Anda di halaman 1dari 5

Judul : IMPIAN

Tema : Pendidikan
Pemeran : 8 Orang

Penokohan Drama:
1. Adjeng Mustikaningrum sebagai Sindy : Tegas
2. Aulia Pratama Putri sebagai Dian : Pemalu
3. Diva Aulia Rosa sebagai Wanda : Rela berkorban
4. Maura Twicynta Ardianti sebagai Ibu Ina : Penegak
5. M.Hafidz Asrof sebagai Dio : Penakut
6. M.Ananda Pratama sebagai Wira : Baik hati
7. Sherila Pangindira sebagai Indah : Cuek
8. Tubagus Muhammad Kholilullah sebagai Wawan : Pemberani
9. Wida Fitri Nabillatul Hamidah sebagai Sutradara

Dialog/percakapan

Kring...! Kring...! Kring...!


Bel masuk telah diberbunyi. Para siswa smpn saatnya untuk masuk kelas dan
menerima pelajaran dari wali kelasnya masing-masing. Pemandangan di kelas 1 masih
gaduh. Ada yang berkelahi.

Wanda : “ Kamu mau jadi pahlawan di kelas ini?”


Wira : “ Bel masuk telah berbunyi.”
Wanda : “ Semuanya masuk…… !”
Wawan : “Iya Pak ketua kelas…!!!!” (ucap Wawan dengan cetusnya).
Wanda : “ Berkelahi gara-gara merobek-robek buku seperti tidak ada pekerjaan lain
saja!”

Beberapa saat kelas menjadi gaduh dan bising bahkan terjadi keribut salah satu
siswa merobek buku temannya, langkah kaki ibu Ina seketika membuat kelas menjadi
hening dan senyap.
Ibu Ina : “Selamat pagi anak-anak. Sebelum memulai pelajaran kita berdoa terlebih
dahulu. Berdoa dimulai.”

Para siswa tertunduk berdoa seperti yang di aba-aba Ibu Ina.

Ibu Ina : “ Selesai. Saya tadi mengetahui kalau ada keributan di luar kelas, padahal
sudah ada bel masuk.”
Wanda : “Iya kan Ibu Ina marah” (bisik Wanda kepada Wira).
Wira : “Kayaknya hanya mengingatkan saja deh Wanda.”
Wanda : “ Tadi ada yang berkelahi Bu. tapi sudah dilerai.”
Bu Ina : “ Yaaa, lain kali jangan di ulangi lagi, bikin malu saja, kalian kan sudah
dewasa, harusnya lebih tau diri, kita datang ke sekolah bukannya cari ribut tapi
cari ilmu menambah kepandaian meraih mimpi dan cita-cita !!!!! ”. ( ujar Ibu
Ina dengan nada ketus dan tegas).

Senyap dan sepi jawabnya para siswa saling menyalahkan satu dengan yang lainnya
lewat bahasa isyarat lirikan mata dan jelentikan jemari tangannya, sebentar kemudian
siswa di perintahkan untuk mengeluarkan buka bahasa Indonesia oleh bu Ina.

Ibu Ina : “Buka buku bahasa Indonesia kalian mengenai impian dan cita-cita. Siapa
yang tahu definisi impian dan cita-cita? “
Sindy : “ Impian adalah harapan dari seseorang yang perlu dibuktikan. Kalau cita-
cita adalah harapan dan perjuangan yang disertai dengan kemampuan untuk
meraihnya.”
Ibu Ina : “ Bagus jawabanmu Sindy. Lalu perbedaan antara keduanya apa Sindy?”
Sindy : “ Eeeeeeeehmmmmmmmm.......................... ” (Pikir Sindy tertunduk sembari
memegang keningnya berusaha berpikir keras).
Wawan : “ Tidak ada bedanya Bu…… !!!”
Ibu Ina : “ Ya pasti ada. Bagaimana menurutmu Dian????”
Dian : “ Perbedaannya tipis Bu. Kalau impian sudah dirancang sejak lahir.
Kalau cita- cita harapan dari banyak orang juga adanya keinginan dari diri kita
sendiri tuk ingin meraihnya bu.”
Ibu Ina : “ Betul. Jika kita membicarakan tentang impian dari sekian banyak siswa di
sini bisa dijelaskan mengenai cita-cita kalian? Bisa dimulai dari kamu Wira.”
Wira : “ Aku Bu? Impianku ingin menjadi reporter yang bisa meliput berita
sekaligus jalan-jalan di mana-mana.”
Wanda : “Sukanya jalan-jalan saja.”
Ibu Ina : “ Waduh, Wira impiannya hebat. Coba kamu Wanda apa impianmu?
kau dari tadi mengkritik orang saja!”
Wanda : “ Impian saya ingin pergi ke bulan seperti minion Bu?”
Ibu Ina : “ Haahhh Minniooon....................... ??????”
Indra : “ Itu film kartun Bu. Wanda suka menonton film kartun jadinya suka
berkhayal.”

Serempak siswa kelas 1 tertawa.dan kelas menjadi gaduh.

Ibu Ina : “ Sudah Sudah! Kamu ini bisa saja Wanda. Bagus juga ide mu. Kamu Dio?”
Dio : “ Saya bermimpi ingin menjadi pramugara Bu…”
Wanda : “ Body mu ancur gituuuu…, sudah kayak tiang listrik, dekil,kuali dah item
yah itu… iteman kamu lagi…., jangan-jangan yang naik pesawat belum-belum
sudah main kabuuurrrrr……. kok ya kepengen jadi pramugara apa gak
salaaah….hahahahahhhhhaaaa.”

Lagi-lagi seluruh siswa tertawa atas celotehan Wanda.

Ibu Ina : “ Impian yang bagus Dio. Kalau kamu Indah?”


Indah : “ Impian saya sama seperti Ibu jadi guru di sekolah smp.”
Wanda : “Tampang belagak seperti mu tidak pantes jadi guru. Pantesnya jadi tukang
pijat keliling hahahahahaaa” ( ejek Wanda kepada Dio dan Indah)
Berkali-kali seluruh siswa tertawa. Kelas menjadi ramai suara teriakan dan
suitan.
Ibu Ina : “ Wanda.. Wanda sekali lagi kamu ngeledek temanmu, Ibu jeweeerrr ya
kamu!” ( ucap nya dengan nada geram geregetan dan sengit suaranya
terdengar keras)

Tiba-tiba suasana kelas menjadi hening atas bentakan Bu Ina kepada Wanda.
Ibu Ina : “ Kalau kamu Sindy dan Wawan”.
Wawan dan Sindy : “ Kami cita-citanya ingin jadi jurnalis atau penulis Buuuu.“ (dengan
kompaknya menjawab).
Ibu Ina : “ Dari sekian banyak jawaban kalian mengenai tentang cita-cita dan
impian sangat menarik bagus-bagus.” ( sembari mengangguk –anggukan
kepalanya dan mata di tebarkan memandang ke seantereo ruangan kelas)
Namun dalam meraihnya harus disertakan dengan perjuangan, pengorbanan,
kerja keras tekun dan sabar”.
Wanda : “ Teriring Doa dan restu orang tua Bu?”
Ibu Ina : “ Iya benar kamu Wanda. Jangan lupa untuk selalu berdoa dan meminta
doa restu dari kedua orang tua mu jika sebuah perjuangan tanpa doa orang tua
atau orang tua tidak ridho maka sama saja sia-sia.”
Wawan : “ Tapi kalau seperti Wanda apa itu cita-citanya Bu?”
Wanda : “ Kamu usil saja Wawan……!”
Ibu Ina : “Kalau impian Wanda terlalu banyak berkhayal kebanyakan nonton TV
makanya mimpinya juga kesiangan,dan maka mulai saat ini jika punya
cita-citamu harus diperjuangkan. Belajar yang tekun biar menjadi presiden.”
Wawan : “Bukan belajar Bu tapi Wanda cuman main game aja buu”
Indah :“ Iya Buu.., juga usilin orang belajar. Di suruh ngerjain PR bisanya
cuman foto kopy aja ckkkkkkkkkkk.”
Ibu Ina : “ Betul kata Wawan dan Indah? Wandaaa..?”

Wanda hanya diam dan melirik dengan mata melotot pada Wawan dan Indah.

Ibu Ina : “ Sebaiknya bermain itu boleh tapi jangan berlebihan ya Wanda.”
Wanda : “ Saya main game ketika libur sekolah dan bukan di sekolah Bu. Mereka saja
yang iri sama sirik bu”
Ibu Ina : “ Iya Ibu tahu. Kamu anak pinter, tepuk tangan buat Wanda”.

Serempak seluruh siswa memberi ejekan dan cemoohan kepada Wanda dengan suara
Sorakan uuuuuuhhhhhhhhhhhh....dengan kalimat yang panjang.

Ibu Ina : “ Ada tapinya lohh……… nakaaaal dan jail”


Suara sorakan kembali terdengar dan kelas makin gaduh dan bising.
bel istirahat telah berbuni dan para siswa pun berhamburan keluar dari kelas dan
beristirahat. Sedangkan Bu Ina pergi meninggalkan kelas 1 sembari menahan senyum
simpul dan menggelengkan kepala melihat kelakukan para siwa-siswi.

Selesai

Pesan moral
Pesan dan kesan moral yang di kutib dari naskah drama di atas adalah:
Memberi pengertian dan nasehat yang mendidik untuk siswa agar jangan suka ribut dan
berkelahi sebab sekolah sifatnya memberikan ilmu dan pengetahuan yang baik untuk
anak didiknya supaya menjadi manusia yang bermartabat dan bermoral juga terpelajar,
menghargai waktu ,ibadah, dan menghormati kedua orang tuannya, sebab restu orang tua
adalah ridho dan jembatan menuju cita-cita mulia di masa mendatang.

Anda mungkin juga menyukai