Bookchapter Lu Juan
Bookchapter Lu Juan
Kunci Nilai budaya yang terkandung pada pakaian adat membuat keberadaannya dianggap
Fungsi; penting bagi pendukung budaya tertentu. Demikian pula dengan pakaian adat yang
Jenis;
Pakaian Adat; dimiliki suku Maonan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis dan
Suku Maonan fungsi pakaian adat Suku Maonan berdasarkan rumusan Koentjaraningrat (2017)
bahwa pakaian adat merupakan cerminan dari identitas, status, hierarki, gender,
memiliki nilai simbolik, dan ekspresi cara hidup tertentu. Penelitian ini merupakan
ACC siap untuk diujikan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode studi pustaka dan teknik baca-catat.
Hasil penelitian membuktikan bahwa pakaian adat suku Maonan terbagi
berdasarkan jenis kelamin, usia, dan musim. Pakaian adat suku Maonan berfungsi
sebagai pelindung tubuh dari cuaca, identitas budaya dan sebagai alat pewaris
budaya.
Keywords The cultural values contained in traditional clothing make their existence
Function; important for supporters of specific cultures, likewise, with the traditional clothes
Maonan’s ethnic;
Traditional Clothes; owned by the Maonan tribe. This study aims to describe the types and functions of
Type the Maonan traditional clothing based on the formulation of Koentjaraningrat
(2017) that traditional clothing is a reflection of identity, status, hierarchy, gender,
has symbolic values, and is an expression of a particular way of life. This
qualitative descriptive study uses literature study methods and note-reading
techniques. The results of the study prove that the traditional clothing of the
Maonan tribe is divided based on gender, age, and season. The functions of
Maonan traditional clothing are body protection from the weather, as cultural
identity, and as a means of cultural inheritance.
1. Pendahuluan
Kebudayaan merupakan bagian dari peradaban manusia yang terbentuk seiring
berjalannya waktu dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebudayaan
melingkupi berbagai aspek dalam kehidupan yang kemudian menjadi identitas suatu
kelompok masyarakat atau komunitas. Pakaian merupakan salah satu aspek penting dalam
kehidupan manusia. Melihat dari fungsi utamanya sebagai pelindung tubuh, pakaian juga
memiliki nilai identitas dan kebudayaan mengambil peran di dalamnya.
Suatu kelompok masyarakat umumnya memiliki ciri khas pakaian adat dengan
berbagai simbol budaya dan kepercayaan yang terkandung di dalamnya. Dalam KBBI
pakaian adat didefinisikan sebagai pakaian resmi khas suatu daerah. Bertolak dari definisi
tersebut pakaian adat dapat dimaknai juga sebagai sebuah pakaian tradisional yang
digunakan oleh masyarakat pada suatu daerah dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Pakaian adat merupakan kebanggaan identitas yang mendukung kebudayaan sehingga
https://fsbk.uad.ac.id/ fsbk@uad.ac.id
2 Fakultas Sastra, Budaya, dan Komunikasi ISSN 2964-2817
Tema Naskah
menjadi identitas yang perlu dipertahankan. Kelengkapan dari pakaian adat sangat beragam
dengan adanya aksesori lengkap yang menambah keindahannya sebagai busana tradisional
(Melamba, 2012:196).
Nilai budaya yang terkandung dalam pakaian adat membuat keberadaannya dianggap
penting bagi masyarakat pendukung kebudayaan tertentu. Demikian pula dengan pakaian
adat yang dimiliki suku Maonan. Suku Maonan merupakan salah satu kelompok etnis
minoritas yang tersebar di daerah pegunungan Tiongkok. Suku Maonan tersebar di wilayah
utara daerah Otonom Guangxi Zhuang. Jumlah suku Maonan kurang lebih 107.166 orang
(http://english.scio.gov.cn/m/chinafacts/node_7247636.htm). Suku Maonan bermukim di
daerah subtropis yang bercirikan iklim sedang dan pemandangan indah, dengan bukit-bukit
berbatu yang menjorok di sana-sini dengan iklim sejuk khas pegunungan. Suku Maonan
tinggal di daerah pegunungan, sehingga populasinya sangat sedikit. Berada di area
pegunungan dengan iklim sejuk tersebut membuat masyarakat Maonan cenderung
membutuhkan pakaian yang hangat.
Pada dasarnya pakaian yang dimiliki masyarakat suku Maonan sama dengan pakaian
suku Han dan suku Zhuang sebagai suku mayoritas. Perbedaannya terletak pada penggunaan
rompi sebagai pelengkap pada pakaian tradisional suku Maonan. Masyarakat Maonan
memiliki sistem pembagian jenis pakaian yang cukup unik, di mana tidak hanya terbagi
berdasarkan jenis kelamin, yakni perempuan mengenakan rok panjang sedangkan laki-laki
menggunakan celana panjang. Dalam suku Maonan pembagian jenis pakaian tradisional juga
dilakukan berdasarkan usia, musim, dan status sosial. Pembagian berdasarkan usia pemakai,
yakni anak-anak, remaja, dan orang tua. Pembagian berdasarkan musim, pakaian suku
Maonan terbagi dalam dua jenis yaitu pakaian musim dingin dan pakaian musim panas.
Sementara pembagian pakaian berdasarkan status sosial terjadi pada zaman dulu ketika
pakaian diatur sesuai aturan kerajaan berdasarkan tingkatan statusnya. Pakaian kelas
bangsawan terdiri dari pakaian mewah yang dilengkapi berbagai aksesoris perhiasan.
Masyarakat Suku Maonan umum menggunakan pakaian adat sebagai pakai sehari-hari
terkecuali pada acara-acara tertentu seperti ibadah, melayat, dan beberapa acara prosesi
penting yang memang memiliki ketentuan tersendiri dalam hal pakaian.
Masyarakat Suku Maonan umumnya merajut sendiri pakaian tradisionalnya. Hal
tersebut telah menjadi tradisi yang diwariskan secara turun temurun pada setiap perempuan
dalam suku Maonan. Tradisi menenun tersebut secara tidak langsung merupakan cara bagian
dari warisan budaya yang berusaha dijaga oleh masyarakat suku Maonan. Kegiatan menenun
secara mandiri juga dianggap dapat menjaga kualitas pakaian tradisional suku Maonan
karena dikerjakan langsung oleh perempuan-perempuan suku tersebut. Hal ini menjadi nilai
identitas tersendiri yang dibawa dalam setiap helai pakaian tradisional suku Maonan.
Penelitian ini akan mendeskripsikan tentang jenis dan fungsi pakaian tradisional masyarakat
suku Maonan.
2. Metodologi
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan menekankan
pada analisis makna guna menemukan fungi dari pakaian adat suku Maonan. Moleong
(2018: 4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati. Proses penelitian akan diawali dengan penentuan objek material maupun
objek formal yang akan digunakan dalam sebuah penelitian. Objek material dalam penelitian
ini adalah pakaian adat suku Maonan. Pakaian adat merupakan salah satu bentuk hasil
produk budaya yang dihasilkan oleh masyarakat suku Maonan, sehingga dalam hal ini
pendekatan antropologi budaya menjadi pilihan objek formal yang akan digunakan sebagai
pisau analisis dalam penelitian kali ini.
Setelah melalui proses penetapan objek formal dan objek material yang akan
digunakan, proses berikutnya adalah tahap pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan
dengan metode studi pustaka yakni dengan mengumpulkan berbagai referensi bacaan yang
dianggap memiliki korelasi dengan penelitian yang akan dilakukan. Sistem baca-catat
digunakan selama proses pengumpulan data. Dokumen pustaka berupa buku atau dokumen
penting juga sangat dibutuhkan sebagai data penunjang dalam penelitian (Endraswara, 2015:
67). Setelah data berhasil dikumpulkan, kemudian diklasifikasikan sesuai kelompoknya
masing-masing untuk kemudian diolah dalam proses analisis.
3. Teori
3.1. Kebudayaan
Para ahli ilmu sosial banyak merumuskan definisi dan konsep kebudayaan, misalnya
Edward Tylor, seorang antropolog Inggris yang mendefinisikan bahwa kebudayaan
merupakan keseluruhan pola perilaku, norma nilai, kepercayaan, tradisi, dan pengetahuan
yang dibagikan oleh sekelompok orang dalam masyarakat tertentu (Koentjaraningrat, 2017:
23). Hal ini meliputi berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk cara berpakaian,
makanan, seni, agama, bahasa, sistem ekonomi, dan banyak lagi. C Kluckhohn seorang
antropolog Amerika Serikat mendefinisikan kebudayaan sebagai arsitektur kehidupan yang
mencakup panduan untuk menghadapi situasi dan tantangan dalam kehidupan. Dalam
konsep ini, kebudayaan membentuk cara orang berinteraksi, berpikir, dan merasakan dunia
di sekitar mereka (Koentjaraningrat, 2017: 25). Clifford Geertz seorang antropolog Amerika
Serikat mendefinisikan kebudayaan sebagai sebuah sistem makna yang diwariskan dan
dilakukan secara simbolis. Dalam hal ini pemahaman akan simbol-simbol dan tanda-tanda
dalam konteks kebudayaan menjadi hal yang sangat penting (Geertz, 2017: 33).
Koentjaraningrat (2017: 181) memberikan pengertian tentang kebudayaan bahwa
kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam
masyarakat, yang dijadikan milik manusia melalui proses belajar. Dalam pengertian ini
kebudayaan mencakup lebih dari sekedar aspek fisik atau konkret. Kebudayaan mencakup
gagasan-gagasan, cara berperilaku, dan karya-karya yang diciptakan oleh manusia.
Kebudayaan pun tidak lahir begitu saja, tetapi dipelajari dan diteruskan dari generasi ke
generasi selanjutnya baik melalui pendidikan formal maupun non formal. Kebudayaan
menghubungkan individu dengan sejarah, mengidentifikasi kelompok tertentu, dan
membentuk identitas kolektif. Perlu digarisbawahi kebudayaan tidak hanya mencakup hal-
hal yang bersifat fisik atau konkret, tetapi juga unsur-unsur abstrak seperti mitos, cerita
rakyat, simbol-simbol, dan nilai-nilai yang membentuk pandangan dunia dan sikap
seseorang terhadap kehidupan (Koentjaraningrat, 2015: 112).
Koentjaraningrat (2017: 30) mengemukakan bahwa kebudayaan memiliki tiga wujud
yaitu kompleks ide-ide, gagasan, nilai, norma dan aturan; kompleks aktivitas dan tindakan
berpola dari manusia dan masyarakat; dan benda-benda hasil karya manusia. Wujud
kompleks ide-ide, gagasan, nilai, norma, dan aturan menunjukkan wujud ide dari
kebudayaan yang bersifat abstrak. Dalam hal ini fungsinya mengatur, mengendalikan, dan
memberi arah kepada tindakan, kelakukan, dan perbuatan. Wujud kompleks aktivitas dan
tindakan berpola merupakan perwujudan kebudayaan yang bersifat konkrit dalam bentuk
perilaku dan bahasa. Sementara wujud berupa benda-benda hasil karya manusia merupakan
wujud kebudayaan fisik yang sifatnya konkrit dalam bentuk material atau artefak
(Koentjaraningrat, 2017: 33). Pakaian adat merupakan salah satu hasil karya manusia yang
lahir dari perkembangan budaya dan teknologi manusia dan termasuk wujud kebudayaan
yang konkrit.
dengan kelompok masyarakat yang berada di wilayah pantai di mana suhu udara cenderung
lebih panas di mana pakaian dengan bahan lebih tipis akan dianggap lebih cocok.
