Anda di halaman 1dari 26

UJI EFEKTIVITAS ANTI DIARE EKSTRAK BUAH MANGGIS MUDA

PADA TIKUS (RATTUS NORVEGICUS)

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

NIKEN ULFA MAHARANI

2102091

PROGRAM STUDI D3 FARMASI

AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini
berjudul “Uji Efektivitas Anti Diare Ekstrak Buah Manggis Muda pada Tikus
(Rattus norvegicus). Terima kasih tak terhingga kami sampaikan kepada
pembimbing, teman-teman, dan semua pihak yang turut serta memberikan
dukungan, bimbingan, dan motivasi. Karya tulis ini mencerminkan upaya penulis
untuk mengeksplorasi potensi ekstrak buah manggis muda sebagai alternatif
penanganan diare, menggunakan tikus sebagai model penelitian. Semoga hasil
penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif pada pengembangan obat-
obatan tradisional anti diare. Penulis sadar akan keterbatasan penelitian ini dan
dengan rendah hati menerima segala saran serta kritik membangun demi
perbaikan di masa mendatang. Harapannya, karya tulis ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang farmakologi dan
pengembangan obat. Terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada
semua yang telah berperan dalam kesuksesan penulisan ini.

Ponorogo, Februari 2024

Penulis

2
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi potensi senyawa tanin yang


terkandung dalam buah manggis muda (Garcinia mangostana) sebagai agen
pengobatan diare. Buah manggis muda diketahui mengandung tanin, yang
memiliki sifat astringen dan diharapkan dapat membantu mengurangi diare
dengan meredakan peradangan serta mengurangi iritasi pada saluran pencernaan.
Metode ekstraksi menggunakan larutan etanol:air dilakukan untuk memperoleh
senyawa tanin dari buah manggis muda. Uji efektivitas dilakukan pada tikus
(Rattus norvegicus) yang diinduksi diare dengan memberikan ekstrak tanin. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa senyawa tanin dalam buah manggis muda secara
signifikan mengurangi frekuensi dan durasi diare pada tikus, memberikan dasar
untuk pemanfaatannya sebagai agen pengobatan diare. Temuan ini memberikan
kontribusi pada pemahaman lebih lanjut tentang potensi senyawa tanin dari buah
manggis muda dalam pengembangan pengobatan diare yang lebih alami.

Kata Kunci: tanin, buah manggis muda, pengobatan diare, tikus (Rattus
norvegicus), larutan etanol:air.

3
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Buah manggis muda (Garcinia mangostana) telah menjadi perhatian
dalam penelitian kesehatan karena mengandung senyawa tanin. Tanin adalah
senyawa polifenol yang memiliki sifat astringen dan diketahui memiliki
potensi dalam pengobatan diare. Keberadaan tanin dalam buah manggis muda
menunjukkan potensi untuk memberikan efek positif dalam menangani
masalah diare, yang sering disebabkan oleh iritasi dan peradangan pada
saluran pencernaan (Cahyo, A 2011)
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa tanin dapat
membantu mengurangi peradangan serta meredakan iritasi pada saluran
pencernaan, sehingga dapat menjadi opsi yang menarik dalam pengobatan
diare. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan pada evaluasi potensi
senyawa tanin dari buah manggis muda sebagai agen pengobatan diare.
Dengan menggunakan metode ekstraksi menggunakan larutan
etanol:air, penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan potensi tanin dalam
buah manggis muda sebagai alternatif pengobatan diare. Uji efektivitas
dilakukan pada tikus (Rattus norvegicu) sebagai model hewan. Temuan dari
penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pemahaman
lebih lanjut tentang potensi senyawa tanin sebagai opsi pengobatan diare yang
bersumber dari bahan alami.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat diambil
adalah:
1. Apakah ekstrak buah manggis muda (Garcinia mangostana) dengan
larutan etanol:air mempunyai aktivitas anti diare pada tikus (Rattus
norvegicus)?
2

2. Bagaimana dosis efektif ekstrak buah manggis muda (Garcinia


mangostana) dengan larutan etanol:air yang dapat memberikan efek anti
diare pada tikus (Rattus norvegicus)?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
1. Menilai aktivitas anti diare ekstrak buah manggis muda (Garcinia
mangostana) pada tikus (Rattus norvegicus) dengan menggunakan larutan
etanol:air.
2. Menentukan dosis efektif ekstrak buah manggis muda (Garcinia
mangostana) dengan larutan etanol:air yang dapat memberikan efek anti
diare pada tikus (Rattus norvegicus).

