Aku, seorang pemuda bernama Rifki, merenungi kehidupan yang terasa semakin
datar dan tak berarti. Di tengah hiruk-pikuk kota besar, aku seperti tersesat dalam
kehampaan. Hidupku yang dulu penuh semangat dan tujuan, kini terasa hambar,
seolah-olah aku kehilangan pedoman yang mampu mengarahkan langkah-
langkahku.
Segala yang terjadi, dimulai dari kegagalan usaha kecilku hingga putusnya
hubungan yang dulu kusangka akan abadi, membuatku terhempas. Aku, yang dulu
penuh impian dan semangat untuk mencapai tujuan, kini terasa seolah-olah
kehilangan kompas hidupku.
Pagi itu, aku duduk sendirian di tepi pantai. Air laut bergelombang di depanku, tapi
hatiku merasakan kehampaan yang tak terucapkan. Kehilangan itu hadir seperti
gelombang yang tak henti, meruntuhkan setiap benteng pertahanan diriku. Aku
menatap ke kejauhan, mencoba menemukan jawaban atas pertanyaan yang
menghantuiku: "Apa arti hidup ini? Apa tujuan sebenarnya yang harus kucapai?"
Tidak ada jawaban yang muncul. Hanya suara ombak yang mengiringi pikiranku
yang kacau. Aku membayangkan diriku seperti kapal yang terombang-ambing di
lautan tanpa arah tujuan. Aku kehilangan tujuan hidup, dan rasanya seperti
kehilangan diri sendiri.
Pada suatu sore, aku memutuskan untuk berkunjung ke taman yang pernah menjadi
tempat favoritku. Dengan setiap langkahku menuju taman, aku mencoba meresapi
keindahan sekitar, mencari kilasan harapan yang mungkin tersembunyi di sana.
Namun, seolah-olah kehampaan itu ikut serta dalam setiap hembusan angin.
Di taman, aku bertemu dengan seorang nenek yang duduk di bangku taman, sedang
menganyam keranjang bambu. Nenek itu tersenyum ramah kepadaku, dan aku
memutuskan untuk duduk bersamanya. Dia, yang kemudian kudapati bernama
Nenek Salma, adalah seorang wanita bijak dengan senyum hangat di wajahnya.
Nenek Salma menanyai aku tentang kehidupan dan perasaanku. Seiring berjalannya
percakapan, aku mulai membuka diri, menceritakan kehampaan yang merajalela
dalam diriku. Nenek Salma mendengarkan dengan penuh perhatian, dan ketika aku
selesai bercerita, dia tersenyum bijak.
"Kehilangan tujuan hidup adalah bagian dari perjalanan manusia, Nak. Namun,
jangan biarkan kekosongan itu merusak dirimu. Cobalah untuk melihat kehidupan
dari sudut pandang yang berbeda," katanya.
Nenek Salma lalu menceritakan kisah hidupnya yang penuh liku-liku. Dia
menghadapi kegagalan, kehilangan yang mendalam, namun dia berhasil
menemukan makna baru dalam hidupnya. Dia mengatakan bahwa terkadang, tujuan
hidup kita dapat berubah seiring waktu, dan kita perlu terbuka terhadap perubahan
tersebut.
"Jangan takut untuk mencari makna hidupmu, Nak. Terkadang, jawaban yang kita
cari tidak berada di tempat yang kita duga," ucap Nenek Salma dengan bijak.
Beberapa hari kemudian, aku memutuskan untuk mencoba hal-hal baru. Aku
bergabung dengan kelompok sukarelawan di lingkunganku, mencari peluang untuk
membantu orang-orang yang membutuhkan. Aktivitas sukarelawan itu membuka
mataku pada kehidupan di sekitar, dan aku mulai merasakan kepuasan yang lama
hilang.
Saat aku mendekati anak-anak yatim yang ku bantu, aku melihat kebahagiaan di
matanya. Mungkin, membantu orang lain adalah kunci untuk menemukan makna
hidup. Setiap senyum dari mereka menjadi pengingat bahwa ada kebaikan di dunia
ini, dan aku dapat menjadi bagian darinya.