Anda di halaman 1dari 8

KALA

Rusa Jantan…

Sudah dua purnama aku mengasingkan diri ke hutan, entah apa


yang ada di dalam pikiran mereka setelah kepergianku ke Timur, memang
aku tidak memberi tahu mereka kalau aku pergi. Tidak terlihat tanda-
tanda tim penyelamat sampai sekarang, mungkin mereka mengira aku
telah dimakan oleh Roh Hitam penjaga Hutan Timur. Desa itu indah, suara
burung yang selalu mengiringi ibu-ibu yang sedang mencuci baju di
sungai, aroma gabah paska panen yang tercium dari pintu masuk desa,
dan nyanyian seorang gadis yang terdengar saat jendela dibuka dipagi hari
membuatku enggan untuk meninggalkannya. Memang terlalu indah untuk
dikenang, bahkan tidak bisa untuk dilupakan. Aku sempat mendengar
cerita dari seorang pedagang saat singgah ke kedai kopi dalam perjalanan
menuju hutan, pedagang itu menceritakan Desa Gatri yang begitu indah
sampai ada seorang pemuda yang rela membunuh ayahnya karena tidak
mau diajak untuk pergi meninggalkan desa, entah itu cerita nyata atau
tidak karena selama aku tinggal di desa itu tidak pernah mendengar berita
pembunuhan. Desa Gatri memang sangat makmur, terlebih setelah kakak
ku yang memimpin. Ia memberikan jatah hasil panen padi kepada seluruh
masyarakat desa tanpa terkecuali, satu orang mendapatkan sekarung
beras dan 5 koin emas setiap panennya. Tidak ada kemiskinan, jika
memang ada rakyat yang miskin, kakak ku selalu memberikan modal
berupa koin emas untuk dia berdagang. Semua ingatan itu membuatku
ingin kembali ke desa, tapi aku masih belum menemukan jawaban atas
semuanya.

Perbekalan mulai menipis, tersisa dua buah singkong dan


segenggam beras. Betapa bodohnya aku saat memutuskan untuk
mengasingkan diri beberapa bulan lalu tanpa mempertimbangkan
kemampuanku dalam bertahan hidup. Sembari memasak air di bawah
atap gubuk bambu, aku mulai membuat senjata busur untuk berburu.
Memang benar, selama aku di hutan aku belum pernah mencoba untuk
berburu, ketakutanku terhadap cerita Roh Hitam menjadikan alasan
enggan meninggalkan gubuk. Bagaimana tidak, beberapa cerita dari
pengakuan warga desa yang pernah bertemu Roh Hitam sangatlah
mengerikan. Banyak yang mengaku melihat Roh Hitam saat matahari
mulai terbenam dimana menjadi peralihan siang dan malam. Siapapun
yang bertemu dengn Roh Hitam, ia akan lenyap begitu saja, dan orang
yang berhasil selamat darinya terkena penyakit kejiwaan hingga akhir
hayatnya. Semua cerita tentang Roh Hitam memang belum terbukti
kebenarannya, tetapi semua orang mempercayai hal tersebut. Terlepas
dari cerita itu semua, ada yang lebih penting yaitu urusan perutku.
Sebuah busur dan lima anak panah sudah selesai ku buat, tinggal
menunggu matahari berada di atas kepala dan aku berangkat untuk
berburu. Target buruan ku adalah binatang besar agar dagingnya dapat
menjadi simpanan dihari berikutnya, setahu ku di hutan ini terdapat
kawanan rusa besar terlihat dari jejak kaki yang terdapat di seberang
sungai tempat ku bermalam.

