Anda di halaman 1dari 47

Similarity Report ID: oid:8485:52675443

PAPER NAME AUTHOR

2. Hengki Boma.docx Hengki Boma

WORD COUNT CHARACTER COUNT

7626 Words 49115 Characters

PAGE COUNT FILE SIZE

41 Pages 212.3KB

SUBMISSION DATE REPORT DATE

Feb 22, 2024 10:46 AM GMT+8 Feb 22, 2024 10:47 AM GMT+8

12% Overall Similarity


The combined total of all matches, including overlapping sources, for each database.
10% Internet database 2% Publications database
Crossref database Crossref Posted Content database
8% Submitted Works database

Excluded from Similarity Report


Small Matches (Less then 10 words)

Summary
SKRIPSI
GAMBARAN PENGETAHUAN MAHASISWA PAPUA YANG
BERDOMISILI DI PROVINSI GORONTALO TERKAIT PENGUNAAN
OBAT YANG RASIONAL

Oleh :
HENGKI BOMA
2120196020

39
PRORAM STUDI S1-FARMASI
FAKULTAS SAINS, TEKNOLOGI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BINAMANDIRI GORONTALO
GORONTALO
2024
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Siapa pun dapat mempunyai kehidupan yang bermanfaat baik dari
segi sosial, spiritual, dan finansial (UU No. 23 Tahun 1992). Salah satu
inisiatif pembangunan bangsa, pembangunan kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, keinginan, dan kapasitas setiap orang
terhadap gaya hidup sehat guna memaksimalkan kesehatan masyarakat
(Bina et al., 2018).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa 82% orang
di Asia menggunakan antibiotik tanpa resep pada tahun 2013–2014. WHO
telah menginstruksikan seluruh negara Asia untuk membuat pedoman
teknis standar penggunaan 100% antimikroba, namun hanya 9% di
antaranya yang melakukannya dalam lima tahun terakhir. (Kemenkes RI,
2019).
Di Indonesia sendiri, praktik penggunaan narkoba secara tidak bijak
atau tidak wajar masih menjadi masalah kesehatan. Informasi tentang obat
yang tertera pada kemasan obat seringkali diabaikan dan disalahpahami
oleh masyarakat. Tanpa pengetahuan yang memadai, penggunaan obat
oleh masyarakat dapat menimbulkan masalah kesehatan baru seperti
overdosis, efek samping, interaksi obat, atau penyalahgunaan obat. Akibat
penggunaan antibiotik yang tidak tepat baik oleh masyarakat umum
maupun profesional kesehatan masyarakat, salah satu isu yang saat ini
menjadi perhatian utama adalah isu imunitas atau resistensi antimikroba
(Ivan Razali, 2013)
Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2013 oleh Riskesdas
mengenai Riset Kesehatan Dasar menemukan bahwa 35,2% keluarga
menyimpan obat-obatan untuk keperluan pribadi. Narkotika keras,
antibiotik, obat herbal, dan zat yang belum diketahui identitasnya
merupakan beberapa di antara obat-obatan tersebut. Rumah tangga di
seluruh negeri mempunyai persediaan obat resep (35,7%), obat bebas

1
2

(82,0%), antibiotik (22,8%), pengobatan tradisional (15,7%), dan bahan


kimia yang tidak diketahui (6,4%). (Kemenkes RI, 2019)
Sedangkan di provinsi kota Gorontalo, melalui hasil penelitian yang
di lakukan oleh (Kamba et al., 2022), Tingkat kesadaran masyarakat Kota
Gorontalo terhadap pengobatan sendiri secara berkelompok di masa
pandemi termasuk kategori baik sebesar 43,8%. Pada masa pandemi,
masyarakat perkotaan Gorontalo memiliki sikap swamedikasi kategori
baik hingga 55%. Pengobatan sendiri secara kolektif Kota Gorontalo di
masa pandemi ini 65% rasional.
Di provinsi kota Grontalo terdapat banyak suku budaya dan bahasa
yang ada. Tentunya ada mahasiswa yang berdatagan untuk melanjutkan
studinya di kota ini, khususnya mahasiswa papua. Tentunya mahasiswa
Papua tersebut mengkomsumsi obat-obatan untuk meyumbukan suatu
penyakit yang di derita oleh meraka, maka itu membeli obat di apotik dan
ke rumah sakit terdekat agar mendapatkan pengobatan dan obat.
Melihat degan hasil riset yang dilakukan oleh WHO dan kementrian
Kesehatan, telah membuktikan ada ketimpagan besar terkait degan
pengunaan obat yang tidak rasional pada masarakat. Di kutip dari laporan
National Center for Health Statistics (NCHS) 107.600 orang amerika
serikat meninggal dunia kerena overdosis obat dalam tahun 2021, dan hal
ini menjadi angka kematia yang besar dalam sepanjag sejarah.
Agar pengobatan mandiri bisa efektif, diperlukan kesadaran
masyarakat yang tinggi akan pentingnya menggunakan obat secara
bijaksana. Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat mengukur tingkat
kesadaran masyarakat. Masyarakat memerlukan informasi yang akurat,
dapat dipercaya, dan dipahami agar dapat melakukan pengobatan mandiri
dengan benar. Oleh karena itu, pengobatan sendiri harus dilakukan di
bawah pengawasan dan nasehat apoteker. Masyarakat dapat memperoleh
informasi mengenai narkoba dari berbagai sumber, namun tidak semuanya
dapat dipercaya dan tidak memihak. Dengan ini diperlukan pemberdayaan
masyarakat agar individu dapat memberikan informasi yang akurat.
3

Profesional kesehatan dan sumber informasi yang dapat dipercaya harus


dikonsultasikan untuk mendapatkan informasi. Perlu ditingkatkan peran
tenaga kefarmasian, khususnya apoteker dan akademisi di lapangan, dalam
memberikan layanan informasi pengobatan baik untuk tujuan pengobatan
(kuratif) maupun upaya preventif dan promotif (pencegahan penyakit).
Pemerintah telah melakukan sejumlah inisiatif untuk
mempromosikan penggunaan obat-obatan yang bijaksana kepada
masyarakat, akademisi, dan profesional kesehatan. Penggunaan
pendekatan CBIA (pendekatan Pembelajaran Manusia Aktif), yang
mencakup inisiatif informasi yang lebih luas dan berjangka panjang yang
melibatkan komunitas aktif dan berbagai pemangku kepentingan terkait,
merupakan salah satu strategi untuk memberdayakan dan
mensosialisasikan komunitas.
Melalu observasi awal, peneliti menemukan bayaknya penggunaan
obat yang dikomsumsi oleh para mahasiswa Papua yang berdomisili di
kota Gorotalo. Hal ini menjadi persoalan utama yang peneliti akan telusuri
terkait pemhaman mahasiswa Papua tentang obat-obat yang mereka
komsumsi Selama ini.

13
B. Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian yang akan dilakukan ini yaitu untuk
mengukur pengetahuan mahasiswa Papua yang berdomisili di Provinsi
Gorontalo terkait rasionalisasi penggunaan obat khususnya cara
32
penggunaan obat yang baik dan benar.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalahnya adalah “
Bagaimana pemahaman Penggunaan obat yang rasional di provinsi
Gorontalo pada mahasiswa Papua.
4

41
D. Tujuan Penelitian
Adapun sebagai tujuan pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui
pemahaman di Provinsi Gorontalo oleh mahasiswa Papua terhadap
penggunaan obat yang rasional.
E. Manfahat Penelitiaan
1. Manfaat Teoritis
menyediakan data yang akan berfungsi sebagai sumber untuk
memahami kesesuaian penggunaan obat antihipertensi pada pasien
prolanis serta sebagai landasan untuk penelitian masa depan yang
bertujuan untuk memajukan ilmu farmasi.

2. Manfaat Praktis
2
memberikan rangkuman kepada dokter atau tenaga medis lainnya
tentang peresepan yang rasional dalam penggunaan obat antihipertensi
6
pada pasien prolanis berdasarkan lima indikasi yang benar: obat yang
tepat, pasien yang tepat, dosis yang tepat, dan interval waktu pemberian
yang tepat. Hal ini juga dapat digunakan sebagai masukan untuk
menganalisis kebutuhan dan penggunaan obat antihipertensi.
5

