Anda di halaman 1dari 4

Nama : Intan Maulida

NIM : C2386206011

Kelas : S1 PGSD 2A

Jawaban UTS mata kuliah Pengembangan pembelajaran IPA SD

1.Skema adalah kerangka kognitif yang digunakan individu untuk memahami dunia. Asimilasi terjadi
ketika individu menggunakan skema yang sudah ada untuk menginterpretasi atau menghadapi situasi
baru. Akomodasi terjadi ketika individu harus mengubah atau menyesuaikan skema mereka untuk
memahami situasi baru yang tidak cocok dengan skema yang sudah ada.

Interaksi antara skema, asimilasi, dan akomodasi adalah kunci dalam perkembangan kognitif anak.
Ketika anak mengalami situasi baru, mereka mungkin mencoba menginterpretasikannya dengan
menggunakan skema yang sudah ada (asimilasi). Namun, jika situasi tersebut tidak sesuai dengan skema
yang ada, mereka harus mengubah atau menyesuaikan skema mereka (akomodasi). Proses asimilasi dan
akomodasi ini terus berlanjut seiring dengan pengalaman anak, dan inilah yang membentuk
perkembangan kognitif mereka.

2.Dalam model pembelajaran konstruktivisme, guru berperan sebagai fasilitator dan pemandu dalam
membantu siswa membangun pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman dan refleksi. Beberapa
cara guru dapat mendukung siswa dalam proses ini adalah sebagai berikut:

1. Menyediakan pengalaman nyata atau situasi yang mendukung pembelajaran aktif dan interaktif.

2. Mendorong siswa untuk bertanya, menyelidiki, dan mencari jawaban atas pertanyaan mereka sendiri.

3. Memberikan tantangan dan masalah yang relevan dengan kehidupan nyata untuk diperbaiki oleh
siswa.

4. Mendukung kolaborasi antar siswa dalam membangun pengetahuan bersama-sama.

5. Memberikan umpan balik yang konstruktif dan mendukung untuk membantu siswa merefleksikan
pengalaman mereka dan memperbaiki pemahaman mereka.

6. Mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengalaman baru dengan pengetahuan yang
sudah ada.

7. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk merancang dan mempresentasikan proyek atau hasil
pembelajaran mereka sendiri.
3.Mengajarkan siswa untuk mengamati secara teliti dan mengumpulkan data dengan akurat dalam
eksperimen ilmiah membutuhkan pendekatan yang sistematis dan berfokus pada pengembangan
keterampilan proses sains. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan:

1. Jelaskan pentingnya observasi teliti: Mulailah dengan menjelaskan kepada siswa mengapa observasi
teliti penting dalam eksperimen ilmiah. Bicarakan tentang bagaimana observasi yang baik dapat
menghasilkan data yang akurat dan dapat diandalkan.

2. Tunjukkan contoh observasi teliti: Berikan contoh konkret observasi teliti dalam kehidupan sehari-hari
atau dalam eksperimen sederhana di kelas. Misalnya, tunjukkan bagaimana mengamati tekstur, warna,
bentuk, atau perubahan dalam materi.

3. Latih keterampilan observasi: Berikan aktivitas di mana siswa dapat berlatih mengamati dengan teliti.
Misalnya, mereka dapat diberi daftar benda-benda yang harus mereka amati dengan detail, atau mereka
dapat melakukan observasi terhadap objek yang dipresentasikan secara langsung di kelas.

4. Berikan panduan observasi: Sediakan panduan atau checklist yang berisi hal-hal yang perlu
diperhatikan saat mengamati. Panduan ini dapat mencakup aspek seperti warna, ukuran, tekstur,
aroma, atau perubahan yang terjadi.

5. Latih pengumpulan data: Setelah siswa melakukan observasi, berikan mereka arahan tentang
bagaimana mengumpulkan data dengan akurat. Bicarakan tentang penggunaan instrumen pengukuran
yang tepat, teknik pengamatan yang objektif, dan pencatatan data yang sistematis.

6. Berikan umpan balik: Berikan umpan balik kepada siswa tentang kualitas observasi dan pengumpulan
data mereka. Bantu mereka melihat kelebihan dan kekurangan dari apa yang telah mereka lakukan,
serta bagaimana mereka dapat meningkatkan keterampilan mereka di masa depan.

4.Merancang pembelajaran yang mendorong siswa untuk bertanya, menyelidiki, dan menciptakan
pemahaman mereka sendiri tentang konsep-konsep ilmiah memerlukan pendekatan yang terstruktur
dan berfokus pada proses inquiry-based learning. Berikut adalah langkah-langkah untuk merancang
pembelajaran seperti itu:

1. Menetapkan tujuan pembelajaran: Tentukan konsep-konsep ilmiah yang ingin Anda ajarkan kepada
siswa dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Pastikan tujuan pembelajaran memberi ruang bagi
eksplorasi dan pemahaman yang mendalam.

2. Bangun konteks yang relevan: Buatlah konteks atau situasi yang relevan dengan kehidupan siswa atau
dunia nyata yang akan memotivasi mereka untuk bertanya dan menyelidiki. Pastikan konteks tersebut
menantang dan menarik minat siswa.
3. Aktivitas pembelajaran yang menginspirasi: Rancang aktivitas pembelajaran yang memicu rasa ingin
tahu siswa dan mendorong mereka untuk bertanya lebih banyak. Misalnya, ajukan pertanyaan terbuka,
tampilkan video inspiratif, atau berikan studi kasus yang menantang.

4. Fasilitasi diskusi dan eksplorasi: Berperan sebagai fasilitator, dorong siswa untuk berdiskusi, bertukar
ide, dan merumuskan pertanyaan mereka sendiri. Berikan kesempatan bagi mereka untuk menjelajahi
konsep-konsep ilmiah melalui eksperimen, observasi, atau riset mandiri.

5. Sediakan sumber daya: Pastikan siswa memiliki akses kepada sumber daya yang diperlukan untuk
menyelidiki pertanyaan mereka, seperti buku-buku, artikel, internet, atau peralatan laboratorium jika
memungkinkan.

6. Berikan umpan balik dan bimbingan: Berikan umpan balik yang konstruktif kepada siswa selama
proses penyelidikan mereka. Bimbing mereka dalam mengarahkan pertanyaan, merencanakan
eksperimen, dan menganalisis data.

7. Mendorong refleksi dan sintesis: Ajak siswa untuk merefleksikan pengalaman mereka, mengorganisir
informasi yang mereka pelajari, dan menciptakan pemahaman mereka sendiri tentang konsep-konsep
ilmiah tersebut. Dorong mereka untuk berbagi temuan dan pemahaman mereka dengan orang lain.

5.Untuk melatih siswa dalam mengamati secara mendalam dan menginterpretasikan informasi dari
lingkungan sekitar mereka, berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:

1. Dorong kesadaran sensorik: Ajak siswa untuk mengembangkan kesadaran sensorik mereka terhadap
lingkungan sekitar. Latih mereka untuk mengamati dengan lebih teliti menggunakan indra mereka
seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan pengecap.

2. Berikan aktivitas pengamatan yang terstruktur: Sediakan aktivitas pengamatan yang terstruktur dan
berfokus pada detail. Misalnya, ajak siswa untuk mengamati objek atau fenomena alam dengan
menggunakan alat bantu seperti kaca pembesar, mikroskop, atau kamera.

3. Gunakan pertanyaan yang memancing refleksi: Ajukan pertanyaan yang memicu pemikiran kritis dan
refleksi tentang apa yang diamati siswa. Misalnya, tanyakan tentang pola, hubungan sebab-akibat, atau
perubahan yang terjadi dalam lingkungan.

4. Latih observasi multisensorik: Dorong siswa untuk menggunakan lebih dari satu indra dalam
pengamatan mereka. Misalnya, saat mengamati bunga, siswa dapat mencatat warna, bentuk, dan
aroma bunga tersebut.

5. Libatkan siswa dalam eksperimen dan observasi langsung: Sediakan kesempatan bagi siswa untuk
melakukan eksperimen dan observasi langsung di lapangan. Misalnya, ajak mereka untuk mengamati
perilaku hewan di taman atau mengamati perubahan cuaca selama beberapa hari.
6. Berikan umpan balik konstruktif: Berikan umpan balik yang konstruktif kepada siswa tentang kualitas
pengamatan mereka. Bimbing mereka untuk mengidentifikasi detail-detail penting dan merumuskan
kesimpulan dari apa yang mereka amati.

7. Berikan kesempatan untuk berbagi dan berdiskusi: Berikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi
hasil pengamatan mereka dengan teman sekelas dan berdiskusi tentang temuan mereka. Diskusi ini
dapat membantu siswa untuk melihat perspektif yang berbeda dan memperkaya pemahaman mereka.

6.Model pembelajaran STM (Saint, Teknologi, Masyarakat) merupakan pendekatan yang


mengintegrasikan konsep sains dengan isu-isu sosial, etika, dan dampak teknologi dalam kehidupan
sehari-hari siswa. Berikut adalah cara model pembelajaran STM dapat digunakan untuk mencapai
integrasi tersebut:

1. Identifikasi isu-isu sosial, etika, dan dampak teknologi: Guru dapat memilih isu-isu sosial, etika, dan
dampak teknologi yang relevan dengan materi sains yang diajarkan. Misalnya, isu-isu lingkungan,
keberlanjutan, penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari, atau isu-isu kesehatan.

2. Merancang proyek atau studi kasus: Guru dapat merancang proyek atau studi kasus yang
memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi isu-isu tersebut melalui pendekatan sains. Misalnya, siswa
dapat melakukan penelitian tentang dampak limbah plastik terhadap lingkungan, menggunakan prinsip-
prinsip sains untuk menganalisis masalah tersebut.

3. Diskusi dan refleksi: Siswa diajak untuk berpartisipasi dalam diskusi tentang isu-isu yang dipilih, serta
merenungkan implikasi etis dan sosial dari temuan mereka. Diskusi ini memungkinkan siswa untuk
memahami konsep sains dalam konteks kehidupan sehari-hari dan merenungkan dampaknya.

4. Menggunakan teknologi sebagai alat pembelajaran: Guru dapat menggunakan teknologi sebagai alat
untuk memfasilitasi pembelajaran siswa tentang isu-isu sosial dan teknologi. Misalnya, siswa dapat
menggunakan aplikasi atau perangkat lunak untuk mengumpulkan data atau membuat simulasi tentang
isu yang dipilih.

5. Mendorong kolaborasi dan aksi: Siswa dapat bekerja secara kolaboratif untuk menemukan solusi atau
tindakan yang relevan terkait dengan isu-isu yang dipelajari. Mereka dapat merencanakan dan
melaksanakan proyek sosial atau lingkungan, atau mengadvokasi perubahan dalam masyarakat.

6. Evaluasi dampak pembelajaran: Guru dapat mengevaluasi dampak pembelajaran siswa tidak hanya
dari segi pemahaman konsep sains, tetapi juga dari kemampuan mereka dalam mengidentifikasi dan
merespons isu-isu sosial, etika, dan dampak teknologi dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai