3,MARET, 2020
Jurnal medika udayana
ABSTRACT
Ethics must be considered in medical practice. One of them is respect the rights and authority of
patients. In order to protect doctors in performing their duties, a guideline of medical ethics is required.
Part of medical ethics is medical confidentiality which is mandatory for physicians throughout the world.
However, there is an issue in medical confidentiality related to the legal age in Indonesia, particularly
between 18 and 21 years old, which is regulated differently between criminal and civil law. This study
was conducted to determine various variables which influence the perception of medical confidentiality
such as characteristic of decision making, social circumstances, the family atmosphere, and the
economic situation. This study was a cross-sectional descriptive - analytic study located in Bali Province
with 101 adolescents aged 18-21 years old. The data were collected using a questionnaire contained a
set of questions. The results of the study showed that adolescents aged 18-21 tended to agree that medical
confidentiality belongs to adolescents and does not need parents’ or guardians’ intervention. From 101
samples, 63.4% agreed on a medical confidentiality and 36.6% disagreed. Variables that influence the
perception of adolescents including the characteristic of decision making (p = 0.000) and economic
condition (p = 0.022). While the others, social condition (p = 0.128) and family atmosphere (p = 0.769),
did not correlate significantly with adolescent perception about medical confidentiality. This suggests
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 28
doi:10.24843.MU.2020.V9.i3.P06
PERSEPSI REMAJA USIA 18–21 TAHUN YANG TINGGAL DI PROVINSI BALI.,, Made Arlita Dian Septiantari1, Henky2, Ida
Bagus Putu Alit2
that it is important in respecting the decisions of adolescents since it may affect their desire in seeking
health services.
Keywords : Medical confidentiality, Medical Ethics, Adolescent, Informed Consent
berkunjung ke pelayanan kesehatan ketika
PENDAHULUAN membutuhkan, dan 35% dari remaja yang tidak
Dokter merupakan salah satu profesi yang memiliki
peranan penting dalam mengatasi permasalahan di berkunjung menyatakan alasannya yaitu mereka
bidang kesehatan. Salah satu tugas dokter adalah tidak ingin orang tuanya mengetahui informasi
untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat di medisnya.6 Hal ini menunjukkan bahwa perlu adanya
lingkungan tempat tinggalnya. Dalam meningkatkan kerahasiaan medis untuk remaja. Tulisan ini akan
taraf kehidupan masyarakat diperlukan pelayanan membahas mengenai medical confidentiality atau
kesehatan yang baik sehingga diperlukan kompetensi kerahasiaan medis bagi remaja umur 18–21 tahun di
sebagai seorang dokter. Dokter dituntut untuk Indonesia.
memiliki wawasan luas, dapat berkomunikasi dengan
baik serta memiliki etika. Salah satunya menyangkut BAHAN DAN METODE
tentang kerahasiaan medis. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif–
Kerahasiaan medis menjadi etika wajib bagi seorang analitik cross-sectional. Telah dinyatakan laik etik
dokter di seluruh dunia. Di Negara seperti Canada, dengan nomor 516/UN.14.2/KEP2017. Penelitian
Australia, Inggris, Perancis, dan Iran kerahasiaan dilaksanakan di Provinsi Bali dan dilakukan pada
medis juga diatur dalam hukum.1 Kondisi medis Maret 2017 hingga Mei 2017. Kriteria sampel
pasien dapat mempengaruhi kehidupan pribadi serta penelitian ini adalah seluruh remaja usia 18–21 tahun
sosial ekonomi mereka. Membocorkan rahasia medis yang tinggal di Provinsi Bali. Sampel yang dipilih dari
merupakan suatu tindakan melanggar hukum karena populasi memenuhi kriteria inluksi yaitu berusia 18–
21 tahun, belum menikah, memiliki KTP Provinsi
merupakan pelanggaran Otonomi pasien.2
Bali, dan pendidikan terakhir SMU atau setingkat.
