Artikel Kel 1 Hukum Perdata Revisi
Artikel Kel 1 Hukum Perdata Revisi
Kelompok I
Mengenal Hukum Perorangan : Mengkategorisasikan Manusia ( naturlijk Persoon dan Recht Persoon)
Sebagai Subjek Hukum dan Perubahan Konsep Naturlijk Persoon pada Era Digital
1
Ahmad Irfansyah Rosyadi
syaikun.amrullah@icloud.com
3
Alfianto Setiawan
alfiantosetiawan7@gmail.com
Abstract
Personal Law is the law regarding persons (person's name, place of residence, legal capacity) and legal entities as legal subjects. The validity of a human
being as the bearer of rights (the legal subject starts when he is born and ends when he dies). Even though according to law, every person bears or has
rights and obligations, in law not everyone can act independently in implementing their rights. The technique for collecting data uses literature study by
collecting a number of books from the IAIN Palangka Raya library. The word individual or person (person) means the bearer of rights/obligations or a
subject in law. The validity of a person as bearer of rights, from the time he is born until he dies. In civil law, people can be categorized into two main
types: "natuurlijk persoon" (human individual) and “rechtspersoon" (legal entity). Natuurlijk Persoon refers to human individuals as legal subjects while
Rechtspersoon refers to legal entities recognized as legal subjects. separate from physical individuals. As legal subjects, Natuurlijk persons have legal
rights and obligations granted by the laws in force in the territory where they are located.
Keywords: Person, Legal Subject, Individual
Abstrak
Hukum Perorangan adalah hukum tentang orang ( nama orang, tempat tinggal, kecakapan hukum) dan badan hukum sebagai subyek
hukum. Berlakunya seorang manusia sebagai pembawa hak (subyek hukum ialah mulai saat ia dilahirkan dan berakhir pada saat ia
meninggal dunia). Meskipun menurut hukum, setiap orang pembawa atau mempunyai hak dan kewajiban, tetapi di dalam hukum tidak
semua orang dapat bertindak sendiri dalam melaksanakan hak-haknya. teknik untuk pengumpulan data menggunakan studi literatur
dengan mengumpulkan sejumlah buku dari perpustakaan IAIN Palangka Raya. perkataan perorangan atau orang (persoon) berarti pembawa
hak/kewajiban atau subjek dalam hukum. Berlakunya seseorang sebagai pembawa hak, mulai dari dia dilahirkan sampai dia meninggal
dunia. Dalam hukum perdata, orang dapat dikategorikan menjadi dua jenis utama: "natuurlijk persoon" (individu manusia) dan
“rechtspersoon" (badan hukum). Natuurlijk Persoon merujuk kepada individu manusia sebagai subjek hukum sedangkan Rechtspersoon
merujuk kepada entitas hukum yang diakui sebagai subjek hukum yang terpisah dari individu fisik. Sebagai subjek hukum, Natuurlijk
person memiliki hak dan kewajiban hukum yang diberikan oleh hukum yang berlaku di wilayah tempat mereka berada.
PENDAHULUAN
Hukum Perorangan adalah hukum tentang orang ( nama orang, tempat tinggal, kecakapan hukum) dan badan
hukum sebagai subyek hukum. Berlakunya seorang manusia sebagai pembawa hak (subyek hukum ialah mulai saat ia
dilahirkan dan berakhir pada saat ia meninggal dunia). Meskipun menurut hukum, setiap orang pembawa atau mempunyai hak
dan kewajiban, tetapi di dalam hukum tidak semua orang dapat bertindak sendiri dalam melaksanakan hak-haknya.
