Anda di halaman 1dari 2

PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR

Kewajiban pajak diterapkan untuk seluruh wajib pajak yang ada di Indonesia. Baik warga
negara asing atau warga negara Indonesia, selama memiliki kegiatan bisnis di wilayah
Indonesia, maka akan selalu memiliki tanggung jawab pajak tertentu. Sama halnya seperti
pajak bisnis, bahan bakar kendaraan bermotor juga ternyata memiliki kewajiban
pajak tertentu. Pajaknya disebut dengan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor atau
PBBKB.

Pembahasan mengenai PBBKB sendiri mungkin tidak semasif pembahasan pajak lain
seperti pajak penghasilan atau pajak dari transaksi barang kena pajak dan jasa kena pajak.
Hal ini dikarenakan pengenaan pajak bahan bakar kendaraan bermotor diterapkan dalam
lingkup daerah. Artinya, setiap daerah bisa membuat kebijakan terkait pajak ini secara
mandiri, dan nantinya akan masuk ke dalam Pendapatan Asli Daerah atau PAD daerah
tersebut.

Table of Contents
1 Subjek PBBKB
2 Objek Pajak Bahan Bakar
3 Dasar Pengenaan Tarif Pajak Bahan Bakar
4 Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporan
Subjek PBBKB

Karena pajak ini dikenakan pada bahan bakar yang digunakan untuk kendaraan bermotor,
maka subjek dari pajak ini sendiri adalah konsumen bahan bakar kendaraan bermotor.
Baik konsumen merupakan wajib pajak atau bukan, ketika ia membeli dan menggunakan
bahan bakar untuk kendaraan bermotornya, maka secara langsung ia telah membayarkan
pajak untuk bahan bakar yang ia gunakan.

Dilihat dari jenis wajib pajak, yang menjadi subjeknya adalah wajib pajak orang pribadi
atau wajib pajak badan yang membeli bahan bakar tersebut. Karena sudah dimasukkan
dalam perhitungan harga penjualan, maka semua orang yang menggunakan bahan bakar
telah berpartisipasi dalam pembayaran pajak bahan bakar ini.

Objek Pajak Bahan Bakar

Yang menjadi objek pajak dari pajak ini, seperti yang mungkin sudah Anda duga, adalah
bahan bakar kendaraan bermotor yang disediakan atau dianggap digunakan untuk
kendaraan bermotor. Termasuk di dalamnya adalah bahan bakar yang digunakan untuk
kendaraan yang beroperasi di atas air seperti kapal atau perahu atau sebagainya.
Bahan bakar yang masuk dalam objek pajak ini diantaranya adalah bensin, solar dan
bahan bakar gas, premium, premix, bensin biru serta super TT. Setiap bahan bakar
tersebut merupakan bahan bakar yang dikonsumsi oleh masyarakat secara luas dan
pembeliannya memiliki kewajiban pajak yang sudah masuk dalam harga jual.

Dasar Pengenaan Tarif Pajak Bahan Bakar

Untuk perhitungannya, dasar pengenaan tarif PBBKB ini sendiri adalah nilai jual bahan
bakar kendaraan bermotor. Nilai jual ini dihitung sebelum dikenakan Pajak Pertambahan
Nilai. Jika pada satu kondisi harga jual bahan bakar kendaraan bermotor tidak termasuk
PPN namun sudah termasuk PBBKB dengan tarif 5%, maka nilai jual dihitung dengan
perkalian 100/105 dari harga jual total.

Namun demikian pada kondisi lain dimana harga jual bahan bakar yang dimaksud sudah
dihitung dengan memasukkan tarif PPN sebesar 10% maka besaran nilai jual bahan bakar
tersebut dihitung dengan perkalian 100/115 dengan harga jual. Artinya ditambahkan
dengan pajak bahan bakar yang ada sebesar 5%.

Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporan

Pemungutan pajak ini dilakukan oleh penyedia bahan bakar kendaraan bermotor. Di
Indonesia sendiri terdapat beberapa penyedia bahan bakar kendaraan bermotor, misalnya
Pertamina, Shell, atau Petronas. Nantinya pemungutan ini dilakukan saat penerbitan surat
perintah pengeluaran barang atau yang biasa disebut delivery order.

Untuk penyetoran, sebagai pihak yang menyediakan bahan bakar kendaraan bermotor
wajib menyetorkan hasil pungutan PBBKB dengan menggunakan SSPD (Surat Setoran
Pajak Daerah) berdasarkan angka sementara ke rekening kas daerah paling lambat tanggal
25 bulan berikutnya. Jika terbentur hari libur maka penyetoran bisa dilakukan pada hari
kerja efektif setelahnya. Perhitungan sementara hanya berlaku saat angka penjualan yang
didapat belum pasti. Setelah ada angka penjualan pasti, maka harus dilakukan
penyesuaian terhadap penghitungan sementara yang telah disetor sebelumnya.

Pelaporan PBBKB dilakukan dengan cara menyampaikan SPTPD (Surat Pemberitahuan


Pajak Daerah) pada gubernur atau pejabat yang ditunjuk. Laporan tersebut berisikan data
volume penjualan bahan bakar, jumlah pajak yang sudah disetor termasuk juga koreksi
atas data laporan bulan sebelumnya dengan data pendukung lain. Laporan tersebut
kemudian disetorkan pada Dirjen Otonomi Daerah Departemen Dalam Negeri, Dirjen
Lembaga Keuangan dan Dirjen Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Departemen
Keuangan, selambat-lambatnya 5 hari setelah penyetoran dilaksanakan.

Pajak bahan bakar kendaraan bermotor, merupakan pajak yang dikelola oleh daerah
secara otonom dan bisa menjadi daya saing setiap daerah. Jika diterapkan dengan benar,
bisa jadi harga bahan bakar di setiap daerah berbeda tergantung dengan besaran pajaknya.
Namun demikian selama ini pemasukan pajak dari sektor bahan bakar paling besar hanya
terjadi di wilayah Jawa saja.

Anda mungkin juga menyukai