26
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kajian Teori Tentang Pengetahuan
a. Definisi pengetahuan
Pengetahuan adalah informasi yang telah diorganisasikan dan
diolah untuk memberikan pemahaman, pengalaman yang
diperoleh, dan pembelajaran. Hal ini dapat diterapkan pada
pemecahan masalah khusus atau proses bisnis. Penerima diberi
urutan pengetahuan bernilai tinggi ketika informasi telah diproses
untuk mengekstrak makna penting dan mempertimbangkan
pengalaman sebelumnya (Sri, 2018)
mendefinisikan pengetahuan sebagai segala sesuatu yang
dipahami sebagai hasil dari pengalaman pribadi, dan pengetahuan
tumbuh sebagai pengalaman baru yang dimiliki. Menurut Bloom,
kognisi—yang terjadi ketika manusia melihat objek tertentu—
merupakan sumber pengetahuan. Tubuh manusia menggunakan
25
panca inderanya—penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
sentuhan—untuk merasakan sesuatu. Manusia memperoleh banyak
pengetahuan melalui mata dan pendengarannya. Dalam hal
mempengaruhi tindakan seseorang (lebih dari perilaku),
pengetahuan adalah faktor yang sangat penting. Studi jangka
36
panjang menunjukkan bahwa perilaku berbasis pengetahuan
bertahan lebih lama daripada perilaku berbasis ketidaktahuan.
(Darsini et al., 2019).
Pemahaman mendukung keyakinan otentik. Berdasarkan
pengamatannya terhadap dunia luar, seseorang mempertahankan
6

validitas pandangannya. Jadi, ketika seseorang menciptakan


pengetahuan, dia melakukannya dengan berpegang teguh pada ide-
ide yang dapat dibenarkan dan mengembangkan pemahaman
tentang keadaan baru. Menurut konsep ini, pengetahuan adalah
ciptaan realitas bukan kebenaran universal. Selain merupakan
kumpulan fakta, knowledge generation merupakan aktivitas
manusia yang kompleks yang sulit untuk direduksi atau ditiru.
Perasaan dan sistem kepercayaan terlibat dalam proses
menghasilkan pengetahuan, dan elemen-elemen ini mungkin tidak
disadari (Patricia, 2021).
34
b. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
1) Pendidikan
Pendidikan adalah proses di mana seseorang
membimbing orang lain menuju realisasi nilai-nilai tertentu
yang menginspirasi orang untuk mengambil tindakan dan
menjalani kehidupan yang memuaskan guna mencapai
keselamatan dan kebahagiaan. Untuk memperoleh pengetahuan
yang dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang, seperti
informasi terkait kesehatan, seseorang harus memperoleh
pendidikan. Pendidikan merupakan sarana penting untuk
memperoleh pengetahuan yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kualitas hidup seseorang, khususnya di bidang
kesehatan. Partisipasi dalam pembangunan dipengaruhi oleh
5
pendidikan, dan secara umum semakin tinggi pendidikan
seseorang maka semakin mudah pula mereka menyerap
informasi. Seseorang yang telah menyelesaikan sekolah formal
cenderung terbiasa menghadapi kesulitan secara logis. Hal ini
8
disebabkan oleh fakta bahwa orang akan belajar bagaimana
mengenali masalah, mengevaluasinya, dan berusaha
memecahkan atau menemukan solusi selama mereka
17
bersekolah di sekolah formal (Qiftiyah, 2018). Pendidikan
7

adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain


ketika mereka berupaya mencapai tujuan atau keinginan yang
memotivasi mereka untuk mengambil inisiatif dan menjalani
kehidupan yang aman dan bahagia. Untuk meningkatkan
kualitas hidup seseorang diperlukan pendidikan untuk
memperoleh informasi berupa sumber daya promosi kesehatan.
(Saputri ASD, 2022)
2) Pekerjaan
Pada hakikatnya, bekerja adalah segala kegiatan yang
dilakukan manusia untuk memperoleh keuntungan finansial,
seperti pekerjaan rumah tangga, atau untuk tujuan lain seperti
memenuhi kebutuhan pokoknya. Seseorang mungkin
8
memperoleh pengalaman dan pengetahuan di tempat kerja baik
secara langsung maupun tidak langsung. Ada situasi ketika
pekerjaan seseorang akan memberikan mereka lebih banyak
kesempatan untuk belajar, atau bisa saja pekerjaan yang
mereka lakukan justru memberi mereka akses terhadap
informasi yang tidak dimiliki. (Pendidikan et al., 2023)
35
3) Pengalaman
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan karena
dapat digunakan untuk memecahkan masalah dengan
menerapkan pengetahuan masa lalu untuk sampai pada
kebenaran. Pengalaman adalah segala sesuatu yang pernah
dialami seseorang di masa lalu. Seseorang pada umumnya
5
memperoleh lebih banyak pengetahuan dengan semakin banyak
pengalaman yang dimilikinya. Dalam hal ini, ibu yang pernah
melahirkan seharusnya mengetahui lebih banyak dibandingkan
ibu yang belum pernah melahirkan. (Fitriana et al., 2019)
4) Sumber informasi
Salah satu hal yang dapat memudahkan perolehan
pengetahuan masyarakat adalah adanya akses terhadap
8

berbagai sumber informasi melalui berbagai media. Kemajuan


teknologi terkini telah memudahkan akses masyarakat terhadap
9
hampir semua informasi yang diperlukan. Seseorang dengan
jumlah sumber informasi yang lebih banyak akan memiliki
pengetahuan yang lebih banyak. Seseorang pada umumnya
memperoleh informasi baru, semakin cepat pula semakin
mudah memperolehnya. (Hapsari & Pamungkas, 2019)
5) Lingkungan
Faktor-faktor di sekitar individu dan potensinya untuk
mempengaruhi pertumbuhan dan perilaku individu atau
kelompok secara kolektif salahs atunya faktor lingkungan.
Segala sesuatu yang ada di sekitar seseorang, baik sosial,
biologis, atau fisik, adalah lingkungannya. Orang-orang yang
berada dalam suatu lingkungan mempunyai pengaruh terhadap
bagaimana pengetahuan masuk ke dalam tubuhnya. Misalnya,
besar kemungkinan masyarakat sekitar suatu wilayah yang
melakukan praktik pelestarian lingkungan juga melakukan hal
yang sama. (Listia, 2020)
6) Sosial Budaya
Struktur sosiokultural atau sosial budaya suatu
masyarakat mungkin mempengaruhi perasaan orang dalam
9
menerima pengetahuan. Mungkin sulit bagi seseorang yang
berasal dari lingkungan tertutup untuk menyerap pengetahuan
baru yang dibagikan. Biasanya hal ini ditemukan pada
komunitas tertentu. (Wicaksana & Rachman, 2018a)
c. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan afektif merupakan domain yang mencakup
sikap, nilai, emosi, dan sejauh mana suatu objek diterima atau
ditolak selama proses belajar mengajar. Lima kategori membentuk
domain afektif menurut Krathwohl & Bloom :
9

1) Penerimaan/Receiving/Attending
Kategori ini, yang mencakup penerimaan pasif terhadap
masalah, keadaan, gejala, nilai, dan keyakinan, merupakan
tingkat afektif yang paling rendah. Salah satu bentuk kepekaan
yang timbul pada siswa ketika menerima rangsangan dari luar
adalah penerimaan. Ketika siswa memperhatikan dengan
seksama penjelasan guru, kesediaannya untuk menganut nilai-
nilai yang telah diajarkan kepadanya dan keinginannya untuk
melebur atau mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai tersebut
menjadi contohnya. Kata kerja operatif kategori ini meliputi
memilih, mengamati, mengikuti, memberi, merangkul,
menaati, dan menunjukkan minat (Sulistyani, 2021)
2) Menanggapi/Responding
Kategori ini berkaitan dengan tanggapan dan kepuasan
yang timbul karena menyadari atau menjawab sesuatu yang
sesuai dengan norma masyarakat. Cara lain untuk
menjelaskannya adalah bahwa reaksi adalah cara berpikir yang
menunjukkan keterlibatan aktif dalam melibatkan diri dalam
situasi tertentu dan mengekspresikan reaksi seseorang terhadap
30
situasi tersebut. Salah satu cara untuk menunjukkan hal ini
adalah dengan menyerahkan laporan tugas tepat waktu.
Kelompok kata kerja operasional ini meliputi: menanggapi,
membantu, menawarkan, berkompromi, menyukai,
menyambut, mendukung, menyetujui, mendemonstrasikan,
melaporkan, memilih, mengucapkan, menyortir, dan menolak.
(Darsini et al., 2019)
3) Penilaian/Valuing
Pemberian nilai, rasa hormat, dan keyakinan terhadap
gejala atau rangsangan tertentu termasuk dalam kategori ini.
Selain ingin menganut moral yang telah diajarkan, siswa juga
dapat menentukan apakah suatu fenomena itu baik atau jahat.
10

Bertanggung jawab dalam segala hal selama proses


pembelajaran dan jujur dalam kegiatan belajar mengajar adalah
dua cara untuk menunjukkan hal tersebut. Dalam kategori ini
dapat digunakan kata kerja operasional seperti berasumsi,
meyakinkan, melengkapi, memperjelas, memulai,
mengundang, menyarankan, merekomendasikan, membujuk,
dan memaafkan.
4) Characterization/Karakteristik
Kategori ini berfokus pada bagaimana seseorang
mengintegrasikan seluruh sistem nilai yang membentuk
perilaku dan kepribadiannya. Dalam hierarki nilai, proses
internalisasi nilai berada pada urutan teratas. Bersikap terbuka
untuk berubah pikiran ketika menghadapi data yang
bertentangan dengan pendapat adalah salah satu contohnya.
Kata kerja operasional yang termasuk dalam kategori ini
meliputi kualifikasi, melayani, mendengarkan, memamerkan,
mendemonstrasikan, dan memecahkan. Mereka juga dapat
digunakan untuk mengubah perilaku. (Nur Asiah, 2020)

2. Kajian Teori Tentang Obat


a. Definisi Obat
Suatu zat yang disebut obat diciptakan untuk mengurangi
ketidaknyamanan dan menurunkan kemungkinan tertular beberapa
penyakit. (Bidlack, 2020)
Istilah "obat" mengacu pada zat atau bahan yang disiapkan
untuk digunakan dalam diagnosis, pencegahan, pengobatan,
rehabilitasi, peningkatan, dan pengamanan sistem atau keadaan
fisiologis ular piton. (Anita Chaudhari, Brinzel Rodrigues, 2016)
12
Sedangkan menurut (Hestiani, 2021) Dalam rangka
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, dan peningkatan
kesehatan, obat adalah sediaan atau kombinasi komponen yang
11

siap digunakan untuk mengubah atau menyembunyikan sistem


fisiologis atau kelainan patologis. Saat mengonsumsi obat, Anda
harus mewaspadai efek sampingnya, penyakit yang Anda obati,
dosisnya, kapan meminumnya, dan tujuan penggunaannya.
b. Golongan Obat
Golongan obat meliputi obat keras, narkotika, psikotropika,
obat wajib farmasi, obat bebas terbatas, dan obat keras. Klasifikasi
tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan keamanan, akurasi, dan
keamanan distribusi obat. (Uly et al., 2022)
1) Obat Bebas
Obat-obatan ini termasuk dalam kategori obat yang cukup
aman dan banyak tersedia untuk dibeli di toko selain apotek.
Pada kemasannya terdapat obat-obatan yang dijual bebas
31
seperti parasetamol, vitamin C, asetosal (aspirin), antasida,
daftar obat-obatan yang diperlukan, dan obat batuk hitam
(OBH) yang ditandai dengan lingkaran hijau.(Uly et al., 2022)
Apotek, supermarket, toko obat berlisensi, dan toko
kelontong semuanya menjual obat bebas. Mereka yang
menggunakannya dapat membeli obat-obatan yang diperlukan
dalam jumlah yang sangat sedikit. Selama obat diminum sesuai
petunjuk pada label, jenis bahan aktif obat golongan ini cukup
aman sehingga penggunaannya tidak memerlukan pengawasan
medis. Oleh karena itu, lebih baik membeli obat golongan ini
secara utuh. (putri affiza, 2022).

2
Gambar 2.1 Logo Obat Bebas (Depkes, 2018).

2) Obat Bebas Terbatas


Obat yang tergolong obat bebas terbatas (ROTC) adalah
obat yang dalam kondisi tertentu dapat diperoleh secara bebas
tanpa resep dokter. Pada kemasan obat ini ditandai dengan
12

simbol unik berupa lingkaran biru dengan garis hitam, serta


dilengkapi tanda peringatan. (putri affiza, 2022)

2
Gambar 2.2 Logo Obat Bebas Terbatas (Depkes, 2018).

3) Obat Keras
Obat keras sering dikenal dengan singkatan bahasa
Belandanya, obat daftar "G". Kata “Gevaarlijk” disingkat
menjadi “G” yang berarti berbahaya, menandakan bahwa obat-
obatan pada golongan ini mempunyai resiko apabila tidak
digunakan dengan resep dokter. Golongan obat yang dibatasi
27
distribusi resep oleh dokter, dokter gigi, dan dokter hewan
ditandai dengan lingkaran merah dengan huruf K di dalamnya.
(selvianti, dita dan dominicha, 2021)

gambar 2.3 simbol obat keras. (Depkes, 2018).

4) Psikotropika
Obat kuat, baik alami maupun sintetis, yang tidak
menyebabkan narkotika tetapi mempunyai sifat psikoaktif
karena dampak langsungnya pada sistem saraf pusat, yang
mengakibatkan perubahan khas pada perilaku dan aktivitas
mental. (Bina et al., 2018)
Contoh : Phenobarbital, Diazepam
5) Obat Narkotika
Narkotika adalah zat sintetik atau semi sintetik yang
dihasilkan dari tumbuhan atau bukan tumbuhan yang dapat
mengubah atau menurunkan kesadaran, pengecapan,
13

mengurangi atau menghilangkan nyeri, dan menyebabkan


ketergantungan. (Bina et al., 2018)
Contoh : Petidin, Morfin

Gambar 2.4 simbol obat narkotika (Depkes, 2018).

c. Efek Samping Obat.


Apoteker harus mengikuti Standar Pelayanan Kefarmasian
ketika menjalankan praktik kefarmasian di klinik untuk
memastikan bahwa pasien menerima pelayanan terbaik,
masyarakat terlindungi dari penyalahgunaan obat demi
keselamatan pasien, dan anggota staf kefarmasian dilindungi
undang-undang. (Kementrian kesehatan Republik indonesia, 2021).
Penyalahgunaan obat-obatan biasanya timbul dari mekanisme
kerja obat, yang memungkinkan obat tersebut menimbulkan efek
selain tujuan penggunaannya, seperti efek samping. (Badan POM,
2020)
setiap reaksi pengobatan yang tidak terduga dan tidak
menyenangkan yang berkembang setelah obat diberikan kepada
manusia dengan dosis yang dianjurkan untuk pengobatan,
diagnosis, atau pencegahan (Bina et al., 2018)
Beberapa hal yang harus diwaspadai yaitu efek negatif
pengobatan, sebagai berikut ini :
1) Baca label, brosur obat, dan efek samping yang mungkin ada.
2) Menanyakan apoteker secara pribadi dan mendapatkan
informasi lengkap mengenai efek samping.
3) Efek samping yang umum termasuk mual, mengantuk, gatal,
reaksi alergi, dan ruam.
14

4) Karena beberapa situasi medis, seperti gagal ginjal, kehamilan,


menyusui, atau lanjut usia, mungkin memiliki efek samping
yang fatal dari penggunaan obat, Hanya di bawah pengawasan
medis dan farmakologis profesional situasi seperti itu dapat
digunakan.
d. Cara Penyimpanan Obat.
Menurut (Badan POM, 2020) penyimpanan dapat di lakukan
sebagai berikut :
1) Simpan dalam wadah tertutup rapat dan dalam kemasan
aslinya.
2) Jauhkan dari sinar matahari langsung, simpan obat pada suhu
ruangan, atau sesuai anjuran kemasan.
3) Untuk menghindari kerusakan, simpan jauh dari sumber panas
dan lembab.
4) Kecuali ditentukan lain pada label obat, hindari menyimpan
obat cair di lemari es untuk mencegah pembekuan.
5) Jangan menyimpan obat kadaluarsa di tempat penyimpanan.
45
6) Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
e. Tanggal Kadaluarsa
Tanggal kadaluarsa menandakan kualitas dan kemurnian obat
terjamin dalam kondisi baik hingga tanggal yang ditentukan.
Seringkali, kedaluwarsa direpresentasikan dalam bentuk bulan dan
tahun. obat mana yang telah dirugikan, termasuk yang kualitasnya
memburuk, seperti:
1) Tablet.
a) Perubahan bau, rasa, dan warna.
b) Kerusakan bermanifestasi sebagai celah, noda, bercak, dan
lubang.
c) Menjadi bubuk dan basah jika pecah, ada benda lain atau
benda asing, atau keduanya.
d) Botol atau kaleng pecah.
15

2) Tablet Salut
a) Basah dan lengket satu sama lain
b) Pecah-pecah, menyebabkan perubahan warna
c) Kaleng atau botol hancur, mengakibatkan anomali fisik
3) Kapsul
a) mengalami perubahan warna
b) Kapsul kosong,terbuka, pecah, atau menggumpal
4) Cairan
a) Menjadi mengendap Atau keruh
b) Perubahan konsistensi
c) Rasa atau warna berubah
d) Botol plastik bocor atau pecah
e) Salep
a) Warna yang berubah.
b) wadah rusak atau bocor,
c) dan perubahan bau

3. Rasionalitas Obat
Pengobatan sendiri adalah praktik umum di masyarakat. Pedoman
penggunaan pengobatan sendiri yang rasional harus dipatuhi. Penggunaan
obat yang rasional didefinisikan sebagai penyediaan obat yang diperlukan
11
oleh pasien untuk jangka waktu yang paling lama dengan biaya yang
serendah mungkin bagi pasien dan masyarakat. Tentu saja, penggunaan
obat yang rasional memerlukan pengetahuan tentang batasan dan definisi
penggunaan obat yang rasional, kesadaran akan berbagai dampak negatif
penggunaan obat-obatan terlarang, pengenalan terhadap indikator
penggunaan obat yang rasional, dan petunjuk bagaimana menggunakan
obat secara lebih rasional (Kementerian kesehatan republik indonesia,
2020).
16

a. Penggunaan Obat Yang Rasional Dalam Praktek.


15
Data WHO menunjukkan bahwa lebih dari separuh obat-obatan
diresepkan, diberikan, dan dijual secara tidak tepat, dan separuh dari
seluruh pasien menyalahgunakan obat. Secara praktis, penggunaan
obat dianggap logistik jika memenuhi persyaratan berikut:
1) Tepat Diagnosis
Penggunaan wajar dianggap jika obat diresepkan setelah
12
diagnosis yang benar dibuat. Jika diagnosis tidak ditegakkan
dengan benar, maka akan menjadi dasar pemilihan obat yang salah.
Akibatnya, obat resep tidak akan diberikan sesuai tujuan.
1
2) Tepat Indikasi Penyakit.
Setiap obat memiliki spektrum terapi yang unik. Penggunaan
antibiotik dianjurkan, misalnya pada kasus infeksi bakteri. Oleh
karena itu, obat ini disarankan hanya dikonsumsi oleh pasien yang
menunjukkan gejala infeksi bakteri.
3) Tepat Pemilihan Obat.
Pilihan untuk mengejar tindakan terapeutik dibuat ketika
diagnosis yang tepat telah dibuat. Akibatnya, obat pilihan harus
memiliki dampak terapeutik yang sesuai dengan berbagai penyakit.
Contoh: Pada hampir semua kasus infeksi dan peradangan, gejala
demam muncul. Menggunakan parasetamol disarankan untuk
sebagian besar demam karena, selain efek antipiretiknya, obat ini
umumnya merupakan antipiretik yang paling aman. Hanya
disarankan untuk memberikan obat antiinflamasi nonsteroid
(seperti ibuprofen) untuk demam yang disebabkan oleh proses
inflamasi atau inflamasi.
38
4) Tepat Dosis.
Efektivitas terapi pengobatan sangat dipengaruhi oleh dosis,
cara, dan lama pemberian obat. Ketika obat-obatan memiliki
rentang terapeutik yang sempit, pemberian dosis berlebihan secara
signifikan meningkatkan kemungkinan efek samping. Ada
17

kemungkinan bahwa dosis antibiotik yang tidak mencukupi tidak


menjamin tingkat terapeutik yang diharapkan.
5) Tepat Cara Pemberian
Kunyah antasida secara menyeluruh sebelum menelan.
Demikian pula, antibiotik tidak boleh digabungkan dengan susu
karena koneksi yang mereka buat akan mencegah penyerapan dan
mengurangi efisiensinya.
6) Tepat Interval Waktu Pemberian
Semakin langsung dan realistis teknik pemberian obat
dilakukan, maka pasien akan semakin mudah mengikuti
petunjuknya. Ketika frekuensi pemberian obat meningkat
(misalnya menjadi empat kali sehari), kepatuhan pengobatan
menurun. Jika obat resep mengatakan untuk meminumnya tiga kali
sehari, itu menyarankan agar obat tersebut diminum setiap delapan
jam.
7) Tepat lama pemberian
Setiap kondisi memerlukan lama pemberian obat yang
berbeda. Lama pemberian tersingkat untuk penyakit kusta dan
tuberkulosis adalah enam bulan. Kloramfenikol harus digunakan
selama 10 sampai 14 hari untuk mengobati demam tifoid. Efek
pengobatan akan dipengaruhi oleh pemberian obat terlalu lama
atau terlalu sedikit.
8) Waspada terhadap efek samping
Wajah merah setelah injeksi atropin adalah efek samping
yang disebabkan oleh pembesaran pembuluh darah di wajah, bukan
11
alergi. Pemberian obat dapat menimbulkan efek samping, yaitu
efek buruk yang terjadi jika obat diberikan dalam jumlah
terapeutik. Anak-anak di bawah usia 12 tahun sebaiknya tidak
menerima tetrasiklin karena kemungkinan pertumbuhan gigi dan
tulang yang tidak tepat.
18

9) Tepat penilaian kondisi pasien


Cara setiap orang bereaksi terhadap efek obat sangat
bervariasi. Teofilin dan aminoglikosida adalah dua kelas obat yang
lebih jelas terlihat. Pengobatan aminoglikosida harus dihindari
pada pasien dengan gangguan ginjal karena risiko nefrotoksisitas
jauh lebih tinggi pada populasi ini. Saat memilih cara pemberian
obat, faktor-faktor berikut harus diperhitungkan.
10) Obat yang ditawarkan harus murah, dapat diakses setiap saat,
efektif, aman, dan terjamin kualitasnya.
Karena efektif, aman, dan harga terjangkau, obat-obatan yang
termasuk dalam daftar obat esensial digunakan. Obat-obatan diberi
peringkat berdasarkan efektivitas, keamanan, dan keterjangkauan
oleh para profesional di bidang medis dan klinis sebelum
ditambahkan ke daftar obat-obatan penting. Untuk menjamin mutu,
obat harus dibuat oleh produsen yang mematuhi GMP (Good
1
Manufacturing Practices) dan diperoleh melalui jalur resmi. Semua
produsen farmasi di Indonesia wajib menggunakan GMP, dan
semuanya menerapkannya.
11) Tepat informasi
Agar terapi berhasil, informasi yang akurat dan faktual
tentang penggunaan obat sangat penting. Misalnya, resep
rifampisin akan menyebabkan urin pasien menjadi merah. Jika hal
ini tidak diungkapkan, pasien mungkin akan berhenti minum obat
karena menurutnya obat tersebut menyebabkan kencing berdarah.
sedangkan terapi rifampisin untuk pasien tuberkulosis harus
diberikan secara internal dalam jangka waktu yang lama. Saat
meresepkan antibiotik, harus dijelaskan bahwa bahkan setelah
gejala klinis telah berkurang atau hilang sama sekali, obat tersebut
harus tetap diminum selama satu periode pengobatan, atau satu
rangkaian terapi. Karena minum obat empat kali sehari berarti
setiap enam jam, interval waktu antar dosis juga harus akurat. Hal
19

ini penting untuk antibiotik, karena memastikan kadar obat dalam


darah lebih tinggi dari jumlah minimum yang diperlukan untuk
membasmi bakteri penyebab penyakit.

b. Tepat penyerahan obat (dispensing)


Dispenser berperan sebagai penyedia obat dan pasien sebagai
konsumen obat dalam konteks penggunaan obat yang rasional. Obat
yang tertera pada halaman resep disiapkan oleh apoteker atau asisten
1
apoteker pada saat resep dibawa ke apotek Puskesmas atau tempat
penyerahan obat. Setelah itu, pasien mendapat obat. Proses penyiapan
dan pendistribusiannya harus dilakukan dengan benar agar pasien
dapat menerima obat sesuai peruntukannya. Saat memberikan obat,
6
anggota staf juga harus memberikan informasi yang diperlukan kepada
pasien. Pasien mematuhi perintah apotek yang diperlukan; keadaan
berikut biasanya mengakibatkan penolakan obat :
1) Pemberian jumlah atau jenis obat yang berlebihan.
2) Pemberian obat harian terjadi terlalu sering.
3) Ada terlalu banyak jenis sediaan obat.
4) Pemberian obat terus menerus tanpa sepengetahuan.
5) Pasien tidak diberikan petunjuk atau informasi yang cukup tentang
cara menggunakan atau minum obat.

B. Penelitian Terdahulu

14
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
NO NAMA TUJUAN METODE HASIL KESA PERBEDAAN
PENELITI/TAHUN PENELITIAN MAAN
/JUDUL DAN NAMA
JURNAL

01 (Octaviaet al., 2020) untuk Metode yang menunjukkan bahwa 1. Metode


meningkat digunakan dalam lebih dari separuh (20 penelitian yang
layanan ini adalah dari 36 orang, atau dilakukan berbeda.
pengetahuan dengan 55%) masyarakat,
Peningkatan masyarakat khususnya kader PKK
Pengetahuan tentang mendekati. Dari di Desa Madulige,
Masyarakat Tentang penggunaan hasil evaluasi dan memperoleh obat dari 2.tempat dan
20

Penggunaan Dan obat yang tepat monitoring apotek. Hal ini sasaran sampel
Pengelolaan Obat (rasional) dan kegiatan yang mencakup rangkuman yang berbeda.
Yang tata cara telah dilakukan. sejauh mana dia merasa
Rasional Melalui penyimpanan terdorong untuk
Penyuluhan Dagusibu dan mengatasi masalah
kesehatannya dengan - 3.Tujuan untuk
membuang melakukan pengobatan mengetahui
obat yang telah sendiri di masyarakat. pengetahuan
rusak atau mahasiswa papua
kadaluarsa yang berdomisili di
GEMASSIKA: Jurnal dengan benar. provinsi Gorontalo
43
Pengabdian Kepada terkait penggunaan
Masyarakat obat yang rasional
Vol. 4 No. 1 Mei 2020

02 (Fajriaty et al., 2019)


Terapi tidak Untuk memulai Dilihat dari jenis - 1. Metode
berhasil. Oleh pembelajaran aktif pekerjaan mereka, 0% penelitian yang
karena itu, manusia tentang responden menyatakan dilakukan berbeda.
penting untuk pengobatan mereka pelajar, 1%
7
EVALUASI Tingkat menilai mandiri dan menyatakan mereka
Pengetahuan kesadaran pemilihan/penggu pegawai, sebanyak 17%
Masyarakat Dalam masyarakat naan obat yang responden menyatakan 2. tempat dan
Swamedikasi mengenai rasional, Pelatihan diri mereka di sektor sasaran sampel
Dan Penggunaan Obat pengobatan Agen Perubahan swasta, 7% menyatakan yang berbeda.
Yang Rasional (Por) mandiri dan akan mereka sebagai
Menggunakan penggunaan menggunakan pegawai negeri, dan
Metode Cara Belajar obat yang metode berikut: 75% menyatakan
Insan Aktif (Cbia) bertanggung pretest; presentasi bahwa mereka memiliki 3. Tujuan untuk
jawab melalui umum tentang pekerjaan lain. di mengetahui
KKN-PPM. pengobatan antaranya 75% adalah pengetahuan
sendiri dan ibu rumah tangga. mahasiswa papua
penggunaan obat Temuan ini yang berdomisili di
yang rasional; menunjukkan betapa provinsi Gorontalo
7
Fajriaty; S. N. simulasi dan pentingnya mendidik terkait penggunaan
Nurbaeti; H. diskusi dengan para ibu tentang obat yang rasional.
Kurniawan; F. siswa dalam pengobatan mandiri
Nugraha. AL- konseling karena sebagian besar
KHIDMAH 2 (2019) langsung; pasca- dari mereka adalah ibu
34-41 tes; kemudian rumah tangga Keluarga
melakukan sering kali membeli dan
percakapan menyediakan obat
kelompok tentang untuk anggotanya di
soal post-test. rumah.

