Anda di halaman 1dari 9

PAPER

Konflik dan Dampak Ujaran Kebencian: Analisis Kasus Edy Mulyadi Mengenai
Kalimantan sebagai Tempat Jin Buang Anak

Dosen Pengampu : Dr. Phil. I Ketut Gunawan, MA

DISUSUN OLEH:

1. Alya Ramadhani (2202026031)


2. Muhammad Rizal (2202026043)
3. Syafara Yuanita Nurmaulida (2202026049)
4. Andi Ahmad (2202026050)

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2024
A. PENDAHULUAN

Ujaran kebencian adalah fenomena yang telah menjadi perhatian global dalam
beberapa tahun terakhir. Menurut KBBI adalah ujaran yang menyerukan kebencian terhadap
orang atau kelompok tertentu. Ujaran kebencian merujuk pada penggunaan bahasa atau
tindakan yang secara sengaja menyebabkan ketegangan, permusuhan, atau kebencian
terhadap individu atau kelompok berdasarkan ras, agama, etnisitas, jenis kelamin, orientasi
seksual, atau karakteristik lainnya. Ujaran kebencian memiliki potensi untuk memicu konflik
sosial dan meningkatkan ketegangan antara kelompok-kelompok yang berbeda.

Salah satu contoh kontroversial ujaran kebencian yang terjadi adalah pernyataan yang
dilontarkan oleh Edy Mulyadi mengenai pemindahan Ibu Kota Negara ke Kalimantan Timur,
yang mana ia mengatakan bahwa Kalimantan ialah tempat ‘jin buang anak’. Pernyataan
tersebut menimbulkan reaksi negatif dan memicu konflik serta ketidakharmonisan antara
masyarakat yang tinggal di Kalimantan dengan individu atau kelompok yang merasa
tersinggung dengan pernyataan tersebut. Pernyataan Edy Mulyadi secara eksplisit
menghubungkan Kalimantan dengan imajinasi negatif tentang jin yang membuang anak. Hal
ini menciptakan stereotip dan prasangka negatif terhadap Kalimantan dan masyarakatnya.

Pemindahan Ibu Kota Negara dari Jakarta ke Kalimantan merupakan keputusan


strategis yang diambil oleh Pemerintah Indonesia dalam rangka mengatasi berbagai masalah
yang dihadapi oleh ibu kota yang sekarang. Tujuan utama pemindahan ini adalah untuk
mengurangi beban Jakarta yang semakin meningkat, termasuk masalah lalu lintas, kepadatan
penduduk, dan kerusakan lingkungan. Selain itu pemindahan IKN ini juga bertujuan untuk
mewujudkan pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia (Detiknews, 2023).
Namun, pernyataan kontroversial Edy Mulyadi yang menghina Kalimantan dengan
menyebutnya sebagai tempat "jin buang anak" telah memicu konflik dan ketegangan di
masyarakat. Ujaran kebencian semacam ini tidak hanya merusak hubungan antarindividu,
tetapi juga dapat memicu diskriminasi, kekerasan, dan perpecahan sosial. Konflik yang
timbul dari ujaran kebencian ini tidak hanya mencerminkan ketidaksetaraan dalam
masyarakat, tetapi juga dapat mengancam keutuhan negara dan keberlanjutan pembangunan.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak konflik yang timbul akibat ujaran
kebencian Edy Mulyadi terkait pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan. Dalam analisis
ini, akan diteliti bagaimana pernyataan tersebut mempengaruhi hubungan antara berbagai

1
kelompok masyarakat, termasuk masyarakat Kalimantan, pemerintah, dan kelompok-
kelompok yang mendukung pemindahan ibu kota. Dampak konflik ini dapat mencakup
peningkatan polarisasi sosial, terutama antara pendukung pemindahan ibu kota dan kelompok
yang merasa dihina oleh pernyataan tersebut. Konflik juga dapat mempengaruhi proses
pengambilan keputusan terkait pemindahan ibu kota, menghambat kerja sama antara
pemerintah dan masyarakat, serta mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kebijakan ini.

