Anda di halaman 1dari 43

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN : PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI DI. BATANG ASAI


PAKET III (TAHAP III) KABUPATEN SAROLANGUN
LOKASI : KABUPATEN SAROLANGUN
SUMBER DANA : DIPA APBN 2024 SNVT PELAKSANAAN JARINGAN
PEMANFAATAN AIR SUMATERA VI PROV. JAMBI
TAHUN ANGGARAN : 2024
OUTPUT : 0,3 Km
OUTCOME : 0 Ha

1. KETENTUAN UMUM
i. Spesifikasi teknis ini berisi penjelasan dan ketentuan-ketentuan atas
pekerjaan-pekerjaan antara lain: spefisifikasi Bahan Bangunan Konstruksi,
spesifikasi Peralatan Konstruksi dan Peralatan Bangunan, spesifikasi
Proses/Kegiatan, spesifikasi Metode Konstruksi/Metode Pelaksanaan/Metode
Kerja, dan spesifikasi Jabatan Kerja Konstruksi.
ii. Peralatan dan bahan yang digunakan harus memenuhi kualitas dan
kuantitas. Hasil pekerjaan yang dilaksanakan harus baik serta memenuhi
persyaratan yang ada dalam kontrak.
iii. Kualitas dari hasil pekerjaan yang dilaksanakan harus sesuai dengan
Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK) dan atau ketentuan dan
persyaratan yang berlaku yang tertera di dalam kontrak.
iv. Kompleksitas pada Pekerjaan Pembangunan Jaringan Irigasi DI. Batang Asai
Paket III (Tahap III) Kabupaten Sarolangun memiliki tingkat resiko dan tingkat
kesulitan yang sedang.

2. LOKASI PEKERJAAN
Lokasi Pekerjaan Pembangunan Jaringan Irigasi DI. Batang Asai Paket III
(Tahap III) Kabupaten Sarolangun berada di Desa Lubuk Resam Kecamatan
Cermin Nan Gedang, lokasi dapat dicapai dari ibu kota provinsi lewat jalan darat
dengan kendaraan roda empat sejauh 220 Km, dari ibu kota Kabupaten dengan
kendaraan roda empat sejauh 12 Km. Secara geografis letak Pembangunan
Jaringan Irigasi D.I. Batang Asai Paket III (Tahap III) Kabupaten Sarolangun
berada di koordinat X = 240048.29 dan Y = 9738773.45
Lokasi Pekerjaan

Gambar 1. Peta Administrasi Kabupaten Sarolangun

3. LINGKUP PEKERJAAN
Kontrak ini adalah PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI DI. BATANG ASAI
PAKET III (TAHAP III) KABUPATEN SAROLANGUN, biaya pekerjaan ini
bersumber dari APBN Tahun Anggaran 2024 Pada DIPA SNVT Pelaksanaan
Jaringan Pemanfaatan Air Sumatera VI Provinsi Jambi Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun
Anggaran 2024 Senilai Rp. 5.500.000.000 (Lima Miliar Lima Ratus Juta Rupiah),
dengan nilai Harga Perkiraan Sendiri senilai Rp. 5.499.999.384 (Lima Miliar
Empat Ratus Sembilan Puluh Sembilan Juta Sembilan Ratus Sembilan Puluh
Sembilan Ribu Tiga Ratus Delapan Puluh Empat Rupiah), dengan lingkup
pekerjaan sebagai berikut :

➢ PEKERJAAN PERSIAPAN
1) Mobilisasi dan Demobilisasi
2) Stake Out Trase Saluran
3) Pemasangan Patok
4) SMKK

➢ PEKERJAAN SALURAN
1) Galian Tanah dengan Kedalaman 0 – 2,64 M
2) Timbunan Tanah Hasil Galian Tanpa Jarak Angkut (dipadatkan)
3) Timbunan Tanah Kembali (dipadatkan dengan stamper kuda)
4) Beton Mutu Rendah Fc’ 10 Mpa
5) Besi Tulangan
6) Bekisting Dinding Beton
7) Beton Mutu Rendah Fc’ 15 Mpa
8) Pemasangan Waterstop

➢ PEKERJAAN BANGUNAN AIR


1) Galian Tanah dengan Kedalaman 0 – 2,64 M
2) Timbunan Tanah Hasil Galian Tanpa Jarak Angkut (dipadatkan)
3) Timbunan Tanah Kembali (dipadatkan dengan stamper kuda)
4) Beton Mutu Rendah Fc’ 10 Mpa
5) Besi Tulangan
6) Bekisting Dinding Beton
7) Beton Mutu Sedang Fc’ 20 Mpa
8) Pemasangan Mistar Ukur

➢ PEKERJAAN KELENGKAPAN FASILITAS OPERASI DAN PEMELIHARAAN


1) Patok Hm dan Km
2) Nomenklatur

Daftar Pekerjaan Utama


No Nama Pekerjaan Utama Keterangan

1 1.1 Besi Tulangan Pada substansi :


1.2 Beton mutu rendah fc’ 15 Mpa II. Pekerjaan saluran
1.3 Bekisting Dinding Beton

4. PERSONIL
A. Tenaga Ahli yang diperlukan dalam pelaksanaan kontrak, antara lain :

1) Ahli K3 Konstruksi 1 (satu) orang


a. Pendidikan Minimal Sarjana (S1) Semua Jurusan Program Studi
Bidang Konstruksi;
b. Memiliki Sertifikat Keahlian Klasifikasi Ahli Muda K3 Konstruksi (603)
dan atau Ahli Muda Sub Klasifikasi Keselamatan Konstruksi Jabatan
Ahli Muda Keselamatan Konstruksi (Jenjang 7) yang dikeluarkan oleh
Lembaga Sertifikasi Profesi (BNSP) atau LPJK dengan kualifikasi
profesionalisme sesuai sertifikat keahlian yang dikeluarkan oleh
Asosiasi Profesi;
c. Karena berdasarkan identifikasi keseluruhan pekerjaan ini termasuk
kategori risiko sedang dimana nilai kekerapan dan keparahan di range
6;
d. Berpengalaman 3 (tiga) tahun untuk Ahli Muda K3 Konstruksi
No Uraian Pekerjaan Identifikasi Bahaya Kategori Risiko

Pekerjaan Besi Tulangan


1 Terluka Benda Tajam Sedang

B. Tenaga Teknis Penunjang yang diperlukan dalam pelaksanaan kontrak, antara


lain :

1. Pelaksana 1 (satu) orang


Persyaratan Minimal :
a. Pendidikan Minimal Diploma (D3) Teknik Sipil/ Teknik Pengairan;
b. Memiliki Sertifikat Keterampilan Pelaksana Lapangan Pekerjaan
Saluran Irigasi (TS 030) / Pelaksana Saluran Irigasi (TS 031) atau
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Saluran Irigasi (Jenjang 4) yang yang
dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) atau LPJK dengan
kualifikasi profesionalisme sesuai sertifikat keahlian yang dikeluarkan
oleh Asosiasi Profesi.
c. Berpengalaman pernah melaksanakan pekerjaan saluran irigasi dan
memiliki pengalaman minimal 2 (dua) tahun dibuktikan dengan
referensi dari pengguna jasa.

2. Teknisi 1 (satu) orang


Persyaratan Minimal :
a. Pendidikan Minimal Diploma (D3) Teknik Sipil/ Teknik Geodesi;
b. Memiliki Sertifikat Keterampilan Juru Ukur/ Teknisi Survey Pemetaan
(TS 004) atau Teknisi Survei Terestris (Jenjang 4) yang yang
dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) atau LPJK dengan
kualifikasi profesionalisme sesuai sertifikat keahlian yang dikeluarkan
oleh Asosiasi Profesi;
c. Berpengalaman pernah melaksanakan pekerjaan sebagai Teknisi
Survei Terestris atau Juru Ukur dalam klasifikasi pekerjaan teknik sipil
air minimal 2 (dua) tahun dibuktikan dengan referensi dari pengguna
jasa.
3. Administrasi dan Logistik 1 (satu) orang
Persyaratan Minimal :
a. Pendidikan Minimal STM/ SLTA;
b. Berpengalaman pernah melaksanakan Administrasi dan Logistik
Teknik Pada Perusahaan.

5. PERALATAN KONSTRUKSI DAN PERALATAN BANGUNAN


Peralatan Konstruksi dan peralatan bangunan yang digunakan dalam pekerjaan
Pembangunan Jaringan Irigasi DI. Batang Asai Paket III (Tahap III) Kabupaten
Sarolangun harus memiliki Surat Izin Laik Operasi (SILO) dan Surat Izin
Operator (SIO) adalah sebagai berikut :

No Jenis Alat Kapasitas Alat Jumlah Alat


1 Molen/beton mixer Minimal 0,35 m3 3 Unit

6. RENCANA MUTU PEKERJAAN KONSTRUKSI


a. Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK) merupakan pengendalian
suatu kegiatan pekerjaan di lapangan dengan mengikuti suatu proses yang
harus dipatuhi dan dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab guna
mencapai produk pekerjaan yang memenuhi ketentuan dan persyaratan
yang berlaku;
b. Untuk mewujudkan kualitas/mutu pekerjaan yang baik, sesuai Peraturan
Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah dan Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 15 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penjaminan Mutu dan
Pengendalian Mutu Pekerjaan Konstruksi di Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat sesudah kontrak ditandatangani, penyedia jasa
harus membuat Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK) dalam bentuk
buku dan disahkan oleh pejabat penandatangan kontrak;
c. RPMK digunakan sebagai buku pedoman pelaksanaan pekerjaan yang
berisi proses yang harus dilaksanakan di lapangan oleh seluruh stakeholder
sebelum memulai pekerjaan sampai pekerjaan diserahkan kepada pejabat
pembuat komitmen;
d. Format RMPK berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2021 Tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan Konstruksi Sublampiran E;
e. Untuk menunjang pelaksanaan RMPK dilapangan, penyedia jasa harus
menyediakan semua peralatan, tenaga kerja yang kerja keras, terampil dan
jujur, serta semua prasarana pendukung lainnya yang memadai sesuai
kebutuhan pekerjaan tersebut;
f. Apabila penyedia jasa konstruksi melaksanakan pekerjaan tanpa melalui
prosedur yang telah ditetapkan bersama dan jika produk dari pelaksanaan
pekerjaan dimaksud tidak sesuai spesifikasi teknis, maka hasil pekerjaan
tersebut wajib dibongkar dan menjadi tanggung jawab oleh penyedia jasa
konstruksi sepenuhnya;
g. Untuk memulai pekerjaan yang ditetapkan harus melalui pengujian
laboratorium terlebih dahulu, dan pedoman pelaksanaan pekerjaan harus
mengikuti hasil rekomendasi dari bahan pengujian laboratorium .

7. URAIAN PEKERJAAN

PEKERJAAN PERSIAPAN

1.1 MOBILISASI DAN DEMOBILISASI


➢ Lingkup Pekerjaan
a. Mobilisasi dan Demobilisasi
Penyedia jasa diharuskan mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk
melaksanakan tiap tahap dari pekerjaan sebelum pekerjaan tersebut
dimulai. Kerusakan pada alat-alat sebelum digunakan yang akan
mengganggu pelaksanaan kerja harus segera diperbaiki atau diganti.
Penyedia jasa wajib mendatangkan alat-alat tersebut tepat pada
waktunya, setelah SPMK diterbitkan PPK.

Hal yang perlu diperhatikan adalah:


1) Mobilisasi dan demobilisasi harus dipersiapkan dan dilaksanakan tepat
waktu oleh penyedia jasa seperti kebutuhan personil dan peralatan
sesuai di SSKK.
2) Penyedia jasa harus menyediakan barak kerja, bangunan dan fasilitas
lainnya di lapangan serta biaya operasi yang harus dikeluarkan secara
insidentil atau untuk pembayaran persiapan lainnya.
3) Penyedia jasa harus menyiapkan surat jalan bagi personil yang akan
bekerja serta dilaporkan dan disetujui oleh pengawas dan atau direksi
lapangan.
4) Penyedia jasa bersama pengawas wajib melapor kepada pemda
setempat.

1.2 . Stake Out Trase Saluran


Stake Out adalah pengukuran ulang lapangan di awal suatu pekerjaan untuk
memastikan besar perbedaan/perubahan antara rencana dengan keadaan di
lapangan. Suatu perencanaan masih bisa terjadi kekeliruan maupun perbedaan
bila diaplikasikan di lapangan. Pengguna Jasa, Penyedia Jasa Konstruksi
maupun Konsultan Pengawas harus memastikan lagi terhadap hasil
perencanaan dilapangan. Stake Out ini menghasilkan Laporan MC-0 yang
dilampirkan dalam Gambar Rencana Pelaksanaan Kerja, Kurva S, Foto
Pekerjaan 0%, dan Lampiran-lampiran yang diperlukan. Semua dokumen yang
dihasilkan dalam stake out ini wajib disetujui oleh para pihak (PPK, Direksi,
Konsultan dan Penyedia).