03 (Pulungan et al., 2019) Untuk Penelitian survey Puskesmas Pegajahan 1. Metode


mengevaluasi analitik memiliki proporsi hasil penelitian yang
penggunaan menggunakan penggunaan obat wajar dilakukan berbeda.
obat rasional desain penelitian tertinggi (97,40%),
berdasarkan retrospektif sedangkan Naga
Rencana yang dilakukan di Kesesingangan
Evaluasi Penggunaan Strategis seluruh memiliki proporsi hasil 2. tempat dan
Obat Rasional Di (Renstra) puskesmas penggunaan obat wajar sasaran sampel
21

Puskesmas Kementerian Kabupaten terendah (37,30%). yang berbeda.


Kabupaten Serdang Kesehatan Serdang Bedagai Rata-rata persentase
Bedagai Republik Provinsi Sumatera penggunaan narkoba
Indonesia Utara rasional di wilayah
Tahun berjumlah 20 Serdang Bedagai 3.Tujuan untuk
2015 – 2019 puskesmas. sebesar 59,10%. mengetahui
pengetahuan
mahasiswa papua
Volume 3, No.3, yang berdomisili di
Agustus 2019: 144- provinsi Gorontalo
152 terkait penggunaan
obat yang rasional

04 (Mathematics, 2022) Studi ini Carolina Chloe Persentase jawaban 1. Metode


bertujuan Gracia Silaban yang salah sebesar penelitian yang
untuk 9298 Syntax 86,19% dengan dilakukan berbeda.
mengakses Literate, Vol. 7, 13,81%, dengan nilai
pengetahuan, No. 7, Juli 2022 rata-rata 60,3 dan 9,67.
perilaku serta Metode Penelitian Mengenai bagaimana
Pengetahuan, Perilaku kesadaran para Studi ini dokter menangani obat 2.tempat dan
Dan Kesadaran Para dokter terkait menggunakan yang diterimanya sasaran sampel
Dokter Dalam dengan metode cross- Untuk respon yang baik yang berbeda.
Penggunaan Obat penggunaan sectional nilai rata-ratanya adalah
Yang Rasional obat obsevatori dengan 59,2, sedangkan untuk
yang rasional. besaran quota respon yang kurang
Studi ini sampel sebesar 70 tepat adalah 10,8. 3. Tujuannya
menunjukkan responden yang Secara persentase, adalah untuk
bahwa para berprofesi dokter. kecocokan persisnya mengetahui tingkat
dokter Alasan adalah antara 84,57% kesadaran siswa
Syntax Literate: memiliki penggunaan dan 15,43%. Dalam tentang
Jurnal Ilmiah pengetahuan metode kuota jumlah total penggunaan
Indonesia p–ISSN: yang adalah anggapan Berdasarkan jawaban narkoba secara
2541-0849 mendekati penulis bahwa dokter terdapat tingkat bertanggung jawab
e-ISSN: 2548-1398 sesuai. para dokter akan alasan penggunaan obat di kalangan
Vol. 7, No. 7, Juli memiliki anjuran yang hampir masyarakat Papua
2022 pengetahuan, dapat diterima, dengan yang tinggal di
perilaku serta nilai 72,00% Provinsi Gorontalo.
kesadaran terkait berbanding tingkat
penggunaan obat kesesuaian 28%.
yang rasional
yang sama.
4
05 (Fauzi et al., 2022) Penyuluhan Metode Skor rata-rata pretest 1. Metode
DAGUSIBU Pendekatan Responden adalah 5, penelitian yang
ini bertujuan Interaktif dari kemungkinan 10, dilakukan
4
untuk (CBIA)., sedangkan rata-rata berbeda.
Penyuluhan Dagusibu meningkatkan skor posttest mereka
Sebagai Upaya adalah 6,85. Data ini
Peningkatan pengetahuan menunjukkan bahwa
Pengetahuan masyarakat setelah mendapat 2.tempat dan
Masyarakat Desa desa Sukadana penyuluhan sasaran sampel
Sukadana Lombok mengenai DAGUSIBU dengan yang berbeda.
Tengah Terkait pemanfaatan metode pendekatan
22

4
Penggunaan Dan yang rasional CBIA, pemahaman
Pengelolaan Obat dan peserta mengenai
Yang Rasional DAGUSIBU dan
Menggunakan Metode pengelolaan pengobatan mandiri 3. Tujuannya
Cbia obat-obatan. meningkat sebesar
28
untuk mengetahui
37%. Temuan ini seberapa besar
Indra 3(1) (2022) sejalan dengan pengetahuan
penelitian sebelumnya mahasiswa Papua
yang dilakukan oleh di Provinsi
Witri (2017) yang Gorontalo tentang
menemukan bahwa penggunaan
Indra: Jurnal pemahaman masyarakat narkoba secara
Pengabdian kepada terhadap obat dan bertanggung
Masyarakat informasi pengobatan jawab.
mandiri dapat
dipengaruhi oleh
metode pendekatan
CBIA.
23

C. Kerangka Pikir

PENGUNAAN OBAT

Rasionalitas obat Tidak Rasional obat

Didasari oleh
pegetahuan dan sikap

Factor yang mempegaruhi


Rasionalitas
pegetahuan
pengunaan obat
Tingkat pengetahuan

Informasi

Pemaham
an
Sintesis

Ulasan

Impelementasi

Gambar 2.5 Kerangka Pikir


24

D. Hipotesis penelitian

H1 : Mahasiswa papua paham terhadap rasionalisasi penggunaan obat


(cara
penggunaan obat yang baik dan benar)
H0 : Mahasiswa papua tidak paham terhadap rasionalisasi penggunaan
obat
(cara penggunaan obat yang baik dan benar)
25

10
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


1. Pendekatan penelitian
Penelitian sampel besar, atau teknik kuantitatif, umumnya
digunakan dalam penelitian ini karena diterapkan dalam penelitian
inferensial, yang berkaitan dengan pengujian hipotesis dan
mendasarkan hasil pada kemungkinan kesalahan dalam menolak
hipotesis nol. Oleh karena itu, dengan menggunakan metode ini
akan ditemukan korelasi yang bermakna antar variabel yang diteliti
(Wicaksana & Rachman, 2018).

33
2. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif
yang dilakukan secara non-eksperimental dengan melakukan
survey langsung terkait pengunaan obat yang rasional kepada
mahasiswa Papua yang berdomisili di provinsi Gorontalo.

19
B. Waktu Dan lokasi Penelitian
1. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan sejak bulan Agustus – Oktober 2023

2. Lokasi penelitian
Penelitian ini di laksanakan pada 9 asrama mahasiswa Papua
yang berada di Provinsi Gorontalo.

22
C. Jenis dan sumber data
1. Jenis data
Data primer merupakan temuan penelitian yang dikumpulkan
langsung dari sumber aslinya, baik perorangan maupun kelompok,
26

tanpa menggunakan perantara. Dengan demikian, akses langsung


terhadap data dapat dilakukan (Elly Muningsih & Kiswati, 2019).
Pertanyaan penelitian secara khusus ditangani dengan
pengumpulan data primer. Kuesioner yang diberikan kepada
responden dijadikan sebagai sumber data utama dalam penelitian
ini. Menurut Sugiyono (2017) yang mengutip Hasari & Fitria
(2020) dalam jurnalnya, kuesioner adalah suatu metode
pengumpulan data yang melibatkan pengumpulan pernyataan atau
pertanyaan tertulis untuk ditanggapi oleh partisipan. Sumber data
utama penelitian ini adalah kuesioner mengenai justifikasi
penggunaan narkoba yang disampaikan kepada pelajar Papua di
Provinsi Gorontalo.

37
2. Sumber data
a. Data Primer : Sumber data utama penelitian ini adalah
kuesioner mengenai justifikasi penggunaan narkoba yang
disampaikan kepada pelajar Papua di Provinsi Gorontalo.
b. Data sekunder : bersumber dari data pendukung antara lain
informasi jumlah mahasiswa Papua yang berdomisili di Provinsi
Gorontalo yang diberikan oleh ketua Persatuan Mahasiswa
Papua di Gorontalo dan analisis literatur ilmiah terkait
13
penelitian.

D. Populasi dan sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek yang tersimpan, termasuk
orang, benda, peristiwa, nilai, dan kejadian (Damayanti, 2022).
40
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa asal Papua yang kuliah di
beberapa universitas di provinsi Gorontalo. Mahasiswa Papua
sendiri terbagi dalam dua wilah besar yaitu : wilaya bagiaan kota,
27

dan wilayah bagian kabupaten Limboto sejumlah 302 orang yang


tersebar di 9 titik yang berbeda diantaranya :

Tabel 3.1 Sebaran Populasi Mahasiswa Papua di Provinsi


Gorontalo

No Tempat penelitian Jumlah populasi


1 Asrama cendrawasih 42 Orang
2 Asrama dogiyai 44 Orang
3 Kontrakan 01 IMAPEN 35 Orang
4 Kontrakan 02 IMAPEN 36 Orang
5 Kontarkan tolikara 32 Orang
6 Kontrakan puncak jaya 26 Orang
7 Kontrakan mahasiswa lanijaya 28 Orang
8 Puncak papua 30 Orang
9 Kontrakan mahasiswa nduga 29 Orang
Total Populasi 302 Orang

2. Sampel
Tiga puluh sampel digunakan dalam penelitian ini, yang

berasal dari perhitungan sampel yang dilakukan dengan


24
menggunakan rumus Slovin :

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2

keterangan :

n : Jumlah sampel

N : Jumlah populasi

e : Jumlah eror sampel


28

302
𝑛=
1 + 302(0,03)2

302
𝑛=
1 + 302 𝑋 0,03

302
𝑛=
1 + 9,06

302
𝑛=
10,06

𝑛 = 30,019

𝑛 = 30 Responden

3. Teknik Pengambilan Sampel


Cara pengambilan sampel dengan metode propotional

random sampling, dimana besar sampling diambil berdasarkan

jumlah Mhasiswa Papua di asrama dan kontrakan yang terbagi

dalam 9 kontrakan dan asrama mahasiswa Papua di provinsi kota

Gorontalo. Adapun distribusi sampel sebagai berikut:


42
Asrama Cendrawasih = x 30 = 4 Orang
302

44
Asrama dogiyai = x 30 = 5 orang
302

35
Asrama 01 IMAPEN = x 30 = 3 0rang
302

36
Asrama 02 IMAPEN = x 30 = 4 0rang
302

32
Asrama tolikara = x 30 = 3 Orang
302

26
Asrama puncak jaya = x 30 = 2 Orang
302
29

28
Asrama lani jaya = x 30 = 3 Orang
302

30
Asrama puncak papua = x 30 = 3 Orang
302

29
Asrama nduga = x 30 = 3 Orang
302

E. Definisi Operasional Dan Variable Penelian


17
1. Definisi Operasional
Tabel 3.2 Definisi Operasional
Variable Definisi Operasional

Pemahaman
Pengetahuan mahasiswa Papua yang berdomisi di
Penggunaan
Provinsi Gorontalo terkait cara penggunaan obat
Obat
yang baik dan benar

2. Skala Pengukuran Variable Penelitian


Tabel 3.3 Skala Pengukuran Variable Penelitian
Variable Alat Skala Ukur Kategori
Ukur Pemahaman

Pemahaman
Kuisioner Skala Guttman Baik : 70 – 100
Penggunaan
Jawaban Ya : 1 %
Obat
Jawaban Tidak : 0 Cukup : 50 – 69
%
Kurang : < 50 %

3. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian menggunakan kuisioner yang berisi
tentang pertanyaan tertulis cara penggunaan obat yang baik dan
benar (Kuisioner terlampir)
30

F. Teknik pegumpulan data


Data diperoleh dari hasil penyebaran kuisioner pada 30 orang
mahasiswa Papua yang terbagi dalam beberapa titik asrama berdomisili di
Provinsi Gorontalo. setiap responden akan mengisi kuisioner yang berisi
12 pertanyaan .

G. Teknik Analisa Data


Dengan menggunakan teknik perhitungan berdasarkan rumus berikut,
data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dilakukan analisis univariat
guna memberikan gambaran secara lugas mengenai pengetahuan
mahasiswa Papua yang tinggal di Provinsi Gorontalo mengenai
penggunaan obat yang tepat dan benar :
21 𝑋
𝑃= 𝑥 100%
𝑁

Keterangan :
P = Persentase
X = Jumlah kejadian pada responden
N = Jumlah keseluruhan responden
31

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


adanya mahasiswa Papua yang kuliah di perguruan tinggi di provinsi
Gorontalo dengan tujuan mempelajari hal baru atau memajukan
pendidikannya. Melalui jaringan pendidikan, pelajar Papua di kota Gorontalo
pertama kali muncul pada tahun 1998. Setiap tahun ajaran terjadi peningkatan
jumlah penduduk Papua yang terdaftar. Kemudian, di bawah naungan Pemkot
Gorontalo, mahasiswa Papua mendirikan organisasi yang dibentuk. Di kota
studi Gorontalo tahun sebelumnya, mahasiswa Papua kurang memperhatikan
penyediaan penginapan. Kemudian, Gorontalo, Filipina, merupakan rumah
bagi populasi pelajar Papua yang cukup besar pada tahun 2009. Pemerintah
Papua sedang bersiap untuk menampung pelajar dalam bentuk asrama
permanen, yang secara resmi dibuka untuk bisnis pada tahun 2010. Jumlah
pelajar Papua di Gorontalo semakin berkembang setiap tahun ajarannya. Pada
tahun 2023, Gorontalo akan memiliki 302 siswa yang mengikuti program
pendidikannya.
Berdasarkan pengalaman mahasiswa Papua yang belajar di Kota
Gorontalo pada tahun 1998 hingga 2023, tidak pernah ada yang aneh dengan
masyarakat setempat. Oleh karena itu, paragraf sebelumnya menggambarkan
kota yang indah, ramah, menjunjung tinggi nilai-nilai sosial, agama, dan
pendidikan yang menerima individu dari berbagai latar belakang.
Sahat ini mahasiswa papua yang berada di kota Gorontalo memiliki 2
asrama permanen dan 7 kontarakan yang di biyayai oleh pemerinta kabupaten
kota masing-masing paguyuban.
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Karateristik responden berdasarkan usia
Penelitian yang melibatkan peserta berusia 15 hingga 64 tahun ini
dibagi menjadi dua kelompok usia: 17–20 tahun dan 21–25 tahun.
Berdasarkan data, masing-masing 16 responden (53,3%) dan 17 responden
32

(46,7%) berada pada rentang usia 21–25 tahun dari 30 responden.


Mayoritas siswa yang setuju untuk mengikuti penelitian ini sebagai
responden lebih mendominasi siswa pada rentang usia 21 hingga 25 tahun,
sesuai dengan hasil persentasenya. Hal ini terlihat pada tabel berikut, 4.1.

1
Table 4.1 karatristik responden berdasarkan usia
No Usia Jumlah Presentase
1 17-20 tahun 14 46.7%
2 21-25 tahun 16 53.3%
3 Total 30 100%

2. Karateristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Presentasi gender perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki di
antara peserta penelitian. Empat dari total responden, atau 13,3%,
diidentifikasi sebagai perempuan. Sedangkan 26 atau 86,7% responden
adalah laki-laki. Karena 80% pelajar Papua di kota Gorontalo adalah laki-
laki, maka sebagian besar pelajar Papua yang bersedia menjawab berada di
42
provinsi Gorontalo. Tabel 4.2 di bawah menampilkannya.

Tabel 4.2 Persentase responden berdasarkan jenis kelamin


18
No Jenis kelamin Jumlah Presentase
1 Perempuan 4 13.3%
2 Laki-laki 26 86.7%
3 Total 30 100%

3. Karateristik Responden Berdasarkan Semester


Dalam penelitian ini semester responden di bagi menjadi tiga
kelompok, diantaranya kelompok pertama adalah semester 1-3, kelompok
yang kedua adalah semester 4-6, dan yang ke-tiga semester 7-9. Data yang
33

di peroleh dari asil Analisa menujukan bahwa, 1-3 sebanyak 11 responden


atau 36.7%, sedangkan yang semester 4-6 adalah 4 responden atau 13.3%,
10
dan yang semester 7-9 adalah 15 responden atau 50%. Hal ini dapat di
lihat pada table 4.3 di bawah ini.

Table 4.3 Karatristik Responden Berdasarkan Semester


No semester Jumlah Presentase
1 1-3 11 36.7%
2 4-6 4 13.3%
3 7-9 15 50%.
4 Total 30 100%

4. Karateristik Responden Berdasarkan Lama Domisili


Dalam penelitian ini domisili responden di bagi menjadi tiga
kelompok, diantaranya kelompok pertama adalah domisili yang kurang
dari 1 tahun kelompok yang kedua adalah domisili 1-2 tahun dan yang ke-
tiga lama domisili lebih dari 2 tahun . Data yang di peroleh dari asil
Analisa menujukan bahwa, kurang dari 1 tahun sebanyak 8 responden
atau 26.7%, sedangkan yang lama domisili 1-2 tahun adalah 3 responden
atau 10%, dan yang lama domisili lebih dari 2 tahun adalah 19 responden
44
atau 63.3%. Hal ini dapat di lihat pada table 4.4 di bawah ini.

23
Table 4.4 Karatristik responden berdasarkan lama domisili
No Lama domisili Jumlah Presentase
1 <1 Tahun 8 26.7%
2 1-2 Tahun 3 10%
3 >2 Tahun 19 63.3%
4 Total 30 100%
34

5. Gambaran Pemahaman Mahasiswa Papua Yang Berdomisili Di


Provinsi Gorontalo Terkait Pengunaan Obat Yang Rasional
Responden dapat mengidentifikasi kategori pengetahuannya
berdasarkan ketentuan yang diberikan dengan meninjau rangkuman skor
pengetahuan terkait narkoba. Menurut Notoatmodjo (2012), terdapat tiga
kategori untuk menilai tingkat pengetahuan seseorang tentang penggunaan
narkoba yang rasional: baik jika skornya lebih besar dari 70%; cukup jika
skornya antara 50 dan 69%; dan buruk jika skornya kurang dari 50%.
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
responden terbagi dalam tiga kategori, yaitu baik (53,33%), cukup (40%),
dan rendah (6,67%). Tabel 4.5 menampilkan temuan penelitian secara
komprehensif.
Table 4.5 Gambaran Pemahaman Di Provinsi Gorontalo oleh Mahasiswa
Papua Yang Terkait Pengunaan Obat Yang Rasional
20
No kategori Jumlah Presentase
1 Baik 17 56.7%
2 Cukup 12 40%
3 Kurang 1 3.3%
4 Total 30 100%

C. Pembahasan Hasil Penelitian


Gambaran jelas mengenai permasalahan yang diangkat dalam
penelitian ini diperoleh berdasarkan prosedur analisis data yang diterapkan
pada temuan penelitian. Temuan penelitian dibahas dan dikontraskan
dengan teori penelitian di bagian perdebatan ini. Hal inilah yang menjadi
salah satu variabel yang dapat mempengaruhi outcome penggunaan
narkoba rasional di kalangan pelajar Papua yang berdomisili di Provinsi
Gorontalo, menurut teori yang telah membahas tentang gambaran
pemahaman rasional terhadap narkoba. Oleh karena itu, peneliti akan
mendalami lebih jauh temuan penyelidikannya, yang akan mereka
bandingkan dengan teori penelitian.
35

Pertanyaan pernyataan mengenai kewajaran penggunaan obat


dimasukkan ke dalam kuesioner yang digunakan sebagai instrumen
penelitian ini. Tujuan dari survei ini adalah untuk mengetahui tingkat
pengetahuan pelajar Papua yang tinggal di kota Gorontalo mengenai
penggunaan obat-obatan secara rasional yang bertanggung jawab. Berikut
penjelasan tambahannya :
Tabel 4.1 menampilkan karakteristik responden menurut usia untuk
indikasi pertama. Berdasarkan data, sebanyak 16 responden (53,3%)
berada pada kategori usia 21–25 tahun, sedangkan sisanya sebanyak 30
responden (46,7%) berada pada kelompok usia 17–20 tahun. Mayoritas
siswa yang setuju untuk mengikuti penelitian ini sebagai responden lebih
mendominasi siswa pada rentang usia 21 hingga 25 tahun, sesuai dengan
hasil persentasenya.
Dari hasil penelitian yang di peroleh diatas ini dapat kita ketahui
Bersama bahwa ketersedian responden mahasiswa Papua dalam penelitian
ini, yang lebih dominan senior di banding mahasiswa baru. Hal ini terjadi
karena para seniyor lebih dekat mempunyai ikatan emosinal degan
peneliti, atau dapat kita simpulkan bahwah responden yang lebih megenal
14
sih peneliti itu sendiri. kedekatan menumbuhkan interaksi, yang
memainkan peranan penting terhadap terbentuknya kelompok pertemanan.
Sedangkan mahasiswa baru itu sendiri masih ada rasa canggun atau belom
terbagun kedekatan antara satu sama yang lain.
Kelompok-kelompok yang termasuk dalam penelitian sebelumnya
melaporkan praktik pengobatan sendiri tidak spesifik, dan aktivitas yang
dilaporkan sangat bervariasi. Beberapa penelitian terhadap peserta awam
tanpa pelatihan medis mengungkapkan bahwa hanya antara 50 dan 60
persen sampel secara keseluruhan melakukan pengobatan sendiri.
(Pharmascience et al., 2018)
Tabel 4 menampilkan indikasi kedua yaitu Karakteristik Responden
Berdasarkan Gender.2. Berdasarkan data, terdapat 4 responden atau 13,3%
dari total responden yang berjenis kelamin perempuan. Sebaliknya, 26
36

tanggapan, atau 86,7% dari total, adalah laki-laki. Karena 80% mahasiswa
Papua di kota Gorontalo adalah laki-laki, mayoritas mahasiswa Papua
yang bersedia bereaksi adalah mereka yang berdomisili di provinsi
Gorontalo.Dari hasil penelitian yang di peroleh diatas ini dapat kita
ketahui bahwa ketersedian responden mahasiswi Papua dalam penelitian
ini, yang lebih dominan pria dibanding wanita. Dalam hal ini mahasiswa
Papua di kota Gorontalo hampir 90% mahasiswa Papua di kota Gorontalo
di dominasi oleh pria. Hal ini terjadi karena akses perjalanan yang sagat
jauh, kebanyakan mahasiswi lebih memili kuliah di manado kebading di
kota Gorontalo.
Perempuan merupakan role model yang mempunyai dampak
signifikan terhadap terapi yang diterima anak-anaknya di masa depan.
Wajar jika perempuan mengetahui banyak hal tentang penggunaan
narkoba secara bertanggung jawab, namun hal ini tidak selalu berarti
kesadaran akan hal ini dalam tindakannya ketika dia sakit (sebagai pasien).
Sebab seseorang dengan pengetahuan yang baik akan memberikan dampak
terhadap penyakit yang ditemui (diobati), sesuai dengan gagasan Health
Belief Model. (Rosenstock IM, et. al., 1988)
Indicator ketiga Karateristik Responden Berdasarkan semester, Data
yang di peroleh dari asil Analisa menujukan bahwa, 1-3 sebanyak 11
responden atau 36.7%, sedangkan yang semester 4-6 adalah 4 responden
atau 13.3%, dan yang semester 7-9 adalah 15 responden atau 50%. Hal ini
dapat di lihat pada table 4.3. dalam penelitian ini melalui hasil Analisa
data peneliti milat bahwa yang ikut serta atau yang bersedia menjadi
responden adalah lebih domina 50% mahsiswa semester 7-9. Penelitian
sebelumnya yang mendokumentasikan perilaku pengobatan sendiri tidak
berfokus pada populasi dan melibatkan banyak partisipan. Hanya antara 50
dan 60 persen dari sampel secara keseluruhan, menurut beberapa
penelitian termasuk orang biasa yang bukan profesional medis, melakukan
3
pengobatan sendiri. (Foroutan & Foroutan, 2014; Papakosta, Zavras &
Niakas, 2014; Azami – Aghdash et al.,2015; Nayir et al . 2016)
37

Kondisi tersebut juga terdapat dalam penelitian yang melibatkan


responden yang merupakan mahasiswa di dua perguruan tinggi di Medan.
Temuan menunjukkan bahwa hanya 62,7% sampel secara keseluruhan
yang meminum obat sendiri saat sakit. Jumlah ini lebih besar
dibandingkan persentase masyarakat umum yang melakukan pengobatan
sendiri, yang hanya sebesar 53% menurut data yang dikumpulkan di Iran
untuk tinjauan sistematis dan studi meta-analisis yang dilakukan pada
tahun 2015. (J Phrm & Sci 2023.
Indicator keempat Karateristik Responden Berdasarkan lama
domisili, Data yang di peroleh dari asil Analisa menujukan bahwa, kurang
dari 1 tahun sebanyak 8 responden atau 26.7%, sedangkan yang lama
domisili 1-2 tahun adalah 3 responden atau 10%, dan yang lama domisili
lebih dari 2 tahun adalah 19 responden atau 63.3%. Hal ini dapat di lihat
pada table 4.4.
Dari data penelitian di atas dapat kita simpulkan dengan jelas bahwa
mayoritas responden mahasiswa Papua dalam penelitian ini adalah senior
di kelompok mahasiswa baru. Hal ini mungkin disebabkan karena para
senior dan peneliti memiliki ikatan emosional yang lebih dekat, atau dapat
disimpulkan dari tanggapan bahwa responden memiliki pengetahuan yang
lebih mendalam tentang para peneliti. Menjadi dekat dengan mendorong
interaksi, yang sangat penting untuk pengembangan kelompok
persahabatan. Sementara itu, para mahasiswa baru sendiri masih merasa
risih atau belum bisa dekat satu sama lain.
Penjelasan tentang pengetahuan yang dimiliki pelajar dari provinsi
Gorontalo, Papua tentang penggunaan obat yang wajar. Analisis angket
pemahaman mahasiswa Papua terhadap penggunaan obat secara rasional
memberikan hasil sebagai berikut: 16 responden (53,33%) masuk dalam
kategori baik, 12 responden (40,00%) masuk dalam kategori cukup, dan 2
responden (40,00%) masuk dalam kategori cukup. 6,67%) masuk dalam
kategori kurang mendapat ASI. Hasil analisis ini memperlihatkan bahwa
sebagian besar dari mahasiswa memiliki ketertarikan dan memahami
38

pengunaan obata yang rasional. Saat ini, dunia menghadapi masalah


penyalahgunaan obat-obatan karena prediksi Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) bahwa sebagian besar obat-obatan diresepkan, dijual, dan
diberikan kepada pasien dengan cara yang tidak tepat, dengan sebagian
kecil pasien gagal meminum obat sesuai anjuran ( WHO, 2020).
Penggunaan obat-obatan secara global menyebabkan pemborosan
pengeluaran, khususnya dalam kasus resistensi antibiotik yang disebabkan
oleh penggunaan obat-obatan yang berlebihan dan ilegal. Kecuali
penggunaan suntikan, rasionalitas penggunaan narkoba di Kota Kendari
pada tahun 2016 tergolong belum rasional menurut standar WHO.
Walaupun mahasiswa Papua memiliki tingkatat pegetahuan yang
cukup terkait degan pengunaan obat yang rasional, namun 86% responden
mencawab Ya seketika di tanya ”Saya berhenti minum obat saat merasa
sudah sembuh” dari peryataan ini dapat kita lihat mahasiswa Papua
mengangap bahwa jika seketika sakit mereaka sembu meraka tingalakan
obat atau tidak lanjutkan minum obat. Peryatan ini dapat di lihat pada
lampiran master table pertanyaan 11.
Hamper 80% responden mengatakan ‘YA’ pernah menggunakan
antibiotik pada peryataan no 9, Meski begitu, tidak semua responden yang
mengonsumsi antibiotik melakukannya dengan resep dokter. Meskipun
16
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
2406/Menkes/Per/XII/2011 tentang Pedoman Umum Penggunaan
Antibiotik menyatakan bahwa antibiotik hanya boleh digunakan dengan
resep dokter, namun masih cukup mudah untuk mendapatkan antibiotik
tanpa resep dokter. . Tanpa adanya edukasi terhadap pengguna, khususnya
3
masyarakat umum, hal ini akan terus berlanjut, dan penggunaan antibiotik
tanpa resep akan menimbulkan resistensi dan penggunaan obat yang tidak
logis. Dalam penelitian yang di lakukan oleh (Civilization et al., 2021).
menjelaskan bahwa ada sejumlah alasan mengapa pelajar menggunakan
antibiotik yang dijual bebas. Dengan kata lain, meremehkan pendidikan
kesehatan adalah prosedur yang mengubah kapasitas subjek pembelajaran
39

dan bahkan sikap yang tidak diinginkan, dengan hasil yang diharapkan
adalah perubahan perilaku sasaran. Tujuan dari kegiatan edukasi adalah
untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat agar dapat menggunakan
antibiotik secara bijak dan mengurangi pengetahuan mengenai obat-obatan
sebagai upaya pencegahan penyakit dan pola hidup tidak sehat.
Masyarakat memerlukan pendidikan farmasi untuk mulai mengubah gaya
hidup dan mencegah penyakit.
Gambar ini menggambarkan betapa banyak apotek dan layanan
farmasi lainnya yang masih menawarkan antibiotik tanpa resep dokter.
Jika masyarakat tidak mengetahui hal ini maka akan berdampak buruk
bagi masyarakat. Berdasarkan temuan mahasiswa Papua yang mengikuti
3
survei ini, hanya 53,3% responden yang membeli antibiotik dengan resep
dokter, dan sisanya sebesar 44,0% membeli antibiotik kadang-kadang,
padahal 80% responden mengetahui penggunaan obat yang rasional.
keduanya kadang-kadang dengan resep dari dokter dan kadang-kadang
tanpa resep.
29
D. Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan pengalaman langsung peneliti dalam proses penelitian,
terdapat sejumlah keterbatasan yang ditemui. Hal-hal tersebut dapat
6
menjadi fokus para peneliti di masa depan untuk lebih menyempurnakan
penelitian mereka, karena penelitian ini tentu saja memiliki kekurangan
yang harus diperbaiki pada penelitian berikutnya. Banyak batasan dalam
penelitian ini.
dalam penenelitian ini peneliti sagat susah dalam melaksanakan
penelitian karea asrama dan kontrakan mahsiswa papua yang tebagi di
sebilang titik yang berbeda, saya harap peneliti selanjutnya dapat
megumpulkan mahasiswa papua ke satu titik demi berlangsungnya
penelitian
40

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian ini terkait dengan pemahaman mahasiswa papua
yang berdomisili di provinsi Gorontalo terkait degan pengunaan obat yang
rasional, diperoleh hasil bahwa pemahaman mahasiswa papua terkait
pengunaan obat yang rasional ini, di kategori baik memperoleh persentase
sebesar 53,33 % atau 16 responden, sedangkan katregori cukup
memperoleh peresentase 40,00%’ atau 12 responden dan untuk kategori
yang kurang memperoleh asil 6.67% atau 2 responden. Hasil analisis ini
memperlihatkan bahwa sebagian besar dari mahasiswa memiliki
ketertarikan dan memahami pengunaan obata yang rasional.

B. Saran
Untuk membantu mahasiswa mempelajari lebih lanjut tentang cara
memperoleh, menggunakan, menyimpan, dan membuang obat, peneliti
berencana melakukan studi tambahan mengenai pengobatan berkaitan
dengan tingkat pengetahuan dan perilaku pengobatan sendiri.
Similarity Report ID: oid:8485:52675443

12% Overall Similarity


Top sources found in the following databases:
10% Internet database 2% Publications database
Crossref database Crossref Posted Content database
8% Submitted Works database

TOP SOURCES
The sources with the highest number of matches within the submission. Overlapping sources will not be
displayed.

core.ac.uk
1 <1%
Internet

etheses.uin-malang.ac.id
2 <1%
Internet

ppjp.ulm.ac.id
3 <1%
Internet

jffk.unram.ac.id
4 <1%
Internet

Poltekkes Kemenkes Sorong on 2023-12-11


5 <1%
Submitted works

123dok.com
6 <1%
Internet

pdfs.semanticscholar.org
7 <1%
Internet

Sriwijaya University on 2023-07-26


8 <1%
Submitted works

Sources overview
Similarity Report ID: oid:8485:52675443

Universitas Tadulako on 2024-02-15


9 <1%
Submitted works

digilib.iain-palangkaraya.ac.id
10 <1%
Internet

Sriwijaya University on 2023-05-08


11 <1%
Submitted works

docobook.com
12 <1%
Internet

id.123dok.com
13 <1%
Internet

digilibadmin.unismuh.ac.id
14 <1%
Internet

maribelajarfarmasi.blogspot.com
15 <1%
Internet

Badan PPSDM Kesehatan Kementerian Kesehatan on 2021-07-15


16 <1%
Submitted works

scribd.com
17 <1%
Internet

Universitas Negeri Jakarta on 2017-07-11


18 <1%
Submitted works

digilib.unhas.ac.id
19 <1%
Internet

docplayer.info
20 <1%
Internet

Sources overview
Similarity Report ID: oid:8485:52675443

eprints.unisa-bandung.ac.id
21 <1%
Internet

repository.uinjambi.ac.id
22 <1%
Internet

Universitas Putera Batam on 2018-11-30


23 <1%
Submitted works

lib.unnes.ac.id
24 <1%
Internet

Universitas Muhammadiyah Purwokerto on 2022-11-21


25 <1%
Submitted works

scanzovarious09.blogspot.com
26 <1%
Internet

tirfanasari.wordpress.com
27 <1%
Internet

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia on 2015-03-24


28 <1%
Submitted works

Sriwijaya University on 2022-09-06


29 <1%
Submitted works

santisusanti1995.wordpress.com
30 <1%
Internet

vbook.pub
31 <1%
Internet

idr.uin-antasari.ac.id
32 <1%
Internet

Sources overview
Similarity Report ID: oid:8485:52675443

repository.ub.ac.id
33 <1%
Internet

Badan PPSDM Kesehatan Kementerian Kesehatan on 2021-07-08


34 <1%
Submitted works

Sriwijaya University on 2023-08-04


35 <1%
Submitted works

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta on 2023-01-12


36 <1%
Submitted works

eprints.ums.ac.id
37 <1%
Internet

fpptijateng on 2021-07-08
38 <1%
Submitted works

coursehero.com
39 <1%
Internet

Sriwijaya University on 2020-07-13


40 <1%
Submitted works

Universitas Pendidikan Indonesia on 2023-08-15


41 <1%
Submitted works

Universitas Putera Batam on 2024-01-20


42 <1%
Submitted works

jurnal.aiska-university.ac.id
43 <1%
Internet

repository.trisakti.ac.id
44 <1%
Internet

Sources overview
Similarity Report ID: oid:8485:52675443

slideshare.net
45 <1%
Internet

Sources overview

Anda mungkin juga menyukai