaten Bogor. Kampung
Wisata Cinangneng terletak jauh dari kota namun masih dapat dijangkau dengan
angkutan umum seperti angkutan kota dan angkutan online. Merujuk pada
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat No. 30/PRT/M/2006 Pasal
1 Tentang Aksesibilitas adalah kemudahan yang disediakan bagi semua orang
termasuk penyandang cacat dan lansia guna mewujudkan kesamaan kesempatan
dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan., Kampung Wisata Cinangneng
belum memenuhi keseluruhan syarat daripada peraturan tersebut, dikarenakan
Kampung Wisata Cinangneng hanya dapat dijangkau dengan menggunakan
kendaraan pribadi dan kendaraan umum yang terbatas, di kawasan sekitar kampung
wisata ini juga terdapat peraturan dimana jasa kendaraan online tidak diperbolehkan
membawa penumpang ke daerah tersebut dikarenakan terdapat ojek pangkalan
yang menjadi transportasi umum di daerah sekitar Kampung Wisata Cinangneng,
dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan dilarangnya jasa kendaraan online
beroperasi, akan mempersulit pengunjung terlebih pengunjung dengan keterbatasan
kendaraan, disabilitas serta lansia khususnya yang tidak memiliki kendaraan pribadi
jika ingin berwisata di Kampung Wisata Cinangneng

4. Konsep Sirkulasi (Muhammad Rohids Fahreza / J0302211131)


Kampung Wisata Cinangneng sebagai salah satu destinasi wisata yang
berkembang di Indonesia, telah merumuskan konsep sirkulasi yang didasarkan pada
satu akses jalan utama, yakni melalui Jalan Babengket. Penelitian lapangan
menunjukkan bahwa sirkulasi jalan di kawasan ini ditandai dengan kondisi tapak
jalan yang berpasir dan terdapat kerikil kasar, yang mungkin mempengaruhi
pengalaman pengguna jalan. Akan tetapi, ruang gerbang masuk dan keluar kawasan
dirancang secara luas untuk memfasilitasi arus lalu lintas dengan optimal. Untuk
mempertahankan dan meningkatkan kinerja sirkulasi berbagai upaya
pengoptimalan dan pemeliharaan dilakukan, seperti peningkatan kualitas jaringan
jalan, perbaikan kondisi tapak jalan, serta pengawasan dan perawatan yang berkala
terhadap gerbang masuk dan keluar.
Aspek peraturan juga menjadi bagian integral dari pengelolaan sirkulasi di
Kampung Wisata Cinangneng. Pedoman yang diatur oleh regulasi seperti Permen
PU No. 06/PRT/M/2007 dan PP Nomor 21 Tahun 2021 menjadi landasan dalam
perencanaan dan pengelolaan sirkulasi di kawasan tersebut. Hal ini mencakup
pengaturan mengenai sistem parkir yang sesuai, serta pelayanan lingkungan yang
mendukung keberlanjutan lingkungan sekitar. Dengan demikian, integrasi antara
konsep sirkulasi yang terencana dengan baik dan kepatuhan terhadap peraturan
merupakan faktor penting dalam menjaga kualitas dan keberlanjutan pengalaman
wisata di Kampung Wisata Cinangneng.
Gambar 14 Konsep Sirkulasi Kampung Wisata Cinangneng
Sumber: Dokumentasi Kelompok

5. Konsep Parkir (Muhammad Rohids Fahreza / J0302211131)


Kampung Wisata Cinangneng telah merancang konsep parkir yang
memperhatikan berbagai aspek penting untuk kenyamanan dan keamanan
pengunjung. Area parkir yang luas, mulai dari awal jalur gerbang masuk hingga
halaman depan front office, disediakan untuk kendaraan bermotor. Penempatan
parkir mobil menghadap ke jalur keluar, memungkinkan kelancaran saat ingin
meninggalkan area parkir. Meskipun kondisi tapak dekat gerbang masuk masih
berpasir dan penuh kerikil yang membuatnya licin, tapak di halaman dan depan
front office menggunakan conblock untuk kenyamanan dan keamanan lebih baik,
serta mencengkram ban kendaraan dengan lebih baik. Upaya pengoptimalan dan
pemeliharaan perlu dilakukan untuk memberikan kenyamanan kepada pengunjung
dan pekerja yang ada. Langkah pengoptimalannya seperti: Perawatan jalur parkir
dengan merubah seluruh tapak dengan conblock sehingga nantinya area parkir tidak
hanya memenuhi kebutuhan pengunjung secara fungsional, tetapi juga aman dan
nyaman sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Konsep parkir Kampung Wisata Cinangneng terkait dengan peraturan yang
relevan seperti Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor 272/HK.
105/DRJD/96 yang mengatur mengenai kebutuhan luas area parkir berdasarkan
jenis kendaraan dan tahapan perhitungan luas area parkir. Selain itu, Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 48 Tahun 2016 menekankan pentingnya penyediaan
lahan parkir dengan kemiringan tertentu dan sarana akses vertikal lainnya, sesuai
standar teknis yang berlaku, untuk memastikan kemudahan dan keamanan
pengguna sesuai dengan standar keselamatan dan kesehatan kerja perkantoran.
Dengan demikian, Kampung Wisata Cinangneng tidak hanya memperhatikan aspek
kenyamanan dan estetika, tetapi juga mematuhi peraturan yang berlaku untuk
memastikan pengalaman parkir yang optimal bagi pengunjungnya.
(a) (b)
Gambar 15 (a) Parkiran mobil dekat jalur masuk, (b) Parkiran pada halaman Front office
Sumber: Dokumentasi Kelompok 2/B1, 2024

6. Konsep Vegetasi (Sastidhiya Farah Lesmana/J1302211036)


Vegetasi yaitu kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh
bersamasama pada satu tempat dimana antara individu-individu penyusunnya
terdapat interaksi yang erat, baik di antara tumbuh-tumbuhan maupun dengan
hewanhewan yang hidup dalam vegetasi dan lingkungan tersebut. Dengan kata lain,
vegetasi tidak hanya kumpulan dari individu-individu tumbuhan melainkan
membentuk suatu kesatuan di mana individu-individunya saling tergantung satu
sama lain, yang disebut sebagai suatu komunitas tumbuh-tumbuhan (Soerianegara
dan Indrawan, 1978). Kampung Wisata Cinangneng merupakan wisata edukasi dan
budaya yang memperkenalkan budaya Sunda. Kegiatan wisata yang dilakukan
yaitu bercocok tanam, memandikan kerbau, belajar menari, gamelan, berfoto
bersama menggunakan konstum tradisional Sunda, menyaring air kotor, dan
membuat wayang dari daun singkong. Kampung Cinangneng berada di Jalan
Babakan Kemang RT 01/02, Cihideng Udik, Ciampea, Bogor, Jawa Barat,
Indonesia. Kampung Wisata Cinangneng ini resmi berdiri pada tahun 2000. Luas
lokasi Kampung Wisata Cinangneng mencapai 1,5 hektar. Kampung Wisata
Cinangneng melakukan beberapa bangunan di lahan yang awalnya terdapat
berbagai jenis tumbubuhan baik pohon, semak maupun rumput. Bangunan tersebut
bertujuan untuk memenuhi fasilitas, sarana dan prasarana. Bangunan seperti ruang
karyawan, ruang resepsionis, pos satpam, ruang tari dan musik tradisional gamelan,
spot foto, toilet, mushola, gazebo, kantin, tempat penjualan oleh-oleh, dan tempat
duduk.
Kampung Wisata Cinangneng setelah didirikan memperbanyak jenis vegetasi
tumbuhan baik dari pohon, perdu atau semak, rumput bahkan ada tanaman hias dan
tanaman yang merambat. Kampung Wisata Cinangneng juga memiliki areal
perkebunan, pertanian, danau, dan sungai. Aktivitas pembangunan tersebut tentu
saja mempengaruhi pengurangan lahan hijau tetapi pihak Kampung Wisata
Cinangneng memanfaatkan lahan yang kosong dengan melakukan penghijauan
kembali. Tumbuhan yang berada di dalam dan luar Kampung Wisata Cinangneng
dilakukan pemeliharaan secara berkala sehingga tanaman tersebut tumbuh dengan
baik dan tidak ada yang rusak atau mati. Banyaknya tumbuhan dan area hijau yang
dimanfaatkan dan dipelihara dengan baik, membuat Kampung Wisata Cinangneng
memiliki citra yang baik dari segi keindahan, kenyamanan dan keasrian alam.
Tumbuhan juga bermanfaat sebagai penyaringan polusi udara, penyubur tanah,
serta sebagai peneduh. Tumbuhan yang berada di Kampung Wisata Cinangneng
seperti palem (Arecaceae), kelapa (Cocos nucifera), pisang (Musa), pisang kipas
(Ravenala madagascariensis), hanjuang (Cordyline fruticosa), pakis hutan
(Polypodiophyta), pucuk merah (Syzygium myrtifolium), dan asoka merah (Saraca
asoca). Konsep vegetasi dari Kampung Wisata Cinangneng sejalan dengan
Undang-undang No 32 Tahun 2009 mengenai perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup yang menjadi upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Sejalan juga
dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, Ruang
terbuka hijau adalah area memanjang atau jalur dan mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Dalam ruang terbuka hijau
pemanfatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan
secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan,
perkebunan dan sebagainya. Kampung Wisata Cinangneng sesuai dengan Permen
PU No 05 Tahun 2011 karena vegetasi jarak pohon dengan tepi perkerasan jalan
berjarak 3 meter dan jenis tanaman tidak melebihi tinggi kabel pada tiang listrik.
Bahkan kabel listrik tidak ada di area dalam Kampung Wisata Cinangneng hanya
da di luar Kampung Wisata Cinangneng. Sehingga keberadaan tiang listrik tidak
menganggu dan membahayakan keselamatan saat berlangsungnya kegiatan wisata
dari setiap wisatawan. Pohon berfungsi sebagai keindahan, pengarah jalan ataupun
peneduh yang dimiliki pada setiap penerapan aspek vegetasi. Penggunan vegetasi
yang beragam (perdu, ground cover dan tanaman keras) yang disusun dalam
komposisi yang estetis atau saling mendukung antara vegetasi tersebut.

(a) (b)

Gambar 16 Vegetasi (a) Vegetasi tampak depan (b) Vegetasi tampak samping
Sumber: Dokumentasi Kelompok

7. Konsep Pencahayaan (Fadliqal Arsya Rizqi Sugiawan / J0302211027)


Pencahayaan merupakan aspek yang penting karena menjadi sumber untuk
menerangi dan kepentingan manusia untuk melihat dan dapat memberikan
kenyamanan dan keamanan, pencahayaan yang diperoleh terutama dari cahaya
alami matahari atau cahaya buatan dari lampu. Konsep ini juga merujuk pada aspek
untuk menyediakan atau mengatur cahaya dalam ruang atau area tertentu untuk
tujuan tertentu, seperti pencahayaan interior, pencahayaan luar ruangan, atau
pencahayaan panggung. Konsep pencahayaan di Kampoeng Wisata Cinangneng
bukan sekadar aspek teknis, melainkan juga merupakan bagian integral dari
pengalaman alam yang memukau bagi pengunjungnya. Kondisi saat matahari naik,
sinarnya yang lembut menembus pepohonan rindang, menciptakan cahaya dan
bayangan yang indah di atas tanah yang subur. Tanaman dipilih dan ditempatkan
dengan teliti, tidak hanya untuk keindahan visual, tetapi juga untuk memaksimalkan
manfaat sinar matahari. Pohon-pohon yang tinggi menjulang, seperti penjaga alami,
menyaring sinar matahari sehingga menciptakan zona naungan yang nyaman bagi
kawasan yang lebih sensitif.
Berdasarkan peraturan atau standarisasi mengenai konsep pencahayaan terdapat
pada keputusan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 48 tahun 2016 tentang
Standar Keselamatan Kerja Perkantoran yang membahas tentang pencahayaan yang
memiliki minimal intesitas cahaya 300 lux khusus ruangan dalam gedung ruangan
kerja, namun standarisasi Keputusan Menteri Kesehatan (KEMENKES) Republik
Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/02 terdapat peraturan yang dimana
ruangan industri pariwisata minimal pencahayaan 200 lux. Kampoeng Wisata
Cinangneng ini juga memperhatikan dari segi struktur bangunan yang juga
dirancang dengan memperhitungkan pencahayaan alami, hal ini dikarenakan untuk
memanfaatkan material transparan atau semi-transparan, bangunan-bangunan
tersebut memungkinkan cahaya matahari untuk meresap ke dalam ruang-ruang
dalam dengan lembut. Kondisi malam hari, lampu-lampu yang tersusun secara
artistik memberikan sentuhan magis, menerangi jalur-jalur setapak dan menyoroti
keindahan tumbuhan-tumbuhan yang terpampang di sepanjang jalan. Konsep
pencahayaan di Kampoeng Wisata Cinangneng tidak hanya berhenti pada sinar
matahari, bangunan-bangunan yang dirancang dengan teliti memperhitungkan
pencahayaan alami untuk menciptakan ruang yang nyaman dan terang. Kondisi saat
malam hari, lampu-lampu lembut yang tersusun secara artistik memperindah kebun
dengan cahaya gemerlapnya. Konsep perncahayaan yang terdapat di Kampoeng
Wisata Cinangneng berdasarkan informasi dari studi literatur saat ini sudah cukup
baik dalam menerangi para pengunjung, pihak pengelola, dan beberapa pengguna
jalan yang dapat memberikan kenyamanan serta keamanan.

