Anda di halaman 1dari 54

UMUM

 Alat penangkap ikan yang sekarang kita kenal dan


digunakan oleh para nelayan merupakan hasil
perkembangan dari bentuk alat yang sangat sederhana
seperti tombak, panah, dan penjerat.
 Sesuai dengan perkembangan IPTEK, alat penangkap ikan
sederhana tersebut berkembang menjadi lebih maju.
 Alat penangkap ikan tradisional mulai tergeser oleh alat
penangkap ikan modern, terutama setelah ditemukan
bahan-bahan tiruan atau sintetis yang menjadikan alat
penangkap ikan menjadi lebih kuat, ringan, tahan lama
serta efektif dan efisien.
 Alat penangkap ikan tersusun dari tali temali, jaring, dan
atau bahan lain yang terbuat dari serat-serat alami atau
sintetis
 Bahan alami yang telah dikenal seperti katun, henep,
manila, sisal, rami, sutera, bulu hewan, dan linen.
 Bahan sintetis, seperti nylon, dan beberapa jenis tiruan
dari bahan kimia, serta rayon, dan beberapa jenis turunan
dari generasi selulosa
 Bahan sintetis terus menerus dikembangkan, sehingga
memungkinkan ditemukan bahan alat penangkap ikan
yang lebih kuat dan memenuhi kriteria tertentu sesuai
dengan alat penangkap ikan yang dirancang
PENGERTIAN TEKNIS
 Denier, sistim penomoran yang menyatakan bahwa serat dalam
satuan gram untuk panjang 9000 meter
 Tex, sistim penomoran oleh ISO, menunjukkan kepadatan linier
yang menyatakan bahwa serat dalam satuan gram untuk panjang
1000 meter (R tex, resultan untuk penomoran benang jadi)
 Metric Number, sistim penomoran yang menyatakan bahwa serat
mempunyai panjang meter untuk berat 1 (satu) Kilogram
 Ply, jumlah satuan serat dalam satu pintalan
 Gram-force, daya apung dan daya tenggelam benda yang
dimasukkan dalam air
 Breaking strength, kekuatan putus tali atau jaring
 Sinking speed, kecepatan tenggelam
 Square mesh, bukaan mata jaring
 Diamond mesh, bukaan mata jaring
TALI TEMALI ALAMI
Tali atau benang yang terbuat dari serat bahan
alami, pada umumnya mudah busuk dan lapuk,
sehingga tidak tahan lama, disamping itu, terlalu
cepat meresap air, sehingga menjadi berat dan
tenggelam, beberapa jenis tali dari bahan alami :
 Tali manila, termasuk tali keras, sangat rentan pelapukan
oleh sinar matahari. Penggunaan pada suhu tinggi
(gesekan) tidak terjadi pelelehan, namun dapat terbakar.
 Tali sisal, hampir sama dengan tali manila, daya tahannya
lebih rendah dari tali manila, tetapi lebih tahan terhadap
sinar matahari.
 Tali rami, hampir sama dengan tali manila, daya tahannya
lebih kuat dari tali manila, dan lebih tahan terhadap sinar
matahari
 Tali gelam/rosela, hampir sama dengan tali manila, daya
tahannya lebih rendah dari tali manila, dan rentan
pelapukan karena basah atau sinar matahari
 Tali lawe, hampir sama dengan tali manila, daya tahannya
lebih rendah dari tali manila, dan rentan pelapukan karena
basah atau sinar matahari
 Tali Ijuk, termasuk tali keras, lebih tahan pelapukan oleh
basah dan sinar matahari dibandingkan dengan tali manila
 Tali bambu, termasuk tali keras, kaku dan udah patah,
rentan pembusukan karena basah dan pelapukan oleh
sinar matahari dibandingkan dengan tali manila.
 Tali sabut, hampir sama dengan tali manila, daya tahannya
lebih rendah dari tali manila, dan rentan pembusukan
karena basah atau pelapukan karena sinar matahari
 Tali lainnya, yang tidak termasuk dalam kriteria tali temali
diatas.
TALI TEMALI SINTETIS
Tali atau benang sintetis, tali yang disusun dari serat-
serat yang dibuat dari bahan dasar kimia atau
perpaduan antara bahan alami sedemikian rupa,
sehingga mempunyai hasil akhir yang sama sekali
berbeda dengan sifat asli dari bahan dasarnya.
Klasifikasi secara kimia, sebagai berikut :