Langkah-langkah dalam kegiatan stake out adalah sebagai berikut:

1) Dalam waktu satu/dua minggu, setelah terbit SPMK, kontraktor harus


memberitahukan kepada direksi secara tertulis bahwa kontraktor sudah
siap melaksanakan stake out.
2) Direksi kemudian menyusun suatu tim untuk mengadakan pengawasan
pekerjaan stake out, yang terdiri dari Petugas proyek yang
berpengalaman dalam survey pengukuran.
3) Pekerjaan stake out dilakukan oleh surveyor dari kontraktor dan diperiksa
oleh tim pengawas (Konsultan dan Direksi).
4) Peralatan yang diperlukan akan disediakan oleh kontraktor. Banyaknya
maupun tipenya akan dicantumkan dalam spesifikasi khusus.
5) Patok-patok titik tetap (BM) yang direferensikan dipergunakan untuk stake
out, dicantumkan pada gambar rencana pekerjaan.
6) Penyedia Jasa (kontraktor) harus memberikan keterangan tentang lokasi
dan detail dari BM lain yang dipasangnya.
• Patok dipasang sesuai jarak profil pada gambar, elevasi berpedoman
dari BM yang telah ditetapkan/ditentukan.
• Stake out dilaksanakan juga untuk menentukan posisi/letak pondasi
bangunan.
• Pada awalnya Penyedia Jasa dan Direksi mengadakan pemeriksaan
bersama ke letak/lokasi Titik Tetap (BM) yang ditetapkan sebagai
pedoman elevasi yang akan dibawa ke lokasi pekerjaan. Dalam hal
misalnya untuk pekerjaan konstruksi irigasi, bisa saja terjadi lokasi awal
pengambilan jauh dari lokasi pekerjaan. Adapun yang dekat dengan
lokasi pembuatan bangunan, bisa mengambil BM awal dari daerah sekitar
yang telah ditentukan.
• Setelah ditentukan bersama berdasarkan kesepakatan letak
pengambilan BM, kemudian dipindahkan ke lokasi pekerjaan secara
bertahap
7) Setelah dilakukan Stake Out Penyedia harus sudah mengolah data ukur
dalam bentuk laporan/ buku kepada PPK dan Direksi paling lambat 7
(tujuh) hari kerja.

➢ Perhitungan untuk pembayaran

1. stake out yang diuraikan di atas akan dibayar menurut luasan pengukuran
dalam satuan meter persegi;
2. Perhitungan pembayaran harus dilengkapi dengan data pendukung (backup
data) yang telah disahkan oleh PPK dan Direksi.

1.3 PEMASANGAN PATOK


Pemasangan Terhitung 7 (tujuh) hari sejak diterbitkan Surat Perintah Mulai Kerja
(SPMK) oleh PPK, penyedia harus sudah melaksanakan pekerjaan pengukuran
dan pematokan (setting-out survey) yang pelaksanaannya harus bersama direksi
dan dibawah pengawasan PPK. Pengukuran dan Pematokan harus dilaksanakan
oleh penyedia setelah terlebih dahulu memperoleh persetujuan PPK.
Persetujuan akan diberikan bila PPK berpendapat bahwa program dan metoda
kerja pengukuran dan pematokan termasuk keahlian dan keterampilan personil
serta kondisi alat ukur memenuhi ketentuan dalam Spesifikasi Teknis dan
selaras dengan rencana pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan.
Pengukuran dan pematokan pada Saluran Sekunder dan bangunan air harus
dilaksanakan dengan jarak/interval paling jauh setiap 25 m atau sesuai instruksi
direksi dan PPK khususnya pada tikungan saluran jarak tersebut harus lebih
dekat/pendek yang dimulai dari titik awal tikungan, tengah-tengah tikungan dan
ujung akhir tikungan baik untuk garis sumbu saluran maupun ROW.
Selama pelaksanaan pekerjaan penyedia bertanggung jawab atas keamanan
dan kondisi patok bench mark, patok tambahan dan patok pembantu lainnya
sebagai basis pekerjaan pengukuran.
Ketelitian data pengukuran sepenuhnya tetap menjadi tanggung jawab penyedia
meskipun dalam pelaksanaannya telah melewati proses pemeriksaan dan
persetujuan dari PPK. Data pengukuran yang telah memperoleh persetujuan
PPK, dipergunakan sebagai dasar perhitungan kuantitas/prestasi kerja penyedia
beserta pembayarannya.
Pekerjaan Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur Theodolite/
Total Station. Dilaksanakan 2 (dua) kali yaitu sebelum dan sesudah pelaksanaan
pekerjaan dengan ketentuan :
1. Pengukuran Letak Bangunan
Letak atau posisi bangunan baik yang ada maupun yang direncanakan
harus diukur dan ditampilkan pada gambar skala 1 : 200 atau 1 : 100 beserta
detailnya 1 : 25;
2. Perhitungan / penggambaran
• Pengelolahan data awal dilakukan di lapangan untuk mengetahui,
menentukan ketelitian ukuran yang dicapai;
• Penghitungan difinitif harus dilakukan untuk perataan data lapangan yang
akan digunakan dalam proses penggambaran;
• Penggambaran profil melintang, memanjang dan situasi trase dibuat pada
kertas print out dengan ukuran kertas A3;
• Profil memanjang digambar pada skala horizontal 1 : 2000 dan Vertikal 1 :
100 atau disesuaikan dengan kondisi lapangan sesuai arahan PPK dan
Direksi;
• Denah bangunan air yang ada dan gambar rencana kerja dengan skala 1
: 200 atau 1 :100;
• Gambar-gambar yang harus dipersiapkan merupakan gambar CD
(Construction Drawing) :
 Peta situasi Saluran Irigasi yang akan dikerjakan;
 Gambar potongan memanjang saluran dan tanggul kiri kanan dan
gambar
bangunan;
 Gambar potongan melintang saluran dan tanggul kiri kanan dan
gambar
Bangunan;
 Gambar detail saluran, tanggul dan bangunan;
 Gambar detail, potongan kelengkapan fasilitas Operasi dan
Pemeliharaan.

➢ Perhitungan untuk Pembayaran :

1. Perhitungan untuk pembayaran patok setelah MC-0 disahkan oleh PPK dan
Direksi.
2. Perhitungan pembayaran harus dilengkapi dengan data pendukung (backup
data) yang telah disahkan oleh PPK dan Direksi.

1.4 SMKK
➢ Lingkup Pekerjaan
Secara keseluruhan identifikasi pada pekerjaan Pembangunan Jaringan
Irigasi DI Batang Asai Paket III (Tahap III) Kabupaten Sarolangun termasuk
kategori Tingkat Risiko Sedang dengan nilai risiko 6.
Penyedia harus menyediakan SMKK sesuai dengan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2021 Tentang
Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi.
1) Penyedia Jasa diharuskan menyediakan sarana dan prasarana
perlengkapan K3 antara lain:
a. Penyiapan R3K3
b. Sosialisasi, Promosi K3
c. Alat Pelindung Kerja
d. Alat Pelindung Diri
e. Ansuransi dan perizinan
f. Personil K3
g. Fasilitas sarana kesehatan
h. Rambu-rambu
i. Lain – lain terkait pengendalian risiko K3
Semua biaya yang dikeluarkan oleh penyedia dianggap sudah termasuk
dalam biaya lumsum (ls) untuk pengadaan, pemasangan
penggunaan/operasi, dan biaya lainnya yang dibutuhkan untuk biaya
SMKK yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
Bila item pekerjaan/biaya lumsum diatas tidak tercantum dalam Daftar
Kuantitas dan Harga, segala biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan
tersebut yang diperlukan untuk kemudahan dan kelancaran pelaksanaan
pekerjaan utama/permanen, dianggap sudah termasuk dalam harga
kontrak dan menjadi tanggung jawab sepenuhnya penyedia.

2) Menyediakan Kelengkapan Pengendali Mutu


Penyedia diharuskan dapat menyediakan pengendalian mutu terhadap
semua jenis pekerjaan, diantaranya dapat berupa peralatan pengendali
mutu seperti lembar kerja/request, buku tamu dan buku direksi dan lain-
lainnya, beban biaya yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut sepenuhnya
merupakan tanggung jawab penyedia.
Demi keamanan pelaksanaan pekerjaan atas persetujuan direksi dan
pengawas penyedia harus memasang tali keselamatan dan pembatas
area, kemudian setelah pekerjaan telah selesai dikerjakan pada serah
terima pertama harus dibongkar dan material di simpan pada tempat yang
telah disetujui oleh direksi.

➢ Perhitungan untuk Pembayaran


1) Perhitungan untuk pembayaran pekerjaan SMKK yang telah dilaksanakan
dalam satuan lumsum (ls);
2) Perhitungan untuk pembayaran harus dilengkapi dengan data pendukung,
foto dokumentasi SMKK/ RKK yang telah disahkan oleh PPK dan Direksi
lapangan.

1.5 PAPAN NAMA PROYEK

A. Lingkup Pekerjaan
Penyedia harus menyediakan papan nama proyek untuk informasi kegiatan
kantor
B. Perhitungan untuk Pembayaran
1. Perhitungan untuk pembayaran pekerjaan Pembuatan Papan nama proyek
yang telah dilaksanakan dalam satuan buah;
2. Perhitungan untuk pembayaran harus dilengkapi dengan data pendukung,
fhoto dokumentasi pekerjaan pembuatan papan nama proyek yang telah
disahkan oleh direksi lapangan.

II. PEKERJAAN SALURAN


2.1. GALIAN TANAH KEDALAMAN 0 – 2,64 M
➢ Lingkup Pekerjaan
1) Pekerjaan Galian tanah 0 – 2,64 meter dengan alat dilaksanakan sesuai
dengan gambar rencana dan atau sesuai dengan petunjuk direksi
lapangan;
2) Galian dilakukan dengan Alat Excavator yang sesuai dengan spesifikasi
alat di dalam dokumen lelang/kontrak;
3) Penyedia harus membuat patok profil galian yang telah disetujui oleh
direksi lapangan sebelum pekerjaan dimulai;
4) Dimensi seperti elevasi/ dalamnya galian dan lebar galian sesuai dengan
gambar rencana atau sesuai dengan petunjuk Direksi lapangan;
5) Hasil galian yang tidak bisa digunakan kembali untuk timbunan dibuang
ketempat (disposal) yang telah disetujui oleh direksi;
6) Hasil galian yang dapat digunakan kembali (re-use) untuk bahan timbunan
ditempatkan ketempat yang telah disetujui oleh Direksi dan harus
disebarkan secara merata serta diusahakan tidak melampaui batas/profil
rencana.
➢ Perhitungan untuk Pembayaran
1) Pembayaran Pekerjaan Galian tanah 0 – 2,64 m (alat) didasarkan atas
volume dalam meter kubik (M³) hasil galian yang telah dilaksanakan
sesuai dengan persetujuan direksi lapangan.
2) Perhitungan untuk pembayaran harus dilengkapi dengan data pendukung
sesuai dengan gambar pelaksanaan yang telah disahkan oleh direksi
lapangan dan foto dokumentasi pekerjaan.
2.2.TIMBUNAN TANAH HASIL GALIAN TANPA JARAK ANGKUT (DIPADATKAN)
➢ Lingkup Pekerjaan
1) Pekerjaan timbunan tanah dimaksud merupakan pekerjaan pengadaan
tanah hasil galian tanpa jarak angkut dengan di hauling dengan
menggunakan Bulldozer ke lokasi timbunan yang dinginkan;

2) Pekerjaan timbunan tanah dipadatkan dengan alat vibratory roller harus


dilaksanakan sampai garis dan top elevasi seperti ditunjukan dalam
gambar kerja atau seperti diperintahkan direksi dan konsultan pengawas;

3) Material/bahan timbunan harus bersih dari ranting, daun daun, akar akar
dan material material yang dapat membusuk;

4) Permukaan yang akan ditimbun harus dikupas dan dibersihkan dari


kotoran yang ada;

5) Kemudian tanah dihamparkan dan diratakan lapis demi lapis dengan


ketebalan 20 sampai dengan 30 cm dengan menggunakan peralatan
bulldozer dan kemudian dipadatkan lapis demi lapis tersebut dengan
menggunakan peralatan vibratory roller pada kadar air optimumnya
dengan menggunakan water tank yang sesuai dan disetujui oleh oleh
PPK sampai mencapai elevasi tanggul yang direncanakan;

6) Penggilasan atau pemadatan dilakukan pada tiap lapis sebanyak 6


sampai 10 lintasan sampai kepadatannya mencapai yang disyaratkan
(90 sampai dengan 100 % MDD);

7) Selesai digilas diadakan pemeriksaan kepadatan lapangan dan


laboratorium, bila kurang dari yang disyaratkan harus digilas lagi;

8) Laporan pengujian yang dilakukan di laboratorium dan lapangan harus


disampaikan kepada direksi secara periodik setiap awal bulan dan
dijadikan sebagai laporan quality/ bulan dan di setujui oleh direksi dan
PPK

9) Pemadatan dilakukan untuk menghilangkan/ mengurangi pori-pori tanah


atau mencegah kandungan air yang berlebihan;

10) Penyedia jasa harus melaksanakan uji laboratorium/ uji kepadatan tanah
lapangan untuk persyaratan pemadatan tanah dilapangan ditetapkan
kepadatan tidak kurang dari 90 % sampai dengan 100 % MDD.
➢ Perhitungan untuk Pembayaran
1) Perhitungan untuk pembayaran pemadatan timbunan tanah hasil
galian tanpa jarak angkut berdasarkan volume timbunan yang telah
dilaksanakan dalam satuan meter kubik (m3).