Gambar 17 Pencahayaan di Kampoeng Wisata Cinangneng


Sumber: Dokumentasi Pribadi
8. Fasilitas Pelengkap (Hafsah Jaharah/J0302211065)
Fasilitas pelengkap merupakan sarana dan prasarana yang mendukung
operasional untuk mencapai tujuan. Terdapat beberapa fasilitas pelengkap yang
terdapat di Kampung Wisata Cinangneng, fasilitas-fasilitas tersebut memiliki
kondisi yang berbeda-beda, berikut penjelasan terkait fasilitas pelengkap yang
berada di Kampug Wisata Cinangneng.
a. Tempat sampah
Tempat sampah merupakan fasilitas penting dalam menjaga kebersihan
dan kesehatan lingkungan. Kampung Wisata Cinangneng sudah menyediakan
fasilitas tempat sampah yang tersedia di beberapa lokasi. Tempat sampah yang
disediakan ada yang dibedakan berdasarkan jenis yaitu tempat sampah organik
dan non organik dan ada juga yang tidak dibedakan berdasarkan jenis. Konsep
tempat sampah di Kampung Wisata Cinangneng sudah ideal karena jumlah,
kapasitas, dan lokasinya sudah pas dan tertata di lokasi yang strategis. Namun
akan lebih baik jika tempat sampah secara menyelurug dapat dibedakan
berdasarkan jenis agar dapat memudahkan pemilahan sampah untuk pengolahan
sampah. Fasilitas tempat sampah di Kampung Wisata Cinangneng sudah sesuai
dengan peraturan UU nomor 28 tahun 2002 pasal 27 tentang Bangunan gedung
dan peraturan Pemerintah no. 12 tahun 2021, tetapi belum sesuai dengan
peraturan menteri Pekerja umum 30/PRT/M/2006 karena belum menyediakan
tempat sampah khusus disabilitas. Tempat sampah disabilitas biasanya disertai
teknologi sensor agar memudahkan pengunjung dan wisatawan penyandang
disabilitas.

Gambar 18. Tempat Sampah


Sumber: Dokumentasi Kelompok

b. Pos keamanan
Pos keamanan memiliki beberapa fungsi penting untuk menjaga keamanan
dan ketertiban. Selain itu pos keamanan berfungsi untuk memberikan layanan
dan informasi kepada pengunjung, melakukan tugas-tugas keamanan seperti
pemeriksaan tamu dan kendaraan yang masuk, serta sebagai tempat istirahat dan
perlindungan bagi petugas keamanan. Pos keamanan juga berperan dalam
pengawasan dan penjagaan aset di area kawasan Kampung Wisata Cinangneng,
sehingga keberadaannya sangat vital dalam memastikan keamanan dan
ketertiban. Fasilitas Pos Keamanan di Kampus Wisata Cinangneng sudah sesuai
dengan peraturan UU nomor 28 tahun 2002 pasal 27 tentang Bangunan gedung
dan peraturan Pemerintah no. 12 tahun 20.

Gambar 19 Pos Satpam Sumber:


Dokumentasi Kelompok

c. Jembatan
Kampung Wisata Cinangneng memiliki fasilitas pelengkap berupa
jembatan. Jembatan yang tersedia di Kampung Wisata Cinangneng memiliki
nama “Jembatan Pulang Kampung”. Jembatan Pulang Kampung
menghubungkan antara gedung atau kawasan utama dengan kawasan
persawahan yang terpisah oleh Sungai. Jembatan di Kampung Wisata
Cinangneng terbuat dari kerangka baja, semen, dan batu bata. Jembatan
memiliki Panjang 50 meter, lebar 1,5 meter, dan tinggi 10 meter. Fasilitas
jembatan di Kampung Wisata Cinangneng sudah sesuai dengan peraturan UU
nomor 28 tahun 2002 pasal 27 tentang Bangunan gedung dan peraturan
Pemerintah no. 12 tahun 2021, tetapi belum sesuai dengan peraturan menteri
Pekerja umum 30/PRT/M/2006 karena belum menyediakan akses jembatan
khusus disabilitas yang pada bagian tangganya di tambahkan jalan landai dan
miring.

Gambar 20 Jembatan Sumber:


Dokumentasi Kelompok
d. Penginapan
Penginapan adalah tempat tinggal sementara yang disewakan kepada
orang yang bepergian atau membutuhkan tempat tinggal untuk jangka pendek.
Kampung Wisata Cinangneng memiliki fasilitas penginapan yang terbagi
menjadi tiga tipe berdasarkan kapasitasnya. Standard room, dapat digunakan
untuk kapasitas 1-2 orang. Sawah room (family room), dapat digunakan untuk
kapasitas 5 orang. dan desa room (triple room) dapat digunakan untuk kapasitas
3 orang. Fasilitas tpenginapan di Kampung Wisata Cinangneng sudah sesuai
dengan peraturan UU nomor 28 tahun 2002 pasal 27 tentang Bangunan gedung
dan peraturan Pemerintah no. 12 tahun 2021, tetapi belum sesuai dengan
peraturan menteri Pekerja umum 30/PRT/M/2006 karena belum menyediakan
penginapan dengan fasilitas tambahan khusus disabilitas.

Gambar 21 Penginapan Sumber:


Dokumentasi Kelompok
e. Toilet
Toilet merupakan fasilitas pelengkap yang penting bagi kebersihan dan
kesehatan individu maupun kelompok. Oleh karena itu, tersedianya toilet yang
memadai penting untuk mendukung kenyamanan, kebersihan, dan kesehatan
pengunjung dan Wisatawan. Kampung Wisata Cinangneng memiliki toilet yang
tersebar dibeberapa Kawasan. Kondisi toilet bersih dan rapih. Toilet di Kampung
Wisata Cinangneng juga dilengkapi fasilitas wastafel dan serbet sebagai
pengganti tisu. Fasilitas toilet di Kampung Wisata Cinangneng sudah sesuai
dengan peraturan UU nomor 28 tahun 2002 pasal 27 tentang Bangunan gedung
dan peraturan Pemerintah no. 12 tahun 2021, tetapi belum sesuai dengan
peraturan menteri Pekerja umum 30/PRT/M/2006 karena belum menyediakan
toilet disabilitas.

Gambar 21 Toilet
Sumber: Dokumentasi Kelompok
f. Tempat duduk
Kampung Wisata Cinangneng menawarkan berbagai tempat duduk yang
unik dan menarik bagi pengunjungnya.Di beberapa area seperti di area indoor
dan outdoor. Tempat duduk tersedia di outdoor bertujuan agar pengunjung dapat
duduk dengan nyaman sambil menikmati udara segar dan pemandangan alam
yang indah. Pengunjung dapat memilih tempat duduk yang sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan mereka,baik untuk bersantai,menikmati suasana
alam,ataupun melakukan kegiatan bersama. Permasalahan yang ada terkait
tempat duduk adalah adanya tempat duduk kayu yang kropos yang serpihannya
bisa melukai pengunjung maupun wisatawan, oleh karena itu perlu dilakukan
perbaikan dan pemeliharaan. Fasilitas tempat duduk di Kampung Wisata
Cinangneng sudah sesuai dengan peraturan UU nomor 28 tahun 2002 pasal 27
tentang Bangunan gedung, peraturan Pemerintah no. 12 tahun 2021, dan
peraturan menteri Pekerja umum 30/PRT/M/2006.

Gambar 22 Tempat Duduk Sumber:


Dokumentasi Kelompok

g. Papan
Kampung Wisata Cinangneng memiliki papan yang tersebar dibeberapa
kawasan. Jenis papan yang ada di Kampung Wisata Cinangneng diantaranya
adalah papan peringatan, Papan Petunjuk, dan Papan Interpretasi. Permasalahan
yang ada terkait papan adalah terdapat papan yang sudah usang dan harus diganti
karena memuat informasi lama. Fasilitas papan di Kampus Wisata Cinangneng
sudah sesuai dengan peraturan UU nomor 28 tahun 2002 pasal 27 tentang
Bangunan gedung dan peraturan Pemerintah no. 12 tahun 2021, tetapi belum
sesuai dengan peraturan menteri Pekerja umum 30/PRT/M/2006 karena belum
menyediakan papan khusus disabilitas. Papan khusus disabilitas contohnya
adalah papan dengan tulisan brailee.

