Anda di halaman 1dari 4

Lestari W, Lonardy G, Purwadianto A. Tantangan Etika Layanan Nutrigenomik. JEKI. 2019;3(2):67–70.

ISSN 2598-179X (cetak)


doi: 10.26880/jeki.v3i2.38. ISSN 2598-053X (online)

Tantangan Etika Layanan Nutrigenomik


Wiji Lestari1, Gabriella Lonardy, Agus Purwadianto2,3
1
Departemen Gizi Klinik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia
2

3
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

Kata Kunci Abstrak Secara epidemiologis, penyakit tidak menular di Indonesia


Etik, nutrigenomik menempati angka tertinggi dan dampaknya pada finansial negara
Korespondensi dapat terbilang katastropik. Penggunaan informasi genetik
wiji.lestari99@ui.ac.id pada nutrigenomik ini berlandaskan konsep kedokteran 4P
Publikasi (personalized, predictive, preventive, dan participatory) sehingga
© 2019 JEKI/ilmiah.id berpotensi untuk memotivasi individu untuk mengubah gaya
DOI hidup pola makan lebih baik, sebagaimana relevan dalam era
10.26880/jeki.v3i2.38
JKN ini. Walaupun begitu, terdapat beberapa hal yang harus
Tanggal masuk: 18 Agustus 2019 dipertimbangkan secara etis, yakni konfidensialitas dan privasi
Tanggal ditelaah: 21 Oktober 2019 informasi genetik, biaya yang dibebankan kepada pasien, dampak
Tanggal diterima: 25 November 2019 psikologis dan stigmatisasi pada individu yang melalui pemeriksaan
Tanggal publikasi: 30 Desember 2019 genetik diketahui memiliki kerentanan terhadap suatu penyakit,
serta otonomi pada pemeriksaan anak. Di samping pertimbangan
etik tersebut, perlu ditelaah dampaknya terhadap tata laksana
pasien, yang mana dalam hal ini dominansi dampak dapat secara
positif maupun negatif.

Abstract Epidemiologically, non-communicable diseases in Indonesia are the highest in number and the
impact on state finances not arguably are catastrophic. The use of genetic information on nutrigenomics
is based on the concept of 4P medicine (personalized, predictive, preventive, and participatory) and
intends to motivate individuals to change their eating pattern and life style more effectively, not to
mention in this JKN era. However, a number of things still in needs to be discussed, namely confidentiality
and privacy of genetic information, costs given to patients, psychological evaluation and stigmatization
of individuals who undergo genetic testing that are shown to be susceptible to certain diseases, and
autonomy on examination of children. In addition to these ethical considerations, its impact on patient
management needs to be explored, wherein positive or negative impacts can prevail over in which case.

Ilmu kedokteran masa kini telah partisipasi pasien sebagai individu yang
memasuki era baru. Konsep kedokteran 4P: bertanggung jawab atas kesehatan dirinya sebagai
personalized, predictive, preventive, dan simbol dari hak atas penentuan nasib sendiri.1,2
participatory berkembang tidak hanya untuk Secara agregat kumpulan dari individu tersebut
menata laksana sebuah penyakit namun juga akan menciptakan populasi yang matang secara
memaksimalkan kesehatan individu. Hal ini bioetik sehingga memunculkan fenomena baru
didukung oleh munculnya data besar genomik seperti berdayanya organisasi pasien dan model
manusia yang memuat informasi presisi tentang peradaban baru kelak.
manusia dan prognostik medis ke depan. Pemeriksaan genomik memiliki lingkup
Personalisasi intervensi kedokteran mampu yang luas. Pemeriksaan genomik telah
memberikan intervensi yang efektif, dirancang diintegrasikan pada pelayanan kesehatan dalam
khusus berdasarkan profil genomik dan bentuk diagnostik dan skrining molekuler,
kultur masing-masing individu. Tidak hanya deteksi penyakit, dan memampukan pemberian
berbicara mengenai tata laksana, data genomik intervensi yang spesifik. Nutrigenomik
dapat memprediksi kerentanan penyakit dan merupakan salah satu area dari kedokteran gizi
memungkinkan langkah pencegahan spesifik. yang menggunakan informasi genetik untuk
Kedokteran personal ini juga meningkatkan mencari dan mengevaluasi respon dari diet
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 2 Des 2019 67
Tantangan Etika Layanan Nutrigenomik

tertentu terhadap ekspresi gen pada individu yang jelas dan memberikan consent terhadap
tertentu. Terutama dalam rangka upaya pemeriksaan genetik termasuk penggunaan data
mencari sisi hulu dari klaster penyakit tidak tersebut untuk kebutuhan sekunder (misalnya
menular yang saat ini di Indonesia menempati penelitian, penggunaan komersil) yang
urutan pertama secara epidemiologik, sekaligus diwujudkan dalam permintaan persetujuan
menyumbangkan musibah katastropik baru.
terhadap perlindungan finansial rakyat suatu Penyalahgunaan informasi merupakan
negara walaupun sudah memasuki era JKN.3 risiko data pribadi yang harus diperhatikan.
Nutrigenomik berperan dalam perancangan Hendaknya keamanan data genetik
intervensi diet yang personal sehingga diperlakukan sama seperti informasi medis
diharapkan dapat meningkatkan kesehatan dan dijaga kerahasiaannya sesuai dengan etik
dan mencegah penyakit tidak menular sehingga profesi kedokteran. Pasien seharusnya dapat
pemahamannya dapat berkontribusi secara mempercayai keamanan dari laboratorium,
makro untuk membebaskan Indonesia dari tenaga medis, dan fasilitas rekam medis.
jebakan bonus demografik. Hasil pemeriksaan Dokter wajib merahasiakan segala sesuatu
nutrigenomik dapat memotivasi individu untuk yang ia ketahui tentang pasien dari hubungan
mengubah gaya hidup terkait pola makan yang dokter-pasien, bahkan juga setelah pasien itu
dapat menentukan nasib kesehatannya di masa meninggal dunia sesuai dengan KODEKI
datang.4,5 Hal ini sejalan dengan “You are what pasal 16. Pasal ini juga mencakup kewajiban
you eat”.6 dokter untuk tidak memberikan pernyataan
tentang diagnosis dan/atau pengobatan pasien
Konfidensialitas dan privasi informasi genetik kepada pihak ketiga dan masyarakat luas tanpa
Untuk akurasi intervensi genomik persetujuan pasien.
termasuk nutrigenomik kita memerlukan
kemutakhiran dari data besar yang berjalin Targeted gene vs genomic testing
berkelindan dengan artificial intelligence. Pemeriksaan genomik meliputi seluruh
Banyak data yang dikumpulkan mengandung sekuens genom dari individu, berbanding
rincian data individu melalui data elektronik dengan pemeriksaan spesifik / targeted
terbaru yang bagi sebagian besar masyarakat genetic testing. Pemeriksaan seluruh genom
di era media sosial saat ini tidak menyadari dapat menampilkan analisis komprehensif
risiko dari dikumpulkannya secara agregat data dari satu individu, dengan kelemahan berupa
mereka baik melalui lalu lintas data elektronik penemuan temuan sekunder yang awalnya
maupun pengambilan spesimen atau gabungan tidak direncanakan, dan penemuan data-data
dari keduanya. Padahal data genetik merupakan yang tidak bermakna secara klinis. Pemeriksaan
informasi sensitif memuat seluruh informasi genetik sesuai indikasi klinis dapat dilakukan
dan identitas seorang individu, sebagaimana melalui analisis gen tunggal/single-gene analysis
tertera di dalam Universal Declaration of atau targeted gene testing.8 Pemeriksaan
Human Genome and Human Rights dari seluruh genom memakan biaya yang lebih besar
UNESCO yang menyebutkan bahwa privasi dibandingkan pemeriksaan spesifik sehingga
individu tidak boleh dikorbankan dan justru seorang dokter yang memperhatikan aspek
harus dilindungi dan dihormati.7 Hal ini nutrigenomik harus memiliki pertimbangan
dikenal sebagai prinsip irretrievable unlinked biaya yang harus ditanggung pasien (keluarganya)
sesuai dengan kaidah dasar otonomi. Pasien dibandingkan dengan keuntungan klinis baik
memiliki hak atas data genetik mereka sehingga diagnosis maupun terapi yang akan didapatkan.
mereka harus mendapatkan perlindungan
data privasi mereka, yang diwujudkan dalam Dampak psikologis dan stigma
informed consent awal pada setiap hubungan Salah satu perhatian atas pemeriksaan
hukum yang melibatkan diri mereka. Kemudian genomik adalah dampak psikologis pada
diikuti dengan senantiasa mendapat informasi individu yang diketahui memiliki kerentanan
68 Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 2 Des 2019
Lestari W, Lonardy G, dan Purwadianto A

terhadap suatu penyakit dan stigma masyarakat pre-test dan post-test oleh tenaga medis yang
yang menyertainya. Pertimbangan lain kompeten dapat menimbulkan misinformasi,
pemeriksaan genomik adalah kemungkinan disinformasi, dan interpretasi data yang keliru.
labelling yang memengaruhi faktor psikologis Dokter khususnya spesialis gizi klinik memiliki
pasien khususnya anak atau yang rentan dan peran melakukan edukasi terhadap kepentingan
kemungkinan diskriminasi yang dihadapinya terbaik pasien dan keluarganya beserta cost-
terkait pola makan seperti misalnya benefit pemeriksaan nutrigenomik tersebut.
pembatasan/keharusan diet. Pembukaan hasil
pemeriksaan genomik berpotensi menghasilkan Pemeriksaan genomik pada anak
dampak psikologis dan kecemasan kepada klien Pemeriksaan genomik pada pasien
dan keluarga. KODEKI pasal 5 membahas anak menimbulkan isu otonomi anak dalam
tentang perbuatan atau nasihat dokter yang mengambil keputusan untuk menjalani
mungkin melemahkan psikis. Risiko dampak pemeriksaan sebab hasil pemeriksaan memiliki
psikologis perlu disampaikan kepada klien dan implikasi kepada masa depan anak tersebut.
keluarganya sebelum dilakukan pemeriksaan Anak dianggap belum berkapasitas dalam
genomik. Dokter juga memiliki kewajiban untuk pengambilan keputusan sehingga hak tersebut
menghormati keinginan pasien untuk menolak dialihkan kepada orang tua, dengan harapan
mendapatkan informasi (waiver) mengenai hasil pemeriksaan tersebut memang dilakukan
pemeriksaan setelah menjelaskan informasi untuk kepentingan anak. Jika pemeriksaan
mengenai risiko tersebut. tidak memiliki indikasi klinis yang mendesak,
Nilai prediktif informasi genomik bersifat pemeriksaan dapat ditunda hingga usia dewasa.8
prognostik berdasarkan data empiris penelitian
yang sudah ada dan bersifat probabilitas. Implikasi terhadap tata laksana pasien
Kondisi medis dipengaruhi oleh interaksi gen Perkembangan nutrigenomik dan
dan lingkungan sehingga kerentanan genetik personalised nutrition menantang penerapan
belum pasti akan menghasilkan kondisi medis rekomendasi nutrisi dari sisi kesehatan
terkait. Oleh karena itu, dokter perlu berhati- masyarakat. Intervensi nutrisi dari kesehatan
hati dalam menginterpretasi hasil pemeriksaan, masyarakat bertujuan untuk mempromosikan
khususnya kepada orang-orang yang tidak gaya hidup sehat dan memenuhi kebutuhan
berkapasitas sepenuhnya (contohnya anak-anak nutrisi dari sebagian besar orang di populasi
dan lansia). sehingga dibentuk pedoman berbasis populasi.
Terbukanya hasil pemeriksaan kepada Penelitian nutrigenomik menunjukkan bahwa
masyarakat karena kurang hati-hati dari dokter konsep “one size fits all“ tidak dapat digeneralisir
ataupun staff analisis mungkin menimbulkan kepada setiap orang. Sebagai contoh, terdapat
stigma bagi pasien dan keluarganya. Harus diingat single nucleotide polymorphism (SNP) MTHFR
bahwa kondisi medis berdasarkan pemeriksaan yang bekerja pada metabolisme folat. Individu
genomik tersebut masih berpotensi menambah dengan alel homozigot yang telah bermutasi
kerentanan. Diperlukan edukasi kepada pasien membutuhkan asupan asam folat yang lebih
agar pasien sadar akan kerentanan tersebut, besar untuk mencegah defisiensi. Kelompok
sehingga tidak menimbulkan kecemasan individu ini membutuhkan asupan folat di atas
berlebihan. nilai angka kecukupan gizi yang diterapkan
dalam pedoman kesehatan masyarakat. Contoh
Pemeriksaan direct-to-consumer lain adalah polimorfisme pada gen APOA1 di
Pemeriksaan genomik Direct-to-Costumer mana individu dengan alel A menunjukkan
(DTC) bermunculan seiring dengan utilisasi peningkatan kolesterol HDL setelah konsumsi
pemeriksaan genomik dalam kedokteran. polyunsaturated fatty acids (PUFA), berbeda
Pemeriksaan DTC dipasarkan kepada konsumen dengan individu dengan alel G yang justru
dan memungkinkan akses langsung tanpa mengalami penurunan HDL. Beberapa temuan
perantara tenaga medis. Tidak adanya konseling ini menunjukkan adanya perbedaan saran
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 2 Des 2019 69
Tantangan Etika Layanan Nutrigenomik

nutrisi yang dapat diberikan kepada seorang 5. Pavlidis , Patrinos GP, Katsila T. Nutrig-
individu.9 enomics: a controversy. Appl Transl Gen-
om. 2015:50. https://doi.org/10.1016/j.
KESIMPULAN atg.2015.02.003
6. Mead MN. Nutrigenomics: the ge-
Informasi genetik merupakan data
nome-food interface. Environ Health
prediktif bermakna untuk masa depan seorang
Perspect. 2007 Dec;115(12). https://doi.
individu sehingga diperlukan pengolahan
org/10.1289/ehp.115-a582
informasi yang sesuai. Seorang dokter secara
normatif mengambil keputusan klinis dengan 7. Universal Declaration on the Human
pertimbangan rasional berdasarkan aspek Genome and Human Rights: UNESCO
biomedis dan bioetik sekaligus secara deskriptif [Internet]. [cited 2019 Jul 14]. Available
berdasarkan nilai empati dan etika. Keputusan from: http://portal.unesco.org/en/ev.php-
klinis untuk melakukan pemeriksaan genomik URL_ID=13177&URL_DO=DO_TOP-
memerlukan integrasi antara ilmu biomedik, IC&URL_SECTION=201.html
bioetik, dan kedokteran untuk kepentingan
8. Botkin JR, et al. Points to consider: ethic,
pasien. Dalam mengumumkan layanan
legal, and psychosocial implications of
nutrigenomik ini juga perlu memperhatikan
genetic testing in children and adolescents.
kaidah etika sehingga tidak beriklan berlebihan10,
Am J Hum Genet. 2015;97(3):6-17. https://
dan jika menggunakan media sosial juga perlu
doi.org/10.1016/j.ajhg.2015.05.022.
berhati-hati dalam memberikan informasi
melalui akun dengan pertemanan khusus.11 9. Kohlmeier M, et al. Guide and position of
the international society of nutrigenetics/
KONFLIK KEPENTINGAN nutrigenomics on personalized nutrition:
part 2 – ethics, challenges, and endeavors
Tidak ada konflik kepentingan. of precision nutrition. J Nutrigenet Nu-
trigenomics. 2016;9:28-46. https://doi.
REFERENSI org/10.1159/000446347
10. Prawiroharjo P, Meilia PDI. Dokter
1. Hood L, Friend SH. Predictive, person-
beriklan: Sebuah tinjauan menurut Kode
alized, preventive, participatory (P4)
Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)
cancer medicine. Nat. Rev. Clin. Oncol.
tahun 2012. JEKI. 2017;1(1):13–7.. https://
2011;8:184. https://doi.org/10.1038/nrcli-
doi.org/10.26880/jeki.v1i1.4.
nonc.2010.227
11. Prawiroharjo P, Libritany N. Tinjauan
2. Mathur S, Sutton J. Personalized medicine
etika penggunaan media sosial oleh dok-
could transform healthcare. Biomed Rep.
ter. JEKI. 2017;1(1):31–4. https://doi.
2017;7(1):3-5 doi:10.3892/br.2017.922
org/10.26880/jeki.v1i1.7.
3. Purnamasari D. The emergence of
non-communicable disease in Indonesia.
Acta Med Indonesia. 2018 Oct;50(4):273-4
4. Sales NMR, Pelegrini PB, Goersch MC.
Nutrigenomics: definitions and advances
of this new science. J Nutr Metab. 2014:1-6.
https://doi.org/10.1155/2014/202759

70 Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 2 Des 2019

Anda mungkin juga menyukai