Anda di halaman 1dari 21

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

JASA KONSTRUKSI
PEKERJAAN RENOVASI WISMA KENANGA
LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP)
KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN
A. Umum
1. Pekerjaan Renovasi Wisma Kenanga pada LPMP Kalimantan Selatan di Banjarbaru
merupakan pekerjaan terhadap prasarana kantor yang berada di lingkungan kantor LPMP
Kalimantan Selatan.
2. Setiap konstruksi fisik harus diwujudkan dengan sebaik-baiknya sehingga mampu memenuhi
fungsi secara optimal.
3. Setiap konstruksi fisik harus direncanakan dan dirancang dengan sebaik - baiknya, sehingga
dapat memenuhi kriteria teknis yang layak dari segi mutu, biaya, dan kriteria administrasi
bagi konstruksi fisik .
4. Pemberi jasa konstruksi untuk konstruksi fisik perlu diarahkan secara baik dan menyeluruh,
sehingga mampu menghasilkan karya teknis yang memadai dan layak diterima menurut
kaidah, norma serta tata laku profesional.
5. Kerangka Acuan Kerja (KAK) untuk pekerjaan konstruksi perlu disiapkan secara matang
sehingga mampu mendorong perwujudan karya konstruksi/bangunan gedung yang sesuai
dengan kepentingan.

B. Latar Belakang

1. Pekerjaan Renovasi Wisma Kenanga merupakan pekerjaan yang terintegrasi dari unit – unit
bangunan kantor lainnya yang berada di lingkungan kantor LPMP Kalimantan Selatan.
2. Renovasi Wisma Kenanga di Kantor LPMP Kalimantan Selatan yang akan dilaksanakan
secara integratif dengan kegiatan teknis di lingkungan kantor LPMP Kalimantan Selatan,
tentunya sangat membutuhkan perencanaan dan kajian yang memadai mengenai antara lain
:
Tata letak konstruksi dan unit lainnya
Kecepatan pelaksanaan pekerjaan karena sifatnya yang terkait dengan pekerjaan
lainnya yang segera harus dilaksanakan
Efektifitas kegiatan secara keseluruhan menyangkut alokasi pendanaan, personel,
waktu dll.

C. Maksud dan Tujuan


1. Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini merupakan petunjuk bagi Pelaksana Konstruksi yang
memuat masukan, azas, kriteria, keluaran dan proses yang harus dipenuhi dan diperhatikan
serta diinterpretasikan ke dalam pelaksanaan tugas pembangunan.
2. Dengan penugasan ini diharapkan pelaksana konstruksi dapat melaksanakan tanggung
jawabnya dengan baik untuk menghasilkan keluaran yang memadai sesuai KAK ini.
3. Maksud pekerjaan Renovasi Wisma Kenanga di LPMP Kalimantan Selatan adalah kajian
teknis dari aspek (1). desain dan penataan Tata Ruang, (2) material dan pembiayaan.
4. Tujuan pekerjaan ini adalah tersedianya Bangunan Wisma Kenanga di LPMP Kalimantan
Selatan yang dapat bersinergi dengan unit bangunan lainnya.

D. Sasaran
Tersedianya jasa konstruksi dalam proses pekerjaan yang dapat dipertanggung jawabkan dengan
biaya yang wajar yang dapat melaksanakan untuk pekerjaan Renovasi Wisma Kenanga di
LPMP Kalimantan Selatan

E. Nama Lembaga & Kegiatan


Organisasi : LPMP Kalimantan Selatan.
Kegiatan : Peningkatan Layanan Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Untuk
Seluruh Jenjang Pendidikan
Pekerjaan : Renovasi Wisma Kenanga
Lokasi : Banjarbaru Kalimantan Selatan

F. Dasar Hukum.

Dalam Pelaksanaan Pekerjaan, bila tidak ditentukan dalam Spesifikasi Teknis, maka akan
berlaku dan mengikat peraturan-peraturan dibawah ini, termasuk segala perubahan dan
tambahannya, yaitu :
1. Perpres 16 tahun 2018 tanggal 22 Maret 2018.
2. Kepmen PU Nomor 22/PRT/M/2018 tanggal 15 Oktober 2018
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 07/PRT/M/2019 tanggal 20 Maret 2019.
4. Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan No. 188.44/0570/KUM/2018, tentang
penetapan upah minimum Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2019.
5. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Bangunan di Indonesia (AV.41) tahun 1941
6. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia, untuk Abitrasi Teknik dari Dewan Teknik
Pembangunan Indonesia (DTPI)
7. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) tahun 1971 dan SK-SNI T-15-1991-03
8. Peraturan Umum Listrik Indonesia (PUMI) tahun 1977
9. Peraturan Umum Instalasi Listrik 1987 Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja
Departemen Tenaga Kerja
10. Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Jawatan/Instansi Pemerintah setempat, yang
berkaitan dengan pelaksanaan bangunan

II. Sumber Pendanaan

A. Biaya Pelaksanaan
Sumber dana yang diperlukan untuk membiayai pekerjaan renovasi wisma kenanga adalah Rp
2.746.674.000,00 (Dua Milyar Tujuh Ratus Empat Puluh Enam Juta Enam Ratus Tujuh Puluh
Empat Ribu Rupiah).
1. Biaya pekerjaan kontraktor pelaksanaan dan tata cara pembayaran diatur secara
kontraktual, setelah melalui tahapan proses pengadaan jasa konstruksi sesuai dengan
besar RAB dan spesifikasi teknis.
2. Pembayaran biaya konstruksi pelaksanaan adalah berdasarkan pada prestasi kemajuan
pekerjaan di lapangan.
B. Sumber Dana dari keseluruhan pekerjaan pelaksanaan pemeliharaan bangunan utama
Renovasi Wisma Kenanga dibebankan pada DIPA LPMP Kalimantan Selatan Tahun Anggaran
2019 Nomor : 023.03.2.417798/2019 tanggal 05 Desember 2018.
III. KEGIATAN PEMBANGUNAN
Lingkup tugas yang harus dilaksanakan oleh Pelaksana Konstruksi dapat diuraiakan sebagai
berikut :
A. Dalam pelaksanaan Renovasi Wisma Kenanga di LPMP Kalimantan Selatan sudah termasuk
pemeliharaan konstruksi.
B. Pelaksanaan konstruksi dilakukan berdasarkan dokumen pelelangan yang telah disusun
oleh perencana konstruksi (gambar teknis dan spesifikasi teknis), dengan segala tambahan dan
perubahannya pada saat penjelasan pekerjaan/aanwijzing pelelangan, serta ketentuan teknis
(pedoman dan standar teknis yang dipersyaratkan).
C. Pelaksanaan konstruksi dilakukan sesuai dengan kualitas masukan (bahan, tenaga, dan alat),
kualitas proses (tata cara pelaksanaan pekerjaan), dan kualitas hasil pekerjaan, seperti yang
tercantum dalam SPESIFIKASI TEKNIS.
D. Pelaksanaan konstruksi akan mendapatkan pengawasan dari penyedia jasa pengawasan
konstruksi.
E. Pelaksanaan konstruksi harus menyediakan Tenaga Terampil dan Peralatan, antara lain :

No. Nama Pendidikan Minimum Pengalaman Jumlah Keterampilan


Minimum (Orang)
(Tahun)
1. Tenaga Pelaksana D III T. Sipil / Arsitektur 3 1 SKT Bangunan
Gedung
2. Mandor SMK/STM Jurusan 3 1 SKT Bangunan
Bangunan Gedung
3. Pelaksana SMK/STM Jurusan 3 1 SKT Bidang
Pekerjaan Listrik Bangunan Listrik
4. Tenaga Petugas K3 S1 Teknik Sipil 3 1 SKT K3
5. Tenaga Administrasi SMK/SMU 3 1 ---

F. Daftar Pekerjaan Utama

No. Uraian Pekerjaan


1. PEKERJAAN TANAH DAN URUGAN
2. PEKERJAAN PONDASI
3. PEKERJAAN STRUKTUR BETON
4. PEKERJAAN PAS. DINDING DAN PLESTERAN
5. PEKERJAAN KUDA - KUDA PENUTUP ATAP & PLAPON
6. PEKERJAAN KOSEN,,PINTU DAN JENDELA /ALAT PENGGANTUNG
7. INSTALASI LISTRIK
8. PEKERJAAN SANITAIR
9. PEKERJAAN CAT - CATAN

G. Daftar Pekerjaan Penunjang (Sementara)

No. Uraian Pekerjaan


1. Akses jalan sementara
2. Papan nama kegiatan

H. Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

No. Jenis Pekerjaan Identifiksi Bahaya


1. Pekerjaan Rangka Truss Baja Ringan , Penutup Jatuh dari ketinggian
Atap Genteng metal Dan Seng Warna,
ListPlank Atap Serta Pemuung
2. Pekerjaan Instalasi listrik Terjadi setrum.
3. Dan seterusnya…. ………………..

I. Peralatan Lapangan

No. Jenis Peralatan Jumlah Alat


1. Kendaraan roda 4 untuk mengangkut material 1 Bh
mobil pick up
2. Pengaduk semen (Molen) 2 Bh
3. Pembangkit listrik/Genset 1 Bh
4. Alat ukur Water Pass + meteran panjang 50m 1 Bh
3. Stamper (Alat pemadat tanah) 1 Bh

J Pelaksanaan konstruksi harus sesuai dengan ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
(terlampir dalam spesifikasi teknis)
K. Pelaksanaan kerja akan didahului dengan penandatangan Kontrak Kerja Pelaksanaan dan
selanjutnya dibuat laporan kemajuan pekerjaan hingga berita acara serah terima pekerjaan yang
dilanjutkan pemeriksaan pekerjaan oleh panitia penerima pekerjaan. Semua administrasi
pelaksanaan konstruksi dan pengawasan mengikuti ketentuan yang tercantum dalam Perpres 16
tahun 2018 tanggal 22 Maret 2018 dan petunjuk teknis pelaksanaannya.
L. Pemeliharaan konstruksi adalah tahap uji coba dan pemeriksaan atas hasil pelaksanaan
konstruksi fisik. Di dalam masa pemeliharaan ini penyedia jasa konstruksi berkewajiban
memperbaiki segala cacat atau kerusakan dan kekurangan yang terjadi selama masa konstruksi.
M. Dalam masa pemeliharaan semua bahan yang digunakan, harus diuji coba sesuai fungsinya.
Apabila terjadi kekurangan atau kerusakan, maka harus diperbaiki sampai berfungsi dengan
sempurna.
N. Masa pemeliharaan Renovasi Wisma Kenanga di LPMP Kalimantan Selatan ini minimal selama 6
(Enam) bulan terhitung sejak serah terima pertama pekerjaan konstruksi.
O. Keluaran akhir yang harus dihasilkan pada tahap ini adalah :
a. Konstruksi fisik yang sesuai dengan dokumen untuk pelaksanaan konstruksi;
b. Dokumen hasil pelaksanaan konstruksi meliputi :
1. Semua berkas perizinan yang diperoleh pada saat pelaksanaan konstruksi fisik.
2. Kontrak kerja pelaksanaan konstruksi fisik dengan pelaksana konstruksi, pekerjaan
pengawasan oleh pengawas pekerjaan, beserta segala perubahan/addendumnya.
3. Laporan harian, mingguan, bulanan yang dibuat selama pelaksanaan
konstruksi fisik oleh pelaksana konstruksi, serta laporan akhir pengawasan, dan
laporan akhir pengawasan berkala oleh pelaksana pengawasan.
4. Berita acara perubahan pekerjaan, pekerjaan tambah/kurang, serah terima I dan II,
pemeriksaan pekerjaan, dan berita acara lain yang berkaitan dengan pelaksanaan
konstruksi fisik.
5. Foto-foto dokumentasi yang diambil pada setiap tahapan kemajuan
pelaksanaan konstruksi fisik.

P. Material yang diperlukan dalam pelaksanaan ini , yang diperlukan persyaratan dukungan
ketersediaan dari Distributor adalah :
1. Rangka baja ringan Tasso, Spyro C 0,75 . 7,5 bergaransi mutu bahan dan pemasangan.
2. Atap yang digunakan Sakura roof, Spyro roof, Raja roof t=0,25mm.
3. Granit Indo gress, Garuda Tile (60/60)
3. Keramik Asia Tile, Platinum, Roman (40/40, 20/20, 20/25)
4. Dukungan Ready Mix untuk cor struktur beton K225.
Q. Surat dukungan dari Bank sebesar 10% dari nilai HPS, atau rekening Koran 3 (tiga) bulan terakhir
dengan saldo sebesar 10% dari nilai HPS.

III. TANGGUNG JAWAB PELAKSANA KONSTRUKSI


A. Pelaksana konstruksi bertanggung jawab secara profesional atas jasa pelaksanaan konstruksi
yang dilakukan sesuai ketentuan dan kode tata laku profesi yang berlaku.

B. Secara umum tanggung jawab pelaksana konstruksi adalah sebagai berikut:


1. Hasil karya pembangunan yang dihasilkan harus memenuhi persyaratan standar yang
berlaku.
2. Hasil karya pembangunan yang dihasilkan harus telah mengakomodasi batasan - batasan
yang telah diberikan oleh proyek, termasuk melalui KAK ini, seperti dari segi pembiayaan,
waktu penyelesaian pekerjaan dan mutu bangunan yang diwujudkan.
3. Hasil karya pembangunan yang dihasilkan harus telah memenuhi peraturan, standar,
dan pedoman teknis konstruksi jalan yang berlaku.

IV. WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN


Waktu pelaksanaan pekerjaan untuk kegiatan pembangunan ini selama 180 (Seratus Delapan
Puluh) hari kalender.

V. SPESIFIKASI TEKNIS
Detail spesifikasi teknis kegiatan(terlampir)

VII. PROGRAM KERJA


Pelaksana konstruksi harus segera menyusun program kerja minimal meliputi:
1. Jadwal kegiatan secara terperinci :
2. Alokasi tenaga yang lengkap dengan tingkat keahliannya maupun jumlah tenaga untuk
melaksanakan pekerjaan, serta harus mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas.
3. Konsep penanganan pekerjaan pembangunan

VIII. PENUTUP
Kerangka Acuan Kerja ini menjadi pedoman secara umum bagi pelaksana konstruksi dalam
melaksanakan pekerjaan. Hal-hal teknis yang diperlukan hendaknya bisa dipersiapkan secara matang
agar pelaksanaan pekerjaan dapat selesai pada jadwal yang telah ditentukan dengan kualitas sesuai
yang telah ditetapkan

Ditetapkan di : Banjarbaru 16 Mei 2019


LPMP Kalimantan Selatan
Pejabat Pembuat Komitmen

Rudy Alfian Noor


NIP. 196806191990021001
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN
(SPESIFIKASI)

PETUNJUK UNTUK PESERTA


Peserta Lelang harus membaca dan mempelajari seluruh gambar kerja, rencana kerja dan syarat-syarat
teknis pekerjaan ini dengan seksama untuk memahami benar-benar maksud dari isi dokumen tersebut
secara keseluruhan maupun setiagian bagiannya. Tidak ada gugatan yang akan dipertimbangkan jika
gugatan itu disebabkan karena peserta tidak membaca, tidak memahami, tidak memenuhi petunjuk,
ketentuan dalam gambar, atau peryataan kesalahpahaman apapun mengenai arti dari isi dokumen ini.

1. KETENTUAN KETENTUAN TEKNIS


PASAL 1 : PENJELASAN UMUM
1.1. Dalam Pelaksanaan Pekerjaan, maka berlaku dan mengikat, yaitu :
1.1.1 Gambar – gambar Pelaksanaan Konstruksi dan Detail terlampir
1.1.2 Uraian dan syarat-syarat pelaksanaan pekerjaan (Spesifikasi)
1.1.3 Berita Acara Penjelasan (Aanwijzing) (apabila ada)
1.1.4 Petunjuk dari Pengelola Kegiatan, Konsultan Pengawas dan Pengawas
Lapangan
1.2. Dalam Pelaksanaan Pekerjaan, bila tidak ditentukan dalam Spesifikasi ini, maka
akan berlaku dan mengikat peraturan-peraturan dibawah ini, termasuk segala
perubaha dan tambahannya, yaitu :
1.2.1. Perpres 16 tahun 2018 tanggal 22 Maret 2018.
1.2.2. Kepmen PU Nomor 22/PRT/M/2018 tanggal 15 Oktober 2018
1.2.3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 07/PRT/M/2019 tanggal 20 Maret
2019.
1.2.4. Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan No.
188.44/0570/KUM/2018, tentang penetapan upah minimum Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2019.
1.2.5. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Bangunan di Indonesia (AV.41)
tahun 1941
1.2.6. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia, untuk Abitrasi Teknik dari
Dewan Teknik Pembangunan Indonesia (DTPI)
1.2.7. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) tahun 1971 dan SK-SNI T-15-
1991-03
1.2.8. Peraturan Umum Listrik Indonesia (PUMI) tahun 1977
1.2.9. Peraturan Umum Instalasi Listrik 1987 Peraturan Umum dari Dinas
Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja
1.2.10.Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Jawatan/Instansi Pemerintah
setempat, yang berkaitan dengan pelaksanaan bangunan
1.3. Bila perbedaan-perbedaan antara gambar, RAB dan Spesifikasi menimbulkan
keragu-raguan, sehingga menimbulkan kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan,
maka harus segera dikonsultansikan kepada Konsultan Pengawas dan Pengawas
dari Dinas terkait atau Konsultan Perencana dan keputusan-keputusannya harus
dilaksanakan.
1.4. Dalam melaksanakan pekerjaan ini adalah termasuk juga mendatangkan,
mengangkut dan mengerjakan bahan-bahan sampai selesai.
1.5. Pemborong harus menyerahkan seluruh hasil pekerjaannya dalam keadaan
selesai dalam keadaan baik termasuk kebersihan lokasi/lingkungannya
1.6. Perbedaan ukuran.
Bila terdapat perbedaan ukuran atau ketidaksesuaian antara :
15 Gambar rencana dan detail, maka yang mengikat adalah gambar yang
skalanya lebih besar.
16 Bilamana terdapat perbedaan antara gambar dengan bestek, harus
dilaporkan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan.

1.7. Ukuran.
Bila terdapat perbedaan ukuran atau ketidaksesuaian antara :
a. Satuan ukuran yang digunakan dalam pekerjaan ini dinyatakan dalam meter
(m), Centimeter (cm) dan Milimeter (mm).
b. Titik duga + 0.00 yang ditentukan /ditetapkan pada saat peninjauan lokasi.
(lantai bangunan)
c. Dibawah pengawasan direksi , pemborong harus membuat titik duga diatas
tanah bangunan sebagai dasar/patokan pengukuran dari bahan kayu atau
beton yang dipasang kokoh agar tidak terganggu selama pekerjaan
berlangsung serta tidak boleh dibongkar sebelum medapat ijin direksi.
d. Penetapan ukuran dan sudut siku harus diperhatikan dan dijaga ketelitiannya
dan menjadi tanggung jawab Pemborong sepenuhnya sampai pekerjaan
selesai.
e. Profil untuk pasangan batu merah dibuat dari kayu lurus dan kering
sedangkan untuk pekerjaan tanah dan pemasangan pondasi dapat
menggunakan kayu.

2. PERSIAPAN PENDAHULUAN
PASAL 1 : RUANG LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan : Konsultasi Perencana Renovasi Wisma Kenanga.
Lokasi : LPMP Provinsi Kalimantan Selatan.
Pekerjaan Pokok yang dilaksanakan :
1. PEKERJAAN PERSIAPAN
2. PEKERJAAN TANAH DAN URUGAN
3. PEKERJAAN PONDASI
4. PEKERJAAN STRUKTUR BETON
5. PEKERJAAN PAS.LANTAI,DINDING DAN PLESTERAN
6. PEKERJAAN KUDA-KUDA, PENUTUP ATAP & PLAFON
7. PEKERJAAN KUSEN, PINTU & JENDELA/ALAT PENGGANTUNG
8. PEKERJAAN LISTRIK
9. PEKERJAAN SANITAIR
10. PEKERJAAN CAT-CATAN

PASAL 2 : JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN (TIME SCHEDULE)


2.1. Sebelum pekerjaan bangunan dimulai, maka kontraktor wajib membuat Jadwal
Pelaksanaan (Time Schedule) yang memuat uraian pekerjaan, waktu pekerjaan,
bobot pekerjaan dan grafik hasil pekerjaan secara terperinci serta jadwal
pengunaan bahan bangunan dan tenaga kerja
2.2. Schedul merupakan acuan bagi KPA dan Panitia Pejabat PenerimaHasil
Pekerjaan untuk menilai kemajuan proyek
2.3. Perubahan time schedule oleh penyedia jasa harus mendapat persetujuan dari
KPA
2.4. Untuk pelaksanaaan pekerjaan yang terperinci Pelaksana Kontraktor harus
membuat rencana kerja/laporan harian, mingguan dan bulanan, beserta foto-foto
visual ukuran 3R yang diketahui/disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan
2.5. Rencana Kerja (time schedule) diatas harus mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas dan Pemberi Kerja
2.6. Rencana Kerja (Time Sehedule), harus sudah selesai dibuat oleh Kontraktor,
paling lambat 7 ( tujuh ) hari kalender, setelah SPK diterima.
2.7. Kontraktor harus memberikan salinan rencana kerja (Time Schedule) kepada
Konsultan Pengawas, Pengawas lapangan dari dinas dan 1 (satu) lembar harus
dipasang pada dinding bangsal kerja.
2.8. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan
rencana kerja (Time Schedule) yang ada dan harus membuat grafik prestasi
pekerjaan.

PASAL 3 : BAHAN DAN PERALATAN.


3.1. Bahan-bahan yang boleh ditempatkan dilokasi pekerjaan, hanyalah bahan-bahan
sebagaimana disyaratkan dalam RKS maupun gambar-gambar rencana.
3.2. Cara dan tempat penimbunan/penyimpanan bahan harus memenuhi syarat atau
menurut petunjuk Direksi Pengawas Teknik.
3.3. Bahan bangunan yang dipakai adalah bahan bangunan yang sesuai dengan kualitas
dan kuantitas dimensi yang disyaratkan dalam RKS maupun gambar.
3.4. Apabila suatu bahan yang disyaratkan tidak terdapat dipasaran, maka sebelum
diadakan pelaksanaan pekerjaan pemborong harus berkonsultasi terlebih dahulu
kepada Direksi/pengawas. Penggantian dimaksud hanya dibenarkan setelah
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari direksi/pengawas teknik.
3.5. Penggantian bahan bangunan yang tidak terdapat dipasaran dengan bahan yang
lain, disyaratkan minimal harus sama/setingkat kualitasnya dengan bahan bangunan
yang diganti.
3.6. Bahan bangunan yang dinyatakan afkeur/ditolak oleh Direksi/pengawas teknik
karena cacat atau tidak sesuai dengan persyaratan yang ditentukan, harus segera
dipindahkan dan dikeluarkan dari lokasi pekerjaan selambat-lambatnya dalam waktu
2 x 24 jam.

PASAL 4 : KEAMANAN PROYEK


4.1. Kontraktor diharuskan menjaga keamanan terhadap barang- barang milik Proyek,
Konsultan Pengawas dan Pihak ketiga yang ada dilapangan, baik terhadap
pencurian maupun pengrusakan.
4.2. Bila terjadi kehilangan atau pengrusakan barang-barang, alat-alat dan
hasil.pekerjaan, maka akan menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat
diperhitungkan dalam pekerjaan tambah/kurang atau pengunduran waktu
pelaksanaan.
4.3. Apabila terjadi kebakaran, maka Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya.
Untuk mencegah bahaya kebakaran tersebut, Kontraktor harus menyediakan alat
pemadam kebakaran yang siap dipakai dan ditempatkan pada tempat- tempat
yang strategis dan mudah dicapai.

PASAL 5 : KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN


5.1. Untuk melaksanakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), maka
Kontraktor harus menyediakan sejumlah obat-obatan dan perlengkapan medis
lainnya yang siap dipakai apabila diperlukan.
5.2. Bila terjadi musibah atau kecelakaan dilapangan yang memerlukan perawatan yang
serius, maka Kontraktor/Pelaksana harus segara membawa korban ke Rumah
Sakit yang terdekat dan segera melaporkan kejadian tersebut kepada Pemberi
Tugas.
5.3. Kontraktor harus menyediakan air minum yang bersih, cukup dan memenuhi syarat-
syarat kesehatan bagi semua pekerja/petugas, baik yang berada dibawah tanggung
jawabnya maupun yang berada dibawah pihak ketiga

PASAL 6 : TENAGA KERJA LAPANGAN KONTRAKTOR


6.1. Kontraktor wajib menunjuk seorang kuasanya dilapangan (Pelaksana), yang
mempunyai pengetahuan dibidang Teknik Sipil/Bangunan, cakap, gesit dan
berwibawa terhadap pekerja yang dipimpinnya dan bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pekerjaan. Penunjukkan ini harus dikuatkan dengan surat resmi
dari Kontraktor yang ditujukan kepada Pemberi Tugas dan tembusannya
kepada Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan Pengawas.
6.2. Pelaksana harus berpendidikan minimun D.III Teknik Sipil/Arsitektur dan
berpengalaman kerja lapangan minimun 3 tahun dari lulus (sesuai ijazah) serta
memiliki sertifikat (SKT) Pelaksana Bangunan Gedung/Pekerjaan Gedung
6.3. Mandor 1 (satu) orang adalah seorang yang berpendidikan minimal STM/SMK
Teknik Bangunan berpengalaman di bidang yang sesuai dengan pekerjaan minimal
3 tahun dari lulusan (sesuai ijazah) memiliki sertifikat (SKT) Pelaksana Bangunan
Gedung/Pekerjaan Gedung
6.4. Kontraktor menunjuk seorang Pelaksana Pekerjaan Listrik yang berpendidikan
minimal STM/SMK di bidang yang sesuai dengan pekerjaan minimal 3 tahun dari
lulusan (sesuai ijazah) memiliki sertifikat (SKT) bidang Listrik
6.5. Selain itu kuasa kontraktor dibantu oleh 1 (satu) orang tenaga administrasi yang
berpengalaman bidang yang sesuai dengan pekerjaan dan berpendidikan minimal
SMK/SMU berpengalaman minimal 3 tahun dari lulus (sesuai Ijazah).
6.6. Selain Petugas Pelaksana, maka Kontraktor diwajibkan pula melaporkan secara
tertulis kepada Team Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan Pengawas, tentang
susunan organisasi pelaksana dilapangan dengan nama dan jabatannya masing-
masing.
6.7. Bila dikemudian hari, menurut penilaian Team Pengelola Teknis Proyek dan
Konsultan Pengawas, bahwa Pelaksana kurang mampu atau tidak mampu
melaksanakan tugasnya, maka Kontraktor diharuskan mengganti Pelaksana
tersebut dan harus memberitahukan secara tertulis tentang Pelaksana yang baru,
demi kelancaran pekerjaan.

No. Nama Pendidikan Pengalaman Jumlah Keterampilan


Minimum Minimum (Orang)
(Tahun)
1. Tenaga D III T. Sipil/ 3 1 SKT Bangunan
Pelaksana Arsitektur Gedung
2. Mandor SMK/STM 3 1 SKT Bangunan
Jurusan Gedung
Bangunan
3. Pelaksana SMK/STM 3 1 SKT Bidang Listrik
Pekerjaan Jurusan
Listrik Bangunan
4. Tenaga S1 Teknik 3 1 SKT K3
Petugas K3 Sipil
5. Tenaga SMK/SMU 3 1 ---
Administrasi

3. URAIAN PEKERJAAN
PASAL 1 : PEKERJAAN PERSIAPAN.
1.1. Pekerjaan Persiapan
1.1.1. Lokasi pekerjaan diserahkan kepada pemborong dalam keadaan seperti pada
waktu pemberian pekerjaan/penjelasan lapangan.
1.1.2. Kerusakan jalan masuk menuju lokasi dan tempat pekerjaan yang disebabkan
pelaksanaan pekerjaan, menjadi tanggung jawab Kontraktor dan Kontaraktor
wajib memperbaikinya/dikembalikan ke kondisi semula, untuk itu diharapkan
Pemborong terlebih dahulu meminta ijin kepada pemilik untuk mendapatkan
persetujuan.
1.2. Pembongkaran bangunan lama dan pembersihan lokasi.
1.2.1. Sebelum memulai pekerjaan, pemborong harus mengadakan pembongkaran
bangunan lama dan pembersihan tanah dari rumput, semak-semak dan
tumbuhan lainnya, puing-puing dan segala sesuatu yang tidak diperlukan dan
dapat mengganggu jalannya pekerjaan.
1.2.2. Tanah-tanah yang berbukit harus diratakan, tanah humus pada permukaan
tanah pada garis bangunan harus dibuang keluar dari lokasi pekerjaan.
1.2.3. Pekerjaan pembersihan lokasi dilaksanakan sesuai gambar rencana/site plan
daerah bangunan dengan jarak minimum 1 m dari dinding bangunan.
1.2.4. Pembersihan dan perataan antara lain dengan penebangan tanaman,
pemotongan semak, penutupan lubang, penimbunan daerah rendah,
pemindahan batu, pembuangan humus/lumpur sedalam minimal 20 cm pada
area seluas daerah pelaksanaan.
1.2.5. Pembersihan lokasi dinyatakan selesai, bila telah mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas Lapangan dan Pengawas Dinas yang terkait.

1.3. Pengukuran Situasi dan Pemasangan Bouwplank


1.3.1. Pengukuran dan pemasangan bouwplank dilakukan sekaligus untuk seluruh
site agar pengaturan perletakan bangunan dan pagar tidak meleset serta
menjaga kemungkinan perubahan-perubahan atau pergeseran-pergeseran
sesuai keadaan.
1.3.2. Untuk mendapatkan ukuran yang tepat sesuai rencana, pengukuran wajib
dilaksanakan dengan menggunakan waterpass .
1.3.3. Untuk pekerjaan pengukuran situasi ini, perlu diperhatikan rencana gambar
dan bestek.
1.3.4. Semua pekerjaan yang berhubungan dengan pengukuran situasi ini, harus
diketahui dan disetujui Proyek, Pengelola Proyek dan Konsultan Pengawas
1.3.5. Untuk menentukan titik sumbu kolom/titik tengah pondasi, harus dipasang
patok – patok dari kayu galam, yang ditanamkan sedemikian rupa sehingga
tidak bergerak dengan diberi cat merah dikepala galam dan ditengah – tengah
permukaan galam dipasang paku.
1.3.6. Titik yang dimaksudkan pada ayat 1.3.2. dapat dikontrol/diperiksa pada tanda
– tanda yang terdapat pada papan bowplank.
1.3.7. Untuk membantu ketepatan berdirinya bangunan/titik sumbu pondasi/kolom
konstruksi, maka harus dibuat konstruksi bouwplank yang kuat/tidak dapat
bergeser karena pekerjaan disekitarnya
1.3.8. Patok yang dipasang harus kuat dan tidak mudah berubah posisinya dibuat
dari kayu 5/7 atau dolken
1.3.9. Papan/kayu horisontal papan lanan berkwalitet baik harus dipasang dengan
kuat, bila dipasang dengan menggunakan papan maka ketebalan papan
minimal 2,5 cm.
1.3.10. Papan bouwplank harus diratakan dibagian atas dengan jalan diketam
sehingga lurus.
1.3.11. Pembuatan konstruksi bouwplank dinyatakan selesai, bila mendapat
persetujuan Pengawas Lapangan.
1.3.12. Papan bouwplank bagian atas harus dibuat setinggi peil lantai  0,00.
1.4. Titik Duga (Peil)
1.4.1. Titik acuan peil/level ± 0.00 (Permukaan dari lantai dalam bangunan (seperti
tertera dalam gambar kerja). Dengan kondisi lahan relatif miring, maka harus
diperhatikan gambar rencana dengan baik dan jelas.
1.4.2. Untuk pedoman selanjutnya dari bangunan yang lain, maka harus dibuatkan
patok yang ditanamkan kedalam tanah dan tidak mudah bergerak / bergeser.
Patok ditanamkan sebelum pekerjaan bouwplank dimulai, tempat penanaman
patok harus dikonsultasikan kepada pengelola proyek dan Konsultan
Pengawas.
1.4.3. Pada patok yang dimaksudkan pada ayat 1.4.2. diatas harus dibuat tanda
yang menunjukkan ketinggian lantai.
1.4.4. Ukuran ketinggian lantai dari bangunan yang lain, akan berpedoman kepada
patok permanen yang dimaksudkan pada ayat 1.4.3
1.5. Pembongkaran bangunan lama
1.5.1. Pekerjaan persiapan pembangunan termasuk didalamnya adalah
pembongkaran bangunan lama yang ada dilokasi.
1.5.2. Bangunan lama harus dibongkar terlebih dahulu karena berada dilokasi
rencana pembangunan, sebelum pekerjaan pengukuran dan pemasangan
bouwplank maka pekerjaan ini harus selesai terlebih dahulu.
1.6. Akses jalan sementara
1.6.1. Pekerjaan Angkutan material dan ( Bahan) lainnya agar tidak merusak jalan
lingkungan kantor maka diadakan jalan sementara untuk memudahkan
angkutan material (bahan) kelokasi.
1.6.2. Bahan bongkaran diangkut melewati akses jalan sementara dan dibuang
kelokasi luar bangunan.
1.7. Pemindahan tiang dan jaringan listrik
1.7.1. Letak tiang dan jaringan listrik mengganggu pada saat pekerjaan
dilaksanakan, sehingga kontraktor pelaksana harus memindahkan tiang dan
jaringan listrik tersebut oleh tenaga ahli, aar tidak mengganggu pada saat
pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan dan terpasang dengsn rapi dan kuat.
1.8. Pembongkaran pagar + perbaikan kembali
1.8.1. Pekerja pembongkaran pagar dan perbaikan kembali dimaksudkan untuk
mempermudah buangan/angkutan meterial (bahan) dan pada saat
pengecoran struktur beton menggunakan ready mix desain. Setelah selesai
pekerjaan maka kontraktor pelaksana wajib memperbaiki kembali pagar
tersebut.

PASAL 2 : GAMBAR DAN UKURAN.


2.1. Denah, tampak-tampak dan potongan-potongan dinyatakan dalam gambar-gambar
rencana Arsitektur dan Struktur dan dijelaskan pula dalam gambar detail lengkap
dengan ukuran-ukurannya.
2.2. Apabila terdapat ketidakjelasan ukuran pada gambar, maka pemborong wajib
meminta penjelasan dan petunjuk kepada Direksi/Pengawas Teknis sebelum
pekerjaan dilaksanakan.

PASAL 3 : PEKERJAAN PENGGALIAN


3.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan galian ini meliputi galian tanah untuk pondasi batu gunung bangunan
serta galian lainnya sebagaimana tertera dalam gambar.
3.2 Pelaksanaan.
3.2.1. Pada gambar galian tanah pondasi, dimensinya minimal sama dengan
gambar
3.2.2. Untuk menjaga keamanan pekerjaan, tanah galian dibuang sejauh minimal 1
meter dari tepi lubang galian.
3.2.3. Jika pada galian terdapat air menggenang, maka terlebih dahulu harus
dipompa keluar, untuk ini pemborong harus menyiapkan pompa air yang siap
dipakai.
3.2.4. Semua galian yang tidak di pakai harus diangkat keluar dari lokasi pekerjaan.
3.2.5. Pengurukan kembali bekas galian harus disertai dengan pemadatan dengan
menggunakan alat mekanis (Stamer), hingga minimal sama keadaan tanah
sebelum digali.
3.2.6. Tidak dibenarkan mengurug bekas galian dengan tanah yang mengandung
lumpur dan sisa tumbuhan.

PASAL 4 : PEKERJAAN URUGAN


4.3. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan galian ini meliputi semua penimbunan kembali bekas galian, urugan
tanah dan pasir dibawah lantai/pondasi, peninggian tanah (bila ada), pekerjaan akhir
dan pekerjaan lainnya sebagaimana tertera dalam gambar.
4.4. Pelaksanaan.
4.4.1 Ketebalan lapisan urugan kembali tanah yang diperkenankan maksimum 15-
20 cm setiap lapis, kemudian dipadatkan sampai mencapai tingkat kepadatan
yang disyaratkan hingga ketebalan yang ditentukan.
4.4.2 Urugan pasir dilaksanakan pada alas pondasi/batu kosong, dibawah
pasangan lantai ataupun pada pekerjaan-pekerjaan lain yang menurut
direksi/pengawas teknis dianggap perlu.
4.4.3 Semua urugan pasir harus dipadatkan dengan penyiraman air sehingga
didapat anggka kepadatan maksimal.
4.4.4 Pasir yang digunakan harus pasir kali dengan persyaratan pasir harus dalam
keadaan bersih dari lumpur, tanah dan kotoran-kotoran lainnya serta tidak
mengandung garam serta mineral lainnya.

PASAL 5 : PEKERJAAN PONDASI


5.1. Lingkup Pekerjaan
Bagian Pekerjaan ini meliputi pasangan Cerucuk Ulin 8/8, Pondasi Poer (pada
Kolom) dan pondasi batu gunung/kali yang dibuat untuk pondasi praktis dibawah
sloof sebagaimana dinyatakan dalam gambar.
5.2. Pekerjaan pondasi yang harus dikerjakan terdiri dari:
5.2.1. Pondasi Poer
Pondasi yang direncanakan menggunakan Pondasi Poer setempat. Pondasi
Telapak Beton diletakkan pada tanah keras dengan kedalaman seperti
yang ditunjukkan pada Gambar Rencana. Untuk mendapatkan
elevasi/kedalaman tanah keras, perlu dilakukan penggalian tanah dengan
menggunakan alat yang memadai.
Dalam mmenentukan kedalaman dasar pondasi di lapangan, Kontraktor harus
meminta persetujuan Pihak Pengawas/Konsultan Perencana.
5.2.2. Pondasi Tiang Pancang Balok Ulin
Pondasi tiang pancang beton direncanakan menggunakan Ulin ukuran 8 x 8
cm panjang 1 meter.
Alat pancang yang digunakan harus sesuai dengan ukuran tiang yang telah
ditetapkan. Toleransi kemiringan tiang pancang maksimal 1/100 dari panjang
tiang dan pergeseran horizontal maksimal sejauh 10 cm dari titik rencana.
5.2.3. Pondasi Batu gunung/kali
 Batu gunung/kali yang dipakai harus dari jenis yang keras dan tidak
kropos, serta mempunyai gradasi baik.
 Adukan yang dipergunakan pada pekerjaan pondasi ini terdiri dari 1 PC
dan 4 Pasir.
 Baik batu, pasir maupun adukan yang dipakai pada pekerjaan ini harus
bersih dari lumpur dan kotoran lainnya.
 Sebelum pemasangan pondasi batu gunung/kali dilaksanakan terlebih
dahulu harus diberi urugan pasir dibawahnya.
 Pekerjaan pemasangan pondasi batu gunung/kali dilaksanakan sesuai
dengan bentuk dan ukuran sebaaagaimana dijelaskan dalam gambar.
 Pemasangan pondasi batu gunung/kali tidak dibenarkan sisi-sisi batu
gunung/kali saling bersentuhan, akan tetapi diantaranya harus diisi dengan
specie (adukan).

PASAL 6 : PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA


6.1. Lingkup Pekerjaan
Bagian Pekerjaan ini meliputi pasangan dinding batu bata dilaksanakan pada
dinding bangunan, dinding pengisi dan pada tempat-tempat lainnya sebagaimana
dinyatakan dalam gambar.
6.2. Material.
6.2.1. Batu bata yang digunakan harus baru, terbakar baik, keras dan tidak mudah
patah.
6.2.2. Adukan yang digunakan untk pasangan dinding batu bata biasa adalah 1
bagian PC : 4 bagian pasir, sedangkan untuk pasangan trastraam digunakan
adukan 1 bagian PC : 2 bagian pasir (bila ada).
6.2.3. Sebelum batu bata dipasang, pemborong diwajibkan terlebih dahulu
memperlihatkan contoh batu bata yang akan digunakan kepada
direksi/pengawas teknik untuk mendapat persetujuan.
6.3. Pelaksanaan.
6.3.1. Pasangan dinding batu bata umumnya adalah ½ batu, kecuali
Direksi/Pengawas teknis memberikan petunjuk lain.
6.3.2. Sebelum batu bata dipasang hendaknya direndam terlebih dahulu dalam air
hingga jenuh dan pasangannya harus rapi sesuai dengan syarat pekerjaan
yang baik. Batu bata potongan tidak boleh dipakai/dipasang kecuali pada
pertemuan-pertemuan kosen atau kolom.
6.3.3. Pada jarak tertentu pasangan batu tersebut perlu diperkuat dengan kolom
praktis (Beton), dengan dimensi penulangan dan penempatan sesuai dengan
gambar.
6.3.4. Segera setelah pasangan batu bata sesesai terpasang, siar-siarnya harus
dikeruk agar plesteran dapat melekat dengan baik.

PASAL 7 : PEKERJAAN BETON BERTULANG.


7.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan beton bertulang dilaksanakan pada pondasi poer, sloof, kolom, balok
lantai, balok ikat/ring balok, plat lantai dan lain-lain sebagaimana dijelaskan dalam
gambar PC : 2 bagian pasir : 3 bagian batu pecah/kerikil.
7.2. Material :
7.2.1. Semen / PC
- Semen yang dipakai harus semen portland satu jenis, bermutu baik dalam
segala hal harus memenuhi ketentuan dalam PBI 1971.
- Semen harus disimpan dalam gudang yang terlindung dari air hujan dan
mempunyai ventilasi yang cukup, dan diletakan pada tempat yang
ditinggikan minimal 30 cm dari lantai yang diberi alas.
- Semen yang kantongnya rusak dan membatu dalam kantong, tidak
diperkenankan untuk digunakan pada pekerjaan beton.
- Jenis semen yang dipakai minimal Tonasa, Tiga Roda, Holcim, atau dari
mutu yang kualitas nya lebih tinggi.
7.2.2. Agregat
- Agregat harus terdiri dari gradasi halus sampai kasar, bebas dari segala
macam kotoran tanah dan tidak mengandung air garam atau bahan organik
serta kotoran-kotoran lainnya yang dapat merusak beton, persyaratan
agregat dalam segala hal harus memenuhi ketentuan dalam PBI.1971 dan
SKSNI T-15-1991-03
- Bahan agregat pasir dan kerikil harus ditempatkan sedemikian rupa
sehingga tidak tercampur dengan bahan-bahan yang merusak mutu beton
dan ditempatkan terpisah sehingga terhindar dari bercampurnya antara
kedua jenis agregat tersebut, sebelum pemakaian
- Besar butiran agregat kerikil yang dipakai untuk bahan beton, harus berada
diantara ayakan 4mm - 31,5 mm.
- Agregat kerikil tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 persen.
Apabila kadar lumpur tersebut lebih dari 1 persen, maka agregat kerikil
harus dicuci.
- Besar butiran agregat pasir yang dipakai untuk bahan beton, harus
berada diantara ayakan 0,063-4mm
- Agregat pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 persen.
Apabila kadar lumpur tersebut lebih dari 5 persen, maka agregat pasir
harus dicuci.
7.2.3. Besi tulangan (besi beton)
- Besi tulangan (besi beton) yang digunakan harus bersih dan bebas dari
karat yang dapat merusak, serta tidak mengandung olie atau minyak.
- Pengikat tulangan/besi beton harus menggunakan kawat pengikat yang
mempunyai diameter minimal 1 mm.
- Semua baja tulangan yang dipakai berbentuk polos dengan mutu baja
minimal U - 24, sesuai dengan standard Nasional Indonesia atau dengan
mutu yang baja yang lebih tinggi
- Sebelum baja tulangan di datangkan ke lokasi Proyek, maka kontraktor
harus menyerahkan dahulu contoh- contoh baja tulangan yang dipakai
(dimensi /ukuran diameter dan mutu baja) kepada Pengawas Lapangan.
- Baja tulangan yang dibengkokkan sama dengan atau lebih dari 90 derajat,
hanya diperkenankan sekali pembengkokkan.
- Baja tulangan harus bersih dari karat yang dapat mengganggu kekuatan
beton bertulang.
- Baja tulangan tidak boleh disimpan ditempat yang langsung berhubungan
dengan tanah atau tempat terbuka dan harus dilindungi dari genangan air
/ air hujan.
- Khusus untuk pembesian balok 25/45 untuk bila ada overstek ruang atas,
pembesian utuh (tidak boleh ada sambungan) bila panjang tdak mencukupi,
maka posisi sambungan besi harus diselang seling (tidak boleh) sambungan
besi pada satu titik / posisi yang sama.
- Balok 25/45 adalah balok struktural menerus ( tidak boleh terputus oleh
kolom yang memotongnya.
- Pengecoran balok overstek menerus dan kolom harus bersamaan, untuk
menjaga kwalitas dan umur beton yang sama.
7.2.4. Air yang gunakan pada pengecoran beton harus bersih, dalam arti tidak
mengandung lumpur, garam dan bahan kimia lainnya yang dapat
mempengaruhi kekuatan beton.
7.2.5. Bekesting
- Bekesting bahan cetakan beton (bekesting) mengguanakan papan terentang
dari kayu kelas II dan diberi penguat dari balok 5/7 cm.
- Papan bekisting (cetakan beton) yang dipakai adalah dari bahan kayu
kelas II dengan tebal 1,5 cm atau plywood tebal 9 mm dan apabila oleh
Pengawas Lapangan dinyatakan rusak, maka tidak boleh dipakai lagi
untuk pekerjaan berikutnya.
- Tiang - tiang bekisting dapat dibuat dari kayu kelas II dengan ukuran 5/7
cm atau galam diameter 8 - 10 cm dengan jarak maksimun 0,5 meter.
- Konstruksi bekisting harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak mudah
bergerak dan kuat menahan beban diatasnya.
- Pada bekisting kolom yang tinggi, maka setiap tinggi 2 meter harus
diberi pintu untuk memasukkan spesi beton, sehingga terhindar
terjadinya sarang - sarang kerikil.
- Pada bekisting kolom, dinding dan balok tinggi, harus diadakan
perlengkapan pintu untuk membersihkan kotoran-kotoran, serbuk gergaji,
potongan kayu, kawat pengikat dan lain- lain.
7.2.6. Beton Dekking
- Beton dekking atau ganjalan beton harus dibuat dari campuran 1 bagian PC
: 2 bagian pasir : 3 bagian kerikil dicetak dalam persegi panjang lengkap
dengan tali kawat.
- Ketebalan beton dekking untuk kolom dan balok adalah 2,5 – 3 cm dipasang
sebanyak 3 (tiga) buah dalam tiap-tiap 1 m.
7.3. Pelaksanaan :
7.3.1. Sebelum pengecoran dimulai, pemborong diwajibkan untuk memeriksa
tulangan agar tepat pada posisinya. Pengecoran hanya boleh dilaksanakan
setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Direksi/pengawas teknis.
Pekerjaan pondasi poer, sloof, kolom, balok lantai, balok ikat/ringbalk, plat
lantai I menggunakan cor beton ready mix K.225 dengan hasil uji lab beton.
Untuk beton di bangunan atas (ringbalk 13/18), balok latai menggunakan
pengecoran dengan alat aduk beton (molen)
7.3.2. Dimensi semua bagian beton tertera dalam Gambar rencana dan detailnya.
Jika terdapat ketidak cocokan pada ukuran, pemborong wajib untuk
mengkonsultasikan terlebih dahulu kepada Direksi/Pengawas teknik.
7.3.3. Besar diameter tulangan minimal harus sesuai dengan ketentuan gambar.
Dan jika suatu diameter tulangan tidak terdapat dipasaran, pemborong
diwajibkan mengkonsultasikan terlebih dahulu dengan Direksi/Pengawas
Teknik sebelum menggantinya.
7.3.4. cor beton yang digunakan jenis mutu beton K.-225, yaitu pondasi poer, sloof,
kolom, balok lantai, balok ikat/ring balok, plat lantai. 1 : 3 pasir dan ikil ume ).
7.3.5. Untuk mendapatkan hasil cetakan beton yang memenuhi syarat, pekerjaan
bekesting harus dikerjakan oleh tukang yang ahli.
7.3.6. Beton Sloof bangunan utama dengan dimensi ukuran 20x25 cm sesuai
gambar rencana.
7.3.7. Pondasi Poer Plat , Neut Kolom, Sloof, Kolom, Plat lantai & Balok Struktural
bangunan sesuai dengan gambar rencana.
7.3.8. Sebelum pengecoran massal dimulai :
 Bekisting harus dibersihkan dari potongan-potongan kayu, potongan-
potongan kawat pengikat dan bahan-bahan lain yang merusak mutu
beton.
 Sebelum pelaksanaan pengecoran, bekisting harus disiram air terlebih
dahulu.
 Lubang-lubang yang terdapat pada bekisting supaya ditutup sedemikian
rupa, sehingga air semen tidak dapat keluar.
7.3.9. Khusus pada pengecoran kolom beton bertulang yang langsung bertemu
dinding batu bata atau kosen pintu / jendela / ventilasi / penerangan, maka
sebelum pengecoran dimulai, Pelaksana harus mempersiapkan :
 angker untuk pasangan batu bata dari baja tulangan diameter 10 mm,
panjang yang keluar dari kolom sama dengan 20 cm, dengan jarak satu
sama lain 50 cm.
 angker untuk kusen pintu / jendela / ventilasi / penerangan sesuai gambar
detail.
7.3.10. Untuk penutup beton minimum (selimut beton) yang berhubungan dengan
 air adalah 2,5 cm.
 pelat lantai adalah 1,5 cm, untuk balok 2 cm dan untuk kolom 2,5 cm.
7.3.11. Pada pengecoran beton, disarankan mengunakan mesin pengaduk Mollen
maka sampai bahan beton bersatu menjadi satu warna
7.3.12. Untuk pengecoran pelat beton dan balok tidak boleh berhenti ditengah-tengah
bentang lapangan.
7.3.13. Penghentian pengecoran balok, sloof dan ring balk, harus dimuka titik
tumpuan (kolom) yang sudah dicor dan maksimal 0,15 bentang balok.
7.3.14. Pengecoran dapat dimulai, bila keadaan bekisting dan tulangan sudah
memenuhi syarat dan telah diperiksa oleh Konsultan Pengawas Lapangan
serta mendapat izin pengecoran.
7.3.15. Khusus untuk pengecoran kolom, spesi beton tidak boleh dijatuhkan lebih
tinggi dari 2 meter.
7.3.16. Pekerjaan beton yang permukaannya masih diplester, atau permukaan
yang masih kena pekerjaan pengecoran lanjutan, maka permukaan beton
tersebut harus dikasarkan dan bidang yang akan diplester atau disambung
harus disiram air semen.
7.3.17. Setelah selesai pekerjaan pengecoran, maka beton harus dirawat selama
masa pengikatan. Perawatan tersebut dilaksanakan dengan jalan mengalirkan
air terus menerus pada permukaan beton atau menutup permukaan beton
dengan karung goni atau bahan yang lain yang dapat basah terus menerus
sampai selesai waktu pengikatan. Apabila ingin mempercepat waktu
pengikatan boleh mempergunakan obat setelah mendapat ijin dari konsultan
pengawas.
7.3.18. Lamanya perawatan adalah sama dengan umur beton yang disesuaikan
dengan ketentuan PBI 1971 dan selama perawatan itu beton tidak boleh
mendapat beban yang berat.
7.3.19. Bekesting hanya diperbolehkan untuk dibongkar setelah beton telah
mengalami periode pengerasan sebagaimana diatur dalam PBI 1971.
Sementara itu penyiraman beton harus selalu dilaksanakan.

PASAL 8 : PEKERJAAN DINDING


8.1. Dinding tembok.
8.1.1. Untuk pekerjaan dinding ini, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek
8.1.2. Sebelum pelaksanaan pasangan batu bata dikerjakan, maka harus
diperhatikan sudut- sudut yang dibatasi oleh dua bidang dinding vertikal
maupun dengan bidang lantai, maka harus dijaga kesikuannya.
8.1.3. Pasangan batu bata dengan spesi 1 PC : 4 pasir dilaksanakan pada
pekerjaan dinding batu bata setengah batu.
8.1.4. Batu bata sebelum dipasang, harus disiram/direndam air terlebih dahulu
sampai basah.
8.1.5. Semua siar tegak dan siar datar pasangan batu bata, harus terisi penuh
dengan spesi dan selanjutnya diratakan dan dirapikan.
8.1.6. Pekerjaan di nding ter masuk juga pemasangan dinding AC P (Al umunium Composite Panel) s etara Seven, Al ustar pada bagian tertentu luar bangunan. AC P ter pas ang leng kap dengan r ang ka pada beberapa ruang/dinding l uar bang unan (s esuai gambar renc ana).
8.1.7. Pekerjaan di nding ter masuk juga pemasangan glas s bloc k, roster, dan batu al am pada bagian tertentu bangunan (s es uai g ambar re nc ana).
8.1.8. Pekerjaan di nding ter masuk juga pemasangan pipa s tianless Ø 1,5” dan 2” (s etara Butterfl y) pada r ailling tangga dan railing pag ar s elas ar lantai atas bangunan (ses uai gambar r encana).
8.1.9. Pekerjaan di nding ter masuk juga pemasangan hur uf ti mbul dan ornamen 3 di mensi ter buat dari bahan kuning an deng an bentuk dan u kuran s es uai g ambar renc ana.
8.1.10. Pekerjaan di nding ter masuk juga pemasangan dinding Kerami k ukuran 20x25 s etara Asi atile,PLATINUM pada s emua km/wc s eti nggi 2 m sesuai gambar rencana.
8.1.11. Pekerjaan di nding ter masuk juga pemasangan batu al am J enis Andesit pada s elur uh di ndi ng scl uptur e bagian depan bangunan dan dindi ng rg Staf/peng elola al mari bult in bagian belakang bangunan s es uai gambar r enc ana.
8.1.12. Pekerjaan di nding ter masuk juga pemasangan r oster/karawang dindi ng setar a karang pil ang pada r uang T andon l antai top floor ses uai gambar r encana.

8.2. Plesteran.
8.2.1. Pekerjaan plesteran meliputi semua pekerjaan pasangan dinding batu bata
bagian luar dan bagian dalam.
8.2.2. Untuk pasangan dinding batu bata dengan spesi 1PC : 4 pasir, harus
diplester dengan spesi 1 PC : 4 pasir dan tebal 15 mm untuk dinding ruang
kelas.
8.2.3. Permukaan dari dinding batu bata yang selesai diplester, harus dihaluskan
dengan adukan semen dan air ( diaci ).
8.2.4. Permukaan Beton ekspose harus dihaluskan dengan adukan semen dan air
(diaci).
8.2.5. Pasir yang dipergunakan untuk bahan plesteran, harus diayak dengan ayakan
pasir berlubang 4x4 mm, sehingga terhindar dari hasil permukaan plesteran
yang kasar/rusak.
8.2.6. Spesi yang jatuh ditanah atau spesi yang sudah mengeras, tidak boleh
dipakai kembali untuk bahan plesteran.
8.2.7. Bila terdapat pekerjaan yang terpaksa membongkar dinding/plesteran yang
sudah selesai dikerjakan, maka setelah selesai pekerjaan pembongkaran
tersebut, harus diperbaiki kembali seperti keadaan semula dengan spesi
yang sama dengan spesi yang belum dibongkar.
8.2.8. Untuk menghindari retak-retak pada dinding plesteran, maka harus
dilaksanakan perawatan dengan jalan menyiram permukaan plesteran
dengan air, sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan.
PASAL 9 : PEK ERJAAN KUSEN/PINTU /JENDEL A/VENTIL ASI/PENER AN GAN
9.1. Untuk pekerjaan kus en/pi ntu/jendel a/ventilasi /pener angan i ni, perlu diperhati kan renc ana gambar dan bestek.
9.2. Untuk pekerjaan kus en- kus en pi ntu, j endela, di buat dari al umunium pabrikasi berwar na yang ber kwalitet bai k . U kuran kusen adal ah 4” (5 x 10) c m,
9.3. Rang ka/bing kai daun pintu, j endela, dibuat dari bahan alumuni um s es uai dengan gambar r encana.
9.4. Sel uruh D aun pintu ruang dalam adal ah panel alumunium deng an rang ka al umunium + kac a rayban 8 mm dan daun pintu untuk Pintu luar utama & s amping (r. baca anak) bangunan adalah daun pintu kaca tebal 12 mm (setar a Butter fl y), ASAHI tanpa bi ngkai l eng kap aces sori ess s es uai gambar r enc ana.
9.5. Pada ambang atas kos en pintu, jendel a, ti dak bol eh diberi alur kapur atau sponni ng kapur, kec uali pada ambang bawah.
9.6. Jenis dan Bahan pada Pintu, J endela dan Ventilasi harus dis es uai kan dengan renc ana g ambar dan Bestek.
9.7. Bahan kac a untuk semua jendel a dan j endal a kaca mati menggunakan kaca r ayban tebal kac a 5 mm atau s es uai deng an rencana kerja dan gambar.
9.8. Bahan kac a untuk daun pintu dalam menggunakan kac a rayban tebal kaca 8 mm atau ses uai dengan renc ana kerja dan gambar .
9.9. Bahan kaca yang akan di pas ang, har us diperi ks akan dahul u kepada Direksi dan bil a disetuj ui barul ah bol eh di pasang.
9.10. Pemas angan kac a tidak boleh terlal u rapat, harus ada kel onggar an 2- 3 mm, s ehingga ter hindar pec ahnya kac a akibat pemuai an.
9.11. Daun pi ntu, daun j endela dan daun ventilasi buka, har us dapat dibuka/ditutup deng an mudah, tanpa ada g esekan yang kuat pad a kus en atau lantai.

PASAL 9 : PEKERJAAN KOSEN,,PINTU DAN JENDELA /ALAT PENGGANTUNG


9.1. Untuk pekerjaan pintu/jendela/ventilasi/ini, perlu diperhatikan rencana gambar dan
bestek.
9.2. Untuk pekerjaan kusen-kusen pintu, jendela Bangunan utama dibuat dari
Aluminium yang berkwalitet baik. Ukuran kusen adalah 4 inci. Untuk kusen pada
WC menggunakan kayu Ulin ukuran 5/10, Toleransi ukuran Kayu Ulin 5 mm dari
ukuran yang diminta.
9.3. Untuk ventilasi berupa kaca yang jadi satu dengan kusen dengan jumlah dan
susunan sesuai gambar rencana.
9.4. Rangka/bingkai daun pintu, jendela, dibuat sesuai dengan gambar rencana.
9.5. Diatas kusen pintu, jendela Aluminium dipasang balok lantai sesuai gambar.
9.6. Daun pintu, jendela Aluminium + Acsesoris + Kaca 5mm terpasang Rapi.
9.7. Jenis dan Bahan pada Pintu, Jendela dan Ventilasi harus disesuaikan dengan
rencana gambar dan bestek.
9.8. Bahan kaca untuk jendela dan pintu Aluminium menggunakan kaca bening tebal
kaca 5 mm atau sesuai dengan rencana kerja dan gambar.
9.9. Bahan kaca yang akan dipasang, harus diperiksakan dahulu kepada Direksi dan
bila disetujui barulah boleh dipasang.
9.10. Pemasangan kaca tidak boleh terlalu rapat, harus ada kelonggaran 2-3 mm,
sehingga terhindar pecahnya kaca akibat pemuaian.
9.11. Daun pintu, daun jendela, harus dapat dibuka/ditutup dengan mudah, tanpa ada
gesekan yang kuat pada kusen atau lantai.
PASAL 10 : PENUTUP LANTAI
11.1 Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan penutup lantai meliputi pekerjaan pemasangan keramik/poceline
(disesuaikan dengan gambar).
11.2 Material
11.2.1 Untuk Penutup lantai bangunan lantai 1 (satu) menggunakan Granit
ukuran 60x60 merk indogress, garuda tile, keramik bermotif ukuran 40x40
ASIA TILE, PLATINUM, ROMAN atau dari bahan yang kualitasnya lebih
tinggi sesuai gambar rencana
11.2.2 Pada bagian selasar luar /lantai teras bangunan harus dipasang penutup
lantai Granit 60x60 merk indogress, garuda tile atau dari bahan yang
kualitasnya lebih tinggi sesuai gambar rencana
11.2.3 Bahan keramik yang digunakan adalah jenis keramik yang baik tidak
mudak pecah/patah.
11.2.4 Bahan penutup lantai (Granit/keramik) yang dipakai harus betul - betul
datar water pass dan tidak boleh ada yang retak / pecah.
11.2.5 Pemasangan Granit/keramik harus dikerjakan oleh tenaga yang benar-
benar ahli, sehingga tidak terjadi pemasangan yang bergelombang dan
11.2.6
nat-nat yang tidak lurus.
Pada s eti ap 9,0 M2 Granit/ker ami k, dipas ang slang air kecil yang ber diameter + 5,0 mm di s ekeliling ker ami k.

11.2.7 Bila terdapat pemasangan Granit/keramik yang harus dipotong, maka


diusahakan pemasangannya pada pertemuan sudut lantai dengan
dinding.
11.2.8 Setelah selesai pemasangan Granit/keramik, maka nat-natnya harus diisi
dengan spesi semen dan air dengan warna yang sama dengan
warna keramik.
11.2.9 Bila terdapat pemasangan Granit/keramik lantai yang tidak rata waterpas
mendatar (bergelombang) dan tidak lurus maka harus dibongkar, dan
diperbaiki kembali sampai permukaan lantai waterpas mendatar dan
plint benar- benar lurus.
11.3. Pelaksanaan
11.3.1 Permukaan lantai yang akan dipasangi Granit/keramik terlebih dahulu
harus disiram dengan air serta dibersihkan dari kotoran-kotoran yang
dapat menyebabkan pasangan Granit/keramik tidak dapat terpasang
dengan baik.
11.3.2 Basahi permukaan plat lantai sampai tidak ada penyerapan air lagi
(pembasahan terus menerus, minimal selama 2 jam ).
11.3.3 Basahi bahan Granit/keramik yang akan digunakan dengan merendam
seluruh bidang keramik, sedikitnya selama 15 menit. Dan baru diangkat
sesaat akan dipasang, kemudian dialasi perekat dengan memakai adukan
1 bagian PC : 2 bagian pasir.
11.3.4 Setelah terpasang, baik sebelum atau sesudah nat-nat diisi,
kelembaban tetap dijaga dengan menutup bidang lantai yang selesai
dipasang dengan karung goni basah sedikitnya selama 24 jam
PASAL 10 : PEKERJAAN PLAFOND
10.1 Material.
Bahan penutup plafond digunakan Kalsiboard dengan rangka baja ringan hollow
2/4 dengan ukuran sebagaimana tertera dalam gambar 60 cm x 80 cm
Untuk pekerjaan plafond ini, perlu diperhatikan rencana gambar dan bestek.
Plafond pada ruangan dalam, ditutup dengan bahan Kalsiboard dan diberi list
profil pada setiap sudut..
10.2 Pelaksanaan
10.2.1 Pemasangan rangka plafond harus kelihatan rata dan halus. Ukuran
sekat/balok pembagi, penggantung serta ketinggiannya harus sesuai yang
tertera dalam gambar.
10.2.2 Pemasangan penutup plafond khusus pada pertemuan harus kelihatan
rata satu sama lainnya dan upayakan semaksimal mungkin agar tidak
berongga dan tidak retak dikemudian hari.
10.2.3 Bila dalam pemasangan plafond, terdapat bagian yang tidak rata atau
melentur, maka harus dibongkar dan diperbaiki lagi sampai
permukaannya betul-betul waterpass mendatar
10.2.4 Pada pertemuan plafond dengan dinding dan kolom-kolom, harus
dipasang list plafond dari profil gypsum yang dipasang rapi
10.2.5 Pekerjaan plafond adalah termasuk juga pemasangan plafond luar
bangunan (teras bangunan).
10.2.6 .
Pekerjaan pl afond luar bangunan (tritis an atap keliling l uar bangunan , ter as depan , rg. Baca outdoor,plafond bawah rg. T angga & g udang) memakai plafond Spandrill ( kisi-kisi al umunium pabrikasi deng an r angka baja ri ngan) setar a Butterfl y

10.2.7 Apabila ternyata dalam pelaksanaannya kelihatan tidak lurus, lentur dan
rekat, maka pemborong harus segera memperbaikinya.

PASAL 12 : PEKERJAAN CAT-CATAN


12.1. Material.
12.1.1. Pada dinding dan plafond digunakan cat tembok yang berkualitas baik dan
warna cat tembok untuk dinding dan plafond sesuai petunjuk
direksi/pengawas teknis.
12.1.2. Pengecatan kusen ulin, pintu, listplank, list plafon papan lanan
menggunakan cat minyak/cat kilap, warna cat sesuai petunjuk
direksi/pengawas teknis.
12.1.3. Cat tembok bagian luar yang digunakan untuk cat tembok Mowilex dan
Cat tembok bagian dalam dan plafon yang digunakan Dana brite.
12.1.4. Cat minyak/kilap yang digunakan untuk cat kayu minimal Avian
12.2. Pelaksanaan
12.1.1. Seluruh permukaan dinding bagian luar dan dalam balok, kolom dan
plafond gypsum yang tampak dan tidak dilapis , harus dicat tembok.
12.1.2. Sebelum pekerjaan cat dilaksanakan, maka permukaan yang akan dicat,
harus dibersihkan dan dihaluskan dengan amplas. Kemudian dimenie,
dicat dasar, didempul, diplummer dan diampelas rata / licin.
12.1.3. Untuk mengencerkan bahan cat dengan bahan pengencer, harus
mentaati petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan.
12.1.4. Semua pekerjaan pengecatan, harus dilaksanakan tanpa ada
cacat/goresan yang membuat dinding rusak.
12.1.5. Pelaksanaan pekerjaan cat untuk dinding tembok dan beton, harus
dilaksanakan :
 lapis pertama dicat dengan plamur Alkali
 lapis kedua dengan cat dasar warna putih.
 lapis ketiga dan keempat memakai cat merk Mowilex untuk bagian
bangunan exterior dan merk Danabrite pada bagian dalam ruangan
dan plafond.
12.1.6. Pelaksanaan pekerjaan cat untuk permukaan kayu harus dilaksanakan :
 lapis pertama dicat dengan dana alkyd primer.
 lapis kedua dan ketiga harus dicat dengan cat kilap.
12.1.7. Bahan cat dasar, cat lapis dan cat tembok, harus memakai cat yang masa
pemakaiannya masih berlaku, sehingga warnanya masih sesuai dengan
aslinya.
12.1.8. Bahan cat harus benar - benar diaduk sampai merata menjadi satu
warna, sehingga warna cat sama pada permukaan yang dicat.
12.1.9. Penentuan warna bahan cat, harus dikonsultasikan dengan Pemilik
Bangunan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan.

PASAL 13 : PEKERJAAN KUNCI/ALAT PENGGANTUNG.


13.1. Daun Pintu pada bangunan menggunakan kunci tanam 2 slaag merk
BELLAGIO,BELLUCCI, DEKSON. atau dengan kualitas yang lebih tinggi
13.2. Semua daun pintu harus dipasang engsel Nylon ukuran 5" dan masing-masing
daun pintu dipasang sebanyak tiga buah.
13.3. Pemasangan kunci, dan engsel harus memakai paku sekerup yang ukurannya
disesuaikan lubang yang tersedia. Jadi tidak boleh pakai paku.
13.4. Paku sekrup untuk pemasangan alat-alat tersebut dalam ayat 10.4, harus
ditanam dengan cara diputar dengan obeng. Jadi tidak boleh dipukul.
13.5. Semua daun jendela harus dipasang engsel jendela dan masing-masing daun
jendela dipasang tarikan jendela, kait angin jendela, dan grendel jendela sesuai
gambar dan bestek.

PASAL 14 : PEKERJAAN RANGKA KUDA-KUDA/ATAP


Rangka kuda- kuda baja ringan.
14.1.1. Untuk pekerjaan rangka kuda dan atap ini, perlu diperhatikan rencana gambar
bestek.
14.1.2. Rangka kuda-kuda yang dipasang adalah rangka kuda-kuda baja ringan/truss
C.75.0,75 terpasang pabrikasi. Termasuk bahan reeng digunakan adalah dari
bahan baja ringan pabrikasi Merk Tasso
14.1.3. Jarak antara kuda-kuda adalah sesuai gambar rencana. Ukuran dan system
rangka kuda-kuda harus sesuai dengan lebar bentang bangunan, berdasar
spesifikasi teknisyang disyaratkan.
14.1.4. Semua bahan yang telah masuk di site dan menyimpang dari ketentuan dalam
spesifikasi,maka bahan tersebut harus dikeluarkan dari site dalam waktu 1 x 24
jam sejak diketahuinyapenyimpangan itu oleh Direksi / Pengawas.
Penutup Atap
14.1.5. Penutup atap bangunan menggunakan atap genteng metal dengan ketebalan
minimal 0,25 merk Sakura Roof yang dipasang rapi,sehingga sesuai dengan
bangunan asal, penutup bubungan dipasang pemuung model C yang sesuai
dengan bahan atap.
14.1.6. Pada ujung bawah atap dipasang penutup listplank bahan Nusa Plank kalsiplank
uk. 20cm pada pada keliling bangunan, dan listplank tersebut terpasang pada
rangka baja ringan sekeliling yang terpasang pada ujung kuda-kuda baja ringan.

PASAL 15 : PEKERAAN LISTRIK


15.1. Perancangan sistem elektrikal sejauh mungkin diusahakan memenuhi kriteriakriteria
efektif. efsien dan aman serta mempertimbangkan faktor – factor keandalan,
ekonomis, fleksibilitas dan kemudahan operasi.Tidak luput dari perhatian adalah
aspek pelaksanaan instalasi yang tidak mengganggu keindahan lingkungan .
15.2. Di dalam proses perancangan sistem distribusi, di samping mengacau pada
penjelasan penugasan, juga digunakan acuan berbagai standar, aturan dan
pedoman, antara lain :
 PUIL 1987.
 Peraturan yang telah ditentukan PLN lainnya.
 Pedoman Pengawasan Instalasi listrik, Depertemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. 59/DP/ 1980.
15.3. Peraturan-peraturan dan standar yang telah di sesuaikan dengan peraturan dan
standar inter- nasional, antara lain VDE,BS,NEC,IEC dsb.
15.4. Peraturan-peraturan lainnya yang berlaku setempat.
15.5. Instalasi listrik di dalam bangunan meliputi penyediaan instalasi listrik untuk
penerangan, titik lampu, stop kontak, alat-alat khusus dan lain sebagainya .
15.6. Secara umum penyediaan listrik didalam bangunan di lakukan secara radial melalui
panel daya dan penerangan yang terpisah dengan kabel Instalasi NYM dan NYY .
15.7. Sistem Penerangan
 Terdapat dua jenis sistem penerangan yang digunakan yaitu penerangan
didalam bangunan dan penerangan diluar bangunan.
 Fungsi utama penerangan didalam bangunan dirancang untuk memberikan
level penerangan yang cukup tanpa menimbulkan kesan silau, ekonomis serta
memberikan nilai tambah bagi estetika. Warna cahaya diusahakan serupa
dengan cahaya alami.
 Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pada ruang dalam bangunan digunakan
jenis lampu LED 10,5 watt merk philip serta stop kontak dan saklar sesuai
gambar rencana.
 Untuk ruangan WC menggunakan lampu LED 5 watt merk philip
 Kabel yang digunakan baik ruang dalam/luar menggunakan diameter 2,5 mm
merk Focus.
 Untuk kabel penyambungan dari bangunan lama kebangunan baru
menggunakan kabel 2,5 mm , Khusus AC menggunakan Kabel 4 mm merk
Focus
 semua kabel pada bangunan baru menggunakan merk Focus.
 Pada bangunan atas dan bawah, semua instalasi listrik dipasang BARU.
15.8. Dalam pemilihan material, pertimbangan dilakukan terhadap berbagai aspek, antara
lain aspek fungsional (rating peralatan dan level iluminasi/jenis cahaya), aspek
estetika (bentuk, warna, dimensi) dan aspek ekonomis (harga, ketersedian) dan
aspek keandalan/keamanan (pemenuhan terhadap standar) dan lain sebagainya.
15.9. Pekerjaan dianggap selesai apabila :
 telah mendapat surat pernyataan bahwa instalasi baik dari direksi / Pengawas.
 Semua persoalan mengenai kontrak dengan Pemilik telah dipenuhi, sehingga
Pemilik dapat membenarkannya.
 Seluruh instalasi terpasang telah ditest, bersama – sama dengan Direksi /
Pengawas, Konsultan Perencana dan Pemilik dengan hasil baik, sesuai dengan
spesifikasi teknis.
15.10.
15.11. Instalasi digunakan jenis Downlight 4’.
15.12. Pemilihan Material Instalasi
 Dalam pemilihan material, pertimbangan dilakukan terhadap berbagai aspek,
antara lain aspek fungsional (rating peralatan dan level iluminasi/jenis
cahaya), aspek estetika (bentuk, warna, dimensi) dan aspek ekonomis
(harga, ketersedian) dan aspek keandalan/keamanan (pemenuhan terhadap
standar) dan lain sebagainya.
15.13. Pekerjaan dianggap selesai apabila :
 Telah mendapat surat pernyataan bahwa instalasi baik dari direksi / Pengawas.
 Semua persoalan mengenai kontrak dengan Pemilik telah dipenuhi, sehingga
Pemilik dapat membenarkannya.
 Seluruh instalasi terpasang telah ditest, bersama – sama dengan Direksi /
Pengawas, Konsultan Perencana dan Pemilik dengan hasil baik, sesuai dengan
spesifikasi teknis.

PASAL 16 : PEKERJAAN PENYELESAIAN.


15.1 Yang dimaksudkan pekerjaan penyelesaian ini adalah pekerjaan-pekerjaan
perbaikan sebelum serah terima pertama dilaksanakan.
15.2 Pekerjaan dapat dinyatakan selesai bila telah diadakan pemeriksaan dari
Proyek, Pengelola Teknis/Dinas terkait, Konsultan Pengawas dan
Kontraktor, dengan hasil yang memuaskan.

Anda mungkin juga menyukai