Kerahasiaan medis adalah kewajiban, namun tidak
Serta tidak memenuhi kriteria eklusi yaitu menolak
bersifat absolut.3 Ada beberapa kondisi yang bisa
dalam berpartisipasi, menderita buta huruf, tuna rungu
membuat petugas kesehatan untuk membuka rahasia serta retardasi mental.
medis, salah satunya yaitu memberitahukan diagnosis Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah
penyakit anak kepada orang tuanya. Seperti halnya cluster random sampling. Jumlah sampel minimum
pembuatan Informed Consent, alasan diberikannya yang dihitung dengan rumus besar sampel untuk data
kebijakan penuh kepada orang tua yaitu untuk nominal pada proporsi tunggal dengan p = 0,5 maka
melindungi anak dari informasi yang membingungkan Q = 1 – P = 0,5. Besar ketetapan relatif yang
serta mengambil keputusan sulit.3 Membuka rahasia ditetapkan oleh peneliti yaitu 10% (d = 0,1). Besarnya
medis kepada orang tua bertujuan untuk kepentingan Z α = 1,96 untuk α = 0,05. Berdasarkan perhitungan,
sang anak karena belum mampu memahami dengan dibutuhkan minimal 96 remaja sebagai subjek
baik kondisi medisnya. penelitian.7
Di beberapa Negara, Usia 18 tahun sudah dianggap Variabel dalam penelitian ini diantaranya variabel
sebagai usia dewasa sehingga pengambilan keputusan terikat yaitu persepsi remaja. Variabel bebas yaitu
medis dan kerahasiaan medis sudah menjadi tanggung ekonomi, keadaan keluarga, sifat dan sosial. Variabel
jawabnya sendiri, dimana orang tua tidak terlibat terkontrol yaitu tingkat pendidikan.
dalam pengambilan keputusan. Sedangkan di Analisis univariat atau deskriptif digunakan untuk
Indonesia terjadi ketidakjelasan batasan usia dewasa memberikan gambaran umum mengenai karakteristik
antara 18–21 tahun sehingga berdampak pada hak remaja usia 18–21 tahun yang menjadi bagian dalam
anak dalam menerima kerahasiaan medis. Padahal sampel penelitian ini. Masing-masing variabel akan
remaja usia 18–21 tahun sudah memiliki kapasitas disajikan dalam bentuk diagram dan grafik.
Sedangkan analisis bivariat digunakan untuk menguji
untuk memahami informasi sehingga dapat
hipotesis hubungan antara masing-masing variabel
memahami konsekuensi dari keputusan yang bebas terhadap variabel terikat.
diambil.4
Sebuah studi menyatakan bahwa 25% remaja HASIL PENELITIAN
sekolah yang disurvey menyatakan bahwa mereka a. Persepsi Terhadap Kerahasiaan Medis
tidak mendatangi tempat pelayanan kesehatan karena Dari 101 sampel yang diteliti dalam penelitian
tidak ingin informasi medisnya diketahui orang lain.5 ini, didapatkan hasil dari persepsi remaja
Survey lain juga menyatakan bahwa 25% remaja tidak mengenai kerahasiaan medis yaitu 63,4% remaja
setuju bahwa kerahasiaan medis milik remaja
sendiri dan sisanya yaitu 36,6% tidak setuju.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 29
doi:10.24843.MU.2020.V9.i3.P06
PERSEPSI REMAJA USIA 18–21 TAHUN YANG TINGGAL DI PROVINSI BALI
Tabel 1. Persepsi remaja usia 18–21 tahun b. Sifat dalam mengambil keputusan
mengenai kerahasiaan medis Karakteristik sifat remaja usia 18–21 tahun
Persepsi Remaja Jumlah Persen dalam mengambil keputusan dibagi menjadi 2
Mengenai (%) kategori yaitu memerlukan bantuan orang lain
Kerahasiaan Medis dalam mengambil keputusan dan dapat
Setuju 64 63,4% mengambil keputusan seorang diri.
Tidak Setuju 37 36,6%
Tabel 2. Hasil uji chi-square persepsi remaja dan sifat dalam mengambil keputusan
Setuju Tidak Total X2 P
setuju
Perlu bantuan orang Ʃ 17 23 40 12,422 0,000
lain
% 42,5% 57,5% 100%
Mengambil keputusan Ʃ 47 14 61 P < 0,05
sendiri
% 73,4% 26,6% 100%
Total Ʃ 64 37 101
% 63,4% 36,6% 100%
Total Ʃ 64 37 101
% 63,4% 36,6% 100%
Dari tabel 3 dapat diketahui persepsi remaja yang untuk setuju dengan kerahasiaan medis yaitu 1,26
setuju mengenai kerahasiaan medis pada kategori kali lebih tinggi daripada sosial pasif. Nilai p yaitu
remaja sosial aktif sebesar 70,6%, angka ini lebih 0,128 lebih besar daripada 0,05 sehingga tidak ada
tinggi daripada keadaan sosial pasif yaitu sebesar hubungan yang signifikan antara variabel keadaan
56,0%. Rasio proporsi yang didapatkan yaitu 1,26 sosial dan persepsi remaja.
sehingga pada keadaan sosial aktif peluang remaja
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 30
doi:10.24843.MU.2020.V9.i3.P06
Made Arlita Dian Septiantari1, Henky2, Ida Bagus Putu Alit2
d. Suasana dalam Keluarga keadaan keluarga yang baik lebih dominan daripada
Suasana dalam keluarga dibagi menjadi 2 kategori, yang tidak baik yaitu sejumlah 86 baik dan 15 tidak
yaitu remaja yang memiliki keadaan keluarga baik baik.
serta keadaan keluarga yang tidak baik. Dimana,
Tabel 4. Hasil uji chi-square persepsi remaja dan suasana dalam keluarga
Setuju Tidak Total X2 P
setuju
Suasana Baik Ʃ 55 31 86 0,086 0,769
Total Ʃ 64 37 101
% 63,4% 36,6% 100%
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa baik dalam keluarga dengan persepsi remaja
pada persepsi remaja setuju maupun persepsi mengenai kerahasiaan medis.
remaja tidak setuju, suasana keluarga yang baik e. Keadaan Ekonomi
lebih dominan ditunjukkan pada kelompok Dalam penelitian ini keadaan ekonomi dari
sampel dengan persepsi remaja setuju diketahui remaja dibagi menjadi 3 kategori. Yaitu remaja
bahwa suasana keluarga baik memiliki proporsi yang belum memiliki penghasilan sendiri,
64,0% dibandingkan yang tidak baik yaitu remaja yang sudah memiliki penghasilan sendiri
60,0%. Rasio proporsi yaitu 1,067. namun belum mampu memenuhi kebutuhannya
Pada variabel suasana dalam keluarga sendiri dan remaja yang sudah memiliki
diketahui nilai X2 adalah 0,086 dan nilai p yaitu penghasilan sendiri sehingga mampu memenuhi
0,769, nilai ini jauh melebihi 0,05 sehingga tidak kebutuhannya sendiri.
ada hubungan yang signifikan antara suasana
Total Ʃ 64 37 101
% 63,4% 36,6% 100%
Pada tabel 5 ditunjukkan bahwa pada kategori memenuhi kebutuhan dengan yang belum memiliki
remaja yang setuju dengan kerahasiaan medis, penghasilan sama sekali yaitu 1,74. Dari tabel
remaja yang sudah mampu memenuhi kebutuhan tersebut pula dapat dilihat bahwa nilai X2 yaitu
sendiri berada dalam persentase tertinggi yaitu sebesar 7,594 dan nilai p sebesar 0,022 sehingga p
88,8% diikuti remaja yang sudah memiliki < daripada 0,05 dapat disimpulkan bahwa ada
penghasilan namun belum mampu memenuhi hubungan antara keadaan ekonomi dengan persepsi
kebutuhan sendiri yaitu 73,2% dan terakhir yang remaja.
belum memiliki penghasilan yaitu 51,0%. Rasio
proporsi antara remaja yang sudah mampu
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 31
doi:10.24843.MU.2020.V9.i3.P06
PERSEPSI REMAJA USIA 18–21 TAHUN YANG TINGGAL DI PROVINSI BALI
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 32
doi:10.24843.MU.2020.V9.i3.P06