Gambar 23 Papan
Sumber: Dokumentasi Kelompok
h. Toko souvenir dan oleh-oleh
Kampung Wisata Cinangneng menyediakan fasilitas toko souvenir dan
oleh-oleh. Toko souvenir dan oleh -oleh menawarkan berbagai macam produk
seperti kaos, topi, gantungan kunci, dan aksesoris lainnya dengan motif khas
Sunda. Pengunjung juga dapat menemukan berbagai macam kerajinan tangan
tradisional seperti anyaman bambu, batik Sunda, dan ukiran kayu.yang bisa
menjadi kenang-kenangan bagi para pengunjung. Toko Souvenir dan oleh-oleh
dikelola oleh penduduk lokal. Konsep fasilitas toko souvenir dan oleh-oleh
sudah sesuai dengan UU nomor 28 tahun 2002 pasal 27 tentang Bangunan
gedung dan Peraturan Pemerintah no. 12 tahun 2021, namun belum sesuai
dengan peraturan Menteri Pekerja umum 30/PRT/M/2006 UU nomor 28 tahun
2002 pasal 27 tentang Bangunan gedung dan Peraturan Pemerintah no. 12 tahun
2021 karena belum tersedia kelengkapan terkait fasilitas dan pelayanan khusus
disabilitas.

Gambar 24 Toko Souvenir


Sumber: Dokumentasi Kelompok

i. Cafe
Cafe adalah fasilitas yang menawarkan berbagai macam makanan dan
minuman kepada pelanggannya sebagai kebutuhan pokok. Kampung Wisata
Cinangneng memiliki cafe dengan suasana pedesaan yang asri dan tenang. Cafe
memiliki desain tradisional yang menarik dengan bangunan terbuat dari kayu
dan bambu. Atap jerami dan dekorasi khas sunda pedesaan menambah suasana
asri dan nyaman. Menu makanan di cafe variatif, mulai dari makanan khas Sunda
hingga makanan modern. Konsep cafe di Kampung Wisata sudh sesuai dengan
UU nomor 28 tahun 2002 pasal 27 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan
Pemerintah no. 12 tahun 2021, namun belum sesuai dengan keseluruhan dengan
Peraturan Menteri Pekerja umum 30/PRT/M/2006, karena belum ada fasilitas
maupun pelayanan khusus disabilitas.

Gambar 25 Cafe
Sumber: Dokumentasi Kelompok

j. Front office
Kawasan Wisata Cinangneng memliki fasilitas front office yang berfungsi
sebagai tempat untuk tamu meregistrasi ulang, tempat tamu mengajukan
pertanyaan, mendapatkan bantuan dengan layanan, dan mendapatkan informasi
tentang Kampung Wisata Cinangneng. Fasilitas front office di Kampus Wisata
Cinangneng sudah sesuai dengan peraturan UU nomor 28 tahun 2002 pasal 27
tentang Bangunan gedung dan peraturan Pemerintah no. 12 tahun 2021.