1. Polyamide (PA), banyak tipe dari kelompok ini dan yang


pada umumnya digunakan sebagai bahan jaring adalah PA
6 (dibuat dari caprolactam yang mengandung 6 atom
carbon) dan PA 6.6 (dibuat dari hexamethylene diamine
dan adipic acid dengan masing-masing 6 atom carbon) :
 Dikenal dengan nama Nylon, mempunyai 88 nama dagang,
dengan sifat fisik TENGGELAM (densitas 1,14), mempunyai
kekuatan dan daya tahan gesekan yang baik serta mempunyai
kemuluran yang baik.

2. Polyester (PES), dihasilkan dari senyawa kimia


polycondensasi terephatic acid dan alkohol
ethyleneglycol (acid dan alkohol = ester)
• Disebut Polyester, mempunyai 100 nama dagang, dengan
sifat fisik TENGGELAM (densitas 1,38), mempunyai kekuatan
dan daya tahan gesekan yang baik serta mempunyai
kemuluran kurang baik.
3. Polyethylene (PE), dihasilkan dari tehnik polynerisasi
monomer ethylene dengan menggunakan katalisator
aluminium alkyl
• Disebut Polyethylene, mempunyai 78 nama dagang, dengan
sifat fisik TERAPUNG (densitas 0,94), mempunyai kekuatan
dan daya tahan gesekan yang baik serta mempunyai
kemuluran cukup baik
4. Poly prophylene (PP), dihasilkan dari tehnik polynerisasi
propylene dengan menggunakan katalisator aluminium
alkyl
• Disebut Polypro atau pylen, mempunyai 136 nama dagang,
dengan sifat fisik TERAPUNG (densitas 0,91), mempunyai
kekuatan dan daya tahan gesekan yang baik serta
mempunyai kemuluran kurang baik
5. Polyvinyl alcohol (PVA dan PVAA = kuralon)
• Disebut vinylon atao cremona, mempunyai 24 nama
dagang, dengan sifat fisik TENGGELAM (densitas 1,32),
mempunyai kekuatan dan daya tahan gesekan yang baik
serta mempunyai kemuluran baik
6. Polyvinyl chloride (PVC), dihasilkan dari monomer vinyl
chloride
• Disebut Niplon atau pralon, mempunyai 19 nama dagang,
dengan sifat fisik TENGGELAM (densitas 1,35),
mempunyai kekuatan dan daya tahan gesekan yang baik
serta mempunyai kemuluran baik
7. Polyvinylidene chloride (PVD), dihasilkan dari
pencampuran vinylidene chloride dengan vinyl chloride
• Disebut Saran atau velon, mempunyai 13 nama dagang,
dengan sifat fisik TENGGELAM (densitas 1,70),
mempunyai kekuatan dan daya tahan gesekan yang baik
serta mempunyai kemuluran baik
TALI BAJA
 Bahan Carbon steels, jenis-jenis yang terkenel Traction
Steel (TS), Plow Steel (PS), Improved Plow Steel (IPS),
Extra Improved Plow Steel (EIPS), and Extra Extra
Improved Plow Steel (EEIPS).
 Bahan Stainless steels, jenis atau tipe yang dikenal 302 dan
304, kurang tahan korosi dibandingkan dengan bahan
carbon steel.
 Bahan Kuningan/bronze/monel, lebih tahan terhadap
korosi oleh air laut.
 Bahan Kevlar, untuk penggunaan yang memerlukan
elastisitas tinggi, namun mudah aus sehingga perlu
dibungkus dengan bahan lain, misalnya polyethylene
material.
 Konstruksi tali baja, umumnya
terdiri dari beberapa serat baja
yang dipilin melingkupi tali hati
(core).
 Klasifikasi tali baja ditentukan
melalui jumlah serat baja yang
digunakan, misalnya : 6x19, 6x37,
7x19, 8x61, dll-nya.
KONSTRUKSI TALI TEMALI
KEKUATAN TALI
POLYPROPYLENE

DIAMOND
SOLID BRAID HOLLOW BRAID TWISTED
BRAID
Working Working Working Working
Diameter Diameter Diameter Diameter
Load Load Load Load
3/8" 244 lbs. 3/8" 139 lbs. 5/32" 26 lbs. 1/4" 113 lbs.
1/2" 213 lbs. 1/4" 110 lbs. 3/8" 244 lbs.
5/8" 294 lbs. 5/16" 154 lbs. 1/2" 420 lbs.
3/8" 215 lbs 5/8" 700 lbs.
1/2" 350 lbs. 3/4" 1090 lbs.
NYLON
DIAMOND
SOLID BRAID TWISTED
BRAID
Working Working Working
Diameter Diameter Diameter
Load Load Load
1/8" 40 lbs. 1/8" 26 lbs. 1/4" 124 lbs.
3/16" 90 lbs. 3/16' 52 lbs. 3/8" 278 lbs.
1/4" 124 lbs. 1/4" 90 lbs. 1/2" 525 lbs.
5/16" 192 lbs. 5/16" 135 lbs. 5/8" 935 lbs.
3/8" 244 lbs. 3/8" 192 lbs. 3/4" 1420 lbs.
1/2" 525 lbs. 1/2" 323 lbs.

MANILA SISAL POLYESTER


Working Working
Diameter Diameter Working Load Diameter
Load Load
1/4" 54 lbs. 1/4" 44 lbs. 3/16" 70 lbs.
3/8" 122 lbs. 3/8" 98 lbs. 1/4" 149 lbs.
1/2" 264 lbs. 1/2" 236 lbs. 5/16" 230 lbs.
5/8" 496 lbs.
3/4" 695 lbs.
IDENTIFIKASI TALI/BENANG
Dalam identifikasi atau memilih tali atau benang, perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
• Nama dagang atau bahan dasar tali / benang.
• Mono filament atau multi filament.
• Dianyam atau dipintal,
• Arah pintalan (kira atau kanan)
• Warna dan ukuran benang.
• Masih asli atau sudah dicelup
• Tujuan penggunaan (lebih sering dalam air atau sinar
matahari)
• Panjang atau jumlah yang dibutuhkan
JARING
 Karena sifat bahan alami yang kurang menguntungkan, maka
jaring pada saat ini dibuat dari bahan sintetis.
 Pembuatan jaring disesuaikan dengan tujuannya, sehingga di
pasaran banyak ditemukan jenis jaring berdasarkan bahan
sintetis yang digunakan.
 Sering terjadi jaring bahan sintetis dipasarkan melalui
promosi yang kuat dan tanpa didasari hasil uji yang
sebenarnya, sehingga membuat konsumen kecewa.
 Dalam memilih bahan jaring, sering terjadi pertimbangan
harga dan ketersediaan barang lebih diutamakan dari pada
pertimbangan teknis
KONSTRUKSI JARING
 Bentuk simpul jaring,
antara lain : simpul
tunggal (weaver knot),
simpul ganda (double
weaver knot) dan reef knot
atau square knot (jarang
digunakan)
 Jaring tanpa simpul, antara
lain : tipe raschel, tipe
Jepang, dan tipe braided
knotless.
 Panjang kaki jaring (mesh
side) adalah jarak antara
dua simpul (teregang)
 Panjang mata jaring
(mesh size) adalah jarak
antara pusat simpul dari
dua simpul berhadapan
(teregang)
 Panjang bukaan mata
jaring (opening of mesh)
adalah jarak bagian dalam
dua simpul yang
berhadapan (teregang)
 Ukuran mata jaring yang
benar dinyatakan dalam
jumlah mata menurut
panjang dan dalam (lebar)
 Dinyatakan dalam meter,
berarti jaring dalam
kondisi teregang
sempurna
 Contoh : 10000T x 100N
atau 100m x 400N atau
100yds x 70N
JARING INOVASI BARU
 Jaring hasil enovasi muncul sebagai perkembangan
teknologi dibidang bahan dan tehnik pembuatan, sehingga
proses pembuatan menjadi lebih efisien dan hasilnya lebih
baik.
 Munculnya bahan-bahan yang lebih bagus dibidang textil
memunculkan ide untuk pemanfaatan dibidang perikanan
tangkap.
 Hasil kajian dan penelitian pada sistim baru pembuatan
jaring bahwa jaring tanpa simpul mempunyai keunggulan
lebih baik.
 Dikaitkan dengan tuntutan global tentang ramah
lingkungan dan perikanan yang bertanggung jawab.
1. Jaring Ultra Cross
 Bahan yang digunakan Dyneema yang tersusun dari 4
strand, dan dianyam sehingga tanpa simpul
 Jaring tanpa simpul ini mengurangi 30 - 60% hilangnya
kekuatan yang disebabkan oleh simpul-simpul jaring.
 Jaring tanpa simpul, membuat tekanan air yang
ditimbulkan oleh arus atau pergerakan alat tangkap
menjadi lebih merata sehingga tidak mengurangi
performa jaring.
 Jaring tanpa simpul, mengurangi resiko gesekan pada
lambung kapal dan dasar perairan.
 Sistim anyaman yang kuat sehingga tidak menyebabkan
terjadinya pergeseran bentuk mata jaring.
 Uji coba (trawl) di Indonesia (Timur) tahun 2004 oleh
PT.WIFI, hasil 30% lebih baik dibandingkan
konvensional
KEKUATAN JARING
Material: Dyneema
Maximum Maximum Breaking Strength
Minimum Mesh per Bar of Netting
Mesh Length of
Diameter Size
Twine
(mm)
Size Bale
Size (Approximate)
(Approximate) (Approximate) (lb) (kg)
(mm)
(mm) (m)
4ply 1.2 40 9999 900 180 82
8ply 1.9 45 9999 600 321 146
12ply 2.3 50 9999 373 508 231
16ply 2.7 50 9999 294 664 302
20ply 3.1 48 9999 238 766 348
24ply 3.3 50 9999 190 1049 477
32ply 3.8 50 9999 125 1426 648
36ply 4.0 50 9999 117 1597 726
48ply 4.6 50 9999 85 2130 968
60ply 5.1 75 200 132 2715 1234
72ply 5.6 75 250 118 3218 1463
84ply 6.1 80 250 98 3751 1705
96ply 6.5 85 300 70 4283 1947
108ply 6.9 110 9999 56 4930 2241
312ply 13.1 110 9999 14 9627 4376
2. High-tenacity Polyethylene
 Bahan yang digunakan penyempurnaan dari
Polyethylenen yang tersusun dari 4 strand, dan dianyam
sehingga tanpa simpul
 Jaring tanpa simpul ini mengurangi hilangnya kekuatan
yang disebabkan oleh simpul-simpul jaring.
 Jaring tanpa simpul, membuat tekanan air yang
ditimbulkan oleh arus atau pergerakan alat tangkap
menjadi lebih merata sehingga tidak mengurangi
performa jaring.
 Jaring tanpa simpul, mengurangi resiko gesekan pada
lambung kapal dan dasar perairan.
 Sistim anyaman yang kuat sehingga tidak menyebabkan
terjadinya pergeseran bentuk mata jaring.
 Penggunaan pada jaring insang, ikan yang tertangkap
mempunyai kesamaan ukuran dan tidak rusak.
Material: High-tenacity Polyethylene
Minimum Maximum Maximum Breaking Strength
Mesh Mesh Length of per Bar of Netting
Diameter
Twine Size Size Bale
(mm)
Size (Approximate) (Approximate) (Approximate) (lb) (kg)
(mm) (mm) (m)

240ply 4.9 60 350 50 727 330


360ply 6.7 60 350 35 1,080 490
480ply 7.1 70 450 30 1,190 540
600ply 8.8 80 450 23 1,696 770
720ply 9.4 80 450 22 2,180 990
800ply 9.8 95 450 34 2,335 1,060
1,000ply 10.8 100 450 26 2,732 1,240
1,200ply 11.9 100 450 20 3,520 1,600
Material: Nylon
Maximum Maximum Breaking Strength
Minimum Mesh per Bar of Netting
Mesh Length of
Twine Diameter Size
Size Bale
Size (mm) (Approximate)
(Approximate) (Approximate) (lb) (kg)
(mm)
(mm) (m)

24ply 1.3 27.5 130 580 55 25


40ply 1.7 27.5 168 450 93 42
60ply 2.1 27.5 206 350 143 65
80ply 2.4 34 238 320 176 80
120ply 2.9 50 292 210 267 121
160ply 3.4 50 200 120 363 165
180ply 3.6 50 210 110 396 180
240ply 4.1 90 240 80 463 210
360ply 5.0 90 320 60 617 280
420ply 5.4 90 345 50 705 320
600ply 6.5 90 413 39 1,014 460
720ply 7.1 90 452 32 1,212 550
800ply 7.5 115 477 30 1,355 615
1,000ply 8.4 115 533 24 1,696 770
1,200ply 9.2 115 580 20 2,027 920
KNOTTED NYLON NETTING

Stretch Mesh Size Twine Size Meshes Meshes Breaking Strength of Twine*
(in) (mm) (#) Deep Long (lb) (kg)
4 102 3 100.5 1,200 261 118
4 102 4 100.5 800 358 162
4 102 5 100.5 500 552 250
4 102 6 100.5 300 861 391
4 102 D4.0 100.5 480 680 308
4 102 D5.0 100.5 320 1,048 475
4 102 D6.0 100.5 160 1,636 742
4.5 114 6 100.5 300 861 391
4.5 114 D6.0 100.5 160 1,636 742
5 127 2.5 100.5 1,100 208 94
5 127 3 100.5 1,100 261 118
5 127 4 100.5 800 358 162
5 127 D4.0 100.5 370 680 308
5 127 D5.0 100.5 210 1,048 475
5 127 D6.0 100.5 160 1,636 742
Stretch Mesh Size Breaking Strength of Twine*
Twine Size Meshes Meshes
(#) Deep Long
(in) (mm) (lb) (kg)
5.5 140 2.5 100.5 1,050 208 94
5.5 140 3 100.5 1,050 261 118
5.5 140 4 100.5 700 358 162
5.5 140 5 100.5 460 552 250
5.5 140 6 100.5 275 861 391
5.5 140 D4.0 100.5 350 680 308
5.5 140 D5.0 100.5 200 1,048 475
5.5 140 D6.0 100.5 130 1,636 742
6 140 5 100.5 500 552 250
6 159 D6.0 50.5 240 1,636 742
8 203 2.5 50.5 1,500 208 94
8 203 3 50.5 1,500 261 118
8 203 4 50.5 1,000 358 162
8 203 5 50.5 680 552 250
8 203 D4.0 50.5 540 680 308
8 203 D5.0 50.5 330 1,048 475
8 203 D6.0 50.5 1,456 1,636
TWISTED POLYETHYLENE NETTING

Twine Breaking Strength of


Stretch Mesh Size Meshes Meshes
Size Twine*
Deep Long
(in) (mm) (ply) (lb) (kg)
4.72 120 120 100.5 200 541 246
4.72 120 180 100.5 200 779 354
4.72 120 210 100.5 200 880 400
4.72 120 240 100.5 200 979 445
5.31 135 120 100.5 200 541 246
5.31 135 180 100.5 200 779 354
5.31 135 210 100.5 200 880 400
5.31 135 240 100.5 200 979 445
5.31 135 285 100.5 200 1,126 512
5.9 150 120 100.5 200 541 246
5.9 150 180 100.5 200 779 354
5.9 150 210 100.5 200 880 400
5.9 150 240 100.5 200 979 445
Twine Breaking Strength
Stretch Mesh Size Meshes Meshes
Size of Twine*
Deep Long
(in) (mm) (ply) (lb) (kg)
5.9 150 285 100.5 200 1,126 512
7.1 180 120 100.5 200 541 346
7.1 180 210 100.5 200 880 400
7.1 180 240 100.5 200 479 445
9.4 240 120 100.5 200 541 246
9.4 240 180 100.5 200 779 354
9.4 240 240 100.5 200 979 445
11.8 300 180 100.5 200 779 354
11.8 300 240 100.5 200 979 445
11.8 300 285 100.5 200 1,126 512
15.7 400 210 100.5 200 880 400
15.7 400 285 100.5 200 1,126 512
IDENTIFIKASI JARING
Dalam identifikasi atau memilih jaring, perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
• Nama dagang atau bahan dasar jaring.
• Mono filament atau multi filament.
• Dari bahan benang pilinan (lunak, sedang, keras, atau
sangat keras) atau dari bahan benang anyaman.
• Warna dan ukuran benang.
• Bersimpul (tunggal atau ganda) atau tanpa simpul.
• Ukuran mata.
• Ukuran jaring (panjang teregang atau jumlah mata).
• Perlu atau tidak diberi bahan pengawet.
PELAMPUNG
 Semua benda yang mempunyai densitas lebih kecil dari air (laut)
dapat dijadikan bahan apung atau pelampung, termasuk kayu,
bambu, karet busa, gabus, tali, bahkan jaring dan bahan apung
lainnya.
 Dengan demikian maka besarnya gaya apung dari benda-benda
tersebut ditentukan oleh jenis bahannya.
 Bahan alami yang dijadikan pelampung dalam jangka waktu
tertentu berubah nilai daya apungnya (kayu 0,2Kgf, setelah
direndam air 10 hari menjadi 1,0 Kgf, bahkan menjadi 0 setelah
perendaman 15 hari)
 Bahan sintetis lebih banyak digunakan dalam pembuatan
pelampung, karena dapat menjamin keseragaman ukuran fisik dan
daya apung diperlukan.
 Dengan kemajuan teknologi, pelampung alat penangkapan ikan
khusunya pelampung tanda dilengkapi dengan peralatan elektronik
(radio, GPS, akustik)
 Pada umumnya pengukuran demensi
pelampung ditunjukkan seperti
dalam gambar, antara lain diameter
lubang pelampung (Ø), diameter
(terbesar) pelampung (Ø) dan
panjang pelampung (L).
 Volume pelampung dapat juga
diketahui melalui gelas ukur,
sehingga bila diketahui jenis bahan
dan densitasnya maka akan diketahui
berat (diudara) dan daya apungnya
NO. KODE SPESIKASI APPRO*WEIGHT(±10%) BUOYANCY(±10%) MATERIAL

OD*H*HD(±5%):
1 Y30 32 g 260 g PVC
70*110*20(mm)
OD*H*HD(±5%):
2 Y3 13 g 35 g PVC
35*60*9(mm)
L*OD*H(±5%):
3 HPD-2 12 g 25 g PVC
84*23*23(mm)
OW*H*HD(±5%):
4 2-1 19.5 g 30 g PVC
115*20*12(mm)
OD*H*HD(±5%):
5 DS-2 150 g 1000 g PVC
115*170*22(mm)
OD*H*HD(±5%):
6 SH-20 20 g 190 g PVC
90*50*20(mm)
APPRO*WEIGHT(±10
NO. ART.NO. SEPCIFICATION BUOYANCY(±10%) MATERIAL
%)

OD*H*HD(±5%):
1 E4.5 3g 6g EVA
38*19*8(mm)

OD*H*HD(±5%):
2 N9 32g 210g EVA
94*47*16(mm)

OD*H*HD(±5%):
3 N-21 158g 850g EVA
64*86*265(mm)
NO. ART.NO. SEPCIFICATION APPRO*WEIGHT(±10%) BUOYANCY(±10%) MATERIAL

OD*H*HD(±5%):
1 G4.5 7g 14 g PE
38*19*8(mm)
L*W*H(±5%):
2 W1 11.5g 20g PE
110*18*11(mm)
L*W*H(±5%):
3 W2 8.5 g 16g PE
100*15*10(mm)
L*W*H(±5%):
4 W3 5g 9g PE
90*11*8(mm)

L*W*H(±5%):
5 W4 2.5g 5g PE
72*9*8(mm)
IDENTIFIKASI PELAMPUNG
Dalam identifikasi atau memilih pelampung, perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
• Tujuan penggunaan pelampung (tanda, pukat,
tambahan)
• Ada atau tidaknya daya tekanan terhadap pelampung
(misalnya melalui net hauler)
• Bahan, bentuk, lobang poros, atau tempat pengikat
• Daya apung, dan ukuran pelampung.
• Jumlah yang diperlukan
PEMBERAT
 Semua benda yang mempunyai densitas lebih besar dari air
(laut) dapat dijadikan bahan penenggelam atau pemberat.
 Besarnya gaya berat dari benda-benda tersebut ditentukan
oleh jenis bahannya.
 Pada kondisi khusus, pemberat di pasang merata pada tali
ris (bawah) dengan berbagai variasi, sehingga
memudahkan pengguna untuk mengganti tali ris sesuai
yang dikehendaki.
 Pemberat dibuat dengan spesifikasi yang jelas agar dapat
menjamin keseragaman ukuran fisik dan daya pemberat
yang diperlukan.
BAHAN PEMBERAT
1. Logam : Aluminium (2,5), perunggu (8,6), besi
(7,8), tembaga (8,9), timah hitam (11,4), baja
(7,8), seng (6,9)
2. Serat : Kevlar (1,2), katun (1,54), henp (1,48),
linen (1,50), manila (1,48), PA (1,14), PES (1,38),
PVA (1,30), PVC (1,37), PVD (1,70), rami (1,51),
sisal (1,49)
3. Bahan lain : bata (1,9), kapur (2,4), beton (1,8),
tembikar (2,2), kaca (2,5), batu (2,5)
JENIS PEMBERAT
 Pemberat berbentuk bola,
disebut bobin
 Pemberat jenis ini digunakan
untuk alat penangkap ikan yang
aktip dan bergerak pada dasar
perairan
 Selain sebagai pemberat, bobin
ini dapat menggelinding
sehingga mengurangi daya gesek
tali ris bawah atau jaring bagian
bawah terhadap dasar perairan
 Sering digunakan pada pukat
hela dasar (bottom trawl)
 Pemberat jenis rantai atau timah
secara umum banyak digunakan
pada alat penangkap ikan
 Pemberat ini lebih mudah
pemasangannya pada tali ris, tali
pemberat dimasukan pada
lubang yang tersedia, atau rantai
diikatkan langsung pada tali ris
 Sering dijumpai pada alat
tangkap trawl, purse seine
PERLENGKAPAN LAINNYA

 Perlengkapan, segel jangkar,


gancu pegas, kili-kili segitiga,
G link dan kili-kili
 Berbagai bentuk umpan
buatan/tiruan
 Berbagai bentuk pancing
tonda
APLIKASI PADA ALAT
PENANGKAP IKAN
1. JARING INSANG
KARAKTER JARING INSANG
Karakter Permukaan Pertengahan Dasar
E1 0,65 – 0,75 0,65 – 0,75 0,65 – 0,80
Lgr / Lhr 0,85 – 1,00 1,00 1,00 – 1,20
L/h 5,50 – 7,00 5,00 – 7,00 20,00 – 30,00
dt / mo
B1 / Lhr 100 – 125 grf / mtr 50,00 – 65,00 grf / mtr 110,00 – 135,00 grf / mtr
S1 / Lgr 50 – 65 grf/mtr 30,00 – 40,00 grf / mtr 235,00 – 290,00 grf / mtr
B1 / S1 2,00 – 2,25 1,40 – 1,75 2,00 – 2,45
Sf1 / h 2,00 – 3,00 4,00 – 5,50 22,50 – 30,00
Ss1 / h 5,00 – 7,00 10,00 – 12,50 6,00 – 8,50
Sf1 / Lhr 0,35 – 0,45 0970 – 0,90 0,80 – 1,20
Ss1 / Lgr 0,90 – 1,20 1,70 – 2,15 0,20 – 0,30
B2 / Lhr 75,00 – 95,00 grf / mtr
S2 / Lgr 35,00 – 45,00 grf / mtr
B2 / S2 2,00 – 2,30
Sf2 / h 135,00 – 165,00
Ss2 / h 70,00 – 90,00
Sf2 / Lhr 20,00 – 30,00
Ss2 / Lgr 12,50 – 15,00
2. PUKAT CINCIN
l
h

a b c j

d
e f
g

m
NOTASI
KETERANGAN DAN NILAI
l Panjang Ris Atas PERBANDINGAN NILAI
m Panjang Ris Bawah l/g 2,500
c Panjang Kantong f/g 0,810
b Panjang Badan e/g 0,650
a Panjang Sayap d/g 0,180
g Tinggi Kantong h/g 0,003
f Tinggi Badan i/g 0,003
e Tinggi Sayap j/g 0,004
d Tinggi Tali Samping m/l 1,00 - 0,80
h Lebar Serampat Atas c/l 0,14 – 0,17
i Lebar Serampat Bawah a/l 0,16 – 0,19
j Lebar Serampat Samping b/l 0,22 – 0,27
 Hanging ratio, mengetahui perbandingan kebutuhan tali
ris berdasarkan lembaran jaring yang tersedia pada pasaran
 Kebutuhan tali ris bawah menyesuaikan dengan panjang
tali ris atas
 Perbandingan daya apung dan panjang tali ris, mengetahui
kebutuhan jumlah dan tipe pelampung yang dibutuhkan
 Pemberat yang dibutuhkan, jumlah dan jenisnya
 Kebutuhan pelampung tambahan
 Jarak antar pelampung
 Dll-nya
ALAT PENANGKAP IKAN
DENGAN BAHAN KHUSUS
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai