Anda di halaman 1dari 9

Makalah

Penerapan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor di Provinsi Jawa


Timur

Nama Anggota Kelompok :

1. Muhammad Alif Kurniawan 041611333003


2. Lutfi Maulana 041611333094
3. Juan Pratama 041611333148
4. Haidar Ro’id Ammar 041611333167
5. M. Dwiki Tegar P. 041611333281

Kelompok 5

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Airlangga
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyelenggaraan otonomi daerah tentu saja akan dapat dilaksanakan dengan baik
apabila didukung oleh sumber-sumber pembiayaan yang memadai. Salah satu indikator untuk
mengukur keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah ialah dengan melihat kemampuan
keuangan daerah tersebut. Kemampuan kuangan suatu daerah itu sendiri juga tercermin pada
Pendapatan Asli Daerah, yang komponen utamanya berasal dari pungutan pajak dan retribusi
daerah.

Secara umum, pajak yang berlaku di Indonesia jika dilihat dari sudut pandang pihak
yang melakukan pemungutan, pajak dibagi menjadi dua yaitu pajak pusat dan pajak daerah.
Pajak pusat adalah pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat yang dalam hal ini sebagian
dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan. Sedangkan pajak daerah
adalah pajak yang dikelola dan dipungut oleh pemerintah daerah. Pajak daerah itu sendiri
terbagi lagi menjadi dua, yaitu pajak daerah provinsi dan pajak daerah kabupaten/ kota.

Pada makalah kali ini, kelompok kami akan membahas salah satu pajak daerah
provinsi yaitu Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor termasuk salah satu pajak daerah
provinsi. Jadi pada makalah kali ini, kami mengambil contoh penerapan Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor di Provinsi Jawa Timur.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan pemaparan masalah yang telah dijelaskan pada bagian latar belakang,
maka rumusan permasalahan yang akan dibahas pada makalah kali ini adalah sebagai berikut.

1. Apa yang dimaksud dengan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ?

2. Bagaimanakah penerapan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor di Provinsi Jawa Timur
?
1.3 Tujuan Makalah
Makalah yang kami buat kali ini, memiliki beberapa tujuan diantaranya sebagai
berikut.

- Untuk mengetahui apa itu Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

- Untuk mengetahui penerapan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor di Provinsi Jawa
Timur
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pajak


Menurut Suparman Sumadwijaya, pajak ialah iuran wajib berupa barang yang
dipungut oleh penguasa berdasarkan norma hukum, guna menutup biaya produksi barang dan
jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.

Sedangkan menurut Remsky K. Judisseno (1997 : 5), pajak adalah suatu kewajiban
kenegaraan dan pengabdian serta peran aktif warga negara dan aggota masyarakat lainnya
untuk membiayai berbagai keperluan negara berupa pembangunan nasional yang
pelaksanaannya diatur dalam Undang-Undang dan peraturan-peraturan untuk tujuan
kesejahteraan rakyat.

2.2 Unsur Pajak


Dari pembahasan pengertian pajak sebelumnya, maka unsur-unsur yang melekat pada
pengertian pajak tersebut meliputi sebagai berikut.

a. Pajak adalah suatu iuran atau kewajiban menyerahkan sebagian kekayaan (pendapatan)
kepada negara.

b. Penyerahan itu bersifat wajib.

c. Perpindahan/ penyerahan itu berdasarkan undang-undang/ peraturan/ norma yang dibuat


oleh pemerintah dan berlaku secara umum.

d. Tidak ada kontaprestasi langsung dari pemerintah (pemungut iuran).

e. Iuran dari pihak yang dipungut (rakyat serta badan usaha) digunakan oleh pemungut
(pemerintah) untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum.

2.3 Pajak Daerah


Menurut Tony Marsyahrul (2004 : 5), pajak daerah adalah pajak yang dikelola oleh
pemerintah daerah, baik pemerintah daerah provinsi maupun pemerintah daerah
kabupaten/kota dan hasilnya dipergunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan
pembangunan daerah.

Sedangkan menurut Mardiasmo (2002 : 5), pajak daerah adalah iuran wajib yang
dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang
seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan undang-undang yang berlaku dan digunakan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Sedangkan menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dengan demikian, pajak daerah adalah iuran wajib pajak kepada daerah untuk
membiayai pembangunan daerah. Pajak daerah ditetapkan dengan undang-undang yang
pelaksanaannya untuk di daerah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor


Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor merupakan salah satu pajak daerah provinsi
yang dipungut di Indonesia. Di dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Pajak Bahan
Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor.

Objek Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah bahan bakar kendaraan
bermotor yang disediakan atau dianggap digunakan untuk kendaraan bermotor, termasuk
bahan bakar yang digunakan untuk kendaraan di air.

Subjek pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah konsumen bahan bakar
kendaraan bermotor. Wajib Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi
atau badan yang menggunakan bahan bakar kendaraan bermotor.

Pemungutan PBBKB dilakukan oleh penyedia bahan bakar kendaraan bermotor


melalui SPBU/SPBG terhadap orang pribadi atau badan yang menggunakan bahan bakar
kendaraan bermotor. Penyedia bahan bakar disini maksudnya adalah produsen dan atau
importir bahan bakar kendaraan bermotor, baik untuk dijual maupun untuk digunakan sendiri.
Sehingga Pertamina, Shell, Petronas harus melakukan pemungutan PBBKB dan menyetorkan
hasilnya ke rekening Dispenda Provinsi terkait.

Pemungutan PBBKB dilakukan oleh penyedia bahan bakar kendaraan bermotor.


Pemerintah dapat mengubah tarif PBBKB yang sudah ditetapkan dalam Peraturan Daerah
dengan Peraturan Presiden. Tarif PBBKB ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Mengingat PBBKB adalah pajak daerah, maka untuk menerapkan PBBKB pada suatu
provinsi, maka gubernur bersama DPRD I harus terlebih dahulu membuat Peraturan Daerah
tentang PBBKB yang merupakan landasan hukum operasional dalam teknis pelaksanaan
pengenaan dan pemungutan PBBKB di daerah provinsi yang bersangkutan.

Dasar Pengenaan PBBKB adalah nilai jual bahan bakar kendaraan bermotor sebelum
dikenakan PPN. Pemerintah dapat mengubah tarif PBBKB yang sudah ditetapkan dalam
Peraturan Daerah dengan Peraturan Presiden. Kewenanangan pemerintah untuk mengubah
tarif PBBKB dilakukan dalam hal :

- Terjadinya harga kenaikan minyak dunia melebihi 130% (seratus tiga puluh persen) dari
asumsi harga minyak dunia yang ditetapkan dalam undang-undang tentang APBN tahun
berjalan

- Diperlukan stabilisasi harga bahan bakar minyak untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga)
tahun sejak ditetapkannya undang-undang ini
Besaran pokok PBBKB yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 Ayat 6 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.

3.2 Penerapan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor di Provinsi Jawa


Timur
Penerapan PBBKB di Provinsi Jawa Timur didasarkan pada Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Timur Nomor 9 tahun 2010 tentang Pajak Daerah yang dibahas lebih rinci
pada Bab V tentang Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor di Provinsi Jawa Timur dipungut atas
penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor. Objek dari PBBKB itu sendiri ialah bahan
bakar yang disediakan atau dianggap digunakan untuk kendaraan bermotor. Subjek PBBKB
ialah orang pribadi atau badan yang menggunakan bahan bakar kendaraan bermotor. Dasar
pengenaan PBBKB adalah nilai jual bahan bakar kendaraan bermotor sebelum dikenakan
Pajak Pertambahan Nilai. Khusus untuk wilayah Provinsi Jawa Timur, tarif PBBKB
ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh persen). Besaran pokok PBBKB yang terutang dihitung
dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Sama halnya di wilayah
Provinsi lain, masa pajak lamanya sama dengan 1 (satu) bulan kalender. PBBKB ini terutang
pada saat penyedia bahan bakar kendaraan bermotor menyerahkan bahan bakar kendaraan
bermotor kepada lembaga penyalur dan atau konsumen langsung bahan bakar.

Penyedia bahan bakar kendaraan bermotor wajib mengisi dan menyampaikan SPTPD
setiap bulan kepada Kepala Dinas paling lambat tanggal 20 (dua puluh) bulan berikutnya atas
penjualan bahan bakar kendaraan bermotor dan dilampiri rekapitulasi. SPTPD itu sendiri
memuat data volume penjualan bahan bakar, jumlah PBBKB yang telah disetor, termasuk
koreksi atas data laporan bulan sebelumnya disertai dengan data pendukung lainnya.
Penyedia bahan bakar wajib menyampaikan data subjek PBBKB baru sesuai penggolongan
sektor industri, usaha pertambangan, perkebunan, kontraktor jalan, transportasi, dan
perusahaan sejenisnya kepada Kepala Dinas.

Dalam pemungutan PBBKB, gubernur memiliki kewenangan dan kewajiban untuk


melakukan pengawasan dan pengendalian penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan pajak daerah tersebut, maka dapat diambil suatu kesimpulan yaitu
diantaranya sebagai berikut.

- Salah satu cara untuk menumbuhkan dan meningkatkan ekonomi negara mulai dari
pemerintah daerah hingga pemerintah pusa, yaitu dengan menambah penerimaan negara
melalui sektor pajak.

- Salah satu jenis pajak menurut subyek yang melakukan pemungutan, pajak terbagi menjadi
dua yaitu pajak pusat dan pajak daerah. Pajak pusat adalah pajak yang dikelola oleh
pemerintah pusat sedangkan pajak daerah ialah pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah.
Pajak Daerah itu sendiri terbagi menjadi dua, yaitu pajak daerah provinsi dan pajak daerah
kabupaten/kota.

- Salah satu jenis pajak daerah provinsi ialah Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. Pajak
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ialah pajak yang dikenakan atas penggunaan bahan bakar
kendaraan bermotor.

4.2 Saran
Untuk meningkatkan pendapatan daerah melalui sektor pajak daerah yang lebih baik,
sudah sepatutnya penertiban-penertiban dalam pemungutan pajak harus di benahi, melakukan
berbagai upaya untuk meminimaliskan factor factor yang menjadi penyebab permasalahan-
permasalahan dalam pajak daerah, salah satunya mensosialisasikan kepada masyarakat akan
kepentingan dari pajak tersebut, yang tidak lain yaitu untuk meningkatkan pembangunan
pada daerah itu sendiri.
Daftar Pustaka
Adrian Sutendi, SH.,MH, Hukum Pajak, Bandung : Sinar Grafika, 2011.

http://jhohandewangga.wordpress.com, pengertian dan macam-macam pajak daerah, diakses


tanggal 25 november 2013.

http://www.kajianpustaka.com, Defenisi pajak dan Jenis-jenis pajak, diakses tanggal 25


november 2013.

http://hitamandbiru.blogspot.com/, Pajak Daerah, diakses tanggal 25 November 2013.

http://www.anneahira.com/pajak-daerah.htm Pajak Daerah Untuk Pembangunan, diakses


tanggal 26 November 2013.

Anda mungkin juga menyukai