Anda di halaman 1dari 62

USULAN PENELITIAN

PERSEPSI PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL DAN HUBUNGANNYA


TERHADAP KUALITAS HIDUP MASYARAKAT DI DESA PULUNGDOWO,
KECAMATAN TUMPANG, KABUPATEN MALANG

Anggi Restyana, S.Farm, M.Farm., Apt (0708028901)


Lisa Savitri, S.Si., M.Imun ( 0704049401)
Nur Fahma Laili, S.Farm, M.Farm., Apt (0706079102)
Galuh Margareta Putri (18650125)
Diana Maurentina (18650126)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS KADIRI
2020
HALAMAN PENGESAHAN
USULAN PENELITIAN UNIVERSITAS KADIRI

1. Judul Penelitian : Persepsi Penggunaan Obat Tradisional Dan


Hubungannya Terhadap Kualitas Hidup
Masyarakat Di Desa Pulungdowo, Kecamatan
Tumpang, Kabupaten Malang
2. Ketua Tim Pengusul
a. Nama Lengkap : Anggi Restyana, S.Farm, M.Farm., Apt
b. NIDN : 0708028901
4. c. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
5. d. Program Studi : Farmasi (S-1)
3. Anggota Tim Pengusul : 1. Lisa Savitri, S.Si., M.Imun
2. Nur Fahma Laili, S.Farm, M.Farm., Apt
Mahasiswa : 1. Galuh Margareta Putri (NIM: 18650125)
2. Diana Maurentina (NIM:18650126)
6. Biaya Penelitian : Rp. 10.100.000

Mengetahui Kediri, Februari 2021


DEKAN Peneliti Utama

Sri Haryuni, S.Kep.Ns.M.Kep


NIDN. 0701058301 Anggi Restyana, S.Farm, M.Farm., Apt
NIDN : 0708028901

ii
IDENTITAS PENELITIAN

1. Judul Penelitian : Persepsi Penggunaan Obat Tradisional Dan


Hubungannya Terhadap Kualitas Hidup Masyarakat Di Desa Pulungdowo,
Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang
2. Peneliti Utama : Anggi Restyana, S.Farm, M.Farm., Apt
NIDN : 0708028901
Golongan/Pangkat : Asisten Ahli Tk 1 golongan III/b
3. Angota Peneliti : Lisa Savitri, S.Si., M.Imun
Nur Fahma Laili, S.Farm, M.Farm., Apt
4. Obyek Penelitian : Masyarakat
5. Jangka Waktu Penelitian : 2 Bulan
6. Biaya Penelitian : Rp. 10.100.000
7. Institusi Lain yang terlibat : Desa Pulungdowo ,Kecamatan Tumpang

iii
ABSTRAK

Minat masyarakat dalam penggunaan obat tradisional di Indonesia dapat dikatakan


tinggi. Salah satunya adalah masyarakat di Desa Pulungdowo, Kecamatan Tumpang,
Kabupaten Malang. Jika dilihat dari segi keamanan dan manfaatnya, penggunaan obat
tradisional dapat menunjang kualitas hidup masyarakat. Pengukuran kualitas hidup
dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen kualitas hidup generik yaitu 36-item
Short Form and Health Survey (SF-36). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
hubungan antara persepsi penggunaan obat tradisional terhadap kualitas hidup
masyarakat di Desa Pulungdowo, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Penelitian
ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan kuantitatif dengan
menggunakan metode pengambilan sampel purposive sampling. Pengambilan data
penelitian menggunakan kuesioner yang disebar kepada 100 responden di Desa
Pulungdowo.

Kata Kunci: obat tradisional, kualitas hidup, SF-36

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
ABSTRAK..............................................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN............................................Error! Bookmark not defined.
BAB I.......................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................2
1.1 Latar Belakang...........................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................5
1.4 Manfaat.......................................................................................................6
1.5 Hipotesis Penelitian..................................Error! Bookmark not defined.
BAB II.....................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................7
2.1 Geografis Desa Pulungdowo, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang
Error! Bookmark not defined.
2.2 Kualitas Hidup...........................................................................................7
2.3 Obat Tradisional......................................................................................10
2.4 Persepsi Penggunaan Obat Tradisional.................................................17
2.5 Kerangka Konsep.....................................................................................21
BAB III..................................................................................................................22
METODE PENELITIAN....................................................................................22
3.1 Rancangan Penelitian..............................................................................22
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................................22
3.3 Populasi dan Sampel................................................................................22
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi..................................................................23
3.5 Variabel Penelitian...................................................................................24
3.6 Definisi Operasional Variabel.................................................................24
3.7 Instrumen Penelitian................................................................................25
3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner................................................26
3.9 Alur Kerja.................................................................................................27
3.10 Analisis Data.............................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................30
LAMPIRAN..........................................................................................................34
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel...............................................................26


Tabel 3.2 Nilai r tabel............................................................................................28
Tabel 3.3 Skor pernyataan dalam skala Likert......................................................30
Tabel 3.4 Skor Koefisien Korelasi menurut Guilford...........................................31

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Letak dan Batas Kecamatan di Kabupaten Malang...........................8


Gambar 2.2 Logo dan Penandaan Jamu................................................................13
Gambar 2.3 Logo dan Penandaan Obat Herbal Terstandar...................................14
Gambar 2.4 Logo dan Penandaan Fitofarmaka.....................................................14
Gambar 2.5 Kerangka Konsep..............................................................................23
Gambar 3.1 Alur Kerja..........................................................................................29

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obat adalah unsur penting dalam upaya menjaga kesehatan, oleh karena itu
diperlukan obat dalam jumlah dan jenis yang cukup dengan kebutuhan, sehingga
dapat bermanfaat. Salah satu obat yang dibutuhkan selain obat sintesis adalah obat
tradisional yang diperoleh dari bahan alam. Obat tradisional ternyata juga
merupakan bagian penting dalam upaya menjaga dan memulihkan kesehatan
masyarakat. Situasi dan kondisi yang terjadi di Negara Indonesia akhir-akhir ini
menyebabkan terjadinya pergantian pola konsumsi obat pada masyarakat antara
lain dalam hal penggunaan obat tradisional sebagai salah satu obat alternatif.
Hampir semua pengguna obat tradisional beranggapan bahwa selain murah, obat
tradisional mempunyai efek samping yang lebih kecil dari obat sintesis. Seruan
kembali ke alam atau istilah “back to nature” menjadi bahan pembicaraan yang
penting seiring dengan semakin dirasakannya manfaat penggunaan obat
tradisional. Hingga saat ini pemanfaatan produk bahan alam untuk pemeliharaan
kesehatan mulai mengalami peningkatan (Fitriyani, 2017).
Walaupun obat tradisional populer di kalangan masyarakat, tetapi sebagian
besar hanya memiliki pengetahuan yang terbatas akan berbagai jenis obat
tradisional serta khasiatnya. Masyarakat kebanyakan hanya mengetahui jenis yang
pertama dari obat tradisional, yaitu jamu. Jamu yang kental dianggap lebih
berkhasiat karena pengalaman secara turun temurun. Masyarakat pada umumnya
belum mengetahui jenis obat tradisional yang kedua dan ketiga yaitu obat herbal
terstandar (OHT) dan fitofarmaka. Minat masyarakat dalam penggunaan obat
tradisional di Indonesia dapat dikatakan tinggi karena masih banyak masyarakat
yang menggunakan obat tradisional sebagai obat alternatif dan juga beranggapan
bahwa obat tradisional relatif aman. Manfaatnya yang digunakan untuk menjaga
kesehatan bahkan mengobati suatu penyakit sudah banyak dirasakan oleh
masyarakat yang mengkonsumsinya. Salah satunya adalah masyarakat di Desa
Pulungdowo, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Hal ini dapat dilihat dari
kurangnya fasilitas kesehatan seperti apotek, klinik, puskesmas, maupun rumah
sakit di Desa Pulungdowo (Hadi, 2019), yang menjadikan masyarakatnya lebih
memilih obat tradisional untuk alternatif pengobatan. Jika dilihat dari segi
2
keamanan dan manfaatnya, penggunaan obat tradisional dapat menunjang kualitas
hidup masyarakat. Kebanyakan masyarakat suka mengkonsumsi obat tradisional
racikan sendiri seperti contohnya kunyit, asam jawa, kayu manis, jahe, madu
untuk digunakan sebagai daya tahan tubuh (antioksidan). Salah satu indikator
kemanfaatan suatu terapi dalam meringankan gejala suatu penyakit adalah kualitas
hidup. Kualitas hidup yang tinggi akan meningkatkan tingkat kesembuhan dan
menurunkan morbiditas penyakit (Ridha, et al., 2014).
Di beberapa negara Asia dan Afrika, sekitar 80% penduduk bergantung
pada obat tradisional untuk perawatan kesehatan primer. Karena itu, pemberian
obat tradisional yang aman dan efektif dapat menjadi alat penting untuk
meningkatkan akses ke perawatan kesehatan secara keseluruhan. Berdasarkan data
hasil riset kesehatan dasar (2010), hampir setengah (49,53%) penduduk Indonesia
berusia 15 tahun ke atas, mengonsumsi jamu. Sekitar lima persen (4,36%)
mengkonsumsi jamu setiap hari, sedangkan sisanya (45,17%) mengkonsumsi
jamu sesekali. Proporsi jenis jamu yang banyak dipilih untuk dikonsumsi adalah
jamu cair (55,16%); bubuk (43,99%); dan jamu seduh (20,43%). Sedangkan
proporsi terkecil adalah jamu yang dikemas secara modern dalam bentuk
kapsul/pil/tablet (11,58%). Sedangkan pada tahun 2013 dinyatakan bahwa dari
294.692 rumah tangga di Indonesia yang memanfaatkan pelayanan kesehatan
tradisional (yankestrad) dalam satu tahun terakhir yaitu berjumlah 30,4% (89.753)
(Riskesdas, 2013). Selanjutnya, terdapat dua tantangan utama dalam penggunaan
obat tradisional di Indonesia. Pertama, konsumen cenderung menganggap bahwa
obat tradisional (herbal) selalu aman. Tantangan selanjutnya, yaitu mengenai izin
praktek pengobatan tradisional dan kualifikasi praktisi kesehatan tradisional.
(Kemenkes RI, 2011).
Hampir semua masyarakat Indonesia pernah menggunakan obat tradisional.
Tujuan dari penggunaan obat tradisional adalah untuk menjaga kesehatan maupun
untuk pengobatan karena sakit. Hal ini dapat berdampak pada kualitas hidup
masyarakat. Masyarakat beranggapan bahwa menggunakan obat tradisional dapat
memiliki kualitas hidup yang cukup baik, karena masyarakat mengetahui dalam

3
penggunaannya obat tradisional memiliki efek samping yang relatif kecil
(Supardi, 2009).
Indikator dikatakan bahwa pengobatan berhasil dapat dilihat dari kualitas
hidup (Elvina, 2011). Kualitas hidup masyarakat yang baik itu dapat dikatakan
bahwa pengobatan berhasil. Pengobatan yang berhasil yaitu menyembuhkan total
ataupun meredakan gejala penyakit (sembuh sementara), khususnya dalam
penggunaan obat tradisional (Ridha, et al., 2014). Pengukuran kualitas hidup
dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen kualitas hidup generik yaitu 36-
item Short Form and Health Survey (SF-36). SF-36 merupakan kuesioner survei
yang mengukur 8 kriteria kesehatan, yaitu fungsi fisik, keterbatasan peran karena
kesehatan fisik, tubuh sakit, persepsi kesehatan secara umum, vitalitas, fungsi
sosial, peran keterbatasan karena masalah emosional, dan kesehatan psikis
(Fatma, 2018).
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Persepsi Penggunaan Obat Tradisional dan Hubungannya terhadap
Kualitas Hidup Masyarakat di Desa Pulungdowo, Kecamatan Tumpang,
Kabupaten Malang”.

1.2 Rumusan Masalah

4
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana persepsi penggunaan obat tradisional di Desa Pulungdowo,
Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang?
2. Bagaimana kualitas hidup masyarakat di Desa Pulungdowo, Kecamatan
Tumpang, Kabupaten Malang setelah menggunakan obat tradisional?
3. Apakah terdapat hubungan antara persepsi penggunaan obat tradisional
terhadap kualitas hidup masyarakat di Desa Pulungdowo, Kecamatan
Tumpang, Kabupaten Malang?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang persepsi
penggunaan obat tradisional dan hubungannya terhadap kualitas hidup masyarakat
di Desa Pulungdowo, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui persepsi penggunaan obat tradisional di Desa
Pulungdowo, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang
2. Untuk mengetahui kualitas hidup masyarakat di Desa Pulungdowo,
Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang setelah menggunakan obat
tradisional
3. Untuk mengetahui hubungan antara persepsi penggunaan obat tradisional
terhadap kualitas hidup masyarakat di Desa Pulungdowo, Kecamatan
Tumpang, Kabupaten Malang.

1.4 Manfaat

5
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengalaman baru dan sarana
menambah pengetahuan serta pemahaman tentang persepsi penggunaan obat
tradisional dan hubungannya terhadap kualitas hidup masyarakat.
2. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat memberikan dasar informasi atau gambaran untuk
pengembangan penelitian selanjutnya.
3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang
persepsi penggunaan obat tradisional dan hubungannya terhadap kualitas
hidup.

1.5 Luaran Yang Diharapkan


Hasil penelitian ini dipublikasikan di jurnal nasional terakreditasi

1.6 Roadmap Penelitian

2020- 2021- 2022- 2023- 2024- 2025-


2021 2022 2023 2024 2025 Pengaruh
2026
pemberia
Persepsi Analisa analisa Pengaruh n edukasi
masyarakat Pengetahu faktor yang faktor yang pemberian apoteker
pada an berhubung berhubung edukasi tentang
penggunaa masyaraka an dengan an dengan apoteker obat
n obat t terhadap persepsi pengetahu dimasyarak tradisiona
tradisional perilaku masyarakat an, perilaku t terhadap l
dengan pengunaan terhadap pada penggunaa dimasyar
kualitas obat penggunaa penggunaa n obat akat
hidup tradisional n obat n obat tradisional terhadap
tradisional tradisional yang aman kualitas
hidup
pasien

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kualitas Hidup


2.2.1 Pengertian Kualitas Hidup
Menurut WHO (1998), kualitas hidup adalah persepsi individu sebagai laki-
laki ataupun perempuan dalam hidup ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai
di mana mereka hidup, hubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan
serta perhatian mereka. Kualitas hidup adalah konsep luas yang dipengaruhi
dalam cara kompleks yaitu dengan kesehatan fisik seseorang, keadaan psikologis,
level kemandirian, hubungan sosial, keyakinan pribadi dan hubungan mereka
dengan fitur yang menonjol dari lingkungan hidup mereka.
Berdasarkan definisi di atas¸ disimpulkan bahwa kualitas hidup adalah
persepsi individu atas peran dan posisi mereka dalam kehidupan masyarakat
mereka tinggal, tujuan, harapan, nilai normal, kepuasan dan kekhawatiran untuk
menilai kemampuan mereka untuk berfungsi peran yang diinginkan dalam
masyarakat mereka tinggal.
2.2.2 Instrumen untuk Mengukur Kualitas Hidup
Instrumen untuk mengukur kualitas hidup dalam bentuk kuesioner dapat
dibagi menjadi 2 kategori:
1. Instrumen umum (generic instrument)
Instrumen umum ialah instrumen yang dipakai untuk mengukur kualitas
hidup secara umum pada penderita dengan penyakit kronik. Instrumen ini
digunakan untuk menilai secara umum mengenai kemampuan fungsional,
ketidakmampuan dan kekhawatiran yang timbul akibat penyakit yang diderita.
Contoh: World Health Organization Quality of Life group (WHOQOL), Short
Form-36 (SF-36), EuroQOL-5 Dimension (EQ-5D) (Bobes J, et al., 2005).
2. Instrumen khusus (specific instrument)
Instrumen khusus adalah instrumen yang dipakai untuk mengukur sesuatu
yang khusus dari penyakit, populasi tertentu (misalnya pada orang tua) atau fungsi

7
yang khusus (misalnya fungsi emosional), contoh: Quality of Life Scale (QLS),
Quality of Life Interview (QoLI), Lancashire Quality of Life Profile (Lqo3LP),
Personal Evaluation of Transisitions in treatment (PETIT), Quality of Life
Questionnaire in Schizophrenia (S-QoL) (Bobes J, et al., 2005).
2.2.3 Penilaian Kualitas Hidup
Menurut Fatma (2018), untuk menilai kualitas hidup pasien harus
diperhatikan hal-hal berikut yaitu terdiri dari beberapa dimensi/aspek penilaian.
Alat ukur untuk menilai kualitas hidup telah banyak dikembangkan oleh para
salah satunya adalah SF-36. SF-36 berisi 36 pertanyaan yang terdiri dari 8 skala
antara lain:
1. Fungsi fisik (Physical Function)
Terdiri dari 10 pertanyaan yang menilai kemampuan aktivitas seperti
berjalan, menaiki tangga, membungkuk, mengangkat dan gerak badan. Nilai yang
rendah menunjukkan keterbatasan semua aktivitas tersebut, sedangkan nilai yang
tinggi menunjukkan kemampuan melakukan semua aktivitas fisik termasuk
latihan berat.
2. Keterbatasan akibat masalah fisik (Role of Physical)
Terdiri dari 4 pertanyaan yang mengevaluasi seberapa besar kesehatan fisik
mengganggu pekerjaan dan aktivitas sehari-hari lainnya. Nilai yang rendah
menunjukkan bahwa kesehatan fisik menimbulkan masalah terhadap aktivitas
sehari-hari, antara lain tidak dapat melakukan dengan sempurna, terbatas dalam
melakukan aktivitas tertentu atau kesulitan di dalam melakukan aktivitas. Nilai
yang tinggi menunjukkan kesehatan fisik tidak menimbulkan masalah terhadap
pekerjaan ataupun aktivitas sehari-hari.
3. Perasaan sakit/nyeri (Bodily Pain)
Terdiri dari 2 pertanyaan yang mengevaluasi intensitas rasa nyeri dan
pengaruh nyeri terhadap pekerjaan normal baik dalam maupun di luar rumah.
Nilai yang rendah menunjukkan rasa sakit yang sangat berat dan sangat
membatasi aktivitas. Nilai yang tinggi menunjukkan tidak ada keterbatasan yang
disebabkan oleh rasa nyeri.
4. Persepsi kesehatan umum (General Health)

8
Terdiri dari 5 pertanyaan yang mengevaluasi kesehatan termasuk kesehatan
saat ini, ramalan tentang kesehatan dan daya tahan terhadap penyakit. Nilai yang
rendah menunjukkan perasaan terhadap kesehatan diri sendiri buruk atau
memburuk. Nilai yang tinggi menunjukkan perasaan terhadap kesehatan diri
sendiri sangat baik.
5. Energi/fatique (Vitality)
Terdiri dari 4 pertanyaan yang mengevaluasi tingkat kelelahan, capek dan
lesu sepanjang waktu. Nilai yang tinggi menunjukkan perasaan penuh semangat
dan energi selama 4 minggu yang lalu.
Skala SF-36 ini kemudian dibagi menjadi 2 dimensi, di mana persepsi
kesehatan umum, energi, fungsi sosial dan keterbatasan akibat masalah emosional
disebut “Kesehatan Mental” (Mental Component Scale) dan fungsi fisik,
keterbatasan akibat masalah fisik, perasaan sakit/nyeri, persepsi kesehatan umum
dan energi disebut sebagai dimensi “Kesehatan Fisik” (Physical Component
Scale). Masing-masing skala dinilai dengan kemungkinan cakupan nilai 0-100, di
mana skor yang lebih tinggi menandakan kualitas hidup yang lebih baik.
SF-36 adalah penilaian kualitas hidup terdiri dari 36 pertanyaan dengan 8
skala yaitu (1) fungsi fisik, (2) keterbatasan akibat masalah fisik, (3) perasaan
sakit/nyeri, (4) kesehatan umum, (5) vitalitas, (6) fungsi sosial, (7) keterbatasan
akibat masalah emosional, dan (8) kesehatan mental. Untuk skor akhir, dilakukan
perhitungan rata-rata pada masing-masing pertanyaan yang menunjukkan dimensi
yang diwakilinya seperti pada tabel di bawah sehingga hasil akhirnya akan
menunjukkan skor masing-masing lalu skor dijumlahkan, setelah itu
ditransformasikan ke tabel menjadi skala 0-100, nilai 0 ≤ 50 untuk kualitas hidup
kurang baik dan 50 ≥ 100 untuk kualitas hidup baik.
2.2.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup
1. Jenis kelamin
Menurut hasil penelitian Purwaningsih (2018), responden yang memiliki
kualitas hidup baik terdapat pada responden laki-laki, karena sebagian besar laki-
laki mempunyai kepuasan lebih tinggi pada kesehatan mental dan cenderung
merasa dirinya dalam kondisi baik dibandingkan dengan perempuan.

9
2. Usia
Umur merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kualitas
hidup, karena bertambahnya usia maka dapat menyebabkan perubahan pada
fungsi dan anatomi tubuh. Hal ini dapat menyebabkan berbagai masalah seperti
psikologi, sosial, fisik, dan menimbulkan keterbatasan yang dapat berpengaruh
pada kualitas hidup. Kemampuan diri dapat menurun seiring dengan
bertambahnya umur (Purwaningsih, 2018).
3. Pendidikan
Kualitas hidup akan meningkat seiring dengan lebih tingginya tingkat
pendidikan yang didapatkan oleh individu. Semakin tinggi tingkat pendidikan
pendidikan seseorang biasanya juga semakin tinggi ilmu yang dipelajarinya
tentang kualitas hidup (Fatma, 2018).
4. Pekerjaan
Terdapat perbedaan kualitas hidup antara penduduk yang berstatus
sebagai pelajar, penduduk bekerja, penduduk yang tidak bekerja dan penduduk
yang tidak mampu bekerja (Fatma, 2018).
5. Efikasi diri
Efikasi diri merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas hidup karena
keyakinan seseorang seseorang atas kemampuannya dalam merawat diri memiliki
pengaruh dalam upaya meningkatkan kesehatan (Fatma, 2018).
6. Dukungan dan motivasi sosial
Seseorang yang mendapatkan dukungan dan motivasi orang-orang
disekitarnya akan memliki kualitas hidup yang lebih baik. Dukungan dan motivasi
sosial ini terutama dapat diperoleh dari keluarga, selain itu juga dapat dari teman,
tetangga (Fatma, 2018).

2.2 Obat Tradisional


Indonesia dikaruniai kekayaan alam yang sangat melimpah. Pada zaman
yang sudah modern ini, ternyata obat tradisional masih diakui keberadaannya oleh
masyarakat Indonesia. Seruan kembali ke alam atau lebih sering dikenal dengan

10
istilah back to nature menjadi pembicaraan seiring dengan berkembangnya
penggunaan obat tradisional sebagai alternatif pengobatan (Fitriyani, 2017). Hal
ini terjadi karena sebagian besar dari obat tradisional merupakan warisan nenek
moyang yang tidak diragukan lagi khasiatnya.
2.3.1 Definisi dan Jenis Obat Tradisional
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
2016 tentang Formularium Obat Herbal Asli Indonesia, Obat tradisional adalah
bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara
turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai
dengan norma yang berlaku di masyarakat (Peraturan Menteri Kesehatan No.6,
2016).
Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Republik Indonesia, Nomor: HK.00.05.4.2411 tahun 2004 tentang Ketentuan
Pokok Pengelompokkan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia, obat
tradisional yang ada di Indonesia dapat dikategorikan menjadi:
1. Jamu
Jamu adalah obat tradisional Indonesia yang tidak memerlukan pembuktian
ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan pembuktian empiris atau turun
temurun. Jamu harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris, dan memenuhi
persyaratan mutu yang berlaku. Contoh: Antangin®, Woods’ Herbal®, Diapet
Anak®, dan Kuku Bima Gingseng®.

Gambar 2.2 Logo dan Penandaan Jamu (BPOM, 2004)


2. Obat Herbal Terstandar
Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah sediaan obat bahan alam yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik pada

11
hewan dan bahan bakunya telah di standarisasi. Obat herbal terstandar harus
memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat
dibuktikan secara ilmiah atau praklinik, telah dilakukan standarisasi terhadap
bahan baku yang digunakan dalam produk jadi. Contoh: Tolak Angin®, Lelap®,
Fitolac®, Diabmeneer®, dan Glucogarp®.

Gambar 2.3 Logo dan Penandaan Obat Herbal Terstandar (BPOM, 2004)
3. Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang dapat disejajarkan dengan
obat modern karena telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah
dengan uji praklinik pada hewan dan uji klinik pada manusia, bahan baku dan
produk jadinya telah di standarisasi. Fitofarmaka harus memenuhi kriteria aman
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan dengan uji
klinis, telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam
produk jadi. Contoh: Stimuno®, Tensigard®, Rheumaneer®, X-gra® dan
Nodiar®.

Gambar 2.4 Logo dan Penandaan Fitofarmaka (BPOM, 2004)


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia:
661/Menkes/SK/VII/1994 tentang Persyaratan Obat Tradisional terdapat bentuk-
bentuk sediaan obat tradisional, antara lain:
1. Rajangan
Sediaan obat tradisional berupa potongan simplisia, campuran simplisia,
atau campuran simplisia dengan sediaan galenik, yang penggunaannya dilakukan
dengan pendidihan atau penyeduhan dengan air panas.

12
2. Serbuk
Sediaan obat tradisional berupa butiran homogen dengan derajat halus yang
cocok, bahan bakunya berupa simplisia sediaan galenik, atau campurannya.
3. Pil
Sediaan padat obat tradisional berupa massa bulat, bahan bakunya berupa
serbuk simplisia, sediaan galenik, atau campurannya.
4. Dodol atau Jenang
Sediaan padat obat tradisional bahan bakunya berupa serbuk simplisia,
sediaan galenik atau campurannya.
5. Pastiles
Sediaan padat obat tradisional berupa lempengan pipih umumnya berbentuk
segi empat, bahan bakunya berupa campuran serbuk simplisia, sediaan galenik,
atau campuran keduanya.
6. Kapsul
Sediaan obat tradisional yang terbungkus cangkang keras atau lunak, bahan
bakunya terbuat dari sediaan galenik dengan atau tanpa bahan tambahan.
7. Tablet
Sediaan obat tradisional padat kompak dibuat secara kempa cetak, dalam
bentuk tabung pipih, silindris, atau bentuk lain, kedua permukaannya rata atau
cembung, dan terbuat dari sediaan galenik dengan atau tanpa bahan tambahan.
8. Cairan obat dalam
Sediaan obat tradisional berupa larutan emulsi atau suspensi dalam air,
bahan bakunya berasal dari serbuk simplisia atau sediaan galenik dan digunakan
sebagai obat dalam.
9. Sari jamu
Cairan obat dalam dengan tujuan tertentu diperbolehkan mengandung
etanol. Kadar etanol tidak lebih dari 1% v/v pada suhu 20º C dan kadar metanol
tidak lebih dari 0,1% dihitung terhadap kadar etanol.

13
10. Parem, Pilis, dan Tapel
Parem, pilis, dan tapel adalah sediaan padat obat tradisional, bahan bakunya
berupa serbuk simplisia, sediaan galenik, atau campurannya dan digunakan
sebagai obat luar.
a. Parem adalah obat tradisional dalam bentuk padat, pasta atau seperti
bubuk yang digunakan dengan cara melumurkan pada kaki atau tangan
pada bagian tubuh lain.
b. Pilis adalah obat tradisional dalam bentuk padat atau pasta yang
digunakan dengan cara mencoletkan pada dahi.
c. Tapel adalah obat tradisional dalam bentuk padat, pasta, atau seperti
bubur yang digunakan dengan cara melumurkan pada seluruh
permukaan perut.
11. Koyok
Sediaan obat tradisional berupa pita kain yang cocok dan tahan air yang
dilapisi dengan serbuk simplisia dan atau sediaan galenik, digunakan sebagai obat
luar dan pemakainya ditempelkan pada kulit.
12. Cairan obat luar
Sediaan obat tradisional berupa larutan suspensi atau emulsi, bahan bakunya
berupa simplisia, sediaan galenik dan digunakan sebagai obat luar.
13. Salep atau krim
Sediaan setengah padat yang mudah dioleskan, bahan bakunya berupa
sediaan galenik yang larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep atau krim
yang cocok dan digunakan sebagai obat luar.
2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Obat Tradisional
2.3.2.1 Kelebihan Obat Tradisional
Kelebihan yang dimiliki obat tradisional jika dibandingkan dengan obat
modern, antara lain:
1. Efek samping obat tradisional relatif kecil

14
Obat tradisional akan bermanfaat dan aman jika digunakan dengan tepat,
baik takaran, waktu dan cara penggunaan, pemilihan bahan serta penyesuai
dengan indikasi tertentu.
a. Ketepatan dosis
Tanaman obat, seperti halnya obat buatan pabrik memang tidak dapat
dikonsumsi sembarangan. Tetap ada dosis yang harus dipatuhi, seperti halnya
resep dokter. Buah mahkota dewa misalnya, hanya boleh dikonsumsi dengan
perbandingan 1 buah dalam 3 gelas air. Sedangkan daun mindi baru berkhasiat
jika direbus sebanyak 7 lembar dalam takaran air tertentu. Hal ini menepis
anggapan masyarakat bahwa obat tradisional tidak selamanya lebih aman dari
pada obat modern. Dosis yang tepat membuat tanaman obat bisa menjadi obat,
sedangkan jika berlebih bisa menjadi racun (Merdekawati, 2016).
b. Ketepatan waktu penggunaan
Kunyit telah diakui manfaatnya untuk mengurangi nyeri saat haid dan telah
di konsumsi secara turun temurun dalam ramuan jamu kunir asam yang sangat
baik dikonsumsi saat datang bulan (Sastroamidjojo, 2001). Akan tetapi jika
dikonsumsi pada awal masa kehamilan dapat membahayakan dan beresiko
menyebabkan keguguran. Hal ini menunjukan bahwa ketepatan waktu
penggunaan berpengaruh terhadap efek yang akan di timbulkan (Merdekawati,
2016).
c. Ketepatan cara penggunaan
Satu tanaman obat dapat memiliki banyak zat aktif yang berkhasiat di
dalamnya. Sebagai contoh adalah daun kecubung jika dihisap seperti rokok
bersifat bronkodilator dan digunakan sebagai obat asma. Tetapi jika diseduh dan
diminum dapat menyebabkan keracunan atau mabuk (Merdekawati, 2016).
d. Ketepatan pemilihan bahan
Tanaman obat di Indonesia terdiri dari beragam spesies yang kadang kala
sulit untuk dibedakan satu dengan yang lain. Kebenaran bahan menentukan
tercapai atau tidaknya efek terapi yang diinginkan. Sebagai contoh tanaman
lempuyang di pasaran ada 3 jenis, yaitu Lempuyang Emprit (Zingiber amaricans
L.), Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbert L.), dan Lempuyang Wangi (Zingiber

15
aromaticum L.) dimana tiap jenis tanaman memiliki khasiat obat yang berbeda-
beda (Merdekawati, 2016).

e. Ketepatan pemilihan obat untuk indikasi tertentu


Dalam satu jenis tanaman dapat ditemukan beberapa zat aktif yang
berkhasiat dalam terapi. Sebagai contoh, daun tapak dara mengandung alkaloid
yang bermanfaat untuk pengobatan diabetes dan juga mengandung vincristin dan
vinblastin yang dapat menyebabkan penurunan leukosit (sel-sel darah putih)
hingga ± 30%, akibatnya penderita menjadi rentan terhadap penyakit infeksi
(Merdekawati, 2016).
2. Adanya efek komplementer dan atau sinergisme dalam ramuan obat
tradisional atau komponen bioaktif tanaman obat.
Dalam suatu ramuan obat tradisional umumnya terdiri dari beberapa jenis
obat tradisional yang memiliki efek saling mendukung satu sama lain untuk
mencapai efektivitas pengobatan. Contohnya seperti pada herba timi (Tymus
serpyllum atau T.vulgaris) sebagai salah satu ramuan obat batuk. Herba Timi
diketahui mengandung minyak atsiri (yang antara lain terdiri dari tymol dan
kalvakrol) serta flavon polimetoksi. Tymol dalam timi berfungsi sebagai
ekspektoran (mencairkan dahak) dan kalvakrol sebagai anti bakteri penyebab
batuk sedangkan flavon polimetoksi sebagai penekan batuk non-narkotik,
sehingga pada tanaman tersebut sekurang-kurangnya ada 3 komponen aktif yang
saling mendukung sebagai antitusif (Merdekawati, 2016).
3. Pada satu tanaman bisa memiliki lebih dari satu efek farmakologi.
Zat aktif pada tanaman obat umumnya dalam bentuk metabolit sekunder,
sedangkan satu tanaman bisa menghasilkan beberapa metabolit sekunder sehingga
memungkinkan tanaman tersebut memiliki lebih dari satu efek farmakologi. Efek
tersebut adakalanya saling mendukung (herba timi dan daun kumis kucing), tetapi
ada juga yang seakan-akan saling berlawanan atau kontradiksi (akar kelembak)
(Merdekawati, 2016).
4. Obat tradisional lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan
degeneratif.

16
Sebagaimana diketahui bahwa pola penyakit di Indonesia telah mengalami
pergeseran dari penyakit infeksi (yang terjadi sekitar tahun 1970 ke bawah) ke
penyakit-penyakit metabolik degeneratif (sesudah tahun 1970 hingga sekarang),
yang termasuk penyakit metabolik antara lain: diabetes, hiperlipidemia, asam urat,
batu ginjal dan hepatitis. Sedangkan penyakit degeneratif diantaranya: rematik,
asma, ulser, haemorrhoid dan pikun. Untuk menanggulangi penyakit tersebut
diperlukan pemakaian obat dalam waktu lama sehingga jika menggunakan obat
modern dikhawatirkan adanya efek samping yang terakumulasi dan dapat
merugikan kesehatan. Oleh karena itu, lebih sesuai bila menggunakan obat
tradisional karena efek samping yang ditimbulkan relatif kecil sehingga dianggap
lebih aman (Merdekawati, 2016).
2.3.2.2 Kekurangan Obat Tradisional
Disamping berbagai keuntungan, bahan obat alam juga memiliki beberapa
kelemahan yang juga merupakan kendala dalam pengembangan obat tradisional
(termasuk dalam upaya agar bisa diterima pada pelayanan kesehatan formal).
Adapun beberapa kelemahan tersebut antara lain: efek farmakologisnya yang
lemah, bahan baku belum terstandar dan bersifat higroskopis serta volumines,
belum dilakukan uji klinik dan mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme
(Katno dan Pramono, 2010).

2.3 Persepsi Penggunaan Obat Tradisional


2.4.1 Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan,
yaitu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga
disebut proses sensori (Walgito, 2010). Pendapat yang lain mengartikan persepsi
adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkannya. Persepsi adalah
memberikan makna kepada stimulus (Notoatmojo, 2010). Persepsi suatu proses
aktif timbulnya kesadaran dengan segera terhadap suatu obyek yang merupakan
faktor internal serta eksternal individu meliputi keberadaan objek, kejadian dan

17
orang lain melalui pemberian nilai terhadap objek tersebut (Hidayati dan
Perwitasari, 2011). Persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang
pengalaman terhadap sesuatu benda ataupun suatu kejadian yang dialami.
2.4.2 Proses Terjadinya Persepsi
Menurut Walgito (2010), faktor-faktor yang berperan dalam persepsi,
antara lain:
1. Ada objek yang dipersepsi
Objek persepsi dibedakan atas objek manusia dan non manusia. Objek dapat
dipersepsi apabila menimbulkan stimulus.
2. Alat indera dan saraf-saraf serta pusat susunan saraf
Merupakan alat untuk menerima stimulus, meneruskan stimulus yang
diterima reseptor ke pusat susunan saraf dan mengadakan respon atas stimulus
tersebut.
3. Perhatian
Perhatian merupakan syarat psikologis dan langkah pertama sebagai suatu
persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan
atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu
atau sekumpulan objek.
2.4.3 Persepsi Masyarakat tentang Penggunaan Obat Tradisional
Meskipun sampai sekarang masih terdapat sebagian masyarakat Indonesia
yang menggunakan obat tradisional sebagai pengobatan alternatif atau pemulih
kesehatan, tetapi sebagian yang lain juga ada yang berpendapat bahwa obat
tradisional tidak semanjur obat modern dan jika dilihat dari kemasannya seperti
tidak meyakinkan. Bagi yang masih percaya manfaat obat tradisional, mereka
berpendapat bahwa yang berasal dari alam pasti baik dan aman, sehingga
menggunakannya bertahun-tahun dapat menyembuhkan penyebab penyakit dan
bukan sekedar simtomatik.
2.4.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Penggunaan Obat Tradisional
1. Sosial budaya
Sosial budaya yang terdapat di lingkungan masyarakat dapat mempengaruhi
kepercayaan dalam menggunakan obat tradisional sebagai pengobatan alternatif

18
keluarga. Pada hasil penelitian (Ismail, 2015) semakin mendukung sosial budaya
dalam masyarakat tentang pemilihan obat tradisional, maka semakin besar
kemungkinan masyarakat untuk memilih obat tradisional, karena kebiasaan dalam
masyarakat khususnya kebiasaan yang diturunkan dalam keluarga sangat mudah
diterima oleh masyarakat.
2. Informasi
Informasi adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan
digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Informasi dapat berupa
orang, lembaga, buku bacaan, dokumen, berita-berita dalam media cetak ataupun
elektronik dan sebagainya. Pada hasil penelitian (Ismail, 2015) bahwa semakin
banyak Informasi yang diperoleh masyarakat tentang pemilihan obat tradisional,
kemungkinan masyarakat memilih obat tradisional semakin tinggi karena
informasi dapat menambah wawasan responden terutama tentang obat tradisional.
3. Pendapatan
Masyarakat modern yang memiliki dana yang cukup pilihan pertama untuk
mengatasi penyakitnya tentu akan memilih dokter atau tenaga medis untuk
memeriksa dan memilihkan obat modern yang sesuai dengan keluhannya.
Sebaliknya, masyarakat yang kurang mampu langkah pertama untuk mengobati
penyakitnya adalah dengan membuat obat sendiri dari pengetahuan turun-temurun
atau mencari pengobatan alternatif yang diyakininya dapat menyembuhkan. Pada
hasil penelitian (Ismail, 2015) bahwa pendapatan berpengaruh terhadap pemilihan
obat tradisional. Mereka memilih menggunakan obat tradisional karena harga obat
tradisional yang lebih terjangkau dibandingkan dengan obat modern bahkan tanpa
dibeli cukup dipetik di perkarangan rumah. Sedangkan masyarakat yang memiliki
pendapatan tinggi cenderung menggunakan obat modern karena dianggap lebih
cepat bekerjanya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan mengenai penggunaan tradisonal pada dasarnya adalah bersifat
pewarisan dalam keluarga. Dalam hal ini keluarga menjadi tempat paling penting
dalam mempertahankan pengatahuan mengenai pengobatan tradisional. Pada hasil
penelitian (Liana, 2017) bahwa pengetahuan berpengaruh terhadap penggunaan

19
obat tradisional, hal ini dikarenakan adanya pengetahuan yang masih rendah
tentang obat modern menjadikan salah satu alasan mengapa obat tradisional
menjadi pilihan keluarga dalam penanganan masalah kesehatan.
5. Kepercayaan
Penggunaan obat tradisonal berkaitan dengan kepercayaan masyarakat.
Bentuk kepercayaan masyarakat karena hubungan dengan para pelaku
pengobatan. Pelaku pengobatan dalam hal ini bisa saja orang tua, tetangga
maupun teman. Pada hasil penelitian (Liana, 2017) bahwa kepercayaan
berpengaruh terhadap penggunaan obat tradisional, karena sebagian besar
masyarakat masih menggunakan obat tradisional dan meyakini bahwa obat
tradisional sangat manjur dalam penyembuhan penyakit. Masyarakat juga percaya
obat tradisonal tidak kalah manjurnya dengan obat modern berdasarkan
pengalaman secara turun-temurun.
6. Jarak Sarana Kesehatan
Jarak merupakan salah satu faktor yang penting bagi masyarakat guna
memanfaatkan pelayanan kesehatan. Pada umumnya seseorang akan mengunjungi
sarana pelayanan kesehatan jika merasa kondisi kesehatannya sudah jauh
menurun, tetapi juga dari beberapa masyarakat yang sudah mengalami penurunan
daya tahan tubuh namun tetap tidak ingin mengunjungi saranan pelayanan
kesehatan yang tersedia, masyarakat memilih untuk melakukan pengobatan
sendiri dengan cara tradisional. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian (Liana,
2017) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan obat atau obat
tradisional dalam upaya pengobatan sendiri di pedesaan bahwa jarak sarana
kesehatan mempengaruhi pemilihan sumber pengobatan.

20
2.4 Kerangka Konsep
Faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi penggunaan obat
tradisional:
Persepsi penggunaan Obat
1. Sosial budaya Tradisional
2. Informasi
3. Pendapatan
4. Pengetahuan
5. Kepercayaan
6. Jarak sarana kesehatan
Terdapat Hubungan atau tidak

Faktor-faktor yang mempengaruhi


kualitas hidup:
Baik
1. Jenis Kelamin
2. Usia
Keterangan:
3. Pendidikan Kualitas Hidup
4. Pekerjaan
5. Efikasi diri Kurang Baik
6. Dukungan dan motivasi sosial

: diteliti
: tidak diteliti
Gambar 2.5 Kerangka Konsep

21
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan
kuantitatif. Metode ini disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu
mendeskripsikan dan menganalisis mengenai persepsi penggunaan obat
tradisional dan hubungannya terhadap kualitas hidup pasien di Desa Pulungdowo,
Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Pengumpulan data bersumber dari data
primer dengan diperoleh data prospektif, yaitu kuesioner yang berisi pernyataan-
pernyataan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Desa Pulungdowo, Kecamatan Tumpang,
Kabupaten Malang. Pengambilan data untuk uji validitas dan uji reliabilitas
(survei) dilakukan pada Agustus - selesai

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah masyarakat Desa Pulungdowo,
Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang yang berjumlah 5.410 jiwa berdasarkan
data kependudukan terakhir pada bulan Juli tahun 2019.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini adalah sebagian masyarakat Desa Pulungdowo,
Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel
dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu digunakan untuk
menentukan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan

22
yang dikehendaki peneliti. Untuk menetapkan jumlah sampel dihitung dengan
metode Slovin menggunakan rumus (Gendro, 2011):
N
n= 2
1 +N e
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi = 5.410 jiwa
E = nilai presisi (tingkat kepercayaan 90%) = 0,1
Berdasarkan rumus di atas maka jumlah responden yang digunakan sebagai
sampel adalah:
5.410
n= 2
1 + 5.410 (0,1)
= 98,185 responden dibulatkan menjadi 100 responden
Jumlah minimal sampel yang harus diambil dan diberikan kuesioner
sebanyak 100 responden.

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi


3.4.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Masyarakat yang bersedia menjadi responden penelitian
2. Masyarakat yang berusia 17 – 60 tahun
3. Masyarakat yang pernah dan masih menggunakan obat tradisional
(berdasarkan data screening)
4. Masyarakat yang dapat membaca dan menulis
3.4.2 Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Masyarakat yang terganggu kesehatan jiwanya
2. Masyarakat dengan penyakit kronik

23
3.5 Variabel Penelitian
3.5.1 Variabel Bebas
Variabel bebas atau variabel independent adalah variabel yang
mempengaruhi variabel dependen. Variabel independen pada penelitian ini adalah
persepsi penggunaan obat tradisional.
3.5.2 Variabel Terikat
Variabel terikat atau variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi
oleh variabel independen. Variabel dependen pada penelitian ini adalah kualitas
hidup masyarakat.