Dalam pembuatan pakaian adat khususnya yang dikenakan sebagai pakaian sehari-
hari akan mengutamakan aspek kebutuhan dan kenyamanan. Aspek kebutuhan berkenaan
dengan fungsi dari pakaian adat tersebut, sedangkan aspek kenyamanan berkenaan dengan
rasa nyaman ketika pakaian itu digunakan. Nilai estetika dan budaya merupakan aspek
penting dalam pakaian adat. Hal ini dapat menjadi identitas sebuah kelompok masyarakat.
Di Tiongkok pakaian memiliki arti yang begitu penting bagi masyarakatnya. Hal ini
tercermin melalui salah satu pepatah “fó yào jīnzhuāng, rén yào yīzhuāg 佛要金装, 人要衣
装” (Budha harus dihiasi dengan emas, manusia harus dihiasi dengan pakaian) dan “shí yī
zhù xíng 食衣住行” (empat keperluan utama dalam kehidupan: pangan, sandang, papan, dan
transportasi). Fungsi pakaian di Tiongkok tidak hanya untuk melindungi tubuh dari hawa
panas dan dingin, atau menambah kecantikan.
Zaman dahulu status dan kedudukan masyarakat Tiongkok dapat dilihat melalui
pakaian yang dikenakannya. Pakaian bagi masyarakat Tiongkok memiliki makna sosial
budaya tersendiri yang mampu melambangkan peran serta kekuasaan seseorang dalam
masyarakat. Jenis pakaian masyarakat Tiongkok pun salah satunya dibedakan berdasarkan
tingkat status sosialnya. Maonan merupakan salah satu kelompok etnis minoritas yang
tersebar di daerah pegunungan Tiongkok. Suku Maonan tersebar di wilayah utara Daerah
Otonom Guangxi Zhuang. Jumlah suku Maonan kurang lebih 107.166 orang. Masyarakat
Maonan tinggal di daerah pegunungan, sehingga populasinya sangat sedikit. Masyarakat
Maonan tinggal di daerah sub-tropis yang ditandai dengan iklim sejuk khas pegunungan.
Bermukim di area pegunungan dengan iklim sejuk membuat membuat masyarakat Maonan
cenderung membutuhkan pakaian hangat.
4. Temuan dan Pembahasan
Pada akhirnya membuat masyarakat Tiongkok mulai lebih terbuka dan
membebaskan masyarakatnya dalam menentukan pilihan pakaian yang ingin dikenakan
sesuai dengan kebutuhan dan keinginan setiap masyarakat. Saat ini seseorang cenderung
memilih pakaian sesuai dengan kebutuhan, kepribadian, mode, dan selera mereka, maka hal
ini sangat berlawanan dengan masyarakat Tiongkok zaman dahulu. Akan tetapi pakaian adat
seperti milik suku Maonan masih dapat ditemui hingga kini di tengah-tengah masyarakat.
Masyarakat Suku Maonan umumnya menggunakan pakaian adat sebagai pakaian
sehari-hari terkecuali pada acara-acara tertentu seperti ibadah, melayat, dan beberapa acara
prosesi penting yang memang memiliki ketentuan tersendiri dalam hal pakaian. Pakaian adat
suku Maonan dibuat menggunakan bahan alami dan teknik tenun dan bordir tradisional yang
telah diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Merajut menjadi
tradisi umum yang diwariskan secara turun temurun bagi perempuan Maonan. Hal tersebut
membuktikan bahwa terdapat nilai-nilai budaya yang diwariskan secara turun-temurun
dalam pembuatan pakaian tradisional masyarakat suku Maonan. Merajut merupakan salah
satu pekerjaan domestik bagi perempuan Suku Maonan. Hampir setiap rumah suku Maonan
memiliki alat rajut dan perempuan suku Maonan umumnya bisa merajut.
Pakaian adat suku Maonan pada dasarnya sama dengan pakaian adat suku Han dan
Suku Zhuang sebagai suku mayoritas yang juga mendiami daratan China. Perbedaannya
terletak pada penggunaan rompi sebagai pelengkap pada pakaian tradisional suku Maonan.
Pada zaman dahulu baik laki-laki maupun perempuan pada suku Maonan umumnya suka
mengenakan cardigan. Pakaian untuk laki-laki umumnya terdiri dari atasan berupa pakaian
panjang yang dilengkapi cardigan khusus untuk laki-laki dan bawahan berupa celana
panjang. Pakaian tradisional bagi perempuan suku Maonan umumnya terdiri dari atasan
berupa pakaian lengan panjang yang dilengkapi dengan cardigan khusus bagi perempuan
dan bawahan berupa celana panjang lebar dengan pinggiran merah atau biru atau hitam di
bagian manset dan kaki celana. Pakaian tradisional perempuan Moanan biasanya juga
dilengkapi dengan aksesoris berupa perak dan perhiasan lain serta hiasan kepala bambu yang
dianggap dapat menambah nilai estetika dan kecantikan bagi perempuan Maonan.
Pakaian adat suku Maonan memiliki beberapa fungsi. Pertama, sebagai identitas diri
yang membedakan pakaian adat suku Maonan dengan pakaian adat suku lainnya. Kedua,
untuk melindungi suku Maonan dari suhu pegunungan yang dingin. Oleh karena itu, pakaian
tradisional masyarakat suku Maonan cenderung lebih tertutup dan berlapis. Ketiga, sebagai
alat pewarisan budaya berkaitan dengan cara pembuatan pakaian yang menjadi tradisi turun
temurun. Suku Maonan tidak memiliki jenis pakaian adat berdasarkan status sosial. Pakaian
adat yang ada umumnya dapat digunakan oleh masyarakat dari berbagai golongan.
Gambar 1. Gu Le Jie
Sumber : http://xhslink.com/KwWACt
Pakaian dewasa atau Gu Le Zuo untuk perempuan berupa rok panjang yang
dilengkapi celemek atau rompi dengan dominasi warna merah, putih dan biru. Bagian atas
dihiasi motif berwarna merah dan ungu. Aksesoris topi terbuat dari bambu halus dengan
banyaknya ornamen kuncir berwarna merah. Pakaian laki-laki berupa celana panjang dan
kemeja dengan motif totem dengan dominasi putih dan merah. Meskipun untuk perempuan
celana panjang masih ditutupi dengan rok yang terbuka dengan dua tali renda untuk
mengikatnya. Laki-laki mengenakan aksesoris berupa topi bambu yang berfungsi untuk
melindungi kepala dari panas matahari. Sementara perempuan menggunakan gelang perak
dan topi bambu bermotif bunga. Topi ini disebut Dingkahua (topi bambu berbunga) dan
merupakan kerajinan tangan khas suku Maonan. Pakaian perempuan dilengkapi celemek
persegi panjang yang dihiasi bordiran bermotif bunga.
Pakaian laki-laki dihiasi ornamen pola totem yang disebut Tao Yi berupa gambar
burung pemangsa, burung terbang, dan binatang buas. Motif Tao Yi ini mengandung makna
ekspresi penaklukan dan keagungan. Selain motif burung dan binatang buas, ada juga motif
ikan yang merupakan simbol suku Maonan. Motif ini merupakan simbol harta karun dan
harapan baik bagi suku Maonan. Tentu saja kedua pakaian Gu Le Zuo ini berwarna dasar
berwarna biru. Warna biru memiliki kedamaian dan kegembiraan suasana. Sementara warna
ornamen merah merupakan simbol kebahagiaan.
Gambar 2. Gu Le Zuo
Sumber : http://xhslink.com/t7LACt
Pakaian untuk orang tua atau lansia disebut orang tua (Gu Le Lao). Pakaian para lansia
lebih gelap, artinya mereka lebih tenang dan stabil, dan mereka telah mengalami segala
macam situasi di dunia. Orang Maonan membandingkan bunga dengan