KAJIAN LITERATUR
Hukum perorangan perdata merupakan salah satu cabang ilmu hukum perdata yang mengatur tentang subjek
hukum dan segala aspek terkait seperti kapasitas hukum, kewarganegaraan, domisili, perkawinan, hubungan keluarga, harta
kekayaan, dan warisan. Manfaat mengkaji hukum perorangan dapat memahami konsep manusia (naturlijk persoon dan recht
METODE PENELITIAN
Mengenal Hukum Perorangan : Mengkategorisasikan Manusia ( naturlijk Persoon dan Recht Persoon) Sebagai Subjek Hukum
1
Ahmad Irfansyah Rosyadi, Syaikun Amrullah, Alfianto Setiawan
Jenis penelitian yang digunakan melalui Penelitian Perpustakaan yang mana bersumber dari perpustakaan IAIN Palangka Raya,
pendekatan penelitian yang digunakan pendekatan kualitatif, teknik untuk pengumpulan data menggunakan studi literatur dengan
mengumpulkan sejumlah buku, serta metode menganalisis data adalah deskriptif.
PEMBAHASAN
A. Definisi Orang (Personen Recht)
Di dalam hukum, perkataan perorangan atau orang (persoon) berarti pembawa hak/kewajiban atau subjek dalam
hukum. Berlakunya seseorang sebagai pembawa hak, mulai dari dia dilahirkan sampai dia meninggal dunia, malahan
dalam hal tentu (perihal warisan) dapat dihitung berlaku surut sejak yang bersangkutan masih dalam kandungan. Kalau
1
kemudian yang bersangkutan meninggal sebelum dilahirkan maka kedudukannya sebagai pembawa hak berakhir pula.
Istilah hukum [tentang] orang berasal dari terjemahan kata Personenrecht (Belanda) atau Personal Law (Inggris).
Pengertian hukum orang menurut Subekti, adalah peraturan tentang manusia sebagai subyek hukum, peraturan-peraturan
perihal kecakapan untuk memiliki hak dan kewajiban untuk bertindak sendiri, melaksanakan hak-haknya itu serta hal-hal
yang mempengaruhi kecakapan itu. Sementara menurut Algra, yang diartikan hukum orang (personenrecht) adalah
2
keseluruhan peraturan hukum mengenai keadaaan [hoedanigheden] dan wewenang [bevoegdheden] seseorang.
Di dalam hukum perdata (Burgerlijk Wetboek), perkataan perorangan atau orang (persoon) berarti pendukung hak
dan kewajiban. Hak yang dimaksudkan di sini adalah hak keperdataan yang tidak tergantung kepada agama, golongan,
jenis kelamin atau umur, dan juga tidak tergantung kepada kedudukannya dalam negara yang menyangkut hak-hak
3
ketatanegaraannya.
Dalam hukum perdata, orang dapat dikategorikan menjadi dua jenis utama: "natuurlijk persoon" (individu manusia)
dan “rechtspersoon" (badan hukum). Natuurlijk Persoon merujuk kepada individu manusia sebagai subjek hukum. Setiap
orang yang lahir dan memiliki keberadaan fisik diakui sebagai "natuurlijk persoon" dalam hukum perdata. Sebagai
individu, mereka memiliki hak dan kewajiban hukum yang dapat dijalankan dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku. Contoh (natuurlijk person) termasuk individu seperti Mahasiswa dan Dosen, serta individu lainnya
dalam masyarakat.
Rechtspersoon merujuk kepada entitas hukum yang diakui sebagai subjek hukum yang terpisah dari individu fisik.
Rechtspersoon dapat berupa badan hukum publik (seperti pemerintah daerah) atau badan hukum privat (seperti
perusahaan atau yayasan). Rechtspersoon memiliki hak dan kewajiban hukum tersendiri, termasuk kemampuan untuk
memiliki properti, mengadakan kontrak, dan menggugat atau digugat di pengadilan. Contoh rechtspersoon termasuk
perusahaan dagang, yayasan, dan koperasi. Rechts-persoon atau badan hukum adalah orang yang diciptakan oleh
hukum dan mampu melakukan perbuatan-perbuatan hukum yang memiliki kekayaan sendiri. Badan-badan atau
perkumpulan tersebut dinamakan Badan Hukum (rechtpersoon) yang berarti orang (persoon) yang diciptakan oleh
1
Zaeni & Arief Rahman Asyhadie, Pengantar Ilmu Hukum, 1st ed. (Jakarta: Rajawali Pers, 2016)., 61-62.
2
Titik Triwulan Tutik Triyanto, Pengantar Hukum Perdata Di Indonesia, ed. Rina (Jakarta: Prestasi Pusaka, 2006)., 35.
3
Zaeni Asyhadie, Hukum Keperdataan Dalam Perspektif Hukum Nasional, Perdata (BW), Hukum Islam, Dan Hukum Adat (Depok: PT RajaGrafindo
Persada, 2018)., 40-41.
2
3
hukum. Rechtspersoon biasa disebut sebagai badan hukum yang merupakan persona ficta atau orang yang diciptakan
4
oleh hukum sebagai persona.
Perbedaan utama antara natuurlijk person dan rechtspersoon adalah bahwa yang pertama merujuk kepada individu
manusia, sementara yang kedua merujuk kepada entitas hukum yang dapat berdiri di luar individu. Kategorisasi ini
penting dalam hukum perdata karena membantu dalam menentukan hak, kewajiban, dan tanggung jawab dalam berbagai
konteks hukum.
Sebagai subjek hukum, Natuurlijk person mengacu pada individu manusia yang diakui oleh hukum sebagai entitas
yang memiliki hak dan kewajiban hukum. Sebagai subjek hukum, Natuurlijk person memiliki hak dan kewajiban hukum
yang diberikan oleh hukum yang berlaku di wilayah tempat mereka berada. Hak ini meliputi hak untuk memiliki
properti, hak untuk mengadakan kontrak, dan hak untuk melindungi diri dari pelanggaran hukum. Kewajiban mencakup
5
kewajiban untuk mematuhi hukum, melaksanakan kontrak dengan itikad baik, dan membayar pajak yang diperlukan.
Setiap natuurlijk person diakui oleh hukum memiliki kepribadian hukum yang terpisah dari individu lainnya. Ini
berarti bahwa mereka memiliki kemampuan untuk memiliki hak dan kewajiban hukum yang independen. Natuurlijk
persoon memiliki kemampuan hukum untuk melakukan tindakan hukum, seperti mengadakan kontrak, menuntut haknya
di pengadilan, dan melakukan perbuatan hukum lainnya. Mereka juga memiliki kemampuan untuk diberikan hak dan
6
kewajiban hukum oleh hukum.
Identitas kewarganegaraan (natuurlijk person) mempengaruhi hak dan kewajiban hukum yang mereka miliki. Hak-
hak tertentu, seperti hak untuk memilih dalam pemilihan umum, dapat bergantung pada kewarganegaraan. Natuurlijk
persoon dilindungi oleh hukum dalam hal hak asasi manusia, termasuk hak atas kehidupan, kebebasan, dan martabat.
Mereka juga memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dalam hal hak-hak mereka dan untuk mengajukan
Dengan demikian, Natuurlijk persoon sebagai subjek hukum memiliki peran penting dalam sistem hukum untuk
7
memastikan perlindungan hak individu dan menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban dalam masyarakat.
Hukum Indonesia mengakui setiap manusia sebagai subjek hukum. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1 ayat (1) KUH
Perdata yang menyatakan bahwa menikmati hak kewarganegaraan tidak tergantung pada hak negara. Pengakuan
manusia sebagai subjek hukum dimulai sejak manusia dalam kandungan (jika kepentingannya menghendakinya), sampai
manusia itu mati. Pengaturan Pasal 1 KUH Perdata ini sejalan dengan apa yang diatur dalam Pasal 2 dan 3 KUH Perdata.
Pasal 2 KUH Perdata menyatakan bahwa seorang anak dalam kandungan seorang perempuan dianggap telah lahir,
bilamana kepentingan anak itu dikehendaki. Jika dia meninggal saat lahir, dia dianggap tidak pernah ada. Pasal 3 KUH
4
Dyah Hapsari Prananingrum, “TELAAH TERHADAP ESENSI SUBJEK HUKUM:MANUSIA DAN BADAN HUKUM,” Jurnal Refleksi Hukum Vol 8
No 1 (2014), https://doi.org/https://doi.org/10.24246/jrh.2014.v8.i1.p73-92.
5
Triyanto, Pengantar Hukum Perdata Di Indonesia., 37-38.
6
Neng Yani Nurhayani, Hukum Perdata, 1st ed. (Bandung: Pustaka Setia, 2015)., 79-80.
7
Triyanto, Op .Cit., 39.
Ahmad Irfansyah Rosyadi, Syaikun Amrullah, Alfianto Setiawan
Perdata menyatakan bahwa tidak ada hukuman yang mengakibatkan kematian perdata, atau hilangnya semua hak
8
kewarganegaraan.
Menurut Pasal 2 KUHPerdata, manusia menjadi pendukung hak dan kewajiban dalam hukum sejak lahir
sampai meninggal, tetapi tidak semua orang sebagai pendukung hukum (recht) adalah cakap (bekwaam) untuk
melaksanakan sendiri hak dan kewajibannya. Secara eksplisit di dalam KUHPerdata tidak disebutkan definisi
kecakapan. Secara konsepsional, cakap (bekwaam) terkait kepada keadaan seseorang berdasarkan unsur fisiologis dan
psikologis sehingga makna kecakapan terkait dengan umur, melekat pada mereka yang telah tidak lagi
“minderjarig”, yaitu setelah dianggap memasuki fase kedewasaan akhir atau disebut adulthood. Hal ini terkait dengan
9
kapasitas mental dan akal sehat seseorang untuk mengetahui akibat-akibat perbuatannya.
Meskipun menurut hukum sekarang ini, setiap orang tanpa kecuali dapat memiliki hak-haknya, akan
tetapi di dalam hukum, tidak semua orang dapat diperbolehkan bertindak sendiri di dalam melaksanakan hak-
haknya itu. Menurut Pasal 1330 KUHPerdata, mereka yang oleh hukum telah dinyatakan tidak cakap untuk
Orang-orang yang belum dewasa hanya dapat menjalankan hak dan kewajibannya dengan perantaraan
orang lain, atau sama sekali dilarang. Kecakapan untuk bertindak di dalam hukum bagi orang-orang yang
1) Menurut Pasal 330 KUHPerdata, orang yang dikatakan belum dewasa apabila ia belum mencapai usia 21
tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin. Apabila ia telah menikah, maka ia dianggap telah dewasa dan
ia tidak akan menjadi orang yang di bawah umur lagi, meskipun perkawinannya diputuskan sebelum ia
2) Dalam Hukum Waris, seseorang yang belum mencapai umur 18 tahun tidak dapat membuat wasiat
3) Menurut Pasal 19 UU No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilu, untuk dapat memilih di dalam pemilihan umum
8
Ahmad Supriyadi, “ANALISIS ORANG SEBAGAI SUBYEK HUKUM DENGAN PENDEKATAN SOSIOLOGI HUKUM ISLAM DAN HUKUM
PERDATA,” Jurnal Addin Vol 3 No 2 (2011), http://e-journal.stainkudus.ac.id/index.php/Addin/article/view/31., 33.
9
D. W. Kumalasari, D., & Ningsih, “Syarat Sahnya Perjanjian Tentang Cakap Bertindak Dalam Hukum Menurut Pasal 1320 Ayat (2) K.U.H.Perdata,”
Jurnal Pro Hukum : Jurnal Penelitian Bidang Hukum Universitas Gresik Vol 7 No 2 (2018), 6.
4
5
Sebagai informasi, permohonan Nomor 93/PUU-XX/2022 dalam perkara pengujian materiil Pasal 433
KUHPerdata terhadap UUD 1945 diajukan oleh Yayasan Indonesian Mental Healt Association (IMHA), Syaiful
Anam, dan Nurhayati Ratna Saridewi. Pasal 433 KUHPerdata menyatakan , “Setiap orang dewasa yang selalu
dalam keadaan dungu, sakit otak atau mata gelap harus ditaruh di bawah pengampuan, bahkan ketika ia
Kuasa hukum para Pemohon, Anang Zubaidy dalam sidang Pemeriksaan Pendahuluan yang digelar di
MK pada Senin (26/9/2022) secara daring mengatakan Pasal 433 KUHPerdata bertentangan dengan Pasal 28B
ayat (1) UUD 1945 berkaitan dengan pengakuan dan persamaan di hadapan hukum dan asas kepastian hukum
yang adil. Pasal tersebut menjadikan keadaan disabilitas dalam hal ini dungu, mata gelap sebagai alasan untuk
menyangkal kapasitas hukum disabilitas mental. Sehingga yang bersangkutan tidak mendapatkan hak untuk
Pasal 433 KUHPerdata sesungguhnya telah mengakui bahwa gangguan kejiwaan dapat bersifat episodic
yakni dengan adanya pencantuman frasa sekalipun kadang cakap mempergunakan pikirannya. Namun Pasal
433 KUHPerdata menyamaratakan antara episodik dengan orang yang selalu berada dalam keadaan dungu,
gila, mata gelap dana tau keborosan. Padahal, tidak semua penyandang disabilitas mental memiliki gangguan
psikis yang bersifat permanen sebagai contoh skizofrenia yang merupakan permasalahan kejiwaan yang
episodik bukan menetap, dikarenakan sifat episodik tersebut penyandang disabilitas mental tidak selalu berada
dalam keadaan yang disebut tidak mampu berpikir atau berbuat rasional.
Oleh karena itu , dalam petitum para Pemohon meminta Mahkamah menyatakan Pasal 433 KUHPerdata
tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang frasa “dungu, gila, mata gelap dan/atau keborosan” tidak
10
dimaknai sebagai penyandang disabilitas mental.
Menurut Pasal 433 KUHPerdata, orang yang ditaruh di bawah pengampuan adalah orang yang dungu,
sakit ingatan atau mata gelap, dan orang boros. Mengenai hal ini, diatur dalam ketentuan-ketentuan berikut ini:
1) Seseorang yang karena ketaksempurnaan akalnya ditaruh di bawah pengampuan, telah mengikatkan
dirinya dalam suatu perkawinan, dapat diminta pembatalan perkawinan (Pasal 88 ayat 1 KUHPerdata).
2) Untuk dapat membuat atau mencabut suatu surat wasiat, seorang harus mempunyai akal budinya (Pasal
895 KUHPerdata).
3) Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan dianggap tak cakap untuk membuat suatu perjanjian (Pasal
1330 KUHPerdata).
Khusus untuk orang perempuan yang dinyatakan tidak cakap dalam perbuatan hukum dalam hal:
1) Membuat perjanjian, memerlukan bantuan atau izin dari suami (Pasal 108 KUHPerdata).
2) Menghadap di muka hakim harus dengan bantuan suami (Pasal 110 KUHPerdata).
10
Utami Argawati, “Penyandang Disabilitas Mental Perlu Dukungan,” 2 Maret 2023, 2023. (diakses pada 20 Maret 2024, pukul 09.23 WIB)
Ahmad Irfansyah Rosyadi, Syaikun Amrullah, Alfianto Setiawan
Untuk masa sekarang ini, ketentuan Pasal 108 KUHPerdata ini telah dicabut dengan Surat Edaran
Mahkamah Agung No.3 Tahun 1963 tanggal 4 Agustus 1963. Hal ini ditegaskan lagi dalam Pasal 31 Undang-
Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, dimana hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah
tangga dan dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat; dan masing-masing pihak berhak untuk
melakukan perbuatan hukum. Selanjutnya menurut Pasal 36 ayat (2) Undang-Undang dan istri mempunyai hak
11
sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta bendanya.
Perbuatan hukum menurut R. Soeroso dalam Pengantar Ilmu Hukum , adalah setiap perbuatan manusia yang
dilakukan dengan sengaja untuk menimbulkan hak dan kewajiban. Perbuatan hukum adalah setiap perbuatan
subjek hukum (manusia atau badan hukum) yang akibatnya diatur oleh hukum, karena akibat itu bisa dianggap
perbuatan hukum atau tindakan hukum baru terjadi apabila ada “pernyataaan kehendak”. Untuk adanya
a) Adanya kehendak orang itu untuk bertindak, menerbitkan/menimbulkan akibat yang diatur oleh hukum.
b) Pernyataan kehendak, pada asasnya tidak terikat pada bentuk-bentuk tertentu dan tidak ada
12
pengecualiannya.
Analisis
Di dalam hukum, perkataan perorangan atau orang (persoon) berarti pembawa hak/kewajiban atau subjek dalam hukum. Istilah
hukum [tentang] orang berasal dari terjemahan kata Personenrecht (Belanda) atau Personal Law (Inggris). Pengertian hukum orang menurut
Subekti, adalah peraturan tentang manusia sebagai subyek hukum, peraturan-peraturan perihal kecakapan untuk memiliki hak dan
kewajiban untuk bertindak sendiri, melaksanakan hak-haknya itu serta hal-hal yang mempengaruhi kecakapan itu. Di dalam hukum
perdata (Burgerlijk Wetboek), perkataan perorangan atau orang (persoon) berarti pendukung hak dan kewajiban. Natuurlijk Persoon
merujuk kepada individu manusia sebagai subjek hukum. Setiap orang yang lahir dan memiliki keberadaan fisik diakui sebagai "natuurlijk
persoon" dalam hukum perdata. Rechtspersoon merujuk kepada entitas hukum yang diakui sebagai subjek hukum yang terpisah dari
individu fisik. Perbedaan utama antara natuurlijk person dan rechtspersoon adalah bahwa yang pertama merujuk kepada individu manusia,
sementara yang kedua merujuk kepada entitas hukum yang dapat berdiri di luar individu.
Sebagai subjek hukum, Natuurlijk person memiliki hak dan kewajiban hukum yang diberikan oleh hukum yang berlaku di wilayah
tempat mereka berada. Kewajiban mencakup kewajiban untuk mematuhi hukum, melaksanakan kontrak dengan itikad baik, dan membayar
pajak yang diperlukan. Setiap natuurlijk person diakui oleh hukum memiliki kepribadian hukum yang terpisah dari individu lainnya. Ini
berarti bahwa mereka memiliki kemampuan untuk memiliki hak dan kewajiban hukum yang independen. Identitas kewarganegaraan
(natuurlijk person) mempengaruhi hak dan kewajiban hukum yang mereka miliki. Mereka juga memiliki hak untuk mendapatkan
perlindungan hukum dalam hal hak-hak mereka dan untuk mengajukan gugatan jika hak-hak mereka dilanggar. Dengan demikian,
Natuurlijk persoon sebagai subjek hukum memiliki peran penting dalam sistem hukum untuk memastikan perlindungan hak individu dan
menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban dalam masyarakat. Pengaturan Pasal 1 KUH Perdata ini sejalan dengan apa yang diatur
dalam Pasal 2 dan 3 KUH Perdata. Pasal 3 KUH Perdata menyatakan bahwa tidak ada hukuman yang mengakibatkan kematian perdata,
Meskipun menurut hukum sekarang ini, setiap orang tanpa kecuali dapat memiliki hak-haknya, akan tetapi di dalam hukum, tidak
semua orang dapat diperbolehkan bertindak sendiri di dalam melaksanakan hak-haknya itu. Menurut Pasal 1330 KUHPerdata, mereka yang
11
P.N.H. Simanjuntak, Hukum Perdata Indonesia (Jakarta: Kencana, 2017)., 21-22.
12
R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum (Sinar Grafika, 1993)., 291-292.
6
7
oleh hukum telah dinyatakan tidak cakap untuk melakukan sendiri perbuatan hukum ialah :. Orang-orang yang belum dewasa hanya dapat
menjalankan hak dan kewajibannya dengan perantaraan orang lain, atau sama sekali dilarang. Kecakapan untuk bertindak di dalam hukum
bagi orang-orang yang belum dewasa ini diatur dalam ketentuan sebagai berikut.
Menurut Pasal 330 KUHPerdata, orang yang dikatakan belum dewasa apabila ia belum mencapai usia 21 tahun dan tidak lebih
dahulu telah kawin. Adapun menurut Pasal 19 UU No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilu, untuk dapat memilih di dalam pemilihan umum harus
sudah berumur 17 tahun. Menurut Pasal 433 KUHPerdata, orang yang ditaruh di bawah pengampuan adalah orang yang dungu, sakit
ingatan atau mata gelap, dan orang boros. Tahun 1974 tentang Perkawinan, dimana hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah
tangga dan dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat; dan masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.
Selanjutnya menurut Pasal 36 ayat (2) Undang-Undang dan istri mempunya hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai
harta bendanya. Perbuatan hukum menurut R. Soeroso dalam Pengantar Ilmu Hukum , adalah setiap perbuatan manusia yang dilakukan
PENUTUP
Berdasarkan paparan di atas, dapat kami simpulkan kalau kemudia yang bersangkutan meninggal sebelum dilahirkan
maka kedudukannya sebagai pembawa hak berakhir pula. Istilah hukum orang berasal dari terjemahan kata Personenrecht atau
Personal Law. Sementara menurut Algra, yang diartikan hukum orang adalah keseluruhan peraturan hukum mengenai keadaan
dan wewenang seseorang. Di dalam hukum perdata, perkataan perorangan atau orang berarti pendukung hak dan kewajiban.
Natuurlijk Persoon merujuk kepada individu manusia sebagai subjek hukum. Contoh termasuk individu seperti mahasiswa dan
dosen, serta individu lainnya dalam masyarakat. Rechtpersoon dapat berupa badan hukum publik atau badan hukum privat.
Contoh rechtpersoon termasuk perusahaan dagang, yayasan, dan koperasi. Identitas kewarganegaraan mempengaruhi hak dan
kewajiban hukum yang mereka miliki. Hak-hak tertentu, seperti hak untuk memilih dalam pemilihan umum, dapat bergantung
pada kewarganegaraan. Natuurlijk Persoon dilindungi oleh hukum dalam hal hak asasi manusia, termasuk hak atas kehidupan,
kebebasan, dan martabat. Hukum indonesia mengakui setiap manusia sebagai subjek hukum, Hal ini dapat dilihat dalam Pasal
1 ayat KUH Perdata yang menyatakan bahwa menikmati hak kewarganegaraan tidak tergantung pada hak negara. Untuk masa
sekarang ini, ketentuan pasal 108 KUH Perdata ini telah dicabut dengan surat Edaran Mahkamah Agung No.3 Tahun 1963
tanggal 4 Agustus 1963. Hal ini ditegaskan lagi dalam pasal 31 Undang-Undang No.1 Tahun 1964 tentang perkawinan.
Selanjutnya, menurut pasal 36 ayat 2 Undang-Undang dan istri mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan
hukum mengenai harta bendanya. Perbuatan hukum adalah setiap perbuatan subjek hukum Pernyataan kehendak, pada
asasnya tidak terikat pada bentuk-bentuk tertentu dan tidak ada pengecualiannya.
DAFTAR PUSTAKA