Gambar 26 Front Office


Sumber: Dokumentasi Kelompok
KESIMPULAN

1. Konsep objek Kampung Wisata Cinangneng memiliki daya tarik suatu


destinasi pariwisata sesuai dengan Peraturan Bupati Lombok Utara Nomor
28 Tahun 2021 Tentang Pengelolaan Daya Tarik Wisata.
2. Konsep view di Kampung Wisata Cinangneng dengan memperhatikan
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010 tentang Pengusahaan
Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan
Raya, dan Taman Wisata Alam belum sepenuhnya memenuhi syarat pada
peraturan tersebut, namun konsep view di Kampung Wisata Cinangneng
sudah dibuat sedemikian rupa agar memiliki nilai estetika.
3. Konsep pencapaian tapak di Kampung Wisata Cinangneng belum
memenuhi syarat suatu konsep pencapaian yang tertera pada Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat No. 30/PRT/M/2006 Pasal 1
Tentang Aksesibilitas.
4. Konsep sirkulasi dalam tapak di Kampung Wisata Cinangneng memenuhi
syarat konsep sirkulasi yang baik sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 06/PRT/M/2007 mengenai Sistem Sirkulasi dan Jalur
Penghubung, integrasi antara konsep sirkulasi yang terencana dengan baik
dan kepatuhan terhadap peraturan merupakan faktor penting dalam menjaga
kualitas dan keberlanjutan pengalaman wisata di Kampung Wisata
Cinangneng.
5. Konsep parkir pada Kampung Wisata Cinangneng tidak hanya
memperhatikan aspek kenyamanan dan estetika, tetapi juga mematuhi
peraturan yang berlaku untuk memastikan pengalaman parkir yang optimal
bagi pengunjungnya sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal
Perhubungan Darat Nomor 272/HK. 105/DRJD/96.
6. Kampung Wisata Cinangneng sesuai dengan Permen PU No 05 Tahun 2011
karena vegetasi jarak pohon dengan tepi perkerasan jalan berjarak 3 meter
dan jenis tanaman tidak melebihi tinggi kabel pada tiang listrik.
7. Konsep perncahayaan yang terdapat di Kampoeng Wisata Cinangneng saat
ini sudah cukup baik dalam menerangi para pengunjung, pihak pengelola,
dan beberapa pengguna jalan yang dapat memberikan kenyamanan serta
keamanan sesuai dengan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 48 tahun
2016 tentang Standar Keselamatan Kerja Perkantoran yang membahas
tentang pencahayaan.
8. Konsep fasilitas pelengkap yang terdapat di Kampung Wisata Cinangneng
sudah memenuhi segala bentuk aspek serta seusai dengan UU nomor 28
tahun 2002 pasal 27 tentang Bangunan gedung dan Peraturan Pemerintah
no. 12 tahun 2021, namun terdapat beberapa fasilitas yang kurang dalam
perawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar Rulianto. (2018). Analisis Vegetasi Dalam Upaya Pengembangan


Wisata Di Taman Wisata Alam Punti Kayu Palembang Provinsi
Sumatera Selatan. Skripsi: Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
Aulia D N. Erysca. (2018). Penataan Vegetasi Sebagai Identitas Karakter
Ruang Kota. Jurnal Arsitektur dan Perkotaan “KORIDOR”. Hal 47-
56.
FIRANTHI, P. O. (2022). ANALISIS KEANDALAN BANGUNAN
GEDUNG
(Studi Kasus: Bangunan Gedung Rektorat Universitas
Mahasaraswati Denpasar) (Doctoral dissertation, Universitas
Mahasaraswati Denpasar).Peraturan Bupati Lombok Utara Nomor
28 Tahun 2021 Tentang Pengelolaan Daya Tarik Wisata. Diakses
pada 15 Februari 2024 melalui peraturan.bpk.go.id.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Kepala Badan Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. Peraturan Menteri Pariwisata
Dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2021tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan.
Peraturan.bpk.go.id.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Kepala Badan Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. Peraturan Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif / Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2001.
Kemenparekraf.go.id.Muchid, M., & Ramadani, F. (2015). Peran
Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Pekanbaru
dalam Pengelolaan Retribusi Parkir Tahun 2013 (Doctoral
dissertation, Riau University)
Nawir, I. S. (2021). PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DI
IPDN
KAMPUS SULAWESI SELATAN. Jurnal Pallangga Praja (JPP), 3(2),
31- 42.
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
https://jdih.kemnaker.go.id/asset/data_puu/Permen_5_2018.pdf.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 Pedoman
Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan.
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Perumahan dan Kawasan Pemukiman,terdapat standarisasi dalam
sarana dan prasarana.
Peraturan Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan.
Diakses pada 15 Februari 2024 melalui peraturan.bpk.go.id.
Perhubungan, D. (1996). Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat
Nomor 272/Hk. 105/Drjd/96 Tentang Pedoman Teknis
Penyelenggaraan Fasilitas Parkir. Jakarta: Dinas Perhubungan
Poppy. Wahyono. (2016). Ketersediaan Vegetasi Pada Koridor Jalan
Ngesrep Banyumanik. Jurnal: Perencaan Wilayah Kota (PWK).
Siahaan, I. S. P. G. (2023). Peranan Dinas Perumahan, Kawasan
Permukiman, Cipta Karya Dan Tata Ruang Dalam Pentingnya
Penataan Ruang Terbuka Hijau Bagi Masyarakat Di Kota Medan
(Doctoral dissertation, Universitas Medan Area).
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentangBangunan Gedung

Anda mungkin juga menyukai