Setiap masyarakat Indonesia harus memiliki sikap toleransi. Dimana sikap toleransi pada butir Pancasila dalam sila ketiga diharapkan masyarakat dapat saling menghargai perbedaan antar agama, suku, budaya, dan ras. Kenyataannya sikap toleransi ini belum sepenuhnya diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini dapat ditunjukkan dari masalah-masalah yang mulai bermunculan salah satunya yaitu munculnya kasus mengenai Edi Mulyadi yang terkesan merendahkan warga Kalimantan saat mengkritik pemindahan ibu kota. Sehingga sikap toleransi yang ada di negara Indonesia belum terlaksana sesuai dengan landasan Pancasila. Berdasarkan laporan masyarakat Kalimantan yaitu Daniel yang didampingi GP Ansor, GAMKI, Pemuda Muhammadiyah, Pemuda Katolik, Pemuda Hindu, Pemuda Konghucu di Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2022, ditemukan kasus mengenai Edi Mulyadi yang terkesan merendahkan warga Kalimantan saat mengkritik pemindahan ibu kota, dimana Edi Mulyadi menyatakan Kalimantan sebagai ibu kota baru dengan sebutan “tempat jin buang anak”. 2. Sila ketiga di Indonesia Dari sila ini dijelaskan pada penjelasan resmi Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 yang termuat dalam Berita Republik Indonesia Tahun ke II, No,7 bahwa negara persatuan adalah negara yang mengatasi segala paham golongan dan paham perseorangan, bukan berdasarkan individualism juga bukan mengutamakannegara klasa yang mengutamakan satu golongan. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa Pancasila sila ketiga ini berpegang pada asas atau nilai-nilai kekeluargaan, tolong menolong, saling menghormati dan menghargai, serta saling bertoleransi dengan dasar kesatuan persatuan serta keadilan. Pada dasarnya, Pancasila berpengang pada nilai-nilai kekeluargaan yang saling menghormati dan menghargai, dimana kaitan dari sikap ini adalah sikap bertoleransi. Sikap toleransi harus diterapkan oleh setiap warga Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan adanya toleransi di Negara Indonesia yang multicultural ini dapat memperkecil terjadinya perpecahan suku, ras, maupun agama. 3. Konflik SARA di Indonesia Konflik dari SARA ini dapat dicontohkan dengan timbulnya kasus yang dimana terjadi lunturnya toleransi antar ras dan suku. Salah satu kasusnya yaitu Edy Mulyadi yang mengkritik pemindahan ibu kota dan menyatakan bahwa Kalimantan sebagai ibu kota baru dengan sebutan “tempat jin buang anak”. Hal ini dikarenakan pihak yang mengkritik terkesan merendahkan warga Kalimantan sehingga membuat rasa keadilan dalam toleransi dari warga Kalimantan ini menjadi tersayat sehingga hal ini perlu ditindaklanjuti agar solusi bisa didapatkan. 4. Solusi • Meletakkan peran negara atau pemerintahan sebagai fasilator dan stabilisator kekuatan negara. • Kesadaran diri setiap individu dari masyarakat bahwa adanya perbedaan, kesamaan, keberagaman dalam diri sehingga antar satu dengan yang lain perlu saling bertoleransi dimulai dengan cara saling menghargai, menghormati, dan terbuka terhadap sesuatu yang baru. • Meletakkan peran dari media massa yang berpegang pada prinsip peace journalism atau jurnalisme damai Kesimpulan: Pancasila memiliki peran sebagai pandangan hidup bangsa, yang berarti nilai-nilai yang ada pada Pancasila ini harus dijadikan pedoman sikap masyarakat Indonesia. Salah satu bentuk pengamalan nilai Pancasila khususnya sila ketiga adalah sikap toleransi. Dengan adanya toleransi, hal ini dapat memperkecil terjadinya perpecahan suku, ras, maupun agama. Namun, kenyataannya sikap toleransi ini belom sepunuhnya diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini dapat dilihat dari masalah-masalah yang bermunculan yang melibatkan suku, agama, ras, dan antar golongan tertentu (atau lebih dikenal dengan tindakan SARA). Tindakan SARA merupakan tindakan yang melecehkan kemerdekaan dan hak-hak dasar dari setiap manusia. Konflik dari tindakan SARA ini sering terjadi disebabkan karena keegoisan dari seseorang atau kelompok yang dilakukan dengan jalan kekerasan. Untuk itu, terdapat solusi yang dapat mengatasi dalam terjadinya konflik SARA diantaranya yaitu meletakkan peran negara sebagai fasilator dan stabilisator kekuatan negara, kesadaran masyarakat terkait prinsip bertoleran, dan pemanfaatan media massa.