Matahari mulai memuncak dan aku bersiap untuk berburu. Busur


dan anak panah berada di gendonganku, tidak berharap banyak pada
buruanku yang pertama, yang penting perutku kenyang dari hasil
tangkapan ini. Rute pertama menyebrangi sungai kecil yang berbatu dan
langsung masuk ke rerimbunan pohon. Aku menandai setiap pohon yang
kulalui menggunakan daun ilalang agar tidak tersesat saat pulang. Aku
tetap waspada disetiap langkah, berjaga-jaga ada hewan buas yang
muncul. Berita hewan buas di hutan ini jarang terdengar, tapi beberapa
kali kutemui jejak kaki macan dahan saat aku berjalan. Untuk mencegah
hal yang tidak diinginkan, aku juga membawa pedang peninggalan bapak,
pedang yang selalu ku asah agar ketajamannya terjaga. langkah demi
langkah ku lalui, sudah sekitar 3 jam berjalan dan tidak menemukan
target buruan. Hanya ada suara burung hutan dan kera yang melompat
dari pohon ke pohon. Terbesit dalam pikiranku untuk kembali ke gubuk,
tapi tiba tiba aku mendengar derap langkah segerombolan hewan. Aku
mengikuti suara tersebut dan benar saja ada gerombolan rusa yang
sedang berjalan. Dari balik semak-semak ku amati rusa mana yang dapat
aku panah. Terlihat rusa jantan yang besar berada di ujung kanan, aku
mendekat sembari menyiapkan busur untuk memanah. Anak panah
pertama aku tembakkan dan mengenai paha kanan kaki belakangnya,
semua rusa berhamburan lari menyelamatkan diri. Tidak dengan rusa
jantan itu, dia seakan mematung dan memberikan badannya kepadaku,
otot kaki yang kekar dan tanduk yang besar menandakan dialah pemimpin
kawanan itu. Dengan kondisi anak panah pertama menancap, aku tak
habis pikir untuk membidik ke arah lehernya, berharap rusa itu langsung
tumbang. Tembakan ke dua aku lesatkan dan mengenai lehernya, ajaibnya
rusa itu tetap kokoh berdiri, seakan menantangku dan berbicara apa
hanya ini kemampuan ku. Anak panah ke tiga aku tembakkan dan
mengenai paha kanan kaki depannya, dan sama saja rusa itu tidak
berpaling. Saat aku hendak memasang anak panah ke empat, rusa itu
bergerak dan memutar posisinya. Sepertinya dia paham kalau bagian
kirim belum terpanah, saat anak panah di lesatkan, kondisinya sama saja
tidak tumbang. Anak panah itu mengenai paha belakang kaki kirinya, aku
berpikir bagaimana cara menumbangkan rusa itu, mungkin aku bidik
lehernya sekali lagi hingga tembus agar rusa itu tumbang. Anak panah
terakhir aku keluarkan dan fokus kepada leher rusa itu, tali busur kutarik
sekuat tenaga berharap anak panah tembus ke lehernya. Anak panahpun
aku lepaskan dan tepat mengenai leher rusa itu hingga tembus, tiba-tiba
rusa itu lari masuk ke hutan yang lebih dalam. Aku mengikutinya berharap
dia tumbang karena lima anak panah yang tertancap di tubuhnya. Rusa itu
terus berlari tanpa arah, sampai dia melompati batu besar dan saat ku
hampiri di balik batu itu tidak terlihat keberadaan rusa jantan tersebut.
Hari sudah hampir selesai, aku bergegas pulang ke gubuk menghindari
Roh Hitam muncul.

Akibat kejadian itu aku pulang tidak membawa apa-apa, hanya


singkong rebus yang menemani makan malamku. Bagaimana bisa rusa
jantan sebesar itu lenyap setelah melompati batu besar, tanyaku dalam
hati. Apa mungkin rusa itu dimakan Roh Hitam, pasalnya tidak ada jejak
kaki rusa di balik batu besar itu. Rasa penasaran ku terhadap Roh HItam
semakin meluap, entah bagaimana caranya untuk mengetahui apa
sebenarnya wujud dari Roh Hitam yang menjadi cerita warga desa, dan
bagaimana cara mengetahui Roh Hitam dengan selamat. Entah
bagaimanapun itu caranya aku harus tetap bertahan hidup dengan
berburu, kejadian tadi sore menjadi pelajaran bagiku untuk membuat
anak panah yang dilumuri racun agar hewan buruan langsung mati. Tiba-
tiba terdengan gemuruh petir menandakan akan turun hujan, akupun
membereskan peralatan dan bersiap untuk istirahat menanti hari esok.

Pagi hari aku terbangun dengan jantung berdebar kencang, aku


bermimpi aneh. Dalam mimpiku aku melawan lima sosok tinggi besar di
hutan, kelima sosok itu samar-samar dalam wujudnya, sosok pertama
menggunakan jubah hitam besar yang menyentuh tanah, sosok kedua
berwarna merah dengan menggunakan baju berbahan katun seperti yang
warga desa kenakan, sosok ketiga berwarna putih dengan diselimuti
pakaian dari anyaman daun yang menyatu, sosok ke-empat berwana
merah seperti sosok ketiga, tapi sosok ini menggunakan pakaian perang
dari kulit hewan sebagai hiasannya, dan sosok terakhir berwarna putih
yang membawa dua pedang besar. Kelima sosok itu menyerangku secara
bergantian, sosok pertama sampai ke-empat masih bisa aku lawan tanpa
terjatuh hingga sosok kelima menyerangku dengan kedua pedang besar
yang di hempaskan ke leherku, aku berlari sampai di ujung jurang dan aku
melompat ke dalam jurang itu dan langsung terbangun. Entah bagaimana
mimpi itu bisa datang pada tidurku, aku tidak biasa mengingat suatu
mimpi, tapi mimpi itu sangat jelas kuingat, mungkin aku terlalu
memikirkan kejadian rusa jantan kemarin. Aku pun lekas keluar dari gubuk
untuk mencuci muka di sungai, terlihat dari bayanganku di air terdapat
luka bekas sayatan di leherku, tempatnya sama seperti sayatan di dalam
mimpi, apakah mimpi itu nyata atau hanya suatu kebetulan saja luka itu di
leherku. Setelah mencuci muka, akupun membuat tombak untuk berburu,
kali ini aku mencoba untuk menombak ikan. Belajar dari kesalahan
kemarin, aku melumuri tombak dengan getah dari pohon mangga,
berjaga-jaga jika saat aku mencari ikan bertemu dengan hewan buruan
yang lebih besar maka hewan tersebut dapat ku lumpuhkan dengan
mudah.

Siang hari telah tiba, aku bergegas ke sungai, aku menaburi singkong
sisa makan malam ke sungai untuk memancing ikan keluar. Benar, banyak
ikan yang menghampiri remahan singkong itu, tak pikir panjang aku
langsung menombak salahsatu ikan, dan langsung tepat sasaran di
percobaan pertama. ikan tersebut aku taruh ke wadah yang sudah aku
siapkan. Ikan itu tak terlalu besar, aku harus menombak ikan lagi berharap
menemukan ikan yang lebih besar. Saat aku sedang mencari ikan, terlihat
samar-samar bayangan rusa jantan yang memiliki tusukan anak panah
dilehernya tepat dibelakangku. Aku terkejut dan langsung menoleh
kebelakang, tidak ada apapun di belakangku. Akibat hal ini aku langsung
Kembali ke gubuk, betapa takutnya aku. Sesampainya di gubuk akupun
berpikir, apa yang sebenarnya terjadi, kejadian aneh itu, apakah ada
hubungannya. Rusa yang menghilang, mimpi yang mengerikan, dan
bayangan itu, tidak masuk akal. Hamper aku kehilangan akal sehatku, aku
teringat cerita bahwa ada seorang petapa yang tinggal di dalam Hutan
Timur, konon dia sudah menghabiskan masa tua nya untuk bertapa
mencari kedamaian. Aku harus menemuinya, kata ku dalam hati, mungkin
dia memiliki jawaban atas kejadian aneh yang aku pertanyakan.

Keesokan paginya aku memulai perjalanan ke timur untuk menemui


petapa itu, tak banyak yang aku bawa, hanya pedang dan perbekalan
seperti air serta ikan sisa semalam. Entah ada atau tidak petapa tersebut,
aku hanya bermodal keyakinan untuk menemukannya. Sekedar jalan kaki
aku terus melewati rintangan yang ada, aku terus mengarah ke timur dan
sesekali berhenti untuk beristirahat. Sudah sekitar tiga jam perjalanan
tiba-tiba hujan turun dengan begitu derasnya, akupun berteduh ke goa
yang aku temui. Goa tersebut tidak terlalu besar tapi sepertinya panjang,
aku mencoba menyusuri goa itu mungkin petapa yang aku cari ada di
dalam. Aku menyalakan korek sebagai sumber pencahayaan karena goa
itu cukup gelap. Tidak mungkin… aku terkejut melihat se sosok manusia
yang sedang duduk bersila tidak jauh masuk ke dalam. Apakah itu petapa
yang aku cari, tapi ini baru sebentar aku mencarinya, tidak seperti
bayanganku yang susah untuk mencari petapa tersebut, sepertinya
memang itu orangnya, petapa itu Bernama Mbah Roso. Saat aku
memanggil nama Mbah Roso, orang itu membuka matanya, dia terlihat
sangat tua, dibawah remang-remang cahaya korek terlihat kerutan di
wajahnya seakan mengatakan dia lah yang aku cari. Akupun
menghampirinya dengan perlahan,

“apakah kakek Bernama Mbah Roso?” tanyaku.

Kakek itu menyaut dengan suara yang lembut, “Roso? lama aku tidak
mendengar orang lain menyebutkan nama ku.”

Ternyata benar dia adalah orang yang aku cari. Aku


memperkenalkan diri jika aku berasal dari Desa Gatri yang mengasingkan
diri ke Hutan Timur, aku menceritakan semua kejadian aneh yang aku
alami, dan mencoba bertanya kepada Mbah Roso apa yang sebenarnya
terjadi kepada diriku…

“kau tau rusa apa yang kau panah?’ tanya Mbah Roso
“Rusa Jantan Besar, Mbah.” Jawab ku

“itu adalah penjaga di hutan ini, dia diberi tugas untuk menjaga
kelangsungan semua makhluk di sini, dan kau tahu siapa dirimu? Kau
hanyalah perusak yang datang dan mementingkan dirimu sendiri, itulah
manusia.”

Perkataan Mbah Roso membuatku terdiam sejenak,

“jika rusa itu adalah penjaga, apakah dia adalah Roh Hitam penjaga Hutan
Timur?” tegas ku

Kakek itu menjawab dengan tersenyum.

“Rusa adalah penjaga hutan, ular adalah pejaga hutan, elang adalah
penjaga hutan, macan adalah penjaga hutan, tawon adalah penjaga
hutan, katak adalah penjaga hutan, dan pohon adalah penjaga hutan.
Apakah kau sudah paham anak muda?”

“paham Mbah.. tapi kejadian di mimpi itu, siapa yang melakukannya?”


tanyaku

“roh dari hutan ini yang melakukan itu di dalam mimpi mu”

“apakah itu Roh Hitam?”

“sepertinya kau tertarik pada Roh Hitam, nanti kau akan tahu dengan
sendirinya.” Jawab Mbah Roso dengan tenang

“bagaimana bisa aku menunggu sesuatu yang tidak kutahu sebelumnya


ada atau tidak.”

“anak muda, bagaimana caranya kau menemukan diriku?”

“aku terus berjalan dan yakin kalau Mbah Roso ada.”

“itulah kuncinya, sesuatu hal ada atau tidak adanya tergantung seberapa
yakin dirimu. Biarkan waktu bekerja”
“Biarkan waktu bekerja?” tanyaku penuh penasaran

“sekarang pulanglah ke desa, tempatmu bukan di sini, pulanglah!” jawab


mbah itu dengan tegas

Akupun pergi dari goa itu dan segera ke gubuk, dalam perjalanan
aku memikirkan setiap perkatan Mbah Roso. mengenai roh, keyakinan,
waktu…
Itu semua membuatku pusing! Tapi apakah benar aku harus Kembali ke
desa?....
Desa Gatri…

Anda mungkin juga menyukai