Anda di halaman 1dari 4

Mekanisme Penyetoran PPN kendaraan Bermotor Bekas

Sekilas tentang PPN Kendaraan Bermotor Bekas

PPN kendaraan bermotor bekas merupakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terutang yang harus
disetor kepada negara atas transaksi penyerahan kendaraan bermotor bekas. Pengenaan pungutan
PPN kendaraan bermotor bekas ini merupakan bagian dari “kegiatan usaha tertentu”. Perlakuan
pengkreditan terkait PPN kendaraan bermotor bekas ini didasarkan atas Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) Nomor 79/PMK.03/2010 tentang Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak
Masukan Bagi Pengusaha Kena Pajak yang Melakukan Kegiatan Usaha Tertentu. Dalam PMK
tersebut, salah satu bentuk kegiatan usaha tertentu yang menggunakan mekanisme pengkreditan
pajak masukan yang berbeda dibanding transaksi lain, adalah penyerahan kendaraan bermotor
bekas secara eceran.

Mekanisme Pelunasan PPN Kendaraan Bermotor Bekas oleh Dealer

Pelunasan PPN kendaraan bermotor bekas terkait transaksi penyerahan kendaraan bermotor
bekas tidak mengikuti mekanisme umum, melainkan menggunakan pedoman penghitungan
pengkreditan pajak masukan.

Mekanisme pelunasan PPN kendaraan bermotor diatur dalam PMK Nomor 79/PMK.03/2010
dihitung dengan menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan pajak masukan, yakni
sebesar 90% dari pajak keluaran.
Penghitungan pelunasan PPN kendaraan bermotor bekas dengan pedoman pengkreditan pajak
masukan sesuai dengan PMK Nomor 79/PMK.03/2010 ini memiliki konsekuensi, yaitu
berapapun PPN yang dibayarkan karena perolehan barang dan jasa yang terkait kegiatan usaha,
tidak diperhitungkan sebagai pajak masukan yang dapat dikreditkan.

Penghitungan pajak masukan yang dapat dikreditkan tidak lagi berdasarkan kenyataan yang
sebenarnya, melainkan dengan menggunakan pengukutan yang ditentukan, yakni sebesar 90%
dari Pajak Keluaran.

Konsekuensi Penghitungan Dengan Menggunakan Metode Pengkreditan Pajak Masukan

Ketentuan mengenai pedoman pengkreditan pajak masukan bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP)
terkait PPN kendaraan bermotor bekas sebesar 90% dari pajak keluaran ini memiliki konsekuensi
sebagai berikut:

1. PKP tidak perlu membuktikan bahwa PKP tersebut bukan konsumen akhir atas barang
yang dibeli atau jasa yang dimanfaatkan.
2. Pajak yang dibayar oleh konsumen selaku pembeli kendaraan bermotor bekas belum
tentu seluruhnya masuk ke kas negara.
3. PKP dapat “diuntungkan” atau “dirugikan” karena ada selisih antara pajak yang
seharusnya dibayar dengan pajak yang nyata-nyata dibayar berdasarkan taksiran dalam
konteks PPN sebagai pajak atas konsumsi

PPN yang Wajib Disetor terkait PPN Kendaraan Bermotor Bekas

PPN kendaraan bermotor bekas yang wajib disetorkan ke kas negara pada setiap masa
pajak dihitung dengan cara pajak keluaran dikurangi dengan pajak masukan yang dapat
dikreditkan, yakni sebesar 1% dari DPP bagi PKP yang melakukan penyerahan
kendaraan bermotor bekas.

Dengan cara ini, PKP yang menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan pajak
masukan tidak dapat membebankan PPN atas perolehan Barang/Jasa Kena Pajak
(BKP/JKP) sebagai biaya untuk penghitungan pajak penghasilan.

Ketika terjadi retur, PPN atas penyerahan BKP/JKP yang dikembalikan oleh pembeli,
bisa digunakan untuk mengurangi PPN yang terutang dalam masa pajak terjadinya
pengembalian BKP/JKP. Dengan catatan, faktur pajak atas penyerahan BKP/JKP
tersebut telah dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) masa pajak PPN.

Contoh Penyetoran PPN Kendaraan Bermotor Bekas


Berikut ini contoh mekanisme penghitungan penyetoran PPN kendaraan bermotor bekas:

Pada masa pajak November 2018 PT ABC Motor sebagai PKP yang bergerak di bidang
jual-beli kendaraan bermotor bekas melakukan penjualan kendaraan bermotor bekas
dengan total nilai Rp 150 juta. Atas penyerahan ini, ABC Motor memungut PPN sebesar
10% dari transaksi, yakni totalnya Rp 15 juta.

Pada masa pajak yang sama, ABC Motor juga melakukan pembelian kendaraan bermotor
bekas dengan nilai Rp 50 juta, secara eceran, dalam arti pembelian dilakukan perusahaan
dengan individu bukan dengan PKP penjual kendaraan bermotor bekas lain.

Atas transaksi selama masa pajak November 2018, perhitungan PPN terutang adalah
sebagai berikut:

PPN Keluaran : 10% x Rp 150 juta = Rp 15 juta


PPN Masukan : 90% x Rp 15 juta = Rp 13,5 juta

PPN Terutang : Rp 15 juta – Rp 13,5 juta = Rp 1,5 juta

Anda mungkin juga menyukai