Anda di halaman 1dari 12

POLA KECENDERUNGAN PEMBELIAN DAN

PREFERENSI KONSUMEN PRODUK HASIL PERTANIAN


PADA KOMODITAS JAGUNG
Kelompok 3
Anggota Kelompok 3

1. Wilsam Akbar Rabbani J0410221342


2. Hany Handayani J0410221178
3. Zuhrotul Khasanah J0410221196
4. Pebrika Manurung J0410221034
5. Fathia Marcha Anamy J0410221133
Persepsi dan Preferensi Konsumen
Persepsi Konsumen
HARGA
Beberapa konsumen memilih produk jagung dengan harga yang sesuai
dengan anggaran mereka
KUALITAS PRODUK
Konsumen lebih memilih kualitas produk yang unggul
TUJUAN PRODUK AKHIR
Dominan penggunaan jagung selain untuk konsumsi juga sebagal bahan
baku pakan ternak, jagung merupakan komoditas penting kedua setelah
padi/beras Akan tetapi, dengan berkembang pesatnya industri
peternakan, jagung merupakan komponen utama (60%) dalam ransum
pakan.
Persepsi dan Preferensi Konsumen
PREFERENSI Konsumen
JENIS JAGUNG
Konsumen lebih memilih jenis jagung yang manis dan empuk untuk
konsumsi, dan jenis jagung yang keras dan cenderung kering untuk
pakan ternak
UKURAN JAGUNG
Beberapa konsumen memilih ukuran jagung yang besar, namun ada juga
yang memilih ukuran yang kecil sesuai dengan preferensi masing-masing
Perbandingan Polarisasi Kecenderungan Konsumen Terhadap
Komoditas Jagung Pada Sebelum dan Saat Pandemi Covid 19

Komoditas Jagung merupakan salah satu bahan pangan yang cukup penting bagi
produsen pangan maupun untuk konsumsi langsung oleh masyarakat, maka tingkat
permintaan pangan seharusnya tidak terlalu terpengaruh oleh krisis dibandingkan
dengan permintaan terhadap barang dan jasa lainnya. Namun, telah terjadi
perubahan besar dalam struktur permintaan, dengan menurunnya permintaan dari
restoran, hotel dan katering, penutupan pasar terbuka, dan lonjakan permintaan
dari supermarket. Terdapat tanda-tanda bahwa bisnis di sepanjang rantai
makanan sudah beradaptasi terhadap perubahan permintaan, misalnya dengan
mengganti jalur produksi dan meningkatkan kapasitas mereka untuk mengelola
inventaris yang lebih besar; beralih ke platform online dan pengiriman langsung ke
rumah tangga; dan mempekerjakan staf sementara.
Polarisasi Konsumsi Jagung Pada Saat
Sebelum Pandemi COVID-19
Pendapatan petani jagung selama masa pandemi covid-19 mengalami penurunan,
berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya sebelum adanya pandemi Covid-19
dimana pendapatan yang diterima petani jagung perhasil panen itu dapat
mencukupi kebutuhan sehari-hari serta masih dapat digunakan sebagai modal
untuk mengelola usaha tani pada musim berikutnya. Namun sangat berbanding
terbalik saat pandemi Covid-19, pendapatan petani cenderung mengalami
penurunan sehingga membuat para petani harus memutar otaknya untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari serta untuk mengolah usaha taninya pada
musim berikut.
Polarisasi Konsumsi Jagung Pada Saat
Terjadi Pandemi COVID-19
Jumlah konsumsi yang meningkat dari tahun ke tahun dikarenakan terjadinya
peningkatan jumlah penduduk, yang mengkonsumsi jagung secara langsung,
peningkatan konsumsi juga dipengaruhi oleh industri yang memerlukan jagung
pipilan sebaga bahan baku industri, yakni industri pakan, makanan dan non
makanan.

Jagung pipilan merupakan salah satu komoditas pangan yang banyak dikonsumsi,
maka perlu dilakukan penelitian untuk memperkirakan jumlah produksi dan
konsumsi jagung pipilan di masa yang akan
datang.
Faktor mempengaruhi polarisasi Konsumen dalam
membeli jagung :
1. Preferensi konsumen: Konsumen memiliki preferensi yang berbeda-beda dalam membeli jagung.
jagung kalengan atau beku.
2. Kualitas: Konsumen dapat mempertimbangkan kualitas jagung sebelum melakukan pembelian.
3. Harga: Harga jagung juga dapat mempengaruhi polarisasi konsumen. Beberapa konsumen mungkin
bersedia membayar lebih mahal untuk jagung berkualitas tinggi, sementara yang lain mungkin memilih
opsi yang lebih murah.
4. Manfaat kesehatan: Mempertimbangkan manfaat jagung bagi kesehatan sebelum melakukan
pembelian. Jagung merupakan sumber serat, vitamin, dan mineral yang baik, dan beberapa konsumen
mungkin lebih suka membeli jagung karena nilai gizinya.
5. Ketersediaan: Konsumen mungkin lebih memilih untuk membeli jagung yang ditanam secara lokal
atau sedang musimnya, sementara konsumen lainnya mungkin memilih jagung impor.
kesimpulan
Masa pandemi covid-19 sangat berpengaruh terhadap tingkat konsumsi jagung baik
penggunaan sebagai bahan industri maupun dikonsumsi oleh masyarakat secara
langsung. Hal ini disebabkan karena keterbatasan produksi hingga pemasaran yang
menyebabkan adanya penurunan tingkat konsumsi jagung. Hal tersebut juga berdampak
pada petani, karena mereka kesulitan mendapatkan input dan sulit untuk memasarkan
produknya. Padahal jagung merupakan salah satu pengganti pangan pokok selain beras,
karena jagung sendiri memiliki berbagai kandungan dan vitamin, hal tersebut yang
menyebabkan jagung dapat digunakan dalam berbagai bahan produksi pangan. Adanya
kebijakan pemerintah tentu akan sangat berperan bagi ketersediaan stok jagung, karena
hal ini menyangkut regulasi dalam produksi jagung tersebut.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai