Anda di halaman 1dari 3

CROIRE A L’AMOUR

Di pagi hariku, aku melihat seekor burung yang berkicau dengan begitu indahnya.
Dalam kebiasaanku sebagai yang “mencintai untuk memahami” dapat berkata bahwa tujuan
dia melakukan itu memiliki “sebab dan akibat”. Sebabnya susah untuk dimengerti, karena
aku tidak bisa melihat dengan jelas dalam aku sebab dia ada dalam dia. Aku menerka, hal itu
dilakukan supaya menarik perhatian pasangannya. Ternyata tidak ada kekasihnya (betina) di
sana. Aku menerka dia sedang pamer. Kecil kemungkinannya, karena di sekelilingnya hanya
ada ia seekor. Apakah gerangan yang hendak ia sampaikan?

Di dalam rasa penasaranku, aku memikirkan makna terhadap pesan melalui suara.
Apakah ini pesan suara? Apakah ini tanda peringatan? Kepada siapa? Kepadaku? Bagaimana
mungkin seekor burung mengerti tentang aku dan keberadaanku. Apakah aku lari dari
jalurku? Apa yang terjadi dengan diriku? Sahutku: lupakanlah… ini hanya khayalanku yang
menariku jauh dari kenyataanku.

Sembari aku tersenyum dengan senyuman manis (beautiful situation) yang


menghangatkan ini. Tiba-tiba aku menemukan inspirasi tentang cara hidup yang sejati, yaitu
memiliki ciri khas terhadap sesuatu yang pasti (noble goal). Inspirasi itu muncul melalui
seorang tokoh beriman, yang mungkin bisa aku sebut père. Cara hidupnya membuat aku
mengaku bahwa aku mau hal itu. Artinya membasahi hati (spiritual medicine) dengan
kekuatan yang mampu menjawab segala perkara (bdk. Filipi 4:13) yang membuat kekeringan
(membawa saya kepada kesadaran). Hal ini mengingatkan saya akan perkataan orang Jerman:
“We love life, not because we are used to living, but because we are used to loving” . Dan
jelas bahwa père, membuat itu nyata. Dia memerangi semangat “nihilisme”. Père berkata:
κατὰ σκοπὸν διώκω εἰς τὸ βραβεῖον τῆς ἄνω κλήσεως τοῦ Θεοῦ ἐν Χριστῷ Ἰησοῦ. Père lari
kepada kemulian Allah. Allah membuat kekosongan itu terisi. Melalui apa yang ia hayati, itu
benar-benar memancarkan Tuhan itu benar-benar ada. Père memiliki hati yang tulus kepada
Allah. Dia tidak neko-neko meskpiu dalam keadaan darurat atau pun pengaruh sekularisme,
atau pun si Rousseau yang mengajarkan perubahan. Dia tetap mencintai Allah. Hatinya se
dalam Palung Mariana, samudara pasifik. Melalui kekuatan hati itu, ia menjadi pribadi yang
bersih akan hasrat untuk kalah dalam kemuliaan Tuhan.

Aku mengenal Père ketika aku berusia 18 tahun. Saat itu aku masih polos (haven't
explored love). Menjadi menarik jalanku untuk berkenalan terhadap beliau adalah melalui
beberapa buku. Aku sempat merenung: apakah aku dapat mencintai seseorang hanya melalui
sebuah gambaran yang dijelaskan oleh buku. Aku belum menemukan cintaku terhadapnya.
Beberapa bulan berlalu, aku pun masuk ke dalam situasi untuk mengenal dia untuk lebih
dalam lagi. Dan aku pun bisa berdoa dengan kata-kata yang sama, yang pernah di katakana
oleh rekannya “Ya Tuhan tunjukkan padaku seseorang yang engkau takdirkan untuk
membimbingku”. Dan ternyata Tuhan tidak pernah melupakan hambanya. Bahkan Tuhan
menawarkan yang lebih baik lagi. “Bagi Tuhan tak ada yang mustahil”. Aku dapat
mengenalnya melalui banyak pribadi. Yaitu melalui “saudara-saudariku”. Aku dikenalkan
dengan cara hidup yang begitu “elegan dan menarik”. Aku merasakannya ketika aku hadir
(with all myself) di komunitasku. Aku memperhatikannya. Ketenangannya menarik perhatian.
Dan itulah yang juga kurasakan.

Bagiku, hidupnya memiliki sesuatu yang istimewa. Letak keistimewaannya tidak bisa
digambarkan apabila aku hanya mengenalnya sebagai pendahulu saja. Tapi Ketika aku
mengenalnya sebagai kata “Good Man” maka aku sudah masuk untuk memahaminya. Aku
memahami dia yang telah memberikan aku makanan pengertian (to understand how to live as
a child of a holy heart). Pengertian tentang jalan hidup yang telah di setujui bersama. Aku
bersyukur karena telah di beri kesempatan untuk mengenal dia yang menjadi panutan. Hidup
menurut ajaran mereka merupakan sesuatu yang indah dan benar.

Dia mengajarkan hal baik. Dia memiliki pengalaman melihat sebuah vision. Dia
melaksanakan vision itu menjadi nyata. Di manakah visionku? Ada...Tetapi, aku
bingung...Apakah bisa menjadi kenyataan? Pasti bisa...Caranya: masa lalu adalah kenangan
sebagai pelajaran – masa depan adalah hal baik yang kita harapkan – sekarang adalah hadiah
yang perlu kita rasakan. Meskipun sekarang adalah adalah hadiah, maka sebainya hadiah itu
berjalan bersama pengharan pembaharuan dan niat yang baik ke depannya. Yaaa...Seakan aku
diajak untuk menjadi sadar supaya menjadi pribadi yang produkrif dan mampu melakukann
sesuatu untuk kebaikan dan kemajuan yang akan menjadi kenyataan. Yaaa...Setidaknya, aku
tidak hurus mengikuti hal-hal sederhana

Syukur kepada Tuhan, sebab ia telah memberikan hal indah yang mengajarkanku
menjadi dewasa dalam iman, kasih dan pengharapan. Aku berada dalam hati yang tepat. Aku
harus menempatkan hati itu di tempat yang tepat. Seperti dia memberikan hati yang tepat,
bagi semua yang akan memiliki tempat, di hati yang tepat. Tuhan aku sadar, jadikanlah aku
anak yang setia.
Fr. Andre, SSCC

Anda mungkin juga menyukai