2) Perhitungan untuk pembayaran harus dilengkapi dengan data


pendukung (backup data) dan dokumentasi yang telah disetujui oleh
PPK dan direksi.

2.3 TIMBUNAN TANAH KEMBALI (DIPADATKAN DENGAN STAMPER KUDA)


➢ Lingkup Pekerjaan
1) Pekerjaan timbunan tanah dimaksud merupakan pekerjaan pengadaan
tanah hasil galian tanpa jarak angkut dengan menggunakan Stamper kuda

2) Pekerjaan timbunan tanah dipadatkan dengan alat stamper kuda harus


dilaksanakan sampai garis dan top elevasi seperti ditunjukan dalam
gambar kerja atau seperti diperintahkan direksi atau konsultan pengawas;

3) Material/bahan timbunan harus bersih dari ranting, daun daun, akar akar
dan material material yang dapat membusuk;

4) Permukaan yang akan ditimbun harus dikupas dan dibersihkan dari


kotoran yang ada;

5) Kemudian tanah dihamparkan dan diratakan lapis demi lapis dengan


ketebalan 10 sampai dengan 15 cm dengan menggunakan cara manual
dan kemudian dipadatkan lapis demi lapis tersebut dengan menggunakan
peralatan Stamper kuda sesuai dan disetujui oleh oleh PPK sampai
mencapai elevasi tanggul yang direncanakan;

6) Selesai dipadatkan diadakan pemeriksaan kepadatan lapangan dan


laboratorium, bila kurang dari yang disyaratkan harus dipadatkan lagi;

7) Laporan pengujian yang dilakukan di laboratorium dan lapangan harus


disampaikan kepada direksi secara periodik setiap awal bulan dan
dijadikan sebagai laporan quality/ bulan dan di setujui oleh direksi dan
PPK

8) Pemadatan dilakukan untuk menghilangkan/ mengurangi pori-pori tanah


atau mencegah kandungan air yang berlebihan;
9) Penyedia jasa harus melaksanakan uji laboratorium/ uji kepadatan tanah
lapangan untuk persyaratan pemadatan tanah dilapangan ditetapkan
kepadatan tidak kurang dari 90 % sampai dengan 100 % MDD.

➢ Perhitungan untuk Pembayaran


1) Perhitungan untuk pembayaran pemadatan timbunan menggunakan
stamper kuda berdasarkan volume timbunan yang telah dilaksanakan
dalam satuan meter kubik (m3).

2) Perhitungan untuk pembayaran harus dilengkapi dengan data


pendukung

2.4 PEKERJAAN BETON

1. Semen dan Agregat Beton


Semen dan agregat yang akan dipergunakan untuk beton termasuk supliernya
harus terlebih dahulu diusulkan oleh Penyedia dilampiri hasil uji laboratorium
kepada PPK guna mendapatkan persetujuan sebelum dipergunakan.
Semen dan agregat harus disimpan dan dirawat dengan baik untuk
memelihara kualitasnya, dan meskipun sebelum realisasi pengadaan bahan
tersebut telah mendapat persetujuan PPK tetapi masih perlu diperiksa dan diuji
laboratorium lagi sebelum dipergunakan sebagai campuran beton.
Semen dan agregat yang tidak memenuhi syarat yang ditetapkan dalam
Spesifikasi Teknik ini harus segera dibuang dari lokasi pekerjaan dan tidak
boleh dipergunakan untuk campuran beton.

1.1. Semen
1.1.1 Umum
Semen yang dipergunakan adalah Composite Portland Cement yang sesuai
dengan ketentuan AASHTO M85 Tipe-1. Penyedia wajib menyerahkan hasil uji
laboratorium yang dibuat produsen (mill certificate) kepada PPK dan Direksi
untuk setiap 50 ton PC (Portland Cement) yang dikirim ke lokasi pekerjaan (jika
diperlukan).

C-1.1.2 Penyimpan Semen di Lokasi


Semen harus ditaruh dalam kantong kertas yang kuat dan tahan terhadap
bantingan dengan nama produsen, tipe semen, bulan dan tahun produksi
harus dicetak jelas pada kantong.
Segera setelah sampai di lokasi, semen harus disimpan di gudang yang kering,
bebas hujan tidak bocor, beralaskan balok kayu dan ventilasi udara yang baik
untuk mencegah kerusakan semen akibat udara yang lembab. Semen yang
sudah menunjukkan tanda-tanda kerusakan, mulai menggumpal dan mengeras
harus segera dibuang dari lokasi dan tidak boleh dipakai.
Penyedia menyampaikan gambar rencana gudang semen dan metoda
penyimpanannya kepada PPK untuk dikaji dan disetujui. Tumpukan semen
tidak boleh lebih dari 10 (sepuluh) kantong, dan bila penyimpanan akan lebih
dari 2 (dua) bulan, tumpukan semen tidak boleh lebih dari 6 (enam) kantong.
Semen yang telah disimpan digudang lebih dari 1 (satu) bulan pada musim
hujan dan lebih dari 3 (tiga) bulan pada musim kemarau harus segera
dikeluarkan dari gudang dan tidak boleh dipergunakan. Penyimpanan dan
pemakaian semen dari gudang harus berdasarkan first in-first out (FIFO), dan
kantong-kantong semen ditata sedemikian sehingga memudahkan aksesibilitas
untuk pemeriksaan.
1.2 Agregat Beton
1.2.1 Umum
Agregat beton harus berasal dari batu yang padat, keras dan awet, bebas dari
segala kotoran, bahan organik, kontaminasi bahan kimia dan bahan perusak
lainnya. Agrergat sebelum pemakaian agar dilakukan pencucian supaya bersih
dan bebas dari kandungan lumpur dan kimia lainnya.

1.2.2 Agregat Kasar


Agregat kasar untuk campuran beton harus berasal dari produksi peralatan
pemecah batu (stone-crusher) atau kerikil dari sungai yang bersih, padat,
keras, awet, dan memenuhi ketentuan-ketentuan dalam Spesifikasi ini.
Agregat kasar harus berukuran nominal maksimum 40 mm, tetapi untuk beton
pra-cetak dan beton dengan besi tulangan yang rapat atau sesuai dengan
perintah PPK, maksimum 20 mm. Susunan gradasi butiran agregat kasar harus
memenuhi ketentuan seperti dibawah ini, dengan analisa saringan sesuai
ketentuan AASHTO T27:

Lubang saringan Persen lolos (%), berdasarkan berat


(mm) Ukuran nominal 40 mm Ukuran nominal 20 mm
50 100 -
40 95 - 100 -
25 - 100
20 35 - 70 90 - 100
10 10 - 30 20 - 55
5 0-5 0 - 10
2.5 - 0-5

Ambang batas kandungan partikel yang berpengaruh buruk pada beton harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut :
Uji laboratorium Nilai Maksimum (%)
Kadar lumpur, sesuai AASHTO T 112 0,25
Kehilangan bila diuji sesuai AASHTO T 112 1,0
Persen agregat dengan specific gravity kurang 1,0
dari 1,95
Karakteristik Agregat Standar Uji Nilai yang diijinkan
Berat jenis (specific
AASHTO T85 Lebih dari 2,55
gravity)
Kehilangan akibat abrasi AASHTO T96 Kurang dari 30%
Kekekalan (soundness) AASHTO T104 Kurang dari 12%
Akan ditetapkan
Ketahanan alkali-silika Cara kimia
(JIS 1145)

1.2.3 Agregat Halus


Agregat halus untuk campuran beton harus berasal dari produksi peralatan
pemecah batu (stone-crusher) atau pasir sungai, pasir galian yang berbentuk
tajam, padat, keras, awet, bersih dari segala jenis kotoran, bahan organik,
lumpur dan partikel yang berpengaruh buruk pada beton.
Susunan gradasi butiran agregat halus harus memenuhi ketentuan dibawah ini,
dengan analisa saringan sesuai ketentuan AASHTO T27.

Lubang Saringan Persen Lolos (%)


(mm) Berdasarkan Berat
10 100
5 90 - 100
2,5 80 - 100
1,2 50 - 90
0,6 25 - 65
0,3 10 - 35
0,15 2 - 10

Bila modulus halus butir (MHB) agregat halus bervariasi lebih dari 0,2
dibandingkan dengan MHB material beton, maka perbandingan material beton
harus dimodifikasi. Untuk setiap tambahan variasi MHB ± 0,1 kandungan pasir
dalam material beton harus disesuaikan dengan ± 0,5 % berat.
Kandungan partikel yang berpengaruh buruk pada beton tidak boleh lebih dari :

Uji laboratorium Nilai Maksimum (%)


Kadar lumpur, AASHTO T 112 1,0
Kehilangan bila diuji sesuai AASHTO T 112 3,0
Persen agregat dengan specific gravity kurang 1,0
dari 1,95
Sifat fisik agregat halus harus memenuhi ketentuan :
Karakteristik Agregat Standar Uji Nilai yang diijinkan
Berat (specific gravity) AASHTO T84 Lebih dari 2,55
Penyerapan air AASTHO T84 Kurang dari 3,0%
Kehilangan akibat abrasi AASHTO T96 Kurang dari 30%
Kekekalan (soundness) AASHTO T104 Kurang dari 10%
Akan ditetapkan
Ketahanan alkali-silika Cara kimia
(JIS 1145)

1.2.4 Penyimpanan Agregat


Penyedia wajib menyerahkan rencana penyimpanan agregat dan cara
penanganan/ perlakuannya kepada PPK untuk dikaji dan disetujui sebelum
pekerjaan beton dilaksanakan. Usulan rencana penyimpanan agregat tersebut
harus cukup rinci untuk menunjukkan bahwa agregat akan terjaga dari
kontaminasi dan memenuhi ketentuan dalam spesifikasi ini.
Penyimpanan agregat kasar harus terpisah dari agregat halus, baik di lokasi
sumber agregat/quarry maupun di lokasi base-camp/batching plant dan harus
dijaga dari kemungkinan terjadi kontaminasi dengan agregat atau material lain.
Agregat yang berasal dari sumber/quarry yang berbeda atau agregat dengan
susunan gradasi butiran yang berbeda, tidak boleh disimpan bersama-sama.
Penyimpanan dan penanganan/perlakuan agregat harus dilakukan tanpa
berakibat segregasi butiran.
Di tempat pekerjaan beton misalnya dinding penahan tanah dan lain-lain,
Penyedia harus menyediakan alas dari anyaman bambu atau bahan lainnya
untuk tempat penyimpanan sementara agregat dalam jumlah yang tidak
banyak agar tidak bercampur dengan tanah di sekitarnya atau terkontaminasi
dengan bahan lain.

1.3 Air
Penyedia wajib menyampaikan rencana sumber air yang akan digunakan untuk
campuran beton kepada PPK untuk dipelajari dan disetujui sebelum
pelaksanaan pekerjaan beton. Bila dipandang perlu oleh PPK, kualitas air yang
akan digunakan, dipastikan dengan uji laboratorium sesuai dengan ASTM C70
atau JIS yang sesuai.

1.4 Bahan Tambah Kimia (Admixture)


Pemakaian bahan tambah kimia harus terlebih dahulu mendapat ijin PPK, dan
bahan tambah yang korosif tidak boleh digunakan:
(a) Air-entraining admixtures, harus sesuai dengan ASTM C260 atau JISA6204.
(b) Water reducing admixtures, harus sesuai ASTM C260 atau JIS A6204.
Pemakaian bahan tambah kimia : air-entraining, water reducing, super
plasticizer, set accelerator, retarder dan sebagainya akan diperintahkan oleh
PPK sesuai dengan kondisi dan kebutuhan di tempat pekerjaan.
2 Campuran Beton
2.1 Uji Coba Campuran dan Proporsi Campuran
Sesudah usulan penggunaan semen, agregat dan air untuk campuran beton
disetujui PPK, Penyedia wajib membuat dan melakukan uji-coba campuran
beton untuk semua tipe beton yang akan dipakai di pekerjaan sebelum
pekerjaan beton dilaksanakan.
Uji coba campuran juga dimaksudkan untuk menunjukkan : kemudahan
pengerjaan beton dan tidak terjadinya proses segregasi selama pengangkutan
beton, kandungan semen yang minimum tetapi menghasilkan beton dengan
kuat tekan sesuai rencana, kemudahan dalam pengerjaan serta daya tahan
beton yang baik.
Penyedia wajib menyerahkan data hasil uji coba campuran termasuk proporsi
campuran dan kuat tekan beton dengan umur 7 hari, 14 hari, dan 28 hari
kepada PPK untuk dikaji dan disetujui.
Proporsi campuran untuk setiap tipe beton akan diputuskan PPK berdasarkan
hasil dari uji coba campuran dan uji laboratorium (testing) Penyedia diharuskan
membuat Design Mix Formula (DMF) sebelum membuat beton Mutu. DMF
yang dimaksud adalah DMF yang dikeluarkan UPTD Balai Pengujian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat atau lembaga lain yang
berkompeten. Selanjutnya berdasarkan DMF tersebut, penyedia melakukan uji
coba campuran (trial mix) dengan disaksikan oleh direksi serta dituangkan
dalam berita acara. Hasil uji coba dilaporkan kepada PPK untuk mendapatkan
persetujuan untuk digunakan pada pekerjaan Beton Mutu yang ingin
dilaksanakan dilapangan yang dikerjakan Penyedia, dan selama pelaksanaan
pekerjaan PPK mungkin akan me-modifikasi proporsi campuran untuk
mendapatkan beton dengan kepadatan, kemudahan pengerjaan, kekentalan
campuran dan kuat tekan yang maksimum dengan perbandingan air/semen
yang minimum.
Proporsi campuran yang telah disetujui PPK, segera dikonversikan pada
proporsi setiap bahan di lapangan, agregat dan semen diukur berdasarkan
beratnya sedang air dan bahan tambah kimia berdasarkan volumenya.
Beton yang dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan diklasifikasi
berdasarkan hasil uji kuat tekan benda uji beton berbentuk silinder dengan
diameter 15 cm dan panjang 30 cm dengan umur beton 28 hari sesuai sesuai
AASHTO T22 dan AASHTO T23.
Kuat tekan umur 28 Ukuran Rasio Perkiraan Kisaran
hari (kg/cm2) maksimu maksimu kandunga nilai
Tipe beton***
Kubik Silinder m agregat m n semen slump
15 cm 15cmx30cm (mm) air/semen (kg/cm3) (cm)
40 (20 5 ~ 15
Tipe -A (fc’ 20) 260 225 0,50 330
mm)* (2 ~ 8)*
Tipe -A (fc’ 20,
8 ~ 15
dengan pompa 260 225 20 mm 0,50 350
(2 ~ 8)*
beton)
Tipe-B (fc’ 40(20
200 175 0,50 300 5 ~ 12
15) mm)**
Tipe-B (fc’
15, dengan 200 175 20 mm 0,50 320 8 ~ 12
pompa beton)
Tipe-B Lining 200 175 20 0,50 300 5 ~ 12
Tipe-D(fc’ 10) 115 100 20 0,55 200 7,5~10
* untuk beton pracetak
** beton 1:2:3 yang ditunjukkan dalam gambar seharusnya beton Tipe-B,
dan beton tipe A1 dan B1 dalam gambar seharusnya beton tipe A dan tipe B
*** tipe beton yang ditunjukkan dalam gambar tetapi tidak sesuai dengan tipe-
tipe beton tersebut diatas harus ditetapkan oleh PPK.
Nilai slump campuran beton harus serendah mungkin yang akan
memungkinkan pemadatan yang baik dengan alat yang disepakati untuk
pekerjaan beton. Tidak diijinkan menambahkan air untuk mengurangi
kekentalan beton.
Pada kondisi memperbaiki mutu campuran, klasifikasi beton ditentukan sebagai
berikut:

Kuat tekan umur 28 Ukuran Rasio


Perkiraan Kisaran
hari (kg/cm2) maksim maksimu
kandunga nilai
Tipe beton um m
Kubik Silinder n semen slump
agregat air/seme
15 cm 15cmx30c (mm) (kg/cm3) (cm)
n
m
Tipe -A (fc’ 20,
dengan pompa 260 225 20 mm1) 0,50 350 8 ~ 18
beton)

Tipe-B (fc’ 10,


dengan pompa 200 175 20 mm1) 0,50 320 8 ~ 18
beton)

Catatan: 1) : Biasanya menggunakan silinder diameter 150 mm (Jika


menggunakan silinder diameter 200 mm, maka dapat dengan MSA sampai 40
mm
Ukuran maksimum agregat kasar adalah sepertiga (1/3) diameter pipa pompa
bagian dalam. Sebaiknya ukuran maksimum agregat dibatasi dua perlima (2/5)
diameter pipa bagian dalam atau sesuai dengan instruksi PPK.
Kalau tidak ditentukan dalam gambar atau diperintahkan PPK, tipe beton dan
penggunaannya dilokasi pekerjaan sebagai berikut :

Tipe Beton Penggunaan di Pekerjaan

Tipe A (fc’ 20) Bangunan air dan lantai bangunan air, beton pracetak,
jembatan, box culvert dan unit lain dan bagian tertentu
yang ditetapkan dan lain-lain.
Tipe B Lining (fc’ 15) Lining saluran, peralihan

Tipe D (fc’ 10) Beton lantai kerja

2.2 Pengadukan (Pencampuran) Beton


Mixer dengan drum pencampuran dan pengaduk beton baik yang dapat
berputar horizontal maupun miring harus selalu dalam keadaan bersih dengan
kondisi yang baik setiap saat selama pelaksanaan pekerjaan. Drum tersebut
harus dapat berputar dengan kecepatan yang sesuai dan disetujui PPK,
pengadukan yang terus-menerus tidak diijinkan.
Sebelum semen dan agregat dimasukkan ke dalam drum, terlebih dahulu air
untuk campuran beton dimasukkan ke dalam drum sebanyak kurang lebih 10%
jumlah air yang diperlukan untuk campuran beton, selanjutnya sisa air
ditambahkan berangsur-angsur selama pengadukan sehingga seluruh air untuk
campuran beton sudah dimasukkan kedalam drum sebelum seperempat waktu
yang diperlukan untuk pengadukan berakhir. Pengadukan beton dilanjutkan
sampai warna dan kekentalan campuran beton terlihat merata. Untuk mixer
dengan kapasitas 750 liter pengadukan campuran beton dilanjutkan tidak
kurang dari 1,5 menit setelah seluruh volume air dimasukkan. Untuk setiap
kenaikan kapasitas mixer sebanyak 500 liter, waktu pengadukan beton perlu
ditambah paling sedikit 15 detik.
Volume campuran beton yang akan diaduk tidak boleh melebihi kapasitas
mixer yang dipergunakan. Sebelum campuran beton yang baru akan
dimasukkan ke dalam drum, semua campuran beton lama harus dikeluarkan
sehingga tiada sisa yang tertinggal dalam drum. Bila karena suatu sebab
pelaksanaan pekerjaan beton berhenti selama lebih dari 20 menit, mixer
beserta perlengkapannya harus dicuci dengan air bersih. Sisa beton lama yang
mungkin masih tertinggal harus dibersihkan dengan memutar drum yang berisi
agregat dan air, sebelum dipergunakan untuk pengadukan beton yang baru.
Penyedia wajib memeriksa mixer setiap hari dan memperbaiki kerusakan yang
ada sehingga mixer selalu dalam keadaan baik, bersih dan siap untuk operasi.
2.3 Concrete Mixer
Penggunaan concrete mixer untuk pelaksanaan pekerjaan beton harus terlebih
dahulu mendapat persetujuan dari PPK dan Direksi dengan drum yang mampu
berputar sesuai rekomendasi pabriknya.
Pengadukan beton dalam concrete mixer harus mulai dilakukan dalam waktu
tidak lebih dari 30 (tiga puluh) menit setelah seluruh semen dan agregat
dimasukkan dalam mixer, penuangan/pengecoran beton di tempat pekerjaan
harus selesai dilaksanakan tidak lebih dari 1 (satu) jam sesudah air
dimasukkan dalam mixer dengan tinggi jatuh beton tidak lebih dari 0,5 meter.

2.4 Pengadukan Beton dengan Portable Mechanical Mixer


Campuran semen, agregat halus, agregat kasar dan air boleh dibuat
berdasarkan volume, Penyedia harus menyediakan kotak yang kuat dan bagus
sebagai sarana pengukur volume yang cukup teliti dan harus mendapatkan
persetujuan PPK dan Direksi sebelum dipergunakan disetiap portable
mechanical mixer.
Kira-kira 10% dari air yang diperlukan bagi campuran beton, harus sudah
dimasukkan ke dalam drum sebelum semen dan agregat dimasukkan, dan sisa
air dituangkan ke dalam drum berangsur-angsur selama proses pencampuran
dan pengadukan sedang berlangsung. Seluruh volume air yang diperlukan
untuk campuran beton harus sudah dituangkan ke dalam drum pada menit
pertama pengadukan. Waktu terbaik untuk pengadukan seharusnya ditetapkan
berdasarkan hasil uji/tes, tetapi umumnya tidak boleh kurang dari 3 (tiga)
menit.
Penyedia wajib menjamin bahwa pengawas dan pekerja benar-benar sudah
terlatih dengan baik dalam penggunaan portable mechanical mixer dengan
produksi beton yang berkualitas dan memenuhi ketentuan dalam Spesifikasi
ini.
2.5 Sisa Beton
Penyedia wajib menyampaikan kepada PPK sisa harian volume beton untuk
setiap tipe beton termasuk berat semen yang dipergunakan di setiap lokasi
pekerjaan permanen maupun pekerjaan non permanen.

3 Pengangkutan dan Penuangan/Pengecoran Beton


3.1 Umum
Penyedia sebelum melaksanakan pekerjaan beton baik untuk pekerjaan
permanen maupun non-permanen wajib menyampaikan metoda kerja
pengangkutan dan penuangan beton kepada PPK untuk dipelajari dan
disetujui. Metoda kerja tersebut harus menguraikan secara rinci seluruh
kegiatan pelaksanaan pekerjaan beton yang meliputi akses menuju ke lokasi
kerja dan sekitarnya, material, peralatan dan pekerja, metoda, tahapan dan
urutan kegiatan, pemadatan dan perawatan beton, dan kegiatan pembuatan
benda uji dan uji laboratorium yang akan dikerjakan.
Tidak di izinkan melaksanakan pengecoran beton sebelum metoda kerja dan
daftar simak di atas disetujui PPK, Konsultan Pengawas dan Direksi.
Tidak diizinkan melaksanakan kegiatan pembetonan jika hasil pekerjaan
galian, cetakan, pemasangan besi tulangan dan bagian konstruksi/material
yang nantinya akan tertanam dalam beton dan lain-lain belum diperiksa dan
disetujui PPK dan Direksi termasuk keamanan akses menuju dan sekitar lokasi
pekerjaan.
Segera setelah pencampuran dan pengadukan beton dilaksanakan beton
harus diangkut ke lokasi kerja dengan metoda yang menjamin keberlanjutan
pengiriman beton dengan aman bebas dari separasi dan kontaminasi serta
kemudahan dalam pengerjaan (workability) pada waktu dan tempat
pengecoran.
Semua beton harus sudah dituangkan/dicor dan dipadatkan dalam waktu 1
(satu) jam sejak pencampuran/pengadukan dan beton yang sudah mulai
mengeras dilarang digunakan untuk pekerjaan.

3.2 Limitasi Cuaca


Penuangan/pengecoran beton pada hari hujan tidak diperkenankan. Bila mulai
turun hujan atau akan segera turun hujan pada saat penuangan beton sedang
berlangsung, maka pelaksanaan pekerjaan harus diberhentikan dan
sambungan konstruksi harus dibuat dan perawatan beton untuk bagian
pekerjaan yang sudah diselesaikan harus dilaksanakan. Dalam hal dilakukan
penundaan pekerjaan pembetonan sesudah mulai turun hujan, permukaan
beton yang sedang dalam proses mengeras harus ditutup dengan rapat dan
dilindungi dari curah hujan dengan upaya/cara yang disetujui PPK untuk
mencegah hilangnya semen atau terjadinya sarang tawon pada permukaan
beton serta mencegah kerusakan lain akibat hujan dan aliran air hujan.
Bila penuangan/pengecoran beton dilakukan dalam kondisi cuaca sedemikian
sehingga menimbulkan kekhawatiran temperatur beton akan meningkat sampai
melampaui 320C, Penyedia wajib menyiapkan langkah dan upaya yang efektif
misalnya mendinginkan lebih dahulu agregat dan air untuk campuran beton,
melindungi lokasi kerja dengan tenda atau melaksanakan penuangan beton
diwaktu malam untuk menjaga temperatur beton di bawah 32 0C.
Bila kualitas beton dinilai PPK tidak memenuhi ketentuan spesifikasi ini karena
Penyedia mengabaikan ketentuan diatas, atau karena ketidak hati-hatiannya
atau karena sebab-sebab lain, maka beton tersebut harus dibongkar dan
dibuang serta dicor ulang dengan mengikuti ketentuan dalam Spesifikasi ini
hingga memuaskan PPK dengan beban biaya Penyedia.

3.3 Penuangan Adukan Beton


Sebelum penuangan adukan beton ke dalam cetakan dilaksanakan, segala
kotoran, debu, paku, kawat, batu atau puing dan lain-lain harus dibuang dan
dibersihkan, selanjutnya permukaan cetakan dibasahi dengan air atau bahan
kimia lain dan dihindari adanya genangan air pada cetakan dan lokasi
pengecoran.
Adukan beton harus dituang sedekat mungkin dengan lokasi akhir beton itu
berada, guna mencegah perubahan posisi besi tulangan, cetakan, atau
komponen bangunan yang akan tertanam dalam adukan beton. Penuangan
adukan beton dilaksanakan lapis demi lapis mendatar dengan tebal lapisan
tidak melebihi 30 cm. Penuangan adukan beton harus dikerjakan menerus
diantara sambungan konstruksi yang telah disetujui.
Penuangan adukan beton dapat dikerjakan menggunakan talang-luncur atau
pompa dengan tinggi jatuh tidak lebih dari 0,5 (setengah) meter. Bila tinggi
jatuh melampaui 1 (satu) meter, maka penuangan adukan beton harus
menggunakan pipa. Pipa tersebut harus selalu penuh dengan adukan beton
selama pelaksanaan penuangan beton dan ujung pipa harus selalu terbenam
dalam adukan beton segar.
Bila diperlukan kemiringan yang tajam, talang luncur harus dilengkapi dengan
papan-papan pencegah segregasi atau talang luncur yang pendek-pendek
dengan arah yang berbalikan untuk mencegah segregasi.
Penuangan adukan beton menggunakan pompa dapat dilakukan dengan
persetujuan PPK, penempatan dan pengoperasian pompa harus diatur
sedemikian rupa agar getarannya tidak merusak adukan beton yang masih
segar dan baru dalam proses mengeras (setting). Bila adukan beton dituang
dan dialirkan menggunakan alat mekanik/pneumatis dengan tekanan tertentu,
alat tersebut harus sesuai dengan pelaksanaan pekerjaan dan dengan
kapasitas yang cukup. Pengoperasian pompa harus dilaksanakan sedemikian
sehingga aliran adukan beton berlangsung terus menerus tanpa adanya
rongga-rongga udara. Adukan beton tidak boleh dituang di genangan air atau
air mengalir, dan air yang berakumulasi selama pelaksanaan pekerjaan harus
dibuang keluar lokasi kerja.
Adukan beton tidak boleh dituang pada beton yang sudah dituang/dicor terlebih
dahulu lebih dari 30 menit kecuali bila dibuat siar pelaksanaan (construction
joint) pada bagian tersebut sesuai ketentuan dalam spesifikasi ini. Bila karena
suatu sebab penuangan beton terpaksa dihentikan, maka siar pelaksanaan
harus dibuat secara horizontal atau vertikal sesuai dengan keperluan,
dilengkapi dengan pengunci untuk menahan gaya geser, dan pasak untuk
memperkuat ikatan antar bagian konstruksi sesuai dengan perintah PPK.
Sebelum pekerjaan pembetonan dilanjutkan, permukaan beton harus dipotong
atau di-chipping untuk menghilangkan lapisan semen dan pasir halus (laitance)
dan memunculkan agregat beton, dan permukaan beton harus disiram air
sehingga jenuh. Bahan pengikat (bonding-agent) harus dituang sebelum
pengecoran adukan beton yang baru. Semua bahan yang akan dipakai dan
cara penggunaannya harus mendapat persetujuan PPK.
Bila PPK menilai bahwa kecil kemungkinan penuangan adukan beton dapat
dikerjakan dengan baik disebabkan oleh sempitnya jarak antara besi tulangan
dan banyaknya benda yang akan terpendam dalam beton, tipisnya segmen
beton dan lain-lain, Penyedia harus menambahkan superplasticizer ke dalam
adukan beton untuk menambah keenceran adukan beton dengan biayanya
sendiri. Sebelum penggunaan plasticizer Penyedia harus menyampaikan
kepada PPK rincian datanya termasuk spesifikasi, cara penggunaan,
kemudahan dalam penggunaannya, susunan kimia dan lain-lain untuk
mendapat persetujuan.
Kecuali bila diperintahkan lain oleh PPK, Penyedia dengan biayanya sendiri
harus menggunakan bahan tambah air entraining admixture (AE-admixture)
dalam pelaksanaan pekerjaan lining saluran untuk menambah kemudahan
dalam pengerjaan adukan beton dan menambah kedap air.
Penyedia harus menyampaikan kepada PPK rincian data AE-admixture
termasuk spesifikasi, cara penggunaan, kemudahan dalam penggunaannya,
susunan kimia dan lain-lain untuk mendapat persetujuan.

4 Penggetaran dan Pemadatan Beton


4.1 Bangunan Beton Bertulang
Beton untuk bangunan harus dipadatkan menggunakan vibrator mekanik atau
elektrik yang sebelum digunakan harus mendapat persetujuan PPK. Vibrator
yang dipakai harus berdiameter yang sesuai dengan jarak besi tulangan,
frekuensi tinggi dan harus dioperasikan oleh operator yang berpengalaman.
Pemadatan beton harus dikerjakan dengan hati-hati dan teliti dimulai dari
bagian sudut cetakan, di sekitar besi tulangan dan peralatan/benda yang
dipasang dalam beton sehingga beton benar-benar padat dan tidak ada
rongga-rongga atau sarang tawon. Pemadatan harus merata, tidak terjadi
kontak antara vibrator dengan cetakan dan besi tulangan serta harus dicegah
pemadatan yang berlebihan.
Alat penggetar/poker vibrator harus dimasukkan ke dalam adukan beton segar
dengan jarak yang teratur berkisar antara 10 (sepuluh) kali diameter tongkat
vibrator yang dipakai antara satu lubang dengan lubang berikutnya dengan
kedalaman sedemikian sehingga adukan beton segar yang sedang dipadatkan
menyatu dengan beton yang dicor sebelumnya. Vibrator dicabut pelan-pelan
segera sesudah tidak muncul lagi gelembung udara dipermukaan adukan
beton yang sedang dipadatkan atau tidak lebih dari 30 (tiga puluh) detik sejak
saat dimasukkan ke dalam adukan beton segar. Pencabutan vibrator harus
dilakukan secara vertikal dan dengan perlahan-lahan agar tidak terbentuk
rongga-rongga udara.
Penyedia wajib menyediakan vibrator cadangan selama penuangan beton,
atau pelaksanaan pekerjaan akan dihentikan oleh PPK, Direksi dan Konsultan
Pengawas. Penundaan pelaksanaan pekerjaan akibat hal tersebut adalah
tanggung jawab sepenuhnya Penyedia dalam menyelesaikan pekerjaan
seluruhnya.
4.2 Beton untuk Lining
Adukan beton untuk lining harus dipadatkan untuk mencapai kuat desak dan
kepadatan (density) tidak kurang 98% dari nilai yang dicapai pada uji coba
campuran beton dengan tipe yang sama. Beton harus bebas dari ”sarang
tawon”, perhatian khusus pada tepi luar lining harus dilakukan untuk menjamin
beton telah dipadatkan dengan baik.
Pemadatan beton untuk lining saluran dapat dilaksanakan dengan alat getar
cetakan (external vibrator) mekanik atau manual. Metoda pemadatan dan alat
yang dipergunakan harus diusulkan oleh Penyedia kepada PPK untuk
dipelajari dan disetujui sebelum digunakan.
Tidak diperbolehkan menggunakan alat getar intern (internal vibrator) untuk
pemadatan beton lining saluran.

5 Perawatan Beton (Curing)


5.1 Umum
Perawatan beton yang baru dituang harus dipahami sebagai bagian yang
integral dari seluruh proses penuangan beton. Beton segar harus dirawat
dalam keadaan selalu lembab/basah selama tidak kurang dari 7 (tujuh) terus-
menerus sejak beton tersebut dituang.
Perawatan beton harus menggunakan curing compound, kecuali bila
ditentukan/ diperintahkan lain oleh PPK.
Perawatan beton yang dikerjakan tidak sesuai dengan ketentuan, dianggap
sebagai pelanggaran/cacat yang dapat berakibat seluruh pelaksanaan
pekerjaan beton dihentikan oleh PPK sampai Penyedia memperbaikinya.
Cetakan beton yang dibuat dari kayu harus selalu dibasahi/disiram air selama
masa perawatan beton masih berlangsung. Sedang cetakan beton yang
terbuat dari bahan metal yang menghadap sinar matahari harus diberi
naungan, atau dicat putih atau dilindungi selama periode perawatan. Bila
cetakan beton dibongkar sebelum masa perawatan 7 (tujuh) hari, cara
perawatan lanjutan yang sudah disepakati harus dikerjakan oleh Penyedia
sampai selesainya masa perawatan beton selama 7 (tujuh) hari.
Penyedia harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan PPK tentang metoda
kerja perawatan beton, curing compound yang akan dipakai dan penyediaan
material tersebut dilapangan dalam jumlah yang cukup sebelum pekerjaan
penuangan beton dilaksanakan.

5.2 Perawatan Basah


Perawatan basah adalah cara perawatan beton dengan menggenangi atau
menyiramkan air ke seluruh permukaan beton. Untuk menjaga kelembaban
pada permukaan beton dapat dilakukan dengan menutupinya dengan karung
goni yang selalu dalam keadaan basah. Penutupan dengan karung goni basah
atau material lain harus dilakukan sesegera mungkin sesudah pekerjaan
finishing selesai dikerjakan dan tidak ada kemungkinan yang berakibat
rusaknya permukaan beton tersebut. Penutupan dengan karung basah harus
berlanjut sampai beton berumur 7 (tujuh) hari.
Pemakaian limbah/serbuk kayu tidak diijinkan karena dikhawatirkan dapat
berakibat merusak warna beton.
Metoda perawatan beton yang dapat berakibat kondisi beton berubah-ubah
basah dan kering, tidak dapat disetujui karena dianggap cara perawatan beton
yang tidak benar.

5.3 Curing compound


Bila disetujui PPK, dapat dipakai liquid membrane curing compound yang
memenuhi ketentuan AASHTO M 148, Type 2 atau yang identik, untuk
perawatan awal dan akhir beton struktur dan lining.
Bila karena suatu sebab selaput curing compound pada permukaan beton
rusak dalam masa perawatan beton, permukaan yang rusak tersebut harus
segera dipoles/disemprot ulang dengan curing compound yang baru.
Pemakaian curing compound pada permukaan beton harus dilakukan segera
setelah tidak lagi terlihat kilauan air pada permukaan beton tersebut atau
segera sesudah cetakan beton dibongkar.
Bila pemakaian curing compound harus ditunda, perawatan dengan
pembasahan harus dilakukan pada permukaan beton sampai perawatan
dengan curing compound dapat dilaksanakan.
Sebelum dipakai, curing compound harus terlebih dahulu diaduk merata
kemudian disemprotkan dengan halus ke permukaan beton menggunakan
peralatan semprot sebagai lapis pertama. Penyemprotan kedua kalinya
dilakukan dengan arah tegak lurus terhadap arah penyemprotan pertama.
Dosis untuk setiap penyemprotan harus tidak kurang dari 1 liter curing
compound untuk setiap 3,6 meter luas permukaan beton. Pemakaian curing
compound pada bagian sambungan harus dilakukan dengan hati-hati sehingga
ikatan antara beton dengan besi tulangan dan pemasangan joint sealer tidak
terganggu.

6 Finishing Permukaan Beton


Pekerjaan finishing pada permukaan beton harus dilakukan sesuai dengan
ketentuan dalam spesifikasi ini atau sesuai dengan ketentuan dalam gambar
atau perintah PPK.

6.1 Beton dengan Permukaan Pra-bentuk (Formed Surfaces)


Permukaan beton harus bagus, utuh dan bebas dari sarang tawon,
tonjolan/benjolan, serta cacat-cacat lainnya. Semua sudut permukaan beton
(exposed arises) harus bersudut tumpul atau bulat. Bila berdasarkan hasil
pemeriksaan segera sesudah pembongkaran cetakan perlu segera dilakukan
perbaikan terhadap permukaan beton maka segala upaya perbaikan
permukaan beton tersebut (finished surface concrete) harus dengan
persetujuan PPK.
Bila setelah pembongkaran cetakan dijumpai kesalahan dalam pengerjaan
beton atau cacat-cacat atau bila hasil uji laboratorium, uji kuat desak,
menunjukkan kualitas beton jelek maka atas perintah PPK, pekerjaan tersebut
harus dibongkar dan diganti oleh Penyedia atas biaya sendiri.

6.2 Unformed Surfaces


Pekerjaan beton untuk bangunan harus dilaksanakan sesuai dengan gambar,
mendatar, bulat atau ber-texture.
Pekerjaan finishing pada lining beton untuk saluran dikerjakan segera sesudah
beton cukup mengeras, dihaluskan dan diratakan dengan tangan guna
mendapatkan permukaan lining beton yang halus dan rata.

7 Uji Coba Pengerjaan Lining Beton

Penyedia wajib menyerahkan metoda kerja untuk uji coba pelaksanaan


pekerjaan lining beton saluran termasuk personel, peralatan dan material beton
kepada PPK untuk dikaji dan disetujui sebelum uji coba tersebut dilaksanakan.
Untuk maksud uji coba diatas, Penyedia harus menyiapkan 4 (empat) panel
lining beton untuk tebing saluran dan 2 (dua) panel lining beton untuk dasar
saluran dengan tujuan untuk memastikan bahwa ketentuan dalam spesifikasi
ini diikuti dengan baik oleh Penyedia dalam pelaksanaan pekerjaan lining beton
saluran yang sesungguhnya nanti di lapangan.

Uji kuat desak beton lining dilakukan dengan mengambil contoh benda uji dari
setiap panel tebing dan dasar saluran masing-masing 1 (satu) contoh benda uji
dengan diameter 100 mm (concrete coring) sesuai dengan ketentuan dalam
ASTM C-42, ditambah dengan uji kuat desak contoh benda uji berbentuk
silinder yang diambil pada saat pengecoran beton sesuai dengan ketentuan
dalam Sub-bagian C-9.1, Uji Laboratorium Selama Pelaksanaan.

Berdasarkan evaluasi hasil uji coba pengerjaan lining beton saluran, bila
ternyata tidak sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi ini, PPK akan
memerintahkan Penyedia melakukan modifikasi metoda kerja, peralatan yang
dipergunakan dan personel yang melaksanakan uji coba tersebut. Dengan
pengertian bahwa modifikasi dan perubahan yang diperintahkan PPK tersebut
tidak mengurangi tanggung jawab Penyedia dari segala kewajibannya dalam
kontrak.

Bila karena suatu sebab, material dan metoda kerja dirubah, Penyedia wajib
melakukan uji coba pengerjaan lining beton saluran lagi untuk memastikan
bahwa perubahan tersebut sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi ini.

8 Toleransi Pekerjaan Beton


Bila gambar dan Spesifikasi ini tidak menyebutkan tentang toleransi, maka
toleransi yang ditentukan dalam pasal ini dapat dipergunakan. Pekerjaan beton
yang melampaui toleransi yang diijinkan dalam Pasal ini, harus diperbaiki atau
dibongkar dan diganti dengan biaya ditanggung oleh Penyedia.
Penyedia bertanggung jawab terhadap penempatan/pemasangan serta
pengawasan/ penjagaan posisi cetakan beton, besi tulangan, dan
barang/peralatan yang akan terpasang dalam beton dalam batas-batas
toleransi yang ditetapkan. Toleransi yang diijinkan untuk pekerjaan beton,
kecuali ditentukan dalam gambar harus mengikuti ketentuan sebagai berikut:

Toleransi
Item
yang diijinkan
1. Sipon monolit, gorong-gorong, flume
(1) terhadap sumbu/jalur yang ditetapkan 5 cm
(2) terhadap kemiringan (tanjakan) yang 1 cm
ditetapkan
(3) perbedaan tebal beton yang terbesar
antara:
• minus 2,5 % atau 1 cm
• plus 5% atau 1 cm
(4) perbedaan dari dimensi bersih (dalam) 0,5 %
2. Bendung, pilar pintu, pangkal jembatan, pilar
jembatan, transisi untuk inlet dan outlet, saluran
pembuangan (waste way) dan bangunan
pelimpah, bangunan kontrol (check structure),
bangunan terjunan, bangunan bagi (division
structure), turn out dan bangunan sejenis:
(1) terhadap sumbu/jalur yang ditetapkan 5 cm
(2) terhadap kemiringan (tanjakan) yang 1 cm
ditetapkan
(3) perbedaan terhadap arah vertikal/tegak
lurus, atau perbedaan terhadap garis
permukaan kolom, pilar dinding dan tangga:
• exposed 1 cm setiap 3 m
• tertimbun/terbenam urugan 5 cm setiap 3 m

3. Bangunan lain
(1) Perbedaan dari arah datar atau dari
kemiringan terhadap ketentuan dalam
gambar untuk lantai, kolom, alur horizontal
dan susunan tangga.
• exposed 1 cm setiap 3 m
• tertimbun/terbenam urugan 5 cm setiap 3 m
(2) Perbedaan dimensi tampang melintang dari
kolom, pilar, lantai, dinding, balok dan bagian
sejenis dari bangunan pada 3.(1)
• minus 1 cm
• plus 2 cm
(3) Perbedaan tebal beton lantai jembatan
• minus 1 cm
• plus 2 cm
(4) Footing (fondasi)
(a) perbedaan dimensi (lebar, panjang)
• minus 1 cm
• plus 5 cm
(b) kesalahan penempatan atau eksentris, % 2%, tidak lebih dari
terhadap lebar footing kearah kesalahan 5 cm
(c) kekurangan tebal 5%
(5) Perbedaan ukuran dan lokasi bukaan lantai 5 cm
dan dinding
(6) Deviasi dari arah vertikal atau datar untuk sill 0,1%
dan dinding

4. Penempatan/Pemasangan Besi Tulangan


(1) Perbedaan tebal selimut beton 10%
(2) Perbedaan jarak besi tulangan dari 2 cm
ketentuan
5. Pemasangan/penempatan beton pracetak
(panjang=L)
(1) terhadap sumbu/jalur 1% L,tidak lebih
dari 5 cm
(2) terhadap kemiringan (tanjakan) 1% L, tidak lebih
dari 2 cm
(3) perbedaan terhadap arah vertikal untuk 1 cm setiap 3 m
beton pracetak yang dipasang tegak.

9 Uji Mutu Beton

Penyedia wajib melakukan uji mutu beton di laboratorium miliknya kecuali


ditentukan tersendiri dalam Spesifikasi ini. Uji mutu beton tersebut adalah uji
mutu semen dan agregat beton, uji kuat desak contoh benda uji berbentuk
silinder yang diambil selama pelaksanaan pengecoran beton, juga uji kuat
desak contoh benda uji yang diambil dari lining beton (concrete coring).
Bila tidak ditentukan lain, uji mutu material beton dan pekerjaan beton yang
telah selesai dikerjakan, dilakukan sesuai dengan ketentuan dan frekuensi
seperti yang diuraikan di bawah ini. Tetapi, Penyedia wajib melaksanakan uji
mutu di atas dengan frekuensi yang lebih tinggi/banyak, bila PPK berpendapat
bahwa material beton yang berada di lokasi kerja atau pekerjaan beton yang
telah selesai dikerjakan tidak memenuhi Spesifikasi ini.
9.1 Uji Mutu Beton Selama Pelaksanaan
Standar uji yang dipakai untuk uji mutu seperti disebut di bawah ini, atau yang
setara JIS, atau ketentuan dan frekuensi yang ditetapkan PPK.
Material dan Uji Mutu Standar *) Frekuensi
1. Semen
Sertifikat pabrik Setiap 50 ton semen
(1) Soundness ASTM C151
(2) Time of setting ASTM C191
(3) Compressive ASTM C109 sesuai yang ditentukan
strength PPK
(4) False set ASTM C451
(5) Firmness test ASTM C184
2. Agregat kasar (1) Setiap sebelum uji-
(1) Gradation ASTM C 136 coba campuran, dan
(2) Loss test (washing) ASTM C 128 (2) Setiap 500 m3
(3) Specific gravity ASTM C 131 material dari setiap quarry
(4) Loss by abrasion ASTM C 535 yang dikirim ke lokasi
(5) Soundness ASTM C 88 kerja, dan
(3) Setiap kali ganti
quarry.
3. Agregat halus
(1) Gradation ASTM C 136 (1) Setiap sebelum uji
(2) Loss test (washing) - coba campuran,dan
(3) Specific gravity ASTM C 128 (2) Setiap 500 m3
(4) Loss by abrasion ASTM C 131 material dari setiap quarry
ASTM C 535 yang dikirim ke lokasi
(5) Soundness ASTM C 88 kerja, dan
(6) Water absorption - (3) Setiap kali ganti
quarry
4. Beton
(1) Slump ASTM C143 (1) 2 (dua) kali/hari
untuk setiap tipe beton
yang dicor di lokasi kerja,
(2) Setiap
bagian/segmen pekerjaan
untuk pengecoran beton,
(3) Setiap
campuran/adukan beton
Material dan Uji Mutu Standar *) Frekuensi
(batching).
(2) - Kuat desak ASTM C39 Satu sample terdiri dari 6
(compresive strength) ASTM C192 (enam) benda uji silinder
untuk setiap tipe beton
yang dicor setiap hari atau
setiap bagian (segment)
- Kuat desak Dengan 100 Intruksi dari Engineer
untuk beton mm atau 150
keras mm core
(compresive ASTM C42
strength,
hardened
concrtete)
(3) Air content ASTM C231 Setiap uji coba campuran
(trial mix) dan setiap 3
(tiga) bulan untuk setiap
tipe beton.
(4) Density (canal 100 mm 1 (satu) coring setebal
lining) coring, ASTM lining per 100 m3 beton
C42 yang dicor
(5) Kuat desak (canal 100 mm coring 1 (satu) coring setebal
lining) ASTM C42 lining per 100 m3 beton
yang dicor.
(6) Toleransi Lihat Sub- Setiap bagian yang sudah
bagian C-8 selesai
*) Untuk nilai yang diijinkan (permissible value), lihat gambar dan spesifikasi.
Untuk setiap 100 (seratus) m3 beton yang dicor secara terus menerus setiap
hari harus diambil 3 (tiga) sample dan tidak kurang dari 1 (satu) random
sample. Benda uji harus berbentuk silinder dengan diameter 15 (lima belas) cm
dan tinggi 30 (tiga puluh) cm yang akan diuji kuat desak setelah dirawat selama
7 (tujuh) hari dan 28 (dua puluh delapan) hari. Hasil uji kuat desak harus
dianalisa secara statistik dengan 2 (dua) metoda sebagai berikut:
(1) Metoda Sampling
Metoda sampling diterapkan untuk bagian tertentu dari suatu blok/lot
pekerjaan, dan penetapan mutu beton secara keseluruhan untuk blok/lot
tersebut dilakukan berdasarkan data hasil uji laboratorium seluruh bagian
dari blok/lot tersebut.
Metoda ini diterapkan untuk pekerjaan bangunan skala besar, atau
pekerjaan dengan volume beton besar, atau atas perintah PPK.

(a) Hasil uji kuat desak harus tidak kurang dari 80% kuat desak yang
ditetapkan desain (ck) dengan probabilitas lebih dari 5%. Kuat
desak yang memenuhi syarat ini (m) diperoleh dengan rumus:
m ≥ 0,8 * ck + Ka*σ ............................... (a)

dimana, m : kuat desak rata-rata beton umur 28 hari dari


seluruh hasil uji per bagian blok/lot yang dilaksanakan
secara berurutan.
Ka : probabilitas distribusi normal
σ : standard deviasi.

(b) Hasil uji kuat desak harus tidak kurang dari ck dengan probalitas
25%.

m ≥ ck + Kb * σ .................................. (b)

dimana, ≥ Kb : probabilitas distribusi normal

(2) Metoda Pemeriksaan


Metoda pemeriksaan diterapkan untuk bangunan skala kecil, dan kualitas
beton harus ditetapkan berdasarkan nilai rata-rata kuat desak beton
dibandingkan dengan nilai yang diijinkan atau atas perintah PPK.
Standard deviasi diperoleh hasil uji laboratorium dan jika hasil yang
diperoleh memenuhi rumus (a) dan (b), kualitas beton dinilai memenuhi
spesifikasi dengan menggunakan rumus (c) dan (d) sebagai berikut:

  0,8ck + Ka. V ................(c )


  ck + Kb * V ......................(d )

dimana,  : kuat desak beton rata-rata


V : hasil uji yang menunjukkan distribusi impartial
Ka,Kb : koefisien untuk penilaian
Uji slump harus dilakukan sesaat sebelum penuangan beton dikerjakan dan
selanjutnya pada setiap saat pengambilan benda uji untuk kuat desak dan
saat-saat lain bila diperintahkan PPK.
Semua uji/tes di atas harus dikerjakan sesuai dengan ketentuan dalam standar
yang dijelaskan dalam spesifikasi ini.

9.2 Pemeriksaan Pekerjaan Selesai


Penyedia wajib melakukan pemeriksaan yang menyeluruh dan teliti bersama
PPK pada seluruh pekerjaan jaringan irigasi yang sudah selesai, dan bila air
sudah mengalir di bangunan jaringan irigasi untuk memastikan ada/tidak ada
kebocoran atau kerusakan yang bersifat fatal.
Penyedia harus memastikan penyebab kebocoran serta kerusakan dan
mengerjakan perbaikan yang diperlukan sebelum dapat diterima dengan baik
oleh PPK.

10 Pengukuran dan Pembayaran Pekerjaan Beton


Pengukuran prestasi pekerjaan beton untuk semua tipe beton harus dilakukan
dalam meter kubik (m3) beton yang dituangkan untuk bangunan sesuai dengan
dimensinya yang ditunjukkan dalam gambar kerja. Tidak ada pengurangan
volume beton yang ditempati besi beton, besi profil atau benda/peralatan
lainnya yang terpendam dalam beton.
Pembayaran untuk semua tipe beton dilakukan berdasarkan harga satuan
yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Harga satuan tersebut
harus sudah diperhitungkan termasuk biaya untuk pekerja, material, alat
peralatan, penuangan beton, pemadatan, dan perawatan termasuk bahannya,
bahan tambahan baik bersifat kimia (admixture) maupun mineral (additive),
pekerjaan penyelesaian/finishing dan semua pekerjaan non-permanen untuk
akses dan pendukung, tanggul pelindung dan pengaman, saluran pengelak,
relokasi dan pengamanan serta pengeringan kecuali pekerjaan non-permanen
(general-items), uji laboratorium yang diharuskan dalam spesifikasi dan
pekerjaan perbaikan lainnya.
Perhitungan pembayaran harus dilengkapi dengan data pendukung (backup
data), foto dokumentasi yang telah disahkan oleh PPK.

11 Bekisting Dinding Beton


11.1 Umum
Penyedia bertanggung jawab sepenuhnya untuk desain dan pelaksanaan
pekerjaan bekisting beton termasuk perancah (false work/scaffolding), dan
wajib menyerahkan desain dan metoda kerja kepada PPK guna mendapat
persetujuan paling lambat 1 (satu) minggu sebelum pekerjaan bekisting beton
tersebut dilaksanakan termasuk gambar kerja, dan perhitungan teknis, rincian
dari material dan produk pabrik yang akan dipakai untuk pelaksanaan
pekerjaan cetakan.
Pekerjaan bekisting beton dapat dibuat dari kayu atau besi dengan desainnya
harus menjamin bahwa konstruksi cetakan dan perancah dengan penguat,
penyekat, penopang dan pendukung cukup kuat sehingga tidak terjadi
deformasi yang besar karena menahan adukan beton yang masih plastis atau
karena metoda kerja penuangan dan pemadatan beton atau karena timbulnya
beban tambahan yang semula tidak diperhitungkan.
Penyedia wajib menyerahkan desain dan metoda kerja untuk pembuatan
bekisting beton kepada PPK guna mendapat persetujuan sebelum
dilaksanakan. Desain bekisting dan perancah harus memuat rincian dasar
perhitungan, beban dan tegangan yang ditanggung konstruksi, asumsi, sifat
dan karakteristik material yang dipakai, rincian konstruksi yang diusulkan
termasuk ukuran balok, papan penyekat, penopang, penguat dan perancah.
Metoda kerja penuangan beton, pemadatan, perawatan dan lain-lain harus
sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi Teknis ini.
Penyedia tidak diperkenankan melakukan pengadaan material sebelum
memperoleh persetujuan PPK. Cetakan harus dibuat dengan cukup teliti
sehingga memperlihatkan bentuk beton seperti yang diuraikan dalam metoda
kerja di atas. Penyedia juga harus memperhatikan perlunya penyesuaian
terhadap terjadinya penyusutan, pemampatan/ penurunan (settlement) atau
lendutan/defleksi yang mungkin terjadi selama pelaksanaan sehingga beton
yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan dimensi dan toleransi yang
disyaratkan.
Cetakan harus dilapisi dengan plywood yang baru atau metal dengan
persetujuan PPK, sehingga akan diperoleh permukaan beton yang halus
dengan texture, warna dan penampilan yang seragam. Metal pelapis cetakan
tidak boleh berkarat yang dikhawatirkan akan menempel pada permukaan
beton dan dengan sambungan yang baik sehingga tidak meninggalkan bekas
atau cacat pada permukaan beton.
Berdasarkan pengukuran dan pembayarannya, cetakan beton dibedakan dalam
2 (dua) tipe cetakan tergantung dari tinggi dari dinding bangunan atau tinggi
dari dasar atau permukaan tanah seperti yang ditunjukkan dalam gambar
atau sesuai dengan perintah PPK :
Dalam hal tinggi cetakan dalam satu bagian/segmen pekerjaan bervariasi,
maka tinggi rata-rata yang dihitung dari gambar kerja dapat dipakai sebagai
dasar untuk menetapkan tipe cetakan

Dalam hal tinggi cetakan dalam satu bagian/segmen pekerjaan bervariasi,


maka tinggi rata-rata yang dihitung dari gambar kerja dapat dipakai sebagai
dasar untuk menetapkan tipe cetakan.

Semua sudut beton exposed harus ditutup dengan pengisi/listel berbentuk


segitiga dengan ukuran tidak kurang dari 1 cm x 1 cm x 1 cm untuk mencegah
mortar mengalir keluar dan mempersiapkan permukaan yang halus dan lurus
atau dengan cara lain sesuai perintah PPK. Pengisi segitiga/listel dibuat dari
kayu kualitas baik, lurus dan dengan permukaan yang dihaluskan.

Lubang-lubang yang disediakan pada cetakan untuk tujuan pemeriksaan


kondisi di dalam cetakan dan untuk membuang air yang dipakai untuk mencuci
cetakan, harus dapat dengan mudah ditutup sebelum pekerjaan penuangan
beton dikerjakan.

Seringkali untuk memperkuat cetakan dilakukan dengan memasang baut atau


penguat/pengunci (clamp) dalam jumlah yang cukup kuat untuk mencegah
cetakan mengembang. Baut dan clamp yang dipakai harus dari jenis dan tipe
yang dapat dipotong di bawah permukaan beton 2 cm atau lebih sehingga tidak
ada metal sedalam 3 cm dari permukaan beton.

Seluruh permukaan cetakan yang bersinggungan/kontak dengan beton harus


dilapisi dengan bahan kimia (non-staining releasing agent) agar cetakan dapat
dilepas dengan bersih dan mudah. Pemolesan permukaan cetakan dengan
bahan kimia dikerjakan sebelum besi tulangan dipasang, dan harus dijaga agar
non-staining releasing agent tidak mengotori besi tulangan. Sebelum
penuangan beton dilaksanakan, cetakan harus dibersihkan dan dibasahi
dengan baik.

Penuangan beton tidak diijinkan untuk dilaksanakan sebelum seluruh besi


tulangan, waterstop, joint element, anchor, embedded item dan lain-lain sudah
dipasang Penyedia dengan baik sesuai gambar kerja dan diperiksa serta
disetujui PPK.

11.2 Pembongkaran bekisting


Pembongkaran di lakukan dengan hati – hati agar tidak ada kerusakan
cetakan. Cetakan yang dipasang vertikal untuk bangunan, tidak boleh
dibongkar lebih cepat dari 3 (tiga) hari atau 72 (tujuh puluh dua) jam sesudah
beton dituangkan. Cetakan dengan perancah/penopang/penguat sementara
untuk balok dan lantai beton harus dijaga tetap berada pada tempatnya selama
paling sedikit 10 (sepuluh) hari atau sampai beton telah mencapai kuat desak
paling sedikit 85% dari kuat desak menurut desain.
Cetakan untuk lining beton saluran dapat dibongkar 24 (dua puluh empat) jam
sesudah adukan beton dituang. Pembongkaran harus se izin konsultan dan
direksi.

11.3 Pengukuran dan Pembayaran Bekisting Beton


Pengukuran dilakukan berdasarkan luas (m 2) cetakan, yang diukur adalah luas
bersih permukaan cetakan tempat beton berada berdasarkan gambar termasuk
permukaan beton pada konstruksi sambungan, dan ujung penutup.
Pembayaran pekerjaan bekisting beton dilaksanakan berdasarkan harga
satuan dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Harga satuan tersebut harus
termasuk harga/biaya untuk pekerja, peralatan, material dan semua pekerjaan
yang berkaitan termasuk pekerjaan pemasangan dan pembongkaran bekisting,
penopang, perancah dan lain-lain.
bekisting beton untuk beton lantai kerja, beton pracetak dan sebagainya, tidak
dibayar dan dianggap sudah termasuk dalam harga satuan pekerjaan beton
bersangkutan.

12 Besi Tulangan
12.1 Umum
Besi tulangan untuk pekerjaan konstruksi beton dapat berupa besi polos atau
besi ulir yang memenuhi ketentuan standar JIS atau ASTM A615, Grade 60
atau SII 0376-84, dengan karakteristik sebagai berikut:

Property Besi Ulir Besi Polos


Tensile strength (kg/mm2) 45-57 45-57
Yield point (kg/mm2) 30 atau lebih 30 atau lebih
Elongation (%) 16 atau lebih 18 atau lebih
Penyedia harus mendapat persetujuan PPK untuk pengadaan besi tulangan
yang akan dipergunakan dan menyerahkan sertifikat produksi pabrik setiap
pengirimannya ke lokasi pekerjaan kepada Direksi dan Quantity Engineer
Konsultan Pengawas. Penyedia dengan biaya sendiri harus melakukan uji
material (kuat tarik dan leleh baja tulangan) sebelum disetujui PPK dan Direksi.
Tampang melintang besi tulangan yang dikirim ke lokasi kerja harus sama
pada seluruh panjangnya dengan yang disetujui PPK. Dua besi tulangan
dengan diameter yang sama yang diambil secara random dari besi tulangan
yang dikirim ke lokasi kerja harus tidak boleh berbeda lebih dari 2% (dua
persen) dari diameter yang disyaratkan. Besi tulangan harus bersih dari karat,
oli, kotoran dan tidak cacat.

12.2 Gambar Pembesian


Penyedia wajib menyerahkan gambar pembesian berikut dengan daftar besi
dan pembengkokannya kepada PPK dan Direksi untuk mendapat persetujuan
sebelum pemasangannya di lokasi pekerjaan.

12.3 Pemasangan Besi Tulangan


Besi tulangan harus dipotong, ditekuk dan dibentuk sesuai dengan
ukuran/dimensi yang ditunjukkan pada gambar pembesian yang telah
disepakati. Besi tulangan harus dipasang pada lokasi dan posisi yang tepat
sesuai dengan gambar dan diikat kuat pada cetakan beton.
Besi tulangan harus menyatu dengan kuat antara satu dengan yang lain
sebagai suatu rangkaian/anyaman yang kokoh yang tidak mudah berubah
bentuk dan diikat dengan kuat pada cetakan dengan posisi yang tepat dan
tidak mudah bergeser selama proses penuangan dan pemadatan beton.
Semua ujung-ujung kawat pengikat harus ditekuk ke arah dalam adukan beton,
tidak diijinkan mencuat keluar permukaan beton.
Batu tahu untuk membentuk selimut beton, dibuat dari beton pra-cetak dengan
kuat desak tidak kurang dari tipe beton yang akan dituang, dengan tebal sesuai
dengan desain tebal selimut beton diikat kuat pada cetakan dengan kawat dan
disiram air sesaat sebelum beton dituang.
Sebelum penuangan beton dilaksanakan, seluruh besi tulangan dipastikan
terikat kawat bendrat dan harus dibersihkan dari material lepas, debu, lumpur,
kerak, oli atau sisa beton hasil pengecoran sebelumnya yang
menempel/mengeras dan bahan lainnya yang dapat melemahkan ikatan
dengan beton.
Penyedia wajib memberikan waktu tidak kurang dari 24 jam sebelum
pelaksanaan penuangan beton, kepada PPK untuk melakukan pemeriksaan
kesiapan pelaksanaan secara menyeluruh dan memberi persetujuan bila
semuanya sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi.

12.4 Penyambungan Besi Tulangan


Semua besi tulangan harus dipasang dengan susunan dan panjang seperti
pada gambar kecuali bila ditentukan dan disetujui berbeda oleh PPK.
Kecuali yang sudah ditetapkan dalam gambar penyambungan besi tulangan
lainnya tidak diperkenankan tanpa persetujuan PPK dan Direksi.
Penyambungan harus dilakukan dengan overlap sesuai peraturan
penyambungan.
Panjang overlap antara 2 (dua) besi tulangan yang disambung harus sesuai
dengan gambar. Bila tidak ditunjukkan dalam gambar, panjang overlap harus
tidak kurang dari 30 (tiga puluh) diameter besi tulangan. Untuk penyambungan
dengan cara overlap, besi tulangan harus dipasang dan diikat dengan kawat
sedemikian sehingga tebal selimut beton tetap memenuhi ketentuan.

12.5 Selimut Beton


Semua besi tulangan harus dipasang dengan tebal selimut beton sesuai
dengan ketentuan dalam gambar, atau atas perintah PPK dan Direksi.

12.6 Pengukuran Pembayaran Besi Tulangan


Kecuali untuk beton pracetak, besi tulangan diukur dalam satuan berat ton
untuk setiap jenis/tipe besi tulangan bulat-polos atau bulat-ulir, berdasarkan
berat yang dihitung untuk besi tulangan dengan ukuran diameter dan panjang
yang ditunjukkan dalam daftar dan gambar pembesian/penulangan yang
disetujui PPK.
Untuk menghitung berat besi tulangan setiap tipe besi sebagai dasar
pembayaran, ketentuan berat dalam SNI 07-2052-1990 yang setara dengan
JIS G3112 harus diikuti sebagai berikut :

Besi Bulat – Ulir (D)


Diameter Ø10 Ø 12 Ø 16 Ø 19 Ø 22 Ø 25 Ø 29 Ø 32
(mm)
Berat (kg/m) 0,617 0,89 1,58 2,23 2,98 3,85 5,19 6,31

Besi Bulat – Polos ()


Diameter 8 10 12 16 19 22 25 28 32
(mm)
Berat 0,395 0,617 0,888 1,58 2,23 2,98 3,85 4,83 6,31
(kg/m)

Bila diameter besi tulangan dalam gambar tidak ada dalam daftar di atas, PPK
akan menetapkan berat besi tulangan yang dipasang di lokasi pekerjaan
berdasarkan ketentuan dalam standar SNI atau JIS.
Besi tulangan yang diperlukan untuk pemasangan, penyetelan, penjepit,
pengikat dan keperluan lainnya untuk penempatan besi tulangan pada cetakan,
tidak diperhitungkan dalam pembayaran. Besi tulangan untuk overlap
sambungan yang dinyatakan dalam gambar atau yang diperintahkan oleh
Engineer akan diperhitungkan dalam pembayaran.
Pembayaran untuk pekerjaan besi tulangan dilakukan berdasarkan harga
satuan yang ditawarkan/dicantumkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk
masing-masing tipe besi bulat-ulir dan besi bulat-polos. Harga satuan tersebut
sudah termasuk biaya dan ongkos untuk pekerja, peralatan, material, alat
penyediaan, pemasangan dan penyetelan besi tulangan dan semua pekerjaan
pendukung yang disebut dalam Spesifikasi ini.
Perhitungan pembayaran harus dilengkapi dengan data pendukung (backup
data) yang telah disahkan oleh PPK.

13. PEKERJAAN WATERSTOP


- Waterstop yang dipergunakan harus terbuat dari bahan polyvinychlorida
dalam bentuk ukuran tertentu pada lokasi seperti yang diberikan pada
gambar atau petunjuk Direksi Pekerjaan.
- Waterstop harus diproduksi dengan proses pencampuran dari suatu
campuran plastik elastis dan bahan dasar polyvinychlorida (PVC) 100%
didapat, homogen dan tidak berlubang-lubang atau cacat lainnya.
- Penyedia Jasa Konstruksi harus menyediakan dan memasang penahanan
air pada semua tempat sambungan gerak pada bagian yang memerlukan
atau tercantum seperti di dalam gambar. Sambungan tersebut harus kedap
air. Apabila tidak diminta lain, penahanan air (Waterstop) dibuat dari karet
seperti tercantum dalam gambar dan dijelaskan dalam “Daftar Banyaknya
Pekerjaan”.
- Penahanan air di atas harus didapatkan dari pabrik yang disetujui Direksi
Pekerjaan dan harus disimpan dan dipasang sesuai petunjuk dari pabrik.
Penahanan air harus dipasang sampai kepanjangan yang memungkinkan
dan lengkap dengan bagian yang membentuk sudut dan persilangan, dan
harus dibuat seperti yang tercantum di dalam gambar. Usul dari Penyedia
Jasa Konstruksi untuk menyambung penahan air di lapangan harus disetujui
Direksi Pekerjaan lebih dahulu, dan semua sambungan harus rapat.
- Pada bagian ujungnya karet penahan air harus mempunyai potongan
lingkaran. Karet penahan air harus selalu dijaga pada kedudukan seperti
tercantum pada gambar dan harus dilindungi dari kerusakan akibat kena
panas selama pemasangannya. Papan acuan pada kedua ujungnya harus
dibentuk sedemikian hingga menggambarkan potongan dari penahan airnya.
Pada pengecoran betonnya harus dirapatkan dengan hati-hati dan seksama
sehingga tidak ada lubang-lubang yang terjadi
- Penyedia Jasa Konstruksi harus menyediakan hasil pengujian dari pabrik
untuk setiap penahan air yang dikirim ke lapangan dan apabila diminta oleh
beserta Direksi Pekerjaan harus mengadakan percobaan uji terhadap
penahan air tersebut untuk mendapatkan keyakinan akan mutu barang
tersebut.
- Karet untuk penahan air apabila bahannya dicoba menurut percobaan yang
dinyatakan pada SNI atau spesifikasi lain yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan harus memenuhi persyaratan-persyaratan di bawah ini.
• Kuat tarik minimum 2 kg/mm2;
• Pertambahan panjang sebelum putus minimum 500%;
• Kekerasan 60-65 ;
• Lebar minimum 150 mm;
• Kepadatan max. pada metode Deflection 20% defleksi asli secara tetap
• Penyerapan air max. setelah 2 hari pada 20C 5% Sesudah percepatan
pemuaian (selama 48 jam pada 70C dalam zat asam dalam tekanan
0.20 kg/mm2 )
a. Kuat tarik minimum 80% dari nilai asli
b. Pertambahan panjang sebelum putus 80% dari nilai asli

III. PEKERJAAN BANGUNAN AIR


1. Pemasangan Mista Ukur
Mistar Ukur harus dipasang pada bangunan air bagi sadap dan bangunan
pengambilan seperti yang ditentukan dalam gambar kerja atau sesuai perintah
PPK.
Papan/ pelat ukur harus terbuat dari pelat aluminium seperti yang ditentukan
dalam gambar kerja atau perintah PPK, dengan tebal pelat aluminium min 2
(dua) mm, dan panjang per unit pelat ukur 1 (satu) m yang diukur vertikal.
Skala harus diperlihatkan dengan garis-garis yang jelas dan pelat ukur harus
dipasang dengan kuat sesuai ketentuan dalam gambar kerja atau perintah
PPK.
Pada papan/ pelat ukur yang dipasang menempel pada dinding yang miring,
maka garis-garis skala ukur harus disesuaikan sedemikian sehingga yang akan
terbaca dari skala tersebut adalah kedalaman air yang terukur vertikal.
Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan penyediaan dan pemasangan
papan/ mistar ukur harus dilakukan dengan satuan panjang, meter (m),
panjang mistar ukur yang dipasang sesuai dengan gambar kerja atau perintah
PPK.
Pembayaran untuk pekerjaan papan/ mistar ukur dilakukan berdasarkan harga
satuan pekerjaan tersebut yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga,
yang sudah termasuk semua biaya untuk penyediaan, pemasangan pelat ukur
sesuai dengan uraian di atas.
IV. PEKERJAAN KELENGKAPAN FASILITAS OPERASI DAN PEMELIHARAAN

1. Patok KM dan HM
Patok-patok kilometer (km) dan hektometer (hm) harus disediakan dan
dipasang sesuai gambar. Patok kilometer (km) harus dibuat dari beton pra-
cetak dengan ukuran 20 cm x 20 cm dan panjang 1,2 m sedang patok
hektometer dari beton pra-cetak ukuran 15 cm x 15 cm dan panjang 1,0 m.
Patok-patok km dan hm harus dipasang di tanah sesuai perintah PPK. Semua
angka harus tercetak dengan jelas ke dalam beton pra-cetak dan dicat dengan
merata dan baik.
Papan operasi harus dibuat dan dipasang sesuai dengan ketentuan dalam
gambar kerja. Pengukuran untuk pembayaran patok-patok km dan hm dan
papan operasi harus dilakukan dengan satuan jumlah dari masing-masing item
yang dipasang. Pembayaran untuk penyediaan dan pemasangan patok km dan
hm dan papan operasi, dilakukan berdasarkan harga satuan yang tercantum
dalam Daftar Kuantitas dan Harga, yang diperhitungkan sudah termasuk
semua biaya untuk penyediaan/ pembuatan, pengangkutan, pemasangan dan
pengecatan termasuk pekerjaan lain yang diperlukan untuk pelaksanaan dan
penyelesaian pekerjaan tersebut.

2. Nomenklatur
Penyedia wajib menyediakan dan memasang Papan Nama Bangunan dan
Papan peringatan di setiap lokasi bangunan dengan ukuran sesuai dengan
ketentuan dalam gambar kerja dilengkapi dengan nama nomer referensi dan
lokasi setiap bangunan.
Kecuali kalau tidak ditentukan dalam gambar atau perintah PPK, papan nama
Papan Nama Bangunan dan Nomenklatur harus terbuat dari mortar semen
atau batu marmer minimal tebal 3 cm yang dipasang pada bangunan irigasi
sesuai dengan ketentuan dalam gambar kerja atau perintah PPK dan harus
selalu dipasang di lokasi yang berhadapan dengan jalan inspeksi, untuk papan
peringat dibuat dengan besi dan atau plat baja dengan tinggi min 1,5 (satu
setengah) meter dan lebar 1 (satu) meter.
Papan Nama Bangunan dan Papan peringatan harus dicat dengan dengan
ketentuan yang tertera pada gambar.

PEKERJAAN AKHIR
➢ Penyelesaian (Finishing)
Semua pekerjaan yang belum sempurna atau masih terdapat kekurangan
harus disempurnakan serapi mungkin dan dinyatakan selesai apabila telah
disetujui pengawas lapangan/direksi. Lokasi di sekitar tempat kerja harus
bersih dari sisa bahan bangunan yang tidak digunakan.
➢ Pengukuran/Gambar Purna Bangun (ABD).
Setelah seluruh pekerjaan selesai (disetujui direksi lapangan), dilakukan
pengukuran kembali bersama direksi untuk mengetahui pekerjaan yang telah
dilaksanakan. Gambar As Build Drawing harus disahkan oleh pengawas
lapangan dan atau direksi serta pejabat pembuat komitmen dan gambar
dalam ukuran kertas A3 dengan skala tertentu, dibuat rangkap 5 (lima)
eksemplar serta soft copy As Build Drawing diserahkan ke Direksi dalam
format dwg dan Pdf yang telah di legalitas oleh semua pihak.
➢ Dokumentasi
Dokumentasi berisi foto detail pelaksanaan per item pekerjaan yang meliputi
kegiatan pra pelaksanaan, pelaksanaan dan pasca pelaksanaan (0%, 50%
dan 100%) atau sesuai petunjuk direksi. Dokumentasi diserahkan dalam
bentuk soft copy dan print out sebanyak 5 (lima) eksemplar kepada direksi.

WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN


Waktu pelaksanaan pekerjaan Pembangunan Jaringan Irigasi DI. Batang Asai
Paket III (Tahap III) Kabupaten Sarolangun adalah 180 (seratus delapan puluh)
hari kalender.

PENUTUP
Spesifikasi teknis ini dipergunakan sesuai dengan jenis pekerjaan yang
tercantum dalam daftar kuantitas dan harga.

Jambi, 13 Desember 2023


SNVT Pelaksana Jaringan Pemanfaatan Air
Sumatera VI Provinsi Jambi

FITRI YADI, S.T., M.T.


NIP. 19770919 200911 1 002

Anda mungkin juga menyukai