3.6 Definisi Operasional Variabel


Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
Variabel Subvariabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur
Persepsi Pengetahuan Pengetahuan Kuesioner III 1. Sangat baik, Ordinal
penggunaan tentang pengertian, pernyataan bila x >
obat jenis dan sediaan No. 1-3 Mean+1,5 SD
tradisonal. obat tradisional. 2. Baik, bila
Aturan pakai Cara dan waktu Kuesioner III Mean+0,5 SD
penggunaan obat pernyataan <x<
tradisional No. 4-6 Mean+1,5 SD
Hasil dari Efek yang dirasakan Kuesioner III 3. Cukup, bila
penggunaan setelah pernyataan Mea -0,5 SD <
menggunakan obat No. 7-9 x < Mean+0,5
tradisional SD
4. Kurang, bila
Mean-1,5 SD
< x < Mean -
0,5 SD
5. Kurang
sekali, bila x <
Mean -1,5 SD
(Hapsari, 2011)

24
Variabel Subvariabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur
Kualitas hidup Fungsi fisik Aktivitas fisik mulai Kuesioner Hasil skor Ordinal
masyarakat dari aktivitas berat SF-36 yang responden
hingga aktivitas
di- distribusi data
ringan
Peranan fisik Mengalami modifikasi tidak normal,
kesulitan dalam ke dalam sehingga untuk
melakukan aktivitas
bahasa menentukan
sehari-hari
Peranan emosi Menggambarkan Indonesia kualitas hidup
perasaan sedih/ digunakan nilai
tertekan, rasa cemas median = 50.
Vitalitas Menggambarkan
1= kurang
perasaan seperti
rasa semangat, rasa berkualitas, < 50
lelah, rasa bosan
2=berkualitas
Kesehatan Menggambarkan
kondisi seperti baik, ≥ 50
mental
mudah gugup, (Fatma, 2018)
periang
Fungsi sosial Menggambarkan
aktivitas sosial
dengan keluarga,
teman, tetangga
Rasa nyeri Nyeri adalah
perasaan tidak
nyaman yang dapat
mengganggu
aktivitas sehari –
hari
Kesehatan Menggambarkan
umum kondisi/keadaan
kesehatan secara
umum

3.7 Instrumen Penelitian


3.7.1 Alat
Kuesioner digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang
hal-hal yang diketahui. Kuesioner berisi pertanyaan dan penyataan yang tersusun
dan mengacu pada permasalahan penelitian ini dan dibagi dalam empat bagian.
Bagian pertama berisi data screening responden. Bagian kedua berisi data diri

25
responden. Bagian ketiga berisi penyataan tentang persepsi penggunaan obat
tradisional yang mengacu pada kuesioner (Hapsari, 2011) dan kuesioner
(Merdekawati, 2016) dan bagian keempat berisi pertanyaan dan pernyataan
tentang kualitas hidup responden yang mengacu pada kuesioner SF-36 yang
dimodifikasi ke dalam bahasa Indonesia
3.7.2 Bahan
Data primer diperoleh langsung dari responden dengan cara survei
menggunakan kuesioner.

3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner


3.8.1 Uji Validitas
Validitas menunjukkan tingkat seberapa besar item-item instrumen mampu
mewakili konsep yang akan diukur. Validitas memuat tes yang menguji isi yang
relevan dengan tujuan yang akan diukur. Uji validitas dilakukan dengan
menggunakan korelasi Bivariate Pearson yaitu dengan mengkorelasikan masing –
masing skor item dengan skor total, selanjutnya membandingkan nilai r hitung
dan r tabel, jika r hitung lebih besar dari r tabel maka item dapat dikatakan valid
dan sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel maka item tidak valid. r hitung
dicari dengan menggunakan program SPSS versi 21, sedangkan r tabel dicari
dengan melihat tabel r (Sugiyono, 2015). Uji validitas dilakukan di Desa
Pulungdowo dengan jumlah responden sebanyak 50 orang.
Tabel 3.2 Nilai r tabel (Sugiyono, 2015)
Taraf Signifikan
N
5% 1%
45 0,294 0,380
46 0,291 0,376
47 0,288 0,372
48 0,284 0,368
49 0,281 0,364
50 0,279 0,361

26
3.8.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur mampu
menghasilkan nilai yang sama atau konsisten (Swarjana, 2016). Uji reliabilitas
biasa dilakukan dengan Cronbach’s Alpha di mana reliabilitas yang baik harus
memiliki nilai Alpha > 0,6 (Bahari, 2015).

3.9 Alur Kerja

Tahap Persiapan:
1. Menyusun proposal
2. Melakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner di Desa Pulungdowo dengan jumlah
responden sebanyak 50 orang
3. Mengurus surat izin
4. Perizinan kepada kepala Desa Pulungdowo Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang.

Tahap Pelaksanaan:
Penyebaran kuesioner

Desa Pulungdowo Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang

Tahap Pengolahan

Kuesioner I Kuesioner III Kuesioner IV


Kuesioner II
Data screening, untuk Pernyataan mengenai Pernyataan mengenai
Data responden, berisi jenis persepsi penggunaan obat
menyaring responden kualitas hidup masyarakat
kelamin, umur, pekerjaan, tradisional
yang pernah dan tidak setelah menggunakan
pendapatan, pertanyaan
pernah menggunakan obat obat tradisional
tentang obat tradisional
tradisional

Analisis Data
Uji ada atau tidaknya hubungan antara persepsi menggunakan obat
tradisional dengan kualitas hidup masyarakat

Gambar 3.1 Alur Kerja

27
Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan informasi langsung dari
masyarakat Desa Pulungdowo, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang dengan
menggunakan kuesioner. Tahapan penelitian sebagai berikut.
1. Tahap persiapan
a. Menyusun proposal penelitian dan melakukan uji validitas dan
reliabilitas kuesioner di Desa Pulungdowo.
b. Mempresentasikan proposal dalam sidang ujian proposal penelitian.
c. Mengurus surat izin penelitian setelah mendapat persetujuan dari
dosen pembimbing.
d. Melakukan izin penelitian kepada kepala Desa Pulungdowo,
Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang.
2. Tahap pelaksanaan
a. Menentukan sampel penelitian.
b. Melakukan pengambilan data ke Desa Pulungdowo dengan
menggunakan kuesioner.
3. Tahap pengolahan
a. Kuesioner I yaitu data screening
b. Kuesioner II yaitu data diri responden, meliputi jenis kelamin, umur,
pekerjaan, pendapatan, dan pertanyaan tentang obat tradisional
c. Kuesioner III yaitu pernyataan mengenai persepsi penggunaan obat
tradisional.
Pada kuesioner ini setiap butir pernyataan tersedia empat alternatif
jawaban, yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), STS (sangat tidak
setuju). Untuk penilaian item pernyataan skala dimulai dari skor empat sampai
satu (Hapsari, 2011).
Tabel 3.3 Skor pernyataan dalam skala Likert (Hapsari, 2011)
Jawaban Skor
Sangat setuju 4
Setuju 3
Tidak setuju 2
Sangat tidak setuju 1

28
d. Kuesioner IV yaitu pernyataan mengenai kualitas hidup masyarakat
setelah menggunakan obat tradisional
( Skor yang diperoleh - skor terendah )
Transformasi skor = × 100 (Melani, 2016)
Selisih skor tertinggi dan terendah
Hasil skor responden distribusi data tidak normal, sehingga untuk
menentukan kualitas hidup digunakan nilai median = 50. 1 = kurang berkualitas,
<50; 2 = berkualitas baik, ≥50 (Fatma, 2018).

3.10 Analisis Data


Analisis Bivariate merupakan analisis untuk mengetahui interaksi dua
variabel, baik berupa komparatif, asosiatif maupun korelatif. Untuk mengetahui
hubungan antara dua variabel, dilakukan uji statistik Rank Spearman dengan
tingkat signifikan 0,05 dengan software SPSS versi 21 untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
tergantung yang berskala ordinal (Sugiyono, 2015). Jika p value < α 0,05 maka H1
diterima. Sedangkan p value > α 0,05 maka H1 ditolak.
H0 = tidak terdapat hubungan antara persepsi penggunaan obat tradisional
terhadap kualitas hidup masyarakat Desa Pulungdowo, Kecamatan Tumpang,
Kabupaten Malang.
H1 = terdapat hubungan antara persepsi penggunaan obat tradisional terhadap
kualitas hidup masyarakat Desa Pulungdowo, Kecamatan Tumpang, Kabupaten
Malang.
Sebagai pedoman untuk memberikan interprestasi, peneliti menggunakan
satuan angka-angka sebagai berikut:
Tabel 3.4 Skor Koefisien Korelasi menurut Guilford (Arikunto, 2010).
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,019 Sangat rendah
0,20 – 0,339 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat

29
DAFTAR PUSTAKA

Andriati dan Wahjudi, R.M. 2016. Tingkat Penerimaan Penggunaan Jamu


sebagai Alternatif Penggunaan Obat Modern pada Masyarakat Ekonomi
Rendah-Menengah dan Atas. Surabaya: Universitas Airlangga

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.


2010. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2019. Persyaratan Keamanan dan Mutu
Obat Tradisional. Jakarta: BPOM RI

Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia. 2004. Ketentuan Pokok
Pengelompokan Dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia. Jakarta:
BPOM RI

Bahari, S. 2015. Model Peneltian Kuantitatif Berbasis SEM-Amos. Yogyakarta:


Deepublish.

Bobes J, Portilla G, Saiz PA, Bascaran T, Bausono M. 2005. Quality of life


measures in schizophrenia. European Psychiatry: 20: S313-17.

Elvina, Meity. 2011. Skoring Kualitas Hidup Ibu Post Partum Berdasarkan
Faktor-Faktor Demografi Ibu yang Diukur dengan Kuesioner Short Form-
36. (Tesis). Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Fatma, Titik R. 2018. Hubungan Motivasi Keluarga Dengan Kualitas Hidup


Pasien Yang Menjalani Hemodialisis. (Skripsi). Jombang: Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang

Fitriyani. 2017. Eksistensi Jamu Tradisional di Tengah Masyarakat Desa


Bragung Kecamatan Gulukguluk Kabupaten Sumenep dalam Pandangan
Teori Tindakan Sosial Max Weber. (Skripsi). Surabaya: Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel Surabaya

Gendro. 2011. Merancang Penelitian Bisnis dengan Alat Analisis SPSS.


Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Hadi, Akhmad K. 2019. Kecamatan Tumpang dalam Angka. Malang: Badan Pusat
Statistik Kabupaten Malang. Kurnia Offshet.

30
Hadi, Akhmad K. 2018. Kecamatan Tumpang dalam Angka. Malang: Badan Pusat
Statistik Kabupaten Malang. Kurnia Offshet.

Hapsari, Pascalia R. P. 2011. Korelasi Antara Persepsi Bahaya Bahan Kimia


Obat dan Perubahan Frekuensi Konsumsi Jamu Pegal Linu pada
Konsumen Kios Jamu di Eks Kotip Cilacap. (Skripsi). Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma

Hidayati dan Perwitasari. 2011. Persepsi Pengunjung Apotek Mengenai


Penggunaan Obat Bahan Alam Sebagai Alternatif Pengobatan Di
Kelurahan Muja Muju Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta.
Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Ismail. 2015. Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Masyarakat Memilih Obat


Tradisional Di Gampong Lam Ujong. Idea Nursing Journal. Politeknik
Kesehatan Kemenkes Aceh

Katno dan Pramono. 2010. Tingkat Manfaat Dan Keamanan Tanaman Obat dan
Obat Tradisional. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Integrasi Pengobatan


Tradisional Dalam Sistem Kesehatan Nasional. Surakarta: Departemen
Kesehatan (www.depkes.go.id)

Liana, Yunita. 2017. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keluarga dalam


penggunaan obat tradisional sebagai swamedikasi di Desa Tuguharum
Kecamatan Madang Raya. JKK, Volume 4, No 3, Oktober 2017: 121-128

Lis Nurrani, Supratman Tabba & Hendra S. Mokodompit. 2015. Local Wisdom in
the Utilization of Medicine Plants by Community Around Aketajawe
Lolobata National Park, North Maluku Province. Jurnal Penelitian Sosial
dan Ekonomi Kehutanan. 12(3): 163-175.

Maryani, H., Kristiana L., Lestari., W. 2016. Faktor dalam Pengambilan


Keputusan Pembelian Jamu Saintifik. Surabaya: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Melani, Fransisca. 2016. Evaluasi Kualotas Hidup Responden Hipertensi


menggunakan Instrumen SF-36: Kajian Faktor Usia dan Tingkat
Penghasilan di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY. (Skripsi). Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 1994. Persyaratan Obat Tradisional.


Jakarta

31
Merdekawati, Rima B. 2016. Gambaran Dan Tingkat Pengetahuan Penggunaan
Obat Tradisional Sebagai Alternatif Pengobatan Pada Masyarakat Rw 005
Desa Sindurjan, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo. (Skripsi).
Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Ningsih, Indah Yulia. 2016. Keamanan Jamu Tradisional. Jember: Universitas


Jember

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.


Rineka Cipta

Nurrani, L. dan Tabba, S. 2015. Kearifan suku Togutil dalam konservasi Taman
Nasional Aketajawe di wilayah hutan Tayawi Provinsi Maluku Utara.
Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian Balai Penelitian Kehutanan
Manado. Manado: Balai Penelitian Kehutanan Manado.pp.227-244.

Nursiyah. 2013. Studi Deskriptif Tanaman Obat Tradisional yang Digunakan


Orangtua Untuk Kesehatan Anak Usia Dini di Gugus Melati Kecamatan
Kalikajar Kabupaten Wonosobo. (Skripsi). Semarang: Universitas Negeri
Semarang

Oktarlina, Rasmi Z., Tarigan A., Carolia N., Utami E.R. 2018. Hubungan
Pengetahuan Keluarga dengan Penggunaan Obat Tradisional di Desa
Nunggalrejo Kecamatan Penggur Kabupaten Lampung Tengah. Lampung:
Universitas Lampung

Parwata, I Made Oka Adi. 2016. Diktat Obat Tradisional. Bali: Universitas
Udayana

Peraturan Menteri Kesehatan. 2016. Formularium Obat Herbal Asli Indonesia.


Jakarta

Pujiyanto. 2008. Faktor Sosio Ekonomi yang Mempengaruhi Kepatuhan Minum


Obat Antihipertensi. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional.

Purwaningsih, Noviana. 2018. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Instalasi Rawat Jalan
Rsud Dr. Moewardi Periode Februari-Maret 2018. (Skripsi). Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Ridha, P., Ardiyanto, D., Triyono, A. 2014. Efek Ramuan Jamu Insomnia
terhadap Kualitas Hidup Pasien Insomnia di Klinik “Hortus Medicus”
Tawangmangu. Badan Litbangkes Kementrian Kesehatan RI

Riset Kesehatan Dasar. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

32
Riset Kesehatan Dasar. 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Sari, Lusia Oktora Ruma Kumala. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional dengan
Pertimbangan Manfaat dan Keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian Vol.
III. No.1 ISSN : 1693-9883. (Online),
(https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/77274/Modul
%20SJ%20Keamanan%20Jamu_Indah%20Yulia%20Ningsih.pdf?
sequence=1), diakses 13 Maret 2020

Sastroamidjojo, S. 2001. Obat Asli Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Penerbit CV Alfabeta.

Sumayyah, Shofiah dan Salsabila, N. 2017. Obat Tradisional: Antara Khasiat dan
Efek Sampingnya. Sumedang: Universitas Padjadjaran.

Supardi, S., Herman, M, J., dan Raharni. R. 2010. Karakteristik Penduduk Sakit
yang Memilih Pengobatan Rumah Tangga di Indonesia (Analisis Data
Riskesdas 2007). Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Vol 13.

Supardi, S., Herman, M.J., Susyanty, A.L. 2009. Pengobatan Sendiri pada Pasien
Rawat Jalan Puskesmas di Delapan Kabupaten. Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan. Vol 13.

Swarjana, I. K. 2016. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Andi.

Veronika. 2016. Pola dan Motivasi Penggunaan Obat Tradisional untuk


Pengobatan Mandiri di Kalangan Masyarakat Desa Dieng Kecamatan
Kejajar Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah. (Skripsi). Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma

Walgito, B. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Andi Offset.

Wardhani, Rizki K. 2018. Kabupaten Malang dalam Angka. Malang: Badan Pusat
Statistik Kabupaten Malang. CV. Kurnia.

WHO. 1998. WHOQOL User Manual. Division of Mental Health and Prevention
Substance Abuse

33
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
PERSEPSI PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL DAN
HUBUNGANNYA TERHADAP KUALITAS HIDUP MASYARAKAT DI
DESA PULUNGDOWO, KECAMATAN TUMPANG,
KABUPATEN MALANG

Kami jamin kerahasiaan jawaban identitas dan informasi yang


Bapak/Ibu/Saudara/i berikan. Informasi hanya akan digunakan untuk
menunjang penelitian.

Obat tradisional adalah obat yang berasal dari bahan alam, seperti kunyit, jahe,
daun beluntas, daun sirsak dan lain sebagainya yang cara penggunaannya
dikonsumsi langsung, diseduh atau yang langsung diminum dari kemasannya

I. SCREENING
Petunjuk: Pilih salah satu jawaban Anda
1. Apakah Anda mengetahui tentang obat tradisional?
a. Tidak tahu, (Anda tidak perlu melanjutkan kuesioner ini, terimakasih…)
b. Tahu (Lanjutkan)
2. Apakah Anda mengkonsumsi obat tradisional lebih dari 1 kali?
a. Belum, (Anda tidak perlu melanjutkan kuesioner ini, terimakasih…)
b. Ya (Lanjutkan)

II. DATA RESPONDEN


(berilah tanda × pada jawaban yang sesuai dengan kondisi Anda)
1. Jenis kelamin Anda:
a. Pria b. Wanita
2. Umur Anda saat ini:
a. 17 - 30 tahun c. 41 – 50 tahun
b. 31 – 40 tahun d. 51 – 60 tahun

34
3. Pekerjaan Anda saat ini:
a. Wiraswasta d. Pelajar / Mahasiswa
b. PNS e. Tidak / belum bekerja
c. Pegawai Swasta f. Lainnya…..
4. Pendapatan rata – rata per bulan:
a. Belum berpenghasilan c. Rp500.000,00-Rp1.000.000,00
b. Kurang dari Rp500.000,00 d. Lebih dari Rp1.000.000,00
5. Dari mana Anda mengenal obat tradisional?
a. Keluarga d. Media massa
b. Teman (cetak/elektronik)
c. Tenaga Kesehatan e. Lainnya….
(dokter/apoteker)
6. Sudah berapa lama Anda meminum obat tradisional?
a. Kurang dari 1 tahun
b. 1 – 5 tahun
c. Lebih dari 5 tahun
7. Berapa kali Anda meminum obat tradisional dalam seminggu?
a. 1
b. 2–5
c. Lebih dari 5
8. Jenis obat tradisional apa yang sering Anda konsumsi?
a. Jamu (kunyit asam, jahe, beluntas, dll)
b. Obat hebal terstandar (tolak angin, kiranti, mastin)
c. Fitofarmaka (X-Gra, stimuno, rheumaneer)
d. Lainnya…
9. Bagaimana umumnya hasil yang Anda rasakan setelah meminum obat
tradisional?
a. Sembuh total
b. Sembuh sementara / hanya meredakan gejala
c. Tambah parah
d. Tidak ada khasiatnya

35
Petunjuk
Baca dan pahami setiap pernyataan dengan baik kemudian berilah tanda
() pada kolom yang telah tersedia. Pilihan jawaban atas pernyataan-
pernyataan tersebut adalah sebagai berikut:
STS : bila Anda menjawab Sangat Tidak Setuju terhadap pernyataan
TS : bila Anda menjawab Tidak Setuju terhadap pernyataan
S : bila Anda menjawab Setuju terhadap pernyataan
SS : bila Anda menjawab Sangat Setuju terhadap pernyataan
Jawaban yang diberikan tidak akan mendapatkan penilaian BENAR atau
SALAH, sebab jawaban yang paling benar adalah yang sesuai dengan apa
yang Anda ketahui.
Contoh:
No Penyataan SS S TS STS
1. Saya cinta kebudayaan Indonesia 

III. PERNYATAAN MENGENAI PERSEPSI PENGGUNAAN OBAT


TRADISIONAL
No Penyataan SS S TS STS
1. Obat tradisional adalah campuran bahan-bahan
alami yang berasal dari tumbuhan, hewan,
mineral, galenika, atau campuran dari bahan
tersebut yang secara turum temurun telah
digunakan untuk pengobatan.
2. Obat tradisional dikelompokkan menjadi 3 jenis
yaitu Jamu, Obat Herbal Terstandar (OHT), dan
Fitofarmaka.
3. Obat tradisional hanya tersedia dalam bentuk
minuman atau seduhan.
4. Obat tradisional dapat diminum setiap hari.
5. Semua obat tradisional aman diminum kapan saja.

36
6. Penggunaan obat tradisional harus sesuai dosis
dan aturan pakai.
7. Penggunaan obat tradisional dalam jangka
panjang dapat membahayakan kesehatan.
8. Efek obat tradisional terhadap tubuh terjadi secara
cepat.
9. Obat tradisional dapat menyembuhkan lebih dari
satu penyakit.

IV. PERNYATAAN MENGENAI KUALITAS HIDUP MASYARAKAT


(SF-36)
1. Setelah menggunakan obat tradisional, bagaimana Anda mengatakan kondisi
kesehatan Anda saat ini?
a. Sangat baik sekali d. Cukup baik
b. Sangat baik e. Buruk
c. Baik
2. Bagaimana kesehatan Anda setelah menggunakan obat tradisional,
dibandingkan satu tahun yang lalu?
a. Sangat lebih baik d. Lebih buruk
b. Lebih baik e. Sangat buruk
c. Sama saja
Pertanyaan di bawah ini tentang aktivitas fisik yang biasa Anda lakukan sehari-
hari. Apakah setelah menggunakan obat tradisional, aktifitas Anda menjadi
terbatas atau terganggu? Jika ya, seberapa banyak?
Keterangan:
SM = Sangat Membatasi
SdM = Sedikit Membatasi
TM = Tidak Membatasi

No Penyataan SM SdM TM

37
3. Anda membatasi aktivitas yang membutuhkan
banyak energi, mengangkat benda berat,
melakukan olah raga berat.
4. Anda membatasi aktivitas ringan seperti
memindahkan meja, menyapu, joging/jalan santai.
5. Anda membatasi aktivitas mengangkat atau
membawa barang ringan sekitar 3-5 kg (misalnya
belanjaan, tas)
6. Anda membatasi untuk menaiki beberapa anak
tangga
7. Anda membatasi untuk menaiki satu tangga
8. Anda membatasi menekuk leher/tangan/kaki,
bersujud atau membungkuk
9. Anda membatasi berjalan lebih dari 1,5 km
10. Anda membatasi berjalan sekitar 50 rumah (1 km)
11. Anda membatasi berjalan sekitar 10 rumah (500
m)
12. Anda membatasi mandi atau memakai baju sendiri.

Setelah menggunakan obat tradisional, selama 4 minggu terakhir apakah Anda


mengalami masalah dengan pekerjaan Anda atau aktivitas Anda sehari-hari
sebagai akibat dari masalah Anda?
No Penyataan Ya Tidak
13. Anda mengurangi jumlah waktu yang Anda gunakan
untuk bekerja atau aktifitas lain.
14. Anda menyelesaikan pekerjaan tidak tepat pada
waktunya.
15. Anda membatasi beberapa pekerjaan atau aktifitas lain.
16. Anda mengalami kesulitan dalam melakukan pekerjaan
atau aktivitas lain (misalnya yang membutuhkan energi

38
ekstra seperti mendongkrak/bertukang, mencuci).

Setelah menggunakan obat tradisional, selama 4 minggu terakhir, apakah Anda


pernah mengalami masalah dalam pekerjaan atau aktifitas sehari-hari lainnya
terkait dengan perasaan atau emosi (perasaan tertekan atau cemas)?
No Penyataan Ya Tidak
17. Anda mengurangi jumlah waktu yang Anda gunakan
untuk bekerja atau aktifitas lain.
18. Anda menyelesaikan pekerjaan lebih sedikit dari
biasanya.
19. Anda dalam melakukan pekerjaan atau kegiatan lain tidak
berhati-hati sebagaimana biasanya.

20. Dalam 4 minggu terakhir setelah menggunakan obat tradisional, seberapa


besar kesehatan fisik Anda atau masalah emosional menganggu aktivitas
sosial Anda seperti biasa dengan keluarga, teman, tetangga atau perkumpulan
Anda?

a. Tidak b. Sedikit c. Cukup d. Mengganggu e. Sangat


mengganggu mengganggu mengganggu sekali mengganggu
sekali

21. Setelah menggunakan obat tradisional, seberapa besar Anda merasakan nyeri
pada tubuh Anda selama 4 minggu terakhir

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
a.
b. Nyeri c. Nyeri d. Nyeri f. Sangat
Tidak e. Nyeri sekali
sangat ringan ringan sedang nyeri sekali
nyeri

39
22. Setelah menggunakan obat tradisional, dalam 4 minggu terakhir bagaimana
rasa nyeri tubuh mempengaruhi aktivitas Anda di dalam ruangan dan di luar
ruangan?

a. Tidak b. Sedikit c. Cukup d. Mengganggu e. Sangat


mengganggu mengganggu mengganggu sekali mengganggu
sekali

40
Pertanyaan di bawah ini adalah tentang bagaimana perasaan Anda setelah
menggunakan obat tradisional dalam 4 minggu terakhir, untuk setiap pertanyaan
silahkan beri 1 jawaban yang paling sesuai dengan perasaan Anda.
Keterangan:
S = Selalu KK = Kadang-kadang
HS = Hampir Selalu J = Jarang
CS = Cukup Sering TP = Tidak Pernah

No Pertanyaan S HS CS KK J TP
23. Apakah Anda merasa penuh semangat?
24. Apakah Anda orang yang sangat gugup?
25. Apakah Anda merasa sangat tertekan
dan tak ada yang dapat menghibur
Anda?
26. Apakah Anda merasa tenang dan
damai?
27. Apakah Anda memiliki banyak tenaga?
28. Apakah Anda merasa putus asa &
sedih?
29. Apakah Anda merasa bosan?
30. Apakah Anda seorang yang periang?
31. Apakah Anda merasa cepat lelah?

32. Setelah menggunakan obat tradisional dalam 4 minggu terakhir seberapa


sering kesehatan fisik Anda atau masalah emosi mempengaruhi kegiatan
sosial Anda (seperti mengunjungi teman, saudara dan lain-lain)?
a. Selalu
b. Hampir selalu
c. Kadang-kadang
d. Jarang
e. Tidak pernah

41
Setelah menggunakan obat tradisional, menurut Anda sejauh mana
kebenaran pernyataan berikut menggambarkan keadaan kesehatan Anda.
Keterangan:
B = Benar
BS = Benar Sekali
TT = Tidak Tahu
S = Salah
SS = Salah Sekali
No Pertanyaan B BS TT S SS
33. Saya merasa sepertinya rentan menderita
sakit.
34. Saya sama sehatnya seperti orang lain.
35. Saya merasa kesehatan saya makin
memburuk.
36. Kesehatan saya sangat baik.

42
Form Integrasi Proposal Penelitian dan PkM Dalam
Pembelajaran

Nama Dosen : Anggi Restyana, S.Farm, M.Farm., Apt


Judul Penelitian : Hubungan Persepsi Penggunaan Obat Tradisional
Dengan Kualitas Hidup Masyarakat Desa
Pulungdowo Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang
Nama Mata Kuliah : Komunikasi dan konseling

Penjelasan Integrasi Penelitian/ Pengabdian Masyarakat Dalam Pengajaran :


Salah satu topik Komunikasi dan konseling yaitu Persepsi Penggunaan Obat
Tradisional Dengan Kualitas Hidup dengan melakukan penyuluhan konseling
kepada pasien/masyarakat . Sehingga pada penelitian ini dapat dijadikan untuk
mengetahui Persepsi Penggunaan Obat Tradisional Dengan Kualitas Hidup

Keterangan:
*Wajib melampirkan bahan ajar/ RPS sebelum dilakukan integrasi
Mengetahui,
Dekan

Sri Haryuni, S.Kep.Ns.M.Kep


NIDN. 0701058301

44
UNIVERSITAS KADIRI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 FARMASI

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

MATA KULIAH KODE RUMPUN BOBOT (sks) SEMESTE TGL. PENYUSUNAN


MATA KULIAH R
(RMK)

KOMUNIKASI KF3497 MKB 2 7 29 Agustus 2020


DAN
KONSELING

OTORISASI Dosen Pengembang RPS Koordinator RMK Ka PRODI

Elly Rakhmawati R. M.Farm., Apt Anggi Restyana, Mujtahid Bin Abd Kadir., M.Farm., Apt
M.Farm., Apt

Capaian Capaian Pembelajaran Lulusan Program Studi (CPL-Prodi)


Pembelajaran
(CP) S: Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama, moral dan etika
P: Mampu menguasai pengetahuan tentang manajemen farmasi, sosio-farmasi, hukum dan etik farmasi,
teknik komunikasi, serta prinsip dasar keselamatan kerja
KU: Mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks penyelesaian masalah di bidang
keahliannya, berdasarkan hasil analisis informasi dan data
KK: Mampu mencari, menyiapkan, dan memberikan informasi tentang obat dan pengobatan
1. Mampu mencari, mengevaluasi dan menyiapkan informasi.
2. Mampu memberikan informasi tentang sediaan farmasi.
3. Mampu melakukan promosi penggunaan obat yang rasional & hidup sehat.
Capaian Pembelajaran Lulusan yang dibebankan pada mata kuliah (CPL-MK)

Setelah mengikuti kuliah mahasiswa diharapkan:


 Mengenal, memahami dan menjelaskan Pelayanan Kefarmasian dan dapat menerapkan komunikasi
43
efektif secara verbal dan non verbal dengan pasien dan keluarganya, masyarakat dan tenaga
kesehatan.
 Mampu menyusun dan membuat lembar informasi obat terutama untuk pasien dan masyarakat
 Mampu memberikan dan melaksanakan pelayanan informasi obat kepada pasien dan keluarganya,
masyarakat dan tenaga kesehatan
 Mampu melaksanakan konseling obat kepada pasien
Diskripsi Singkat Matakuliah Komunikasi dan Konseling akan membahas pengertian tentang psikologi pada Pelayanan
Mata Kuliah Kefarmasian; komunikasi; pengertian, tujuan dan manfaat komunikasi, komunikasi efektif, etika komunikasi;
konseling dan sistem informasi obat serta pelayanan informasi obat.
Materi 1. Definisi psikologi secara umum, manusia dan empati dan type pasien (Pasien farmakologis, pasien
Pembelajaran / psikomatis, pasien psikologis)
Pokok Bahasan 2. Definisi tentang komunikasi, pengertian komunikasi, unsur komunikasi dan ciri-ciri komunikasi
3. Prinsip komunikasi, tujuan dan manfaat komunikasi, type komunikasi (antar pribadi, publik, massa,
dll) dan komunikasi efektif
4. Pelaksanaan dan melaksanakan komunikasi
5. Penjelasan dan melaksanakan pelayanan informasi obat
6. Membuat informasi tertulis dan pelayanan informasi obat bagi profesional
7. Membuat leaflet tentang obat kepada pasien
8. Membuat news letter tentang obat kepada pasien
9. Melaksanakan pelayanan informasi obat kepada pasien
10. Melaksanakan penyuluhan tentang obat kepada pasien
11. Melaksanakan konseling kepada pasien rawat jalan
Pustaka Utama :

1. Berardi,R.R., McDermott, Newton, G.D., Oszko, M.A., Popovich, N.G., Rollins,C.J., Shimp, L.A.,
Tietze,K.J., 2002, Handbook of Nonprescription Drugs, An Interactive Approach to Self-Care, 14th
Ed., American Pharmacists Association, Washington DC.
2. Berger, B.A., 2005, Communication Skills for Pharmacists, Building Relationship, Improving Patient
Care, 2nd Ed., American Pharmacists Association, Washington DC.
3. Glanz,K.,Lewis,F.M.,Rimer,B.,1997, Health Behavior and Health Education, 2nd Ed., Jossey-Bass
Publisher, California.

44
4. Rantucci,M.J.,1997, Pharmacist Talking with Patients, A Guide to Patient Counseling,1th Ed.,
Williams & Winkins, Baltimore, Maryland.
5. Tindall,W.N.,Beardsley,R.S.,Kimberlin.C.L.,1994, Communication Skills in Pharmacy Practice,A
Practical Guide for Students and Practitioners, 3rd Ed., Lea & Febiger, Baltimore, Maryland.
Pendukung :

Media Software : Hardware :


Pembelajaran
Laptop, LCD
……………………………………………

Nama Dosen
Pengampu

Matakuliah KF3265 MANAJEMEN FARMASI


Syarat

Kegiatan pembelajaran:
Ming Kemampuan Bahan kajian Bentuk dan Estimas Pengalaman Belajar Kriteria Indikator Penilaian Bobot
gu Ke Akhir Yang Metode i Mahasiswa dalam & Bentuk Penilai
Direncanaka (Materi Pembelajaran) Pembelajara Waktu deskripsi tugas Penilaian an (%)
n/ atau isilah n
lain yang
setara

(Sub-CP-

45
MK)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Mampu Kontrak Perkuliahan Bentuk 2x50’ 1. Mahasiswa Non test: 1. Ketepatan dalam 5
menjelaskan Definisi psikologi Pembelajara mencari informasi menjelaskan
definisi secara umum n: dari berbagai psikologi pasien
psikologi 1. Manusia dan Kuliah sumber tentang secara umum
Kriteria:
secara empati psikologi secara 2. Ketepartan dalam
umum, 2. Type pasien Metode : umum Penugas menyebutkan
manusia dan (Pasien Ceramah 2. Mahasiswa an Materi dan menjelaskan
empati dan Farmakologis, FGD mengkaji dan type pasien
type pasien Pasien mendiskusikan 3. Penguasaan
(Pasien Psikosomatis , psikologi secara materi dalam
farmakologis, Pasien Psikologis ) umum dan tipe Bentuk penyampaian
pasien tipe pasien Penilaian hasil diskusi
psikomatis, 3. Mahasiswa : 4. Daya tarik dan
pasien membuat resume kreatifitas dalam
psikologis) dan Resume mempresentasika
(C1) mempresentasikan Presenta n hasil diksusi
hasil diskusi si kelompok
kelompoknya

2 Mahasiswa Definisi Komunikasi Bentuk 2x50’ 1. Mahasiswa Non test: 1. Ketepatan dalam 10
dapat Kesehatan Pembelajara mencari informasi menjelaskan
menjelaskan n: dari berbagai komuniksi, unsur
definisi 1. Pengertian Kuliah sumber tentang komunikasi dan
komunikasi Kriteria:
tentang komunikasi ciri ciri
komunikasi, 2. Unsur komunikasi Metode : kesehatan komunikasi yang
Penugas
pengertian 3. Ciri-ciri komunikasi Ceramah 2. Mahasiswa baik dalam
an Materi
komunikasi, FGD mengkaji dan memberikan
unsur mendiskusikan informasi obat
komunikasi komunikasi 2. Penguasaan
dan ciri-ciri kesehatan Bentuk materi dalam

46
komunikasi 3. Mahasiswa Penilaian penyampaian
(C2) membuat resume : hasil diskusi
dan 3. Daya tarik dan
mempresentasika Resume kreatifitas dalam
n hasil diskusi Presenta mempresentasika
kelompoknya si n hasil diksusi
kelompok

3 Mahasiswa Prinsip komunikasi Bentuk 2x50’ 1. Mahasiswa mencari Non test: 1. Ketepatan dalam 10
dapat Pembelajara informasi dari menjelaskan
menjelaskan 1. Tujuan dan n: berbagai sumber prinsip
manfaat Kuliah tentang prinsip komunikasi,
(C2) tentang Kriteria:
komunikasi komunikasi tujuan dan
prinsip
2. Type komunikasi Metode : 2. Mahasiswa manfaat
komunikasi, Penugas
3. Komunikasi efektif Ceramah mengkasji dan komunikasi
tujuan dan an Materi
FGD mendiskusikan 2. Ketepatand alam
manfaat
tentang prinsip menyebutkan
komunikasi, komunikasi dan menjelaskan
type 3. Mahasiswa Bentuk type komunikasi
komunikasi membuat resume Penilaian dan komunikasi
(antar pribadi, dan : yang efektif
publik, mempresentasikan 3. Penguasaan
massa, dll) hasil diskusi Resume materi dalam
dan kelompoknya Presenta penyampaian
komunikasi si hasil diskusi
efektif 4. Daya tarik dan
kreatifitas dalam
mempresentasika
n hasil diksusi
kelompok
4 Mahasiswa Pelaksanaan Bentuk 2x50’ 1. Mahasiswa mencari Non test: 1. Ketepatan dalam 5
dapat Komunikasi Pembelajara informasi dari menjelaskan
menjelaskan n: berbagai sumber ambatan dan

47
pelaksanaan 1. Hambatan dan Kuliah tentang Kriteria: gangguan
(C2) dan gangguan pelaksanaan komunikasi
melaksanaka komunikasi Metode : komunikasi Penugas 2. Ketepatand alam
n (P1) 2. Cara penyampaian Ceramah 2. Mahasiswa an Materi penyelesaian
komunikasi pesan secara FGD mengkaji dan hambatan dan
verbal dan non mendiskuskikan gangguan dalam
verbal tentang pelaksnaan Bentuk komunikasi
3. Faktor-faktor komunikasi ‘ketepatan dalam
Penilaian
keberhasilan 3. Mahasiswa mempraktekkan
:
komunikasi membuat resume dan
4. Etika komunikasi dan Resume mensimulasikan
5. Komunikasi mempresentasikan Presenta etika komukasi
apoteker pada hasil diskusi yang baik
si
pasien kelompoknya 3. Penguasaan
materi dalam
penyampaian
hasil diskusi
4. Daya tarik dan
kreatifitas dalam
mempresentasika
n hasil diksusi
kelompok
Mahasiswa Pelayanan Informasi Bentuk 2x50’ 1. Mahasiswa mencari Non test: 1. Ketepatan dalam 10
5 dapat Obat Pembelajara informasi dari menjelaskan dan
menjelaskan 1. Definisi n: berbagai sumber melaksanakan
(C2) dan 2. Konsep Informasi Kuliah tentang pelayanan pelayanan
Kriteria:
melaksanaka Obat informsi obat informasi obat
n (P1) 3. Jenis dan lingkup Metode : 2. Mahasiswa Penugas 2. Penguasaan
informasi obat Ceramah mengkaji dan an Materi materi dalam
pelayanan
4. Tujuan pelayanan FGD mendiskusikan penyampaian
informasi
informasi obat tentang pelayanan hasil diskusi
obat 5. Sasaran dan informasi obat 3. Daya tarik dan
prioritas 3. Mahasisa membuat Bentuk kreatifitas dalam
pemberian resume dan Penilaian mempresentasika

48
informasi obat mempresentasikan : n hasil diksusi
6. Sumber informasi hasil diskusi kelompok
obat dan sarana kelompoknya Resume
yang dibutuhkan Presenta
Penelusuran si
pustaka

6 Mahasiswa Pelayanan Informasi Bentuk 2x50’ 1. Mahasiswa mencari Non test: 1. Ketepatan dalam 10
dapat Obat bagi profesional Pembelajara informasi dari menjelaskan
menjelaskan n: berbagai sumber pelayanan
(C2), 1. Kategori informasi Kuliah tentang pelayanan informasi obat
obat Kriteria:
membuat informasi obat bagi ynag baik bagi
informasi 2. Kebutuhan Metode : profesional profesional
Penugas
(C5) tertulis informasi obat bagi Ceramah 2. Mahasiswa 2. Penguasaan
an Materi
dan profesional FGD mengkaji dan materi dalam
pelayanan 3. Teknik menjawab mendiskusikan penyampaian
informasi pertanyaan (lisan tentang pelayanan hasil diskusi
obat bagi dan tulisan) informasi obat bagi Bentuk 3. Daya tarik dan
profesional 4. Informasi yang profesional Penilaian kreatifitas dalam
menunjang Komite 3. Mahasiswa : mempresentasika
di RS membuat resume n hasil diksusi
dan Resume kelompok
mempresentasikan Presenta
hasil diskusi si
kelompoknya

UTS

8 Mahasiswa Pembuatan leaflet Bentuk 2x50’ 1. Mahasiswa mencari Non test: 1. Ketepatan 5
mampu tentang penggunaan Pembelajara informasi dari dalam
membuat obat n: berbagai sumber menjelaskan
leaflet 1. Pembuatan Leaflet Kuliah tentang pembuatan pembuatan
Kriteria:
tentang obat 2. Cara sosialisasi leaflet leaflet

49
kepada leaflet obat Metode : 2. Mahasiswa berlatih Penugas 2. Keahlian dan
pasien (C5) terhadap paseien Ceramah membuat leaflet an Materi kreatifitas
FGD 3. Mahasiswa dalam
mempresentasikan pembuatan
hasil diskusi leaflet
Bentuk 3. Kebenaran isi
Penilaian leftlet
: 4. Penguasaan
materi dalam
Resume
penyampaian
Presenta hasil diskusi
si 5. Daya tarik dan
kreatifitas
dalam
mempresentasi
kan hasil
diksusi
kelompok
9 Mahasiswa Pembuatan news Bentuk 2x50’ 1. Mahasiswa mencari Non test: 1. Ketepatan 5
mampu letter tentang Pembelajara informasi dari dalam
membuat penggunaan obat n: berbagai sumber menjelaskan
news letter 1. Pembuatan news Kuliah tentang pembuatan newsletter obat
Kriteria:
tentang obat letter news letter 2. Kebenaran isi
kepada 2. Cara sosialisasi Metode : 2. Mahasiswa berlatih Penugas newsletter obat
pasien (C5) news letter tentang Ceramah membuat an Materi 3. Penguasaan
penggunaan obat FGD newsletter materi dalam
3. Mahasiswa penyampaian
mempresentasikan hasil diskusi
hasilkerjanya Bentuk 4. Daya tarik dan
Penilaian kreatifitas
: dalam
mempresentasi
Resume kan hasil
Presenta diksusi

50
si kelompok

10,1 Mahasiswa Simulasi pemberian Bentuk 2x2x 1. Mahasiswa mencari Non test: 1. Ketepatan 10
1 mampu informasi obat pada Pembelajara 50’ informasi dari dalam
melaksanaka pasien rawat jalan n: berbagai sumber menjelaskan
n pelayanan dan rawat inap Kuliah 2. Mahasiswa pelaksanaan
Kriteria:
informasi mengkaji dan pelayanan
obat kepada 1. Simulasi Metode : mendiskusikan Penugas informasi obat
pasien (C3) pemberian obat Ceramah pelaksanaan an Materi pada pasien
pada FGD pelayanan 2. Ketepatan
pasien/masyarakat informasi obat dalam
2. Cara konseling kepada pasien melakukan
dan komunikasi rawat inap Bentuk simulasi
pelayanan obat 3. Mahasiswa Penilaian pemberian
kepada membuat resume : informasi obat
pasien/masyarakat dan kepada pasien
mempresentasikan Resume 3. Penguasaan
hasil diskusi Presenta materi dalam
kelompoknya si penyampaian
hasil diskusi
4. Daya tarik dan
kreatifitas
dalam
mempresentasi
kan hasil
diksusi
kelompok
12,1 Mahasiswa Simulasi penyuluhan Bentuk 2x2x 1. Mahasiswa mencari Non test: 1. Ketepatan 15
3 mampu obat kepada pasien Pembelajara 50’ informasi dari dalam
melaksanaka rawat jalan dan rawat n: berbagai sumber memberikan
n penyuluhan inap Kuliah 2. Mahasiswa pelayanan
Kriteria:
tentang obat 1. Simulasi mengkaji dan penyuluhan

51
kepada pemberian obat Metode : mendiskusikan Penugas informasi obat
pasien (C3) pada pasien rawat Ceramah tentang an Materi kepada pasien
jalan dan rawat FGD pelaksanaan 2. Penguasaan
inap penyuluhan obat materi dalam
2. Cara konseling kepada pasien penyampaian
dan komunikasi rawat inap dan Bentuk hasil diskusi
kepada pasien rawat jalan Penilaian 3. Daya tarik dan
rawat inap dan 3. Mahasiswa : kreatifitas
eawat jalan membuat resume dalam
Resume
dan mempresentasi
mempresentasikan Presenta kan hasil
hasil diskusi si diksusi
kelompoknya kelompok

14,1 Mahasiwa Simulasi konseling Bentuk 2x2x 1. Mahasiswa mencari Non test: 1. Ketepatan 15
5 mampu untuk pasien rawat Pembelajara 50’ informasi dari dalam
melaksanaka jalan n: berbagai sumber menjelaskan
n konseling 1. Simulasi konseling Kuliah tentang konseling dan
Kriteria:
kepada untuk pasien rawat pasien rawat inap melaksanakan
pasien rawat jalan Metode : dan jalan Penugas konseling obat
2. Cara konseling Ceramah 2. Mahasiswa an Materi bagi pasien
jalan (C3)
dan komunikasi FGD memngkajid an rawat inap dan
kepada pasien mendiskusikan rawat jalan
rawat jalan konseling untuk 2. Penguasaan
pasien rawat inap Bentuk materi dalam
dan rawat jalan Penilaian penyampaian
3. Mahasiswa : hasil diskusi
membuat resume 3. Daya tarik dan
dan Resume kreatifitas
mempresentasikan Presenta dalam
hasil diskusi si mempresentasi
kelompoknya kan hasil
diksusi
kelompok

52
UAS

53
54

Anda mungkin juga menyukai