B. GAMBARAN KONFLIK

Pada tanggal 26 Agustus 2019 lalu, Prseiden Joko Widodo telah mengumumkan
lokasi calon ibu kota negara yang baru sebagai ganti dari Jakarta, yakni di sebagian wilayah
Kabupaten Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur (Kusno &
Yahya, 2023). Setelah melakukan kajian intensif dan mendalam daerah ini dipilih karna
dianggap memiliki banyak keunggulan diantaranya, pertama, Kaltim merupakan daerah yang
minim akan terjadinya bencana baik itu banjir, gunung meletus, tsunami, gempa, dll. Kedua,
lokasi geografis Kaltim sangat strategis yakni berada di tengah-tengah Indonesia. Ketiga,
lokasi yang diusulkan berada di antara dua kota yang sudah berkembang yakni Samarinda
dan Balikpapan. Keempat, memiliki infrastruktur yang relatif lengkap. Kelima, telah tersedia
lahan yang dikuasai pemerintah yakni sekitar 180 ribu hektar tanah Negara (CNBC
Indonesia, 2019).

Akan tetapi keputusan pemindahan ibu kota tersebut menimbulkan berbagai pro dan
kontra di masyarakat. Salah satu kontra disampaikan oleh Edy Mulyadi dengan membuat
konten di akun Youtube miliknya. Namun, dalam salah satu unggahan kritikannya tersebut
memuat pernyataan yang dianggap menghina kelompok masyarakat di Kalimantan. Dalam
video yang viral di media sosial saat berada di konferensi pers KPAU (LSM Koalisi
Persaudaraan & Advokasi Umat) yang disiarkan di akun YouTube miliknya itu, Edy Mulyadi
menyebut Kalimantan ialah 'tempat jin buang anak'. Tidak hanya itu, ia juga melontarkan
kata ‘pasarnya kuntilanak’ dan ‘genderuwo’ dalam video tersebut (Kusno & Yahya, 2023).

Hal itu membuat masyarakat Kalimantan merasa direndahkan dan sangat marah
sehingga memicu berbagai aksi protes di penjuru Kalimantan. Perlu diketahui bahwa
psikologi sosial masyarakat adat Kalimantan dikenal dengan kemampuan magis yang dapat
melakukan aksi fisik kepada seseorang (merujuk pada beberapa peristiwa yang ada dan
beberapa konflik sosial yang pernah terjadi di bumi Kalimantan). Hal itu seperti dalam

2
pernyataan Siswansyah ketua Dewan Rakyat Dayak Kalimantan Timur (DRD KALTIM)
salah satu tokoh masyarakat Kalimantan Timur meminta kepada Kapolri untuk
menindaklanjuti apa yang sudah EM lakukan sekaligus memperingatkan jika masyarakat
Kaltim bisa menjadi bengis dan sadis. Oleh karena itu, pernyataan Edy Mulyadi terbukti
dapat menimbulkan kegaduhan, ketersinggungan, dan dapat memancing masyarakat
Kalimantan untuk bertindak nyata (yang digambarkan bengis dan kejam) kepada Edy
Mulyadi apabila tidak mendapat tindakan hukum. Konflik sosial yang pernah terjadi, dipicu
oleh akumulasi konflik kecil yang pernah terjadi. Faktor pemicu seperti pernyataan Edy
Mulyadi tersebut harus ditangani secara serius agar tidak menjadi bagian akumulasi pemicu
konflik sosial yang besar.

Berbagai aliansi di Kaltim membuat aksi unjuk rasa dan demonstrasi dibeberapa titik
yakni, di Kantor DPRD kalitim, Kantor Gubernur Kalitim, dan Polresta Samarinda
(Detiknews, 2022). Para tokoh masyrakat di Kaltim yang diantaranya Wagub Kaltim Hadi
Mulyadi, DPR RI dapil Kaltim dan DPD RI juga telah mengadakan sebuah pertemuan yang
mana hasil dari pertemuan itu seluruh tokoh senator perwakilan daerah se-Kalimantan merasa
kebreratan dan sangat marah atas perkataan Edy Mulyadi tersebut dan meminta agar aparat
hukum bersikap tegas dan segera menyelidiki kasus itu. Selain itu Aliansi Borneo Bersatu
juga meminta Edy Mulyadi dibawa ke Kalimantan untuk melakukan proses sidang adat
akibat ucapannya yang menyinggung dan menyakiti hati masyarakat Dayak. Sidang adat,
dipandang penting dilakukan di luar hukum negara sebagai pembelajaran atas perbuatannya.
Bukan hanya bagi pelaku, akan tetapi sebagai pelajaran agar kejadian serupa tidak terulang
lagi (Suara.com, 2022).

Tidak hanya di Kaltim saja, aksi demonstrasi dan laporan ke pihak berwenang juga
dilakukan di daerah lain seperti di Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan,
dan Kalimantan Tengah (Kusno & Yahya, 2023). Sehingga total ada sebanyak 3 LP (laporan
polisi), 16 pengaduan, dan 18 pernyataan sikap terkait ujaran kebencian ini (Medcom, 2022).

3
C. PEMETAAN KONFLIK

Pengadilan

- Mengkritik pemindahan - Tersinggung dan tidak


IKN ke Kalimantan. Edy Masyarakat terima dengan ucapan
Edy Mulyadi.
- Menyebut Kalimantan Mulyadi M Kalimantan
adalah tempat “jin buang - Melakukan demonstrasi
anak”. di penjuru Kalimantan.
- Melaporkan Edy ke
pihak berwenang.

- Merasa keberatan dan


Lembaga direndahkan dengan ucapan
Edy Mulyadi.
Adat
- Meminta Edy dibawa ke
kalimantan untuk melakukan
sidang adat.
- Dst.

D. RESOLUSI KONFLIK

Konflik yang dipicu oleh pernyataan Edy Mulyadi yang menyebut Kalimantan Timur
sebagai “tempat jin buang anak” diselesaikan melalui jalur hukum. Setidaknya ada 4 laporan
masyarakat ke polisi di tingkat Mabes dan Polda, dua laporan diterima di Bareskrim Polri,
serta masing-masing satu laporan di Polda Sulawesi Utara dan Polda Kalimantan Timur.
Kemudian, Polri juga mendapat 16 pengaduan masyarakat dan 18 pernyataan sikap terkait
ucapan Edy. Edy Mulyadi dipersangkakan Pasal 14 ayat 1 dan ayat 2 dan atau Pasal 14
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang KUHP yang mengatur terkait Penyebaran
Berita Bohong. Kemudian, Pasal 45A ayat 2 Pasal 28 ayat 2 Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2018 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) yang mengatur terkait
penghinaan dan ujaran kebencian, Pasal 156 KUHP tentang Tindak Pidana Kebencian atau
Permusuhan Individu dan atau Antargolongan. Kasus tersebut bergulir dan berkembang
sampai pada proses di pengadilan. Dalam putusannya, Majelis Hakim Pengadilan Negeri

4
(PN) Jakarta Pusat pada senin, 12 September 2022 memvonis Edy Mulyadi 7 bulan dan 15
hari karena perbuatan terdakwa dapat dikategorikan meresahkan masyarakat. Putusan majelis
hakim tersebut lebih rendah daripada tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang Edy
Mulyadi divonis 7 bulan 15 hari penjara. Hakim dalam pertimbangannya mengungkapkan hal
yang meringankan terdakwa karena bersikap sopan selama menjalani persidangan. Dalam
kasus ini, Edy Mulyadi terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melanggar Pasal 14
Ayat 1 Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 1946 tentang KUHP. Hakim menilai tidak
adanya bukti atas tuntutan jaksa yang menilai celotehan melalui akun YouTube pribadi Edy
Mulyadi telah menimbulkan keonaran di masyarakat dalam bentuk penyebaran berita bohong
atau hoaks. Selanjutnya, majelis hakim dalam putusannya memerintah agar Edy Mulyadi
segera dikeluarkan dari tahanan. Akibat putusan tersebut, persidangan diwarnai kericuhan
saat sejumlah masyarakat Kalimantan yang tergabung dalam Majelis Adat Dayak Nasional
(MADN) menyatakan keberatan. Massa yang hadir dalam persidangan tersebut memprotes
putusan hakim yang memerintahkan Edy Mulyadi untuk segera dikeluarkan dari tahanan.
Selain itu, sebagian massa yang hadir dalam persidangan meneriaki hakim telah mengambil
putusan yang tidak adil. (Kusno, A.,& Yahya, M. 2023 : 70)

E. KESIMPULAN

Ujaran kebencian adalah fenomena yang telah menjadi perhatian global dalam
beberapa tahun terakhir. Ujaran kebencian merujuk pada penggunaan bahasa atau tindakan
yang secara sengaja menyebabkan ketegangan, permusuhan, atau kebencian terhadap
individu atau kelompok berdasarkan ras, agama, etnisitas, jenis kelamin, orientasi seksual,
atau karakteristik lainnya. Ujaran kebencian memiliki potensi untuk memicu konflik sosial
dan meningkatkan ketegangan antara kelompok-kelompok yang berbeda.Salah satu contoh
kontroversial ujaran kebencian yang terjadi adalah pernyataan yang dilontarkan oleh Edy
Mulyadi mengenai pemindahan Ibu Kota Negara ke Kalimantan Timur, yang mana ia
mengatakan bahwa Kalimantan ialah tempat ‘jin buang anak’.Adapun dampak yang terjadi
dari ujaran kebencian ini adalah Dampak konflik ini dapat mencakup peningkatan polarisasi
sosial, terutama antara pendukung pemindahan ibu kota dan kelompok yang merasa dihina
oleh pernyataan tersebut. Konflik juga dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan
terkait pemindahan ibu kota, menghambat kerja sama antara pemerintah dan masyarakat,
serta mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kebijakan ini.

5
Ujaran kebencian itu membuat masyarakat Kalimantan merasa direndahkan dan
sangat marah sehingga memicu berbagai aksi protes di penjuru Kalimantan. Berbagai aliansi
di Kaltim membuat aksi unjuk rasa dan demonstrasi dibeberapa titik yakni, di Kantor DPRD
kalitim, Kantor Gubernur Kalitim, dan Polresta Samarinda. Para tokoh masyrakat di Kaltim
yang diantaranya Wagub Kaltim Hadi Mulyadi, DPR RI dapil Kaltim dan DPD RI juga telah
mengadakan sebuah pertemuan yang mana hasil dari dari pertemuan itu seluruh tokoh senator
perwakilan daerah se-Kalimantan merasa kebreratan dan sangat marah atas perkataan Edy
Mulyadi tersebut dan meminta agar aparat hukum bersikap tegas dan segera menyelidiki
kasus itu. Selain itu Aliansi Borneo Bersatu juga meminta Edy Mulyadi dibawa ke
Kalimantan untuk melakukan proses sidang adat akibat ucapannya yang menyinggung dan
menyakiti hati masyarakat Dayak. Sidang adat, dipandang penting dilakukan di luar hukum
negara sebagai pembelajaran atas perbuatannya.

F. SARAN

Penyelesaian konflik bisa dilakukan secara personal yakni dengan mulai melakukan
instrospeksi diri. Dalam hal ini yang dimaksud introspeksi diri adalah cara seseorang untuk
melihat dirinya atau merenungkan pikiran, emosi, dan ingatannya terhadap sesuatu hal.
Dengan melakukan introspeksi diri, antara lain seseorang dapat segera menyadari atas
kesalahan dan segera misalnya melakukan permintaan maaf. Dalam hal ini, Edy Mulyadi
telah melakukan permintaan maaf atas kemungkinan kesalahan yang telah terlanjur
mengatakan IKN di Kaltim seperti “tempat jin buang anak”. Persoalan kemudian, apakah
orang-orang yang merasa telah dihina atau dilecehkan, segera menyahuti permintaan maaf
Edy Mulyadi? Kalau disambut dengan lapang dada (mungkin setelah melakukan introspeksi
juga dengan menyadari berkasus secara hukum tidaklah lebih baik dan akan hanya menguras
energi), maka kasusnya akan segera dapat diselesaikan.
Dalam cakupan yang lebih besar, menyelesaikan konflik bisa dilakukan dengan
musyawarah. Yang dimaksud dengan bermusyawarah adalah membicarakan suatu masalah
secara bersama-sama, melibatkan pihak-pihak yang bertingkai dan pihak lain seperti warga
yang terlibat langsung, tokoh masyarakat, tokoh agama, aparat pemerintah setempat, dan
lainnya. Tentu keputusan akhir yang diambil dari musyawarah harus dapat diterima dan
dilaksanakan oleh semua anggota dengan penuh rasa tanggung jawab. Dalam hal kasus Edy
Mulyadi, musyawarah bisa dilaksanakan dengan “kepala dingin” atau tenang dan sabar.

6
Setiap orang yang bermusyawarah perlu punya kemampuan untuk bersikap tenang, terutama
saat menghadapi suatu masalah yang membuat emosi bisa memuncak.
Di samping itu, bisa pula menyelesaikan konflik Edy Mulyadi dengan melalui
mediasi, yaitu penghentian pertikaian oleh pihak-pihak ketiga. Tentu pihak ketiga yang
dimaksud adalah orang yang dipercaya bagi pihak-pihak yang bertikai. Walau dalam mediasi
tidak diberikan keputusan yang mengikat, tetapi mediasi sering digunakan karena sangat
ampuh dalam menyelesaikan konflik. Kemampuan mediator yang biasanya dari orang-orang
yang netral terhadap pihakpihak berkonflik, sangat diharapkan mupuni. Penyelesaian konflik
bisa pula dengan melakukan negosiasi, yaitu dengan perundingan yang dilakukan secara
langsung antarpihak. Tujuan dari negosiasi jelas untuk menyelesaikan sengketa. Karena
negosiasi tidak melibatkan pihak ketiga, maka pihak-pihak yang bertikai haruslah bisa
berpikiran positif, berkepala dingin, dan bisa pula diawali dengan introspeksi diri. Ungkap
“mengalah untuk menang” salah satu sikap yang bisa menyukseskan negosiasi. Layaknya
bernegosiasi, tentu ada tawaran atau permintaan dari satu pihak, dan pihak lain harus bisa
menyahutinya, sehingga muncul win-win solution yang berarti penyelesaian yang
menguntungkan dan memuaskan semua pihak.

7
REFERENSI

Kusno, A., & Yahya, M. (2023). ANALISIS KRITIS PENGUNGKAPAN MUATAN


UJARAN KEBENCIAN ATAU PERMUSUHAN INDIVIDU DAN/ATAU
ANTARGOLONGAN DALAM KASUS JIN BUANG ANAK (KAJIAN
LINGUISTIK FORENSIK). LOA: Jurnal Ketatabahasaan dan Kesusastraan, 18(1).

Medcom.id, 2022. Kasus Edy Mulyadi, Polri Terima 3 Laporan dan 18 Pernyataan Sikap.
https://www.medcom.id/nasional/hukum/0Kvo3PoN-kasus-edy-mulyadi-polri-terima-
3-laporan-dan-18-pernyataan-sikap. Diakses Pukul 20:03, 27 Maret 2023.

Suara.com, 2022. Tebus Kesalahan karena Sebut Kalimantan Tempat Jin Buang Anak, Edy
Mulyadi Wajib Jalani Sidang dan Hukum Adat Dayak.
https://www.suara.com/news/2022/01/27/160821/tebus-kesalahan-karena-sebut-
kalimantan-tempat-jin-buang-anak-edy-mulyadi-wajib-jalani-sidang-dan-hukum-adat-
dayak. Diakses Pukul 19:17, 25 Maret 2023.

Detiknews, 2022. Edy Mulyadi Juga Dilaporkan ke Polresta Samarinda soal 'Jin Buang
Anak'. https://news.detik.com/berita/d-5912415/edy-mulyadi-juga-dilaporkan-ke-
polresta-samarinda-soal-jin-buang-anak. Diakses Pukul 21:23, 26 Maret 2023.

Kemenkeu RI, 2023. Mengukur Manfaat dan Biaya dari Pengembangan Ibukota Baru.
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/15931/Mengukur-Manfaat-dan-Biaya-
dari-Pengembangan-Ibukota-Baru.html. Diakses Pukul 13:32, Maret 2023.

Anda mungkin juga menyukai