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Pengetahuan:
Penelitian ini akan memberikan kontribusi pada pengetahuan ilmiah
dengan mengidentifikasi potensi larutan etanol:air dari buah manggis
muda (Garcinia mangostana) sebagai agen anti diare pada tikus (Rattus
norvegicus). Temuan ini dapat menjadi dasar bagi penelitian lanjutan
terkait dengan pengembangan ekstrak kulit manggis menjadi obat
tradisional anti diare.
2. Bagi Masyarakat:
Hasil penelitian ini akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
potensi tanaman tradisional, khususnya ekstrak buah manggis muda
(Garcinia mangostana), sebagai pilihan alternatif dalam pengobatan
diare. Informasi ini dapat mendukung upaya pemanfaatan bahan alam
sebagai obat tradisional yang aman dan efektif.
3. Bagi Peneliti:
Penelitian ini akan memberikan manfaat langsung bagi peneliti dengan
meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan pengalaman dalam riset
tentang efek larutan etanol:air buah manggis muda (Garcinia
3

mangostana) sebagai agen anti diare. Pengetahuan yang diperoleh dapat


diaplikasikan dalam penelitian masa depan, memperkaya bidang ilmu
dan kontribusi pada pengembangan terapi alternatif.

E. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang melibatkan
penggunaan bahan alam berupa ekstrak buah manggis muda (Garcinia
mangostana) sebagai agen anti diare. Sampel ekstrak buah manggis muda
diperoleh dari salah satu toko di Desa Joho. Selanjutnya, penelitian dilakukan
di laboratorium kampus AKAFARMA Sunan Giri Ponorogo.
Detail Ruang Lingkup:
1. Jenis Penelitian: Eksperimental
2. Bahan Penelitian: Ekstrak buah manggis muda (Garcinia mangostana)
3. Subjek Penelitian: Tikus (Rattus norvegicus)
4. Sumber Sampel: Toko di Desa Joho
5. Tempat Penelitian: Laboratorium Kampus AKAFARMA Sunan Giri
Ponorogo
Penelitian ini akan fokus pada efek anti diare dari ekstrak buah manggis muda
pada Tikus (Rattus norvegicus). Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan
pemahaman yang lebih mendalam terkait potensi buah manggis muda sebagai
obat tradisional anti diare.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian teoritis
1. Tanaman buah manggis (Garcinia mangostana)
a. Deskripsi

Gambar 2.1 buah manggis ( sumber:google )


Buah manggis (Garcinia mangostana) adalah tanaman tropis
asli Indonesia, sebagian besar tumbuh secara liar dengan pohon yang
dapat mencapai tinggi lebih dari 10 meter. Hal ini konsisten dengan
temuan Nurkhasanah (2013) yang menyatakan bahwa pohon
manggis umumnya mulai berbuah setelah mencapai usia 8-10 tahun.
Manggis, juga dikenal dengan nama ilmiah Garcinia
mangostana L., berasal dari daerah Asia Tenggara, termasuk
Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Myanmar. Menurut Jose Pedraza
et al. (2008), manggis memiliki nilai fungsional yang tinggi karena
hampir seluruh bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai obat.
Secara internasional, manggis dikenal sebagai "Queen of the
Tropical Fruits," menggambarkan perpaduan unik dari rasa asam
manis yang membuatnya menonjol di antara berbagai buah tropis.
b. Klasifikasi tanaman manggis
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyt
Subdivisi : Angiospermae

4
5

Kelas : Dicotyledonae
Keluarga : Guttiferae
Genus : Garcinia
Spesies : Garcinia mangostan
c. Kandungan Senyawa Buah Manggis:
Buah manggis muda (Garcinia mangostana) menjadi fokus
penelitian ini karena diketahui mengandung tanin, suatu senyawa
dengan potensi signifikan dalam pengobatan diare. Tanin, dikenal
sebagai senyawa fenolik dengan sifat antimikroba dan antiinflamasi,
memiliki peran krusial dalam mengatasi masalah pencernaan,
terutama diare yang umumnya dipicu oleh infeksi bakteri atau virus.
Penggunaan tanin dalam pengobatan tradisional telah lama
dikenal sebagai metode efektif dalam menanggulangi gangguan
pencernaan, termasuk diare. Mekanisme kerjanya melibatkan
penghambatan pertumbuhan dan aktivitas bakteri penyebab diare.
Walau tanin menjadi poin utama perhatian, buah manggis muda juga
mengandung senyawa-senyawa bioaktif lainnya, seperti alpha-
mangostin dan xanthone, yang memiliki potensi sebagai antioksidan,
antiinflamasi, dan agen antikanker.
Penting untuk dicatat bahwa tanin, yang memiliki gugus
fenol dan rasa astringent, menjadi subjek penelitian utama. Sebagai
senyawa metabolit sekunder yang aktif, tanin memiliki sifat
adstringen, antidiare, antibakteri, dan antioksidan (Harborne, 1987).
Mekanisme adstringensia tanin dalam pengobatan antidiare
melibatkan kontraksi selaput lendir usus, mengurangi absorbsi air ke
dalam usus, dan menurunkan motilitas peristaltik usus (Tjay &
Rahardja, 2010; Nurhalimah et al., 2015).
Tanin pada tanaman dapat dikelompokkan menjadi tanin
terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Tanin terkondensasi umumnya
tersebar luas pada tumbuhan berkayu, sedangkan tanin terhidrolisis
lebih terbatas pada tumbuhan berkeping dua (Harborne, 1987).
6

Memahami peran tanin dalam konteks ini memberikan gambaran


yang lebih holistik tentang kontribusi senyawa ini terhadap
efektivitas ekstrak buah manggis muda sebagai obat antidiare.
2. Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses kunci dalam penelitian ini, yang melibatkan pemisahan
senyawa-senyawa aktif dari buah manggis menggunakan metode larutan etanol
dan air. Proses ekstraksi ini didasarkan pada prinsip pemindahan zat terlarut dari
satu pelarut ke pelarut lain yang tidak dapat tercampur (Depkes RI, 2000).
Pentingnya pemilihan pelarut menjadi faktor utama dalam
keberhasilan ekstraksi. Dalam konteks ini, etanol dan air dipilih sebagai
pelarut utama. Etanol, sebagai senyawa polar, memiliki kemampuan
melarutkan senyawa aktif yang bersifat polar dan larut dalam cairan
ekstraseluler dan intraseluler (Harborne, 1987). Sementara itu, air sebagai
pelarut polar juga dapat berkontribusi dalam melarutkan senyawa-
senyawa tertentu yang bersifat polar.
Kombinasi etanol dan air dipertimbangkan untuk memaksimalkan
efisiensi ekstraksi dan menghasilkan larutan ekstrak yang optimal.
Pemilihan pelarut yang tepat sangat penting untuk memastikan bahwa
senyawa aktif dari buah manggis dapat diekstrak secara efektif dan
memberikan hasil penelitian yang relevan.
Menurut Depkes RI tahun 2000, ada 2 macam ekstraksi meliputi:
maserasi, perkolasi.
a. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pada temperature ruangan (kamar). Secara teknologi
termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi
pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan
yang kontinu (terus-menerus) Remaserasi berarti dilakukan
pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan
maserat pertama, dan seterusnya (Depkes RI, 2000).
7

b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru
sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan
pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan
bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya
(penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh
ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan (Depkes RI, 2000)
3. Pelarut
Sifat kelarutan zat didasarkan pada prinsip "like dissolves like," di
mana zat yang bersifat polar larut dalam pelarut polar, sedangkan zat
yang bersifat nonpolar larut dalam pelarut nonpolar (Khopkar, 2008).
Etanol, sebagai pelarut polar, memiliki kemampuan melarutkan senyawa
aktif yang bersifat polar, memfasilitasi ekstraksi senyawa-senyawa yang
larut dalam cairan ekstraseluler dan intraseluler (Harborne, 1987).
Penting untuk dicatat sifat-sifat etanol, termasuk kemampuannya
sebagai pelarut polar, mudah terbakar, dan memiliki titik didih yang
relatif rendah, yaitu sekitar 78.37 °C. Sifat-sifat ini memainkan peran
kunci dalam efisiensi ekstraksi senyawa aktif dari tanaman, termasuk
buah manggis, dalam penelitian ini. Kombinasi etanol dan air dipilih
dengan cermat untuk memastikan ekstraksi yang optimal sesuai dengan
sifat-sifat senyawa yang diekstraksi.
4. Diare
Diare merupakan suatu kondisi di mana seseorang buang air besar
dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan
frekuensi lebih sering dari bias-anya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari
(Depkes RI,2011). Kebanyakan kasus diare disebabkan oleh gangguan
transport air serta elektrolit di usus, terjadinya peningkatan tekanan
osmotik di dalam usus sehingga menyebabkan retensi air di pada lumen,
eksudasi protein serta cairan berasal mukosa, perubahan gerak sehingga
meningkatkan kecepatan transit usus. Umumnya terjadi berbagai proses
8

yang saling mempengaruhi, yang mengarah pada peningkatan volume


dan berat feses (Goodman & Gilman, 2012)
a. Klasifikasi Diare
Berdasarkan klasifikasinya, diare dibagi ke dalam tiga
kelompok,yaitu:
1) Berdasarkan adanya infeksi, dibagi atas:
a) Diare infeksi enteral, yaitu diare karena infeksi di usus,
misalnya infeksi bakteri ( cholera, Echericia coli,
Salmonella dan Shigella), infeksi virus (Rotavirus dan
Enterovirus) sertainfeksi parasit (cacing, protozoa dan
jamur)
b) Diare infeksi parenteral, yaitu diare sebab infeksi pada luar
usus, contohnya infeksi saluran pernafasan.
2) Berdasarkan lamanya diare, dibagi atas:
a) Diare akut, yaitu diare yang terjadi secara mendadak yang
segera berangsur sembuh pada seseorang yang sebelumnya
sehat. Diare akut umumnya berlangsung pada waktu kurang
dari dua 1minggu.
b) Diare kronis, yaitu diare yang muncul perlahan-lahan
berlangsung 2 minggu atau lebih, baik menetap atau
bertambah hebat.
3) Berdasarkan penyebab terjadinya diare, dibagi atas:
a) Diare spesifik, yaitu diare yang disebabkan oleh adanya
infeksi, contohnya infeksi yang ditimbulkan oleh virus,
bakteri, parasit dan enterotoksin.
b) Diare non khusus, yaitu diare yang tidak disebabkan adanya
infeksi contohnya alergi makanan atau minuman, gangguan
gizi, kekurangan enzim dan efek samping
obat (Enda, 2010) .
5. Loperamide
9

Loperamide merupakan opioid yang paling tepat untuk pengaruh


lokal di usus sebab tidak menembus ke dalam otak. Oleh karena itu,
loperamide hanya memiliki dampak sentral sedikit serta tidak
menyebabkan ketergantungan (Neal, 2006).
Mulai kerja obat ini cepat dan bertahan lama, menimbulkan efek
samping yang praktis tidak timbul seperti nyeri abdominal, mual,
muntah, mulut kering, mengantuk, dan pusing. Loperamid HCl bekerja
dengan cara bereaksi langsung pada otot-otot usus, menghambat
peristaltik serta memperpanjang waktu transit, mempengaruhi
perpindahan air dan elektrolit melalui mukosa usus, menaikkan viskositas
dan mencegah kehilangan air serta elektrolit (Tjay & Rahardja, 2010).
Waktu paruh loperamid pada orang dewasa adalah sekitar 11 jam (9- 14
jam). Waktu untuk mencapai konsentrasi puncak adalah 5 jam saat onset
tindakan dalam waktu 30-60 menit (Lynn et al., 2020). Pada penelitian
ini menggunakan loperamid karena zat ini mampu menormalisasi
keseimbangan resorpsi-sekresi berasal sel-sel mukosa sehingga sel-sel
yang berada dalam keadaan hipersekresi berubah ke keadaan resorpsi
normal kembali (Tjay & Rahardja, 2010).

6. Karboksimetil selulosa ( CMC)


Karboksimetil selulosa (CMC) merupakan senyawa anion bersifat
biodegradable, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak beracun.
Karboksimetil selulosa (CMC) biasanya berbentuk butiran atau bubuk
yang larut dalam air tetapi, tidak dapat larut dalam larutan organik.
Karboksimetil selulosa (CMC) memiliki rentang pH sebesar 6,5-8 stabil
pada rentang pH 2-10. Karboksimetil selulosa (CMC) bereaksi dengan
garam logam berat sehingga membentuk film yang tidak larut dalam air.
Dan karboksimetil selulosa (CMC) tidak bereaksi dengan senyawa
organik (Kamal N, 2010).
Karboksimetil selulosa digunakan sebagai zat penstabil, zat
pensuspensi, zat penambah kekentalan dan zat penyerap air (Rowe,
10

2009). Pada penelitian ini karboksimetil selulosa (CMC) digunakan


sebagai pensuspensi dan pembanding kontrol negatif bertujuan untuk
mengetahui jika Na-CMC sebagai kelompok kontrol negatif tidak
mempunyai pengaruh terhadap hewab uji dan tidak mempunyai efek
antidiare.
7. Induksi Magnesium Sulfat
Magnesium sulfat merupakan salah satu obat pencahar yang
digunakan di Indonesia. Masyarakat sering menyebutkan dengan garam
inggris. Pencahar adalah obat yang digunakan untuk memudahkan
pengeluaran feses dari rectum. Diare yang disebabkan oleh magnesium
sulfat menyebabkan ketidak seimbangan osmotik, peningkatan sekresi
elektrolit, dan pencegahan penyerapan air dan elektrolit.
Magnesiumsulfat merupakan jenis pencahar osmotik. Magnesium sulfat
dapat berikatan dengan air di intestinal menjadi senyawa larut tidak dapat
diserap. Lalu senyawa tersebut meningkatkan likuiditas tinja dan
meningkatkan peristaltik intraluiminal sehingga dapat menginduksi
defekasi. Onset of action dari Mg(S04) 30-60 menit (Katzung, 2014;
Tjay & Rahardja, 2007).

8. Pemilihan Hewan Uji

Gambar 2.2 Tikus ( sumber google)


3. Hewan Uji: Tikus (Rattus norvegicus) dalam Penelitian Obat Diare
Dalam penelitian obat diare, penggunaan tikus, khususnya Rattus
norvegicus, sebagai hewan uji mengacu pada klasifikasi ilmiah berikut:
11

- Kingdom: Animalia
- Filum: Chordata
- Kelas: Mamalia
- Ordo: Rodentia
- Famili: Muridae
- Genus: Rattus
-Spesies: Rattus norvegicus

Pemilihan tikus sebagai model eksperimental dalam penelitian obat


diare didasarkan pada berbagai pertimbangan biologis:
1. Kemiripan Fisiologi dengan Manusia: Tikus memiliki sistem
pencernaan dan fisiologi yang relatif mirip dengan manusia,
termasuk respons terhadap gangguan pencernaan seperti diare. Ini
memungkinkan hasil penelitian memberikan indikasi yang lebih
relevan terhadap efek obat diare pada manusia.
2. Pengujian Keamanan dan Efektivitas: Penggunaan tikus
memungkinkan peneliti untuk menguji keamanan dan efektivitas
obat diare sebelum mencapai tahap uji klinis pada manusia. Hasil
dari penelitian ini dapat memberikan wawasan awal tentang potensi
dampak samping dan tingkat efektivitas suatu obat.
3. Siklus Hidup yang Cepat: Tikus memiliki siklus hidup yang
singkat, memungkinkan penelitian dilakukan dengan cepat dan
efisien. Hal ini sangat penting dalam mengakselerasi
pengembangan obat baru atau formulasi yang ada.
4. Keragaman Strain: Keberagaman strain tikus memungkinkan
peneliti memilih model yang paling sesuai dengan karakteristik
spesifik penyakit diare yang sedang dipelajari.
Dengan mempertimbangkan aspek-aspek biologis ini, tikus Rattus
norvegicus menjadi pilihan yang sangat relevan dalam upaya
pengembangan terapi obat diare yang lebih efektif dan aman.
4 .Penelitian yang relevan
12

Penelitian relevan yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu :


1. Uji efek antidiare ekstrak etanol 70% Daun Krokot yang
mengandung tanin pada mencit putih jantan galur Swiss Webster
yang diinduksi oleum ricini dengan dosis 1,25 mg/kg BB, 2,5
mg/kg BB, 3,75 mg/kg BB. Didapat hasil bahwa pada dosis 3,75
mg/kg BB memberikan efek antidiare sebanding dengan loperamid
(Niswatul Umah, 2012).
2. Efek Antidiare Ekstrak Etanol 96% Daun Salam yang mengandung
tannin pada mencit jantan galur Swiss Webster secara peroral pada
dosis 0,625 g/KgBB; 1,25 g/KgBB; dan 2,5g/KgBB dan didapatkan
hasil bahwa semua dosis tersebut menunjukkan adanya
kemampuan sebagai antidiare (Sulastri, 2007).
3. Uji Efek Antidiare ekstrak etanol 70% rimpang Zingiber
cassumunar Roxb (Zingiberaceae) yang mengandung tanin pada
mencit SwissWebster jantan dan betina yang diberi Oleum Ricini
secara peroral dan didapatkan hasil bahwa ekstrak rimpang Z.
Cassumunar menghambat diare yang disebabkan oleh Oleum
Ricini pada dosis 2,5; 5; 10 g/kg bobot badan dan efek ini lebih
nyata pada mencit jantan (Charles, 1986).
5.Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pikir penelitian ini dengan melakukan serangkaian cara
kerja sebagai berikut:

Penyakit Diare

Pengobatan tradisional
memanfaatkan bahan baku
alam

Diakui khasiat
Kulit manggis secara turun
temurun
13

Senyawa tanin

Ekstrak etanol : Air kulit


manggis

Uji antidiare terhadap tikus

Gambar 2.3 Kerangka Pikir

Hipotesis Penelitian:

Ekstrak etanol:air dari buah manggis muda (Garcinia mangostana)


memiliki aktivitas anti diare pada tikus (Rattus norvegicus) dengan dosis
tertentu. Saya menghipotesiskan bahwa pemberian ekstrak ini akan
mengurangi frekuensi dan konsistensi feses tikus yang mengalami diare
sebagai respons terhadap pengobatan. Hipotesis ini didasarkan pada
potensi senyawa-senyawa bioaktif dalam buah manggis muda yang telah
terbukti memiliki sifat antimikroba dan antiinflamasi, yang dapat
meredakan gejala diare pada hewan uji. Dalam penelitian ini, kami juga
beranggapan bahwa dosis ekstrak tertentu akan menunjukkan efek anti
diare yang lebih signifikan, mengonfirmasi potensi buah manggis muda
sebagai bahan alam yang efektif dalam mengatasi gangguan pencernaan
pada tikus.
14

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Populasi Buah manggis muda

Sampel Buah mangis muda 3kg

Prosedur Analisa Anti diare


15

Frekuensi Berat feses

Konsistensi diare

Hasil pengamatan

Analisa data

Kesimpulan

Gambar 3.1Desain Penelitian

B. Tempat dan waktu penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Farmakognosi dan
Farmakologi, kampus AKAFARMA Sunan Giri Ponorogo, pada bulan
November 2023. Lokasi penelitian yang terfokus di laboratorium ini
memberikan lingkungan yang sesuai untuk melakukan pengujian
eksperimental yang diperlukan dalam penelitian ini. Waktu pelaksanaan
penelitian pada bulan November152023 dipilih dengan pertimbangan
kondisi lingkungan dan kestabilan variabel penelitian.
C. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi penelitian ini mencakup seluruh buah manggis muda
(Garcinia mangostana), sesuai dengan definisi populasi sebagai
keseluruhan objek atau subjek penelitian (Amin dkk, 2023). Dalam
konteks ini, keseluruhan buah manggis muda dianggap sebagai
populasi yang relevan untuk mendapatkan informasi yang
representatif.
2. Sampel:
16

Sampel dalam penelitian ini diwakili oleh ekstrak buah manggis muda
(Garcinia mangostana). Sampel ini merupakan bagian dari karakteristik
yang dimiliki oleh populasi, dan pemilihan ekstrak buah manggis muda
sebagai sampel memungkinkan peneliti untuk fokus pada aspek tertentu
dari populasi yang relevan dengan tujuan penelitian.

D. Pengumpulan data
Sampel buah manggis muda (Garcinia mangostana) diperoleh dari
Kelurahan Joho, Madiun. Pengumpulan sampel dilakukan secara acak
tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain.
Pendekatan pengumpulan sampel secara acak ini dipilih untuk memastikan
representativitas sampel terhadap populasi buah manggis muda di wilayah
tersebut. Dengan demikian, data yang diperoleh diharapkan mencerminkan
karakteristik keseluruhan kulit manggis yang ada di Kelurahan Joho,
Madiun.

E. Instrument penelitian
a. Alat:
1. Botol maserasi berwarna gelap
2. Rotary evaporator
3. Timbangan analitik
4. Timbangan hewan
5. Kendang hewan
6. Kendang metabolik
7. Mortar
8. Stamfer
9. Sonde oral
10. Spatel
17

11. Kapas alcohol


12. Corong
13. Penangas air
14. Gelas ukur
15. Pipet tetes
16. Tabung reaksi
17. Waterbath
18. Mikropipet dan ujungnya
19. Sentrifuge
20. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC) untuk analisis senyawa
aktif
21. Mikroskop untuk analisis morfologi sel
22. Pengukur pH

b. Bahan:

1. Ekstrak buah manggis mud (Garcinia mangostana)


2. Magnesium sulfat
3. Metanol
4. Na-CMC (natrium karboksimetil selulosa)
5. Loperamide tablet
6. WFI (Water for Injection)
7. Larutan standar loperamide untuk pengujian perbandingan
8. Larutan kontrol positif untuk validasi hasil
9. Larutan kontrol negatif untuk kontrol kualitas
10. Media kultur untuk colonic cell lines (jika digunakan)
11. Larutan buffer fosfat untuk preparasi larutan
12. Larutan etanol:air sebagai pelarut pada ekstraksi
13. Larutan etanol:air sebagai pelarut pada uji aktivitas anti diare
18

Alat dan bahan ini digunakan untuk proses ekstraksi, analisis, dan pengujian
dalam rangka penelitian efektivitas ekstrak buah manggis muda sebagai obat anti
diare.

F. Definisi Operasional
1. Variabel Bebas
- Variabel bebas dalam penelitian ini adalah uji aktivitas anti diare
ekstrak etanol:air buah manggis muda (Garcinia mangostana).
Definisi operasional mencakup pemberian dosis ekstrak buah
manggis muda pada tikus, dengan pengukuran penurunan frekuensi
dan perubahan konsistensi feses sebagai indikator aktivitas anti diare
(Sugiyono, 2017).
2. Variabel Terikat:
- Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil uji aktivitas
antidiare ekstrak etanol:air buah manggis muda (Garcinia
mangostana). Definisi operasional mencakup pengukuran
parameter yang relevan, seperti analisis statistik terhadap
penurunan frekuensi dan perubahan konsistensi feses tikus setelah
pemberian ekstrak, sebagai indikator efektivitas aktivitas antidiare
(Sugiyono, 2017).

G. Prosedur Penelitian
1. Pengumpulan Sampel:
Sampel buah manggis muda (Garcinia mangostana) diperoleh
secara acak dari Kelurahan Joho, Madiun, untuk memastikan
representativitasnya.
2. Persiapan Alat dan Bahan:
Persiapan alat melibatkan botol maserasi, rotary evaporator,
timbangan analitik, mikropipet dan ujungnya, sentrifuge, kromatografi
19

cair kinerja tinggi (HPLC), mikroskop, dan pengukur pH. Bahan


mencakup larutan etanol:air sebagai pelarut pada ekstraksi, magnesium
sulfat, metanol, natrium karboksimetil selulosa (Na-CMC), tablet
loperamide, dan water for injection (WFI).
3. Ekstraksi Buah Manggis Muda:
Buah manggis muda direndam dalam larutan etanol:air
menggunakan botol maserasi berwarna gelap. Proses ini
memungkinkan senyawa aktif larut ke dalam pelarut.
4. Pemisahan Senyawa:
Pemisahan senyawa dilakukan dengan menggunakan rotary
evaporator untuk menguapkan pelarutnya, menghasilkan ekstrak kental
yang siap diuji.
5. Pemberian Dosis pada Tikus:
Tikus dipilih sebagai subjek penelitian. Mereka diberikan dosis
ekstrak buah manggis muda sesuai dengan kelompok perlakuan yang
telah ditentukan.
6. Observasi Terhadap Tikus:
Pengamatan dilakukan secara teliti terhadap perubahan frekuensi
dan konsistensi feses tikus setelah pemberian ekstrak. Observasi
dilakukan secara berkala untuk mendapatkan data yang akurat.
7. Analisis Statistik:
Hasil observasi dianalisis secara statistik menggunakan alat seperti
uji dan analisis varians (ANOVA). Analisis ini membantu menentukan
signifikansi efek ekstrak buah manggis muda terhadap perubahan diare
pada tikus.
8. Interpretasi Hasil dan Kesimpulan:
Hasil analisis digunakan untuk menarik kesimpulan terkait
efektivitas ekstrak buah manggis muda sebagai obat anti diare pada
tikus. Kesimpulan ini didukung oleh data statistik yang relevan.

H. Uji anti diare


20

Pelaksanaan percobaan menggunakan 25 ekor tikus dibagi menjadi


5 kelompok. Metode pengujian antidiare menggunakan metode proteksi
yaitu semua tikus diberi magnesium sulfat secara oral. Sebelum diberi
perlakuan tikus dipuasakan terlebih dahulu selama 1 jam.
Seluruh proses penelitian didokumentasikan secara rinci. Hasil dan
analisis dikompilasi dalam laporan penelitian ilmiah yang sesuai dengan
standar format penulisan ilmiah.
Satu jam setelah diinduksi magnesium sulfat kemudian masingmasing
kelompok diberi perlakuan secara berurutan seperti berikut:
a. Kelompok I
Tikus diberi suspensi Na-CMC 0,5% (kontrol negatif)
b. Kelompok II
Tikus diberi suspensi loperamid (kontrol positif)
c. Kelompok III
Tikus diberi suspensi ekstrak etanol:air buah manggis dengan dosis
I
d. Kelompok IV
Tikus diberi suspensi ekstrak etanol:air buah manggis dengan dosis
II.
e. Kelompok
Tikus diberi suspensi ekstrak etanol:air buah manggis dengan dosis
III

I. Parameter Diare
a. Berat feses, dengan cara menimbang berat feses (gram)
setiap 30 menit selama 5 jam setelah pemberian
magnesium sulfat (penginduksi).
b. Frekuensi diare, dengan cara menghitung berapa kali
terjadinya diare selama pengamatan.
c. Konsistensi feses, pengamatan konsistensi feses dilakukan
selang waktu 30 menit selama 5 jam setelah perlakuan.
21

Dengan melihat feses tikus apakah lembek, lembek cair


dan cair.
J. Analisa Data
Data hasil penelitian yaitu berat feses dan frekuensi. Dianalisis
secara statistik dengan menggunakan program SPSS (Statistical
Product and Service Solution) versi 25 dengan metode One Way
ANOVA (Analysis Of Variance).
22

DAFTAR PUSTAKA

Cahyo, A. (2011). Studi Etnobotani Jenis-jenis Tanaman Obat di Desa Ngadirejo


Kabupaten Kediri. Skripsi. Universitas Negeri Malang.
Depkes RI. (2000). Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Depkes RI. (2011). Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Harborne, J. B. (1987). Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang Gandapurnama.
Institut Teknologi Bandung.
Jose Pedraza et al. (2008). “Queen of the Tropical Fruits”: Mangosteen. Food
Chemistry, 111(3), 664–668.
Khopkar, S. M. (2008). Konsep Dasar Kimia Analitik. Gramedia Pustaka Utama.
Liu et al. (2013). Antiproliferative Activity of Gartanin, a Polyphenol from
Garcinia mangostana Fruit Rind, on Estrogen Receptor-Positive Human
Breast Cancer Cells. PloS ONE, 8(4), e61941.
Nurkhasanah, N. (2013). Pemanfaatan Kulit Manggis sebagai Sumber Belajar
Pada Materi Sifat Koligatif Larutan. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Kimia, 2(1), 82-91.
Sundari, N. (2017). Pengaruh Penyuluhan dan Pemberian Jus Kulit Manggis
Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus
Tipe 2. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Suksamrarn et al. (2006). Xanthones from the Green Fruit Hulls of Garcinia
mangostana. Journal of Natural Products, 69(11), 1760–1763.
Gutierrez-Orozco, F., & Failla, M. L. (2013). Biological Activities and
Bioavailability of Mangosteen Xanthones: A Critical Review of the Current
Evidence. Nutrients, 5(8), 3163–3183.
Ikram et al. (2015). In vitro antiviral activity of some components of Garcinia
mangostana. Journal of Medicinal Plants Research, 9(18), 565–569.

22
23
23

Buku Saku: Bahan Pangan Potensial untuk Anti Virus dan Imun Booster/ Bogor:
BB Pacapanen, 2020.

Anda mungkin juga menyukai