Anda di halaman 1dari 2

Sumedang merupakan kota yang kaya akan kebudayaan, khususnya dalam bidang

seni tradisi karena mendapat dukungan yang sangat kuat dari masyarakatnya secara turun
temurun. Aneka kesenian itu tersebar di semua pelosok kabupaten dan telah menyatu
sebagai bagian dari kehidupan setiap warga. Tidak heran apabila dalam berbagai
kesempatan upacara atau ritual, kita menemukan sebuah seni atau beberapa seni
dipertunjukan orang guna melengkapi kegembiraan mereka. Hal ini menandakan bahwa
seni tradisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan warga Sumedang.
Hampir dapat dipastikan bahwa setiap daerah di kota Kabupaten itu memiliki ragam
kesenian yang berbeda dengan daerah yang lainnya. Di Kabupaten Sumedang terdapat
empat kesenian yang berkembang dan terjaga dengan baik hingga kini. Kesenian itu adalah
(1) tarawangsa, (2) kuda renggong, (3) reak, dan (4) dogdog. Tarawangsa adalah alat musik
tradisional daerah Jawa Barat yang menyerupai kecapi. Alat musik ini dimainkan dengan
cara digesek ini dan amat populer di Kecamatan Rancakalong, Alat musik ini identik dengan
perayaan saat panen. Tarawangsa memiliki fungsi sebagai sarana rasa syukur para petani
atas hasil panen padi yang melimpah. Biasanya, para petani akan memainkan alat musik
tersebut sebagai bentuk penghormatan kepada Dewi Sri atau dewi kesuburan. Kuda
Renggong salah satu seni pertunjukan asli Kabupaten Sumedang. Kata renggong merupakan
metatesis dari kata ‘ronggeng’ yang berarti ‘keterampilan’ dengan mengacu kepada cara
berjalan kuda yang dilatih menari dan mengikuti irama musik yang didominasi oleh kendang.
Kesenian ini sering dijadikan hiburan arak-arakan anak khitanan atau sunat, menerima tamu
kehormatan, perayaan hari besar, dan pengisi acara dalam helaran atau festival. Reak
adalah kesenian tradisional yang terdiri dari dogdog, kuda lumping, dan bangbarongan-
topeng barong. Pemain bangbarongan maupun kuda lumping biasa kesurupan ketika seni
reak dimainkan.
Semua kesenian ini dikenal oleh semua warga di tiap-tiap pelosok, meskipun di
beberapa daerah tertentu berkembang sangat baik. Hal ini ditandai dengan banyaknya grup,
sanggar, atau para seniman di daerah itu. Daerah-daerah yang dimaksud adalah (1)
Kecamatan Rancakalong, (2) Kecamatan Wado, dan (3) Kecamatan Situ Raja.
Selain kesenian-kesenian tradisional yang tersebar, Kabupaten Sumedang juga
memiliki wilayah-wilayah (kecamatan) dengan citra tertentu. Setidaknya ada tiga
kecamatan yang memiliki citra dimaksud, yaitu Kecamatan Ujung Jaya, Kecamatan
Rancakalong, dan Kecamatan Darmaraja. Kecamatan Ujung Jaya merupakan salah satu
kecamatan di Kabupaten Sumedang yang memiliki sejumlah kisah mengenai perjuangan
tokoh-tokohnya dalam revolusi kemederkaan. Menurut seorang tokoh masyarakat
setempat, daerah Ujung Jaya merupakan wilayah bekas pos mataram untuk pembekalan
dan pertahanan dalam penyerangan ke Batavia (Jakarta). Kecamatan Rancakalong memiliki
tradisi dalam pelestarian budaya setempat dengan memegang tradisi bubur suro dan
ngalaksa sebagai upaya rasa syukur kepada Sang Pencipta atas lingkungan alam yang aman
tidak ada bencana serta hasil oanen yang melimpah. Sementara itu, Kecamatan Darmaraja
memiliki kelompok masyarakat adat yang lebih kuat secara tradisi ke keturunan dan silsilah
dari kelompok masyarakat adat. Kelompok masyarakat adat Kecamatan Darmaraja melihat
dari garis keturunan berdsarkab geneologis sehingga terdapat silsilah yang merujuk kepada
pupuhu leluhur kerajaan dan kabupatisan Kabupaten Sumedang.
Rangkaian informasi di atas menunjukkan bahwa Kabupaten Sumedang memiliki
kearifan lokal yang menarik untuk diketahui. Selain itu, Sumedang ada sebuah lembaga yang
memiliki otoritas kuat untuk menjaga keberlangsungan kebudayaan itu. Lembaga dimaksud
adalah Keraton Sumedang. Sinergi semua aspek ini akan memunculkan energi kuat guna
perkembangan Sumedang sebagai kota budaya sekaligus kota wisata di Jawa Barat.

Anda mungkin juga menyukai