Anda di halaman 1dari 3

Animo

Posted originally on the Archive of Our Own at http://archiveofourown.org/works/1168630.

Rating: General Audiences


Archive Warning: Choose Not To Use Archive Warnings
Category: Gen
Fandom: Shingeki no Kyojin | Attack on Titan
Additional Tags: Alternate Universe - Canon, Drabble
Series: Part 2 of The Beast
Stats: Published: 2014-02-04 Words: 456

Animo
by Aratte

Summary

“Untukmu, eksistensiku, tujuan hidupku. Aku tidak akan pernah menyesal harus mati.”

Notes

Disclaimers: Shingeki no Kyojin/Attack on Titan belongs to Isayama Hajime. This is only a


work of fiction, solely a not-for-profit fan work.

Tyger! Tyger! burning bright

In the forests of the night,

In what distant deeps or skies


Burnt the fire of thine eyes?

-Tyger by William Blake. Puisi dilantunkan oleh Levi dan Eren dalam Official LN and drama CD,
Levi and Eren Gaiden, "Burning bright in the forest of pitch-black night.”

“Eren, dengar. Aku tidak akan mengulangi.”

Pelukan Eren pada pinggangnya menguat. “Heicho?!”

“Kalau aku mati, larilah dan bawa kudaku ke arah utara.”


“Tidak! Anda bicara apa!”

“Berisik, bocah. Jangan berteriak di telingaku. Yah, itu skenario terburuknya, dan aku juga tidak
ingin mati.”

Tiga di kanan. Dua di kiri. Satu mengejar dengan kecepatan gila di belakang. Samar-samar satu
menunggu di depan.

“Ya, untukmu, aku tidak boleh mati.”

Levi memacu cepat kudanya.

“Dengar, Eren, aku bersumpah melindungimu. Kalau aku gagal dan Kau mati, biar tubuhmu hanya
terdiri dari onggokan daging busuk atau hanya tengkorak kepalamu yang tersisa, aku akan tetap
melindungi apa yang Kau tinggalkan. Tak akan kubiarkan serpihan tubuhmu jatuh ke tangan ke
mereka. Walau secuil kuku, sehelai rambut pun.”

Mendengar bunyi deru napas yang bergetar. Otot-otot perut yang saling tertarik mengencang ketika
kuda mereka meliuk di antara pokok yang bertumbangan. Eren mafhum; untuk mengurai kalimat
saja sudah cukup berat bagi kaptennya.

“Levi—Heicho?”

“Eren, aku tidak ragu. Tidak boleh ragu, tidak pernah boleh menyesali tiap-tiap keputusan yang
harus kuambil.” Levi menoleh ke belakang sedikit, aliran darah mengalir ke belakang dari pipi
yang terkoyak. “Terutama menyangkut sosok yang harus kulindungi dengan segenap nyawa.”

Di belakang mereka, batang-batang pohon saling menubruk. Derap langkah gigantis merapat.
Berakselerasi cepat. Sangat dekat Eren dapat merasakan hempasan tekanan angin dengan tanah
kering menampari jubahnya.

“Di antara hal-hal yang paling tidak kusesali, adalah aku memutuskan untuk bergabung dengan
Survey Corps. Erwin—dia punya kualitas yang tidak kumiliki, sesuatu yang kuinginkan dan selama
ini kucari, dan aku tidak bisa menemukan kata-kata yang tepat. Aku yang dulu adalah tikus yang
hidup di dunia bawah tanah, tanpa tujuan, hampir membusuk dan gagal melindungi orang-orang
yang penting bagiku, disebut-sebut monster.”

Batang raksasa menggelinding tepat di depan mata mereka. Levi menarik tali kekang kudanya.

“Gukh!” Refleks, Eren berpegangan lebih erat pada tubuh kaptennya.

“Aku menemukanmu, Eren.”

Eren membuka sebelah matanya, sorot mata melemparkan tanya.

“Hasrat yang menyala dalam matamu. Sosok ringkih tak berdaya namun menyimpan api harapan
untuk mendobrak dinding-dinding kokoh dan menghirup udara kebebasan.” Levi mencabut kedua
pedang, memutar hulu pedang yang kanan. “Resolusiku. Esksistensiku. Kalau takdirku sebagai
Prajurit Terkuat Manusia adalah untuk melindungimu, Harapan Manusia. Tidak pernah sekali pun,
sampai detik ini, aku mengucap sesal.”

Levi menumpukan pistolnya pada punggung tangan Eren yang tremor. Memberi titah tidak secara
verbal.

“Kau, seorang monster pun tak apa.” Tidak akan kulepaskan. Tidak boleh kehilangan untuk sekian
kali. “Untukmu, eksistensiku, tujuan hidupku. Aku tidak akan pernah menyesal harus mati.”

End

Please drop by the archive and comment to let the author know if you enjoyed their work!

Anda mungkin juga menyukai