Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL ILMIAH

HAK ASASI MANUSIA DI ERA GLOBALISASI

Disusun Oleh:

IMAM MAULANA
050663784

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TERBUKA
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH SURAKARTA
PROGRAM STUDI / S1 SISTEM INFORMASI
TAHUN 2023
A. Pendahuluan
Globalisasi telah mengakibatkan perkembangan pesat pada kehidupan manusia,
sejalan pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang terus
maju. Hal ini telah mengubah dunia menjadi tanpa batas, menghilangkan pembatas
geografis, dan menggabungkan berbagai wilayah dunia dalam satu ruang. Dampak
dari globalisasi sangat besar terhadap dinamika kehidupan pada banyak bidang
seperti ekonomi, politik, sosial, keamanan, budaya, termasuk pengaturan nilai-nilai
(hukum) untuk menjaga keteraturan dalam masyarakat. Tidak dapat dipungkiri
bahwa keterbukaan dalam dunia global telah memengaruhi kerangka hukum dan
nilai-nilai, mengaburkan batas antara nilai-nilai Barat dan Timur.
Globalisasi menjadi pendorong utama perubahan ini, dan hal ini telah mengubah
cara norma-norma dipengaruhi dan diterapkan, melintasi batas-batas tradisional.
Dalam dunia saat ini, interaksi global antara negara-negara adalah hal yang tak
dapat dihindari. Bagi negara-negara maju, ekspansi bisnis mereka ke pasar asing,
termasuk negara-negara berkembang, merupakan syarat mutlak untuk tetap
bersaing di dalam negeri atau antar negara yang relevan. Sedangkan, banyak negara
berkembang ingin terus berada dalam tatanan global harus sangat bergantung pada
sumber daya dan keahlian dari negara maju guna mengolah sumber daya alam
negara berkembang bersamaan guna mendapatkan transfer keahlian serta
teknologinya (Erlina, 2011).
Dampak yang ditimbulkan dari globalisasi sangat besar, kemampuan menjadi
goyah serta perubahan baru dalam ikatan sosial individu dan antar sistem
masyarakat dunia, yang mengakibatkan berbagai peristiwa baru yang memberikan
perubahan dari kehidupan yang jaraknya jauh menjadi kesatuan. Maka globalisasi
ialah proses menjalin hubungan, melakukan pengangkatan, melakukan kooptasi
antar menusia menjadi suatu pola, sehingga dalam proses tersebut tidak dapat
dihindari terjadinya perubahan dalam sistem nilai masyarakat.
Globalisasi memberikan dampak yang kuat pada sektor ekonomi, sosial, serta
budaya khususnya di Indonesia ialah salah satu negara yang mendapatkan
dampaknya dimana di era globalisasi ini menjadi sumber dari peristiwa pelanggaran
hak asasi manusia. Definisi hak asasi manusia pada umumnya yaitu seluruh hak
yang sudah ada dalam diri individu sebagai anugerah dari Tuhan yang didapatkan
mulai manusia terlahir di dunia, maka hak tersebut tidak bisa diganggu. Apabila
hak asasi manusia tidak ada dalam diri manusia maka manusia akan kehilangan
sifat keluhuran serta kemanusiaannya (Basuki, 2013).
Berdasarkan pengertian tersebut, timbul paham persamaan kedudukan antar hak
manusia sesuai prinsip keadilan yang mengakui bahwa manusia memiliki
persamaan hak serta kewajiban dengan tidak mendiskriminasi ras, suku, jenis
kelamin, agama, status sosial, dan sebagainya. Sehingga dalam kehidupan sejarah
politiknua, manusia melaksanakan perjanjian atau kontrak guna melakukan
penbentukan negara supaya hak-haknya terlindungi atau terjamin.
Globalisasi berpengaruh pada pelanggaran hak asasi manusia dalam bidang
ekonomi, sosial, dan budaya yang disebabkan karena kesengajaan, pembiaran, atau
juga dikarenakan dimediasi. Kesengajaan dapat terjadi apabila pemerinah pusat
dengan daerah secara sengaja membiarkan masyarakatknya tidak mendapatkan hak-
hak dasarnya untuk hidup dan melangsungkan kehidupan maka rakyatnya akan
tetap berada dalam kemiskinan, keterbelakangan, tidak sehat, serta tidak
memperoleh pendidikan yang layak (Marzuki, 2010).
Selanjutnya, mengenai tindakan pembiaran yang dapat terjadi jika pemerintah
pusat dengan daerah tidak melaksanakan suatu tindakan terhadap suatu kondisi,
walaupun mereka bisa melaksanakan tindakan tersebut, pemerintah sudah
melanggar hak asasi manusia dikarenakan membiarkan rakyatnya mengalami
penderitaan, gizi buruk, kelaparan, dan tidak mendapatkan pendidikan yang layak,
mengetahui hal tersebut pemerintah hanya terdiam. Terlebih lagi jika pemerintah
pusat dan daerah sengaja membiarkan hal tersebut terjadi maka mereka suda
melakukan tindakan kejahatan bahkan kekerasan karena pembiaran (Marzuki,
2010).
Era globalisasai yang bisa mengakibatkan berbagai permasalahan pelanggaran
hak asasi manusia dalam bisang ekonomi, sosial, dan budaya akan menjadi
hambatan bagi suatu negara untuk mencapai tujuannya, sehingga dalam sector
hukum harus dilakukan pengaturan yang akurat tentang hak asasi manusia dalam
bidang ekonomi, sosial, dan budaya melalui pembangunan hukum hak asasi
manusia yang tepat. Penulis dalam hal ini melakukan kajian mengenai hak asasi
manusia di era globalisasi yang berisi pengaruh globalisasi terhadap hak asasi
manusia dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya.

B. Kajian Pustaka
1. Globalisasi
Globalisasi berdasarkan kata dasarnya yaitu global yang berarti dunia.
Globalisasi berusaha melaksanakan proses penyeragaman sistem dunia maka
seluruh negara mempunyai sistem seragam dengan dunia (Safril, 2015). Pra ahli
barat mengungkapkan globalisasi ialah proses yang luas serta terdiri dari
berbagai dimensi kehidupan mulai dari ideologi, politik, sosial, budaya, dan
ekonomi yang bisa seluruh manusia dunia dapat merasakannya dengan tidak ada
batasan (Syarbaini, 2012). Lebih lanjut lagi, Gidden (1984) memberikan definisi
dari globaliasai yaitu proses pendalaman hubungan sosial yang mendunia
dengan mengaitkan berbagai wilayah yang jauh maka suatu kejadian pada suatu
tempat bisa mendapatkan pengaruh dari kejadian di tempat lainnya yang
berjarak jauh maupun sebaliknya.
Definisi lain dari globalisasi ialah proses menumbuhkembangkan
perekonomian lintas wilayah maupun negara. Hal tersebut ditunjukkan dengan
mobilitas barang, jasa, modal, serta tenaga keerja dengan investasi maupun
perdagangan. Scholte memberikan pengertian mengenai globalisasi, yakni
(Scholte, 2005):
a. Internasionalisasi, artinya globalisasi yakni proses peningkatan
kegiatasn hubungan internasional. Meskipun tiap-tiap negara tetap
menjaga jati dirinya, tetapi terjadi ketergantungan antar negara satu
dengan lainnya.
b. Liberalisasi, yakni globalisasi ialah pengurangan batasan-batasan
antar negara. Seperti, permasalahan harga ekspor maupun impor,
migrasi, dan sebagainya.
c. Universalisasi, yakni produk yang bersifat material maupun
immaterial semakin mendunia karena adanya globalisasi. Pada suatu
tempat bisa jadi mempunyai pengalaman yang sama dengan tempat
lainnya.
d. Westernisasi, yakni sebagai wujud dari universalisasi bersifat kebarat-
baratan yang mana budaya yang tersebar semakin luas yang
mempengaruhi kehidupan manusia di seluruh dunia.
e. Hubungan transplanetari dan suprateritorialiti, yang mana globalisasi
dalam hal ini mempunyai sedikit perbedaan, dimana dalam keempat
definisi sebelumnya melakukan identifikasi tiap-tiap negara tetap
menjaga status jati dirinya tetapi pada definisi kelima mengungkapkan
dunia globat mempunyai identitasnya tersenduru bukan hanya
kombinasi dari seluruh negara di dunia.
Pada intinya, bisa disintesiskan globalisasi merupakan proses
homogenisasi berbagai dimensi kehidupan manusia yang mendunia maka
batasan wilayah antara negara di dunia menjadi kabur atau semu.
Globalisasi ialah proses homogenisasi berbagai dimensi mendunia,
mempunyai karakter tertentu. Ciri-ciri ini menampilkan globalisasi memiliki
karakteristik khusus selama proses serta perkembangannya. Berikut ciri-ciri dari
globalisasi menurut Syarbaini (2012), yakni:
a. Lahirnya globalisasi ternyata sama dengan kelahiran modernisasi pada
abad ke-16, ketika adanya proses tersistem dari berbagai kehidupan
perekonomian, hubungan antar negara, serta adanya kelahiran
kebudayaan global. Proses tersebut berjalan maka kini semakin
mengalami pertumbuhan yang cepat. Kebudayaan barat yang masuk
ke Indonesia, melalui perdagangan rempah-rempag yang disertai
dengan penjajahan.
b. Globalisai memiliki arti yaitu adanya hubungan sistemik dari seluruh
hubungan sosial di dunia ini, kehidupan serta penghayatan manusia
sudah terintegrasu dikarenakan adanya teknologi komunikasi.
c. Globalisasi meliputi fenomenologi kontraksi yang mana dunia
semakin mengecil bukan materinya tetapi mengenai arti yang abstrak.
Biasanya ruang diukur melalui waktu. Melalui teknologi komunikasi
yang cepat sehingga ruang bisa terasa lebih dekat. Proses globalisasi
implisit mengeliminasi ruang dengan fenomenologis serta
mengeneralisasi waktu.
d. Fenomena globalisasi bersifat refleksi, berarti mengakibatkan rasa
sadar akan kemanusiaan seperti perasan simpati mengenai korban
ynag menderita karena bencana alam, peperangam terdapat pasar
global serta hak asasi manusia. Proses globalisasi yakni hilangnya
perlawanan antara universalisme dengan particularism, peguyuban
dnegan patembayan, public dengan swasta, dunia kerja dengan
keluarga.
e. Pemisahan tersebut memiliki ikatan dengan ruang serta waktu.
Globalisasi mengakibatkan hilangnya batasan-batasan ruang serta
waktu..
f. Globalisasi artinya mengatasi berbagai realitas serba muka antara
kepercayaan dengan risiko. Sekarang ini banyak orang hanya
mempercayari orang yang dikenalnya yang bersifat fisik atau
kehadirannya disini. Pada masa globalisasi kita mempercayai orang
yang tidak kita kenali, kekuatan impersonal serta berbagai norma
berupa norma pasar, hak asasi manusia, dan lain-lain.
2. Hak Asasi Manusia (HAM)
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 menyatakan
bahwa Hak Asasi Manusia (HAM) ialah hak yang berada pada diri manusia
sebagai makhluk Tuhan serta sebagai anugerah-Nya yang menjadi kewajiban
undtuk memperoleh penghormatan, dijunjung tinggi, serta memperoleh
perlindungan dari negara, hukum pemerintahan, serta tiap manusia untuk
menghormati serta melindungi harkat martabat manusia (Lasiyo et al., 2021).
Gagasan hak asasi manusia berasal dari teori hak kodrati. Teori kodrati tentang
hek tersebut berawal dari hukum kodratu. Hal tersebut dimulai dari
perkembangan melawan kekuasaan berupa gerakan untuk melakukan
pembaharuan dengan harapan kembalinya kebudayaan Yunani serta Romawi
yang menghormati hak perorangan. Gerakan tersebut dilanjutkan dari aliran
hukum kodrat oleh Thomas Aquinas dan Grotius yang menekankan bahwa tiap
manusia dalam menjalani kehidupannya ditentukan Tuhan, tetapi seluruh orang
dari status apa pun harus tinduk terhadap kekuasaan Tuhan. Artinya, bukan
sekadar kekuasaaan dari raja yang memiliki kekuasaan oleeh berabagai
peraturan. Namun, seluruh manusia memiliki jati diri yang unik, yang terpisah
dari negara yang mana mereka mempunyai hak kodrati yang menunjukkan
bahwa setiap manusia ialah makhluk otonom (Roma, 2009).
Berdasarkan definisi di atas, bisa disintesiskan bahwa hak asasi manusia
secara kodrati telah melekat, universal dengan acuan hak asasi manusia tersebut
tidak mendiskriminasi ras, warna kulit, agama, suku, etnis, bangsa maupun
status sosial yang lain serta tidak bisa dicabut, hak tersebut dimiliki manusia
karena mereka merupakan hasil dari ciptaan-Nya bukan dikarenakan sebagai
warga negara pada suatu negara (Kusniati, 2011). Tanpa hak-hak tersebut
individu tidak dapat dinyatakan menjadi manusia seutuhnya, jika haknya
dikurangi atau dilanggar maka berakibat pula pada berkurangnya kualitasnya
sebagai manusia ciptaan Tuhan.

C. Pembahasan
Globalisasi ialah suatu kondisi yang diakibatkan dari perubahan global yang
menjadikan dunia berada dalam kondisi compresed serta terjadi intensifikasi
kesadaran mengenai dunia menjadi kesatuan yang utuh. Dampak dari adanya
globalisasi yang kerapkali timbul ialah liberalisasi yang bertentangan dengan
hukum perundang-undangan dan nilai Pancasila, padahal dalam konteks Indonesia
bahwa hak asasi manusia dalam biidang ekonomi, sosial, serta budaya harus
mengacu pada Pancasila, keyataannya adanya liberalisasi ditandai dnegan
memudarnya penerapan berbagai nilai Pancasila dalam pengadaan hukum baik
dalam membentuk, menemukan, serta mengimplementasikan hak asasi manusia
dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya (Sutrisno, 2007).
Globalisasi ialah kekuatan baru yang memberikan pengaruh kedapa kehidupan
manusias hingga berbagai nilai kemanusiaan yang berada pada tradisi ketimuran
dalam hal ini ialah Negara Indonesia yang semakin pudar, globalisasi yang di
dalamnya membawa nilai liberalisme mengakibatkan bilai bangsa Indonesia atau
jadi dirinya luntur, hal tersebut tampak dari beberapa norma hukum dalam
perundang-undangan ekonomi yang tidak lagi memperhatikan nilai-nilai Pancasila.
Peraturan undang-undang justru berpihak kepada nilai-nilai liberalisme yang
menyebabkan krisis dalam berbagai bidang kehidupan terutama dalam
mengembangkan teori serta kelimuan bidang hukum yakni melemahnya sendi nilai
hukum budaya Indonesia yang terdapat dalam Pancasila terutama mengenai
berbagai nilai kearifan lokalnya.
Kondisi semacam itu sudah semestinya oleh pemerintah Indonesia dijadikan
suatu cerminan untuk membenahi diri dalam menyelenggarakan hukum serta paling
tidak usaha yang dilaksanakan untuk menanggapo berbagai tranformasi nilai,
karena apanila tidak dilaksanakan mengakibatkan hukum sekadar menjadi teks mati
yang tidak bisa diterapkan secara baik. Hal tersebut merupakan permasalahan untuk
pembangunan hukum ekonomi Indoenesia pada masa globalisasi ini. Menurut
Toynbee (Susanto, 2010) mengungkapkan bahwa sekarang ini sudah terjadi
ketimpangan yang amat besar antara sains dan teknologi yang berkembang sangat
pesat dengan kearifan moral bangsa yang malah justru tidak mengalami
perkembangan atau dengan kata lain justru mengalami kemunduran.
Globalisasi menurut Korten (1984) mengungkapkan bahwa adanya globalisasi
mengakibatkan peran politis pemerintah menjadi berkurang, kini yang memiliki
kekuasaan ialah jairngan uang mempunyai posat ekonomi global yang dikuasi oleh
perdagangan antar perusahaan serta hubungan antar pribadi. Pendapat tersebut
memang sesuai kenyataannya bahwa industrialisasi teknilogi semakin
mencengkram, serta keadaan sosial masyarakat bergeser dari yang semula
komunalistik berubah menjadi individualistik, dalam hal hak asasi manusia juga
sama sudah bergeser, pemerintah pusat serta daerah sudah mengarah padah
globalisasi dalam hal ini investasi dari perusahaan asing serta tidak mempedulikan
perlindungan, penghormayan, serta pemenuhan hak asasi manusia dalam sektor
ekonomi, sosial, dna budaya. Seiring dang hal tersebut pemerintah pusat serta
daerah mengalami tranformasi peran dari perannya untuk melindungi rakyat dan
sumber daya alam serta manusia mereka dari ancaman luar berubah menjadi
penjamin rakyat yang bisa memperoleh keuntungan dari barang dan jasa terbaik
dan termurah dari seluruh dunia, karena hal tersebut pemerintah hanya terpaku
dalam peran tradisional menjadi penguasa tinggal ekonomi dipandang menjadi
hambatan dalam investasi dan memiskinkan rakyatnya sendiri atau dikenal dengan
kejahatan karena dimediasi.
Bagi negara Indonesia sendiri sangat tidak memungkinkan untuk bisa melawan
arus globalisasi hal tersebut dikarenakan Indoensai terdapat pada kedudukan yang
kurang menguntungkan yang disebabkan karena sumber daya manusianya yang
lemah dalam penguasaah teknologi serta sistem birokrasi bidang investasi yang
buruk. Selain itu, hal tersebut juga ditambah Indonesia telah meratifikasi WTO,
sehingga pemerintah berperan signifikan dalam kehidupan ekonomi. Walaupun
globalisasi, yang pada dasarnya ialah proses tranformasi yang amat cepat yang
berpengaruh dalam seluruh sektor kehidupan serta menimbulkan persaingan yang
tinggi, sudah meletakkan Indonesia dalam kedudukan yang sangat lemah, namun
ada celah yang bisa dimanfaatkan guna memperkuat diri yakni melalui
pembangunan kekuatan internalnya.

D. Penutup
1. Kesimpulan
Dengan demikian, berdasarkan dari pembahasan di atas maka pengaruh
globalisasi terhadap perkembangan hak asasi manusia dalam bidang ekonomi,
sosial, dan budaya telah mengalami pergeseran menjadikan batas-batas nilai dan
norma menjadi hilang. Maka, dalam membangun hukum hak asasi manusia
harus dilakukan dalam berbagai bidang terutama ekonomi, sosial, dan budaya
yang merupakan hak yang harus dilindungi, dihormati, dan dipenuhi oleh
pemerintah.

2. Saran
Adapun saran yang diberikan penulis supaya terjaminya hak asasi
manusia di era globalisasi ini terutama dalam bidang ekonomi, sosial, dan
budaya yaitu pemerintah harus berperan aktif dalam melindungi hak asasi
manusia. Ini termasuk membuat dan mengimplementasikan kebijakan yang
melindungi hak asasi manusia, mengawasi perusahaan dan organisasi yang
beroperasi secara internasional, serta memastikan bahwa regulasi ekonomi dan
perdagangan tidak merusak hak asasi manusia.

Daftar Pustaka
Basuki, U. (2013). Globalisasi, Konstitusi dan Hak Asasi Manusia: Pengaruh
Globalisasi terhadap Pengaturan HAM dalam Konstitusi Indonesia. Supremasi
Hukum, 2(2), 257–280.
Erlina, B. (2011). Pengaruh Globalisasi terhadap Perkembangan Hak Asasi Manusia
Bidang Ekonomi, Sosial, Budaya (HESB) di Indonesia. Pranata Hukum, 6(2),
103–116.
Gidden, A. (1984). Constitution of Society: The Outline of the Theory of Structuration.
Polity Press.
Korten, D. . (1984). People Centered Development West. Kumarian Press.
Kusniati, R. (2011). Sejarah Perlindungan Hak Hak Asasi Manusia dalam Kaitannya
dengan Konsepsi Negara Hukum. Jurnal Ilmu Hukum, 4(5).
Lasiyo, Wikandaru, R., & Hastangka. (2021). Modul MKDU4111 Pendidikan
Kewarganegaraan (3rd ed.). Universitas Terbuka.
Marzuki, S. (2010). Tragedi Politik Hukum Hak Asasi Manusia. Pustaka Pelajar.
Roma, K. S. (2009). Hukum HAM. Pusham UII.
Safril, M. A. (2015). Isu-isu Globalisasi Kontemporer. Graha Ilmu.
Scholte, J. A. (2005). Globalization : A Critical Introduction (2nd ed.). Palgrave
Macmillan.
Susanto, F. A. (2010). Ilmu Hukum Non Sistematik: Fondasi Filsafat Pengembangan
Ilmu Hukum. Genta Publishing.
Sutrisno, E. (2007). Bunga Rampai Hukum dan Globalisasi. Genta Press.
Syarbaini, S. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan: Implementasi Karakter Bangsa.
Penerbit Hartomo Media Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai