Anda di halaman 1dari 2

1.

TUMPANG TINDIH HUKUM LAUT / MARITIM INDONESIA DAN PERLU ADANYA


RESTRUKTURISASI KEWENANGAN MARITIM INDONESIA

Kami menilai Dalam pemberian ijin, kelengkapan berlayar, perundangan maritime, pengawasan dan
penertiban dunia maritime Indonesia yang sangat sesuai / ideal adalah instansi KSOP / Syahbandar,
sebab semua regulasinya telah lengkap dan telah sesuai dengan kebutuhan Indonesia dan dunia
Internasional.

Namun saat ini banyak unsur-unsur instansi yang tidak subjektif namun berperan dalam pengawasan
dan penindakan baik hukum maupun perijinan, seperti Kepolisian dan TNI.

Disini Kepolisian dan TNI turut serta dalam melakukan tindakan administrative dengan menggunakan
asumsi / pola sendiri dalam melakukan pengawasan dan penertiban, dimana asumsi/pola yang di
gunakan tidak sesuai hukum maritime.

Dari kegiatan yang dilakukan pihak Polri dan TNI tersebut terkadang para Pengusaha tidak ingin
memperpanjang (memperjuang haknya) maka ditempuhlah cara-cara yang bersifat koordinasi.

Namun cara koordinasi ini sedikit banyak akan menambah biaya operasional Pengusaha yang ujungnya
akan meningkatkan harga jual kepada masyarakat.

Usulan kami kepada Pemerintah agar membuat Undang-Undangan Hukum Maritim yang terpadu dan
dilaksanakan oleh 1 instansi Pemerintah.

2. Dampak mekanisme kerja BUMN PT.Pelindo Balikpapan atas kenaikan harga barang

Tidak dipungkiri dari Dampak kenaikan BBM membuat biaya operasional meningkat dan harga jual
barang naik, salah satunya ada biaya Kapal-Kapal Tunda dari PT. Pelindo Cabang Balikpapan yang
melayani kapal-kapal yang akan sandar di dermaga harus menggunakan kapal tug boat sebagai assist.,
adapun tarif yang diberikan oleh PT. Pelindo Balikpapan kepada pengusaha yang menggunakan jasa tug
boat assist tersebut sebagai berikut :

1. Tarif awal yang berlaku resmi selama ini.


2. Tambahan tarif fuel surcharge sebagai selisih biaya kenaikan BBM (dari tarif BBM awal tahun
dengan tingkat kenaikan BBM tahun berjalan).

Pada point nomor 2 diatas (tarif fuel surcharge) tersebut kami merasa tidak transparan dan terkesan
penentuan secara monopoli atau tidak mengacu pada Undang-Undang Perlindungan Konsumen Bab IV
Pasal 8 ayat c dan Pasal 11 ayat d & e

Contoh :

Sebelum diterapkan adanya fuel surcharge oleh PT. Pelindo Cabang Balikpapan (sebelum harga BBM
naik – tahun 2021), kapal – kapal tug boat assist sudah menggunakan jenis kapal yang bermesin besar
(ukuran mesin 2.500 HP sampai dengan 3.000 HP) dengab hasil pekerjaan lancar dan tanpa keluhan.
Akan tetapi begitu harga BBM naik per tahun 2021, PT. Pelindo Balikpapan menerapkan fuel surcharge
dan menggunakan kapal dengan ukuran mesin 4.000 HP.

Sehingga mempengaruhi dan meningkatkan biaya operasional pengusaha (selain harga BBM naik
ditambah menggunakan kapal assist yang tidak efesien, sehingga terjadi 2 x kenaikan).

Keluhan ini sudah kami sampaikan ke pihak PT. Pelindo Balikpapan namun mereka tidak menerima
keluhan tersebut.

Dari kejadian diatas, peningkatan harga barang salah satunya dilakukan oleh badan usaha milik negara
yaitu PT. Pelindo Cabang Balikpapan.

Anda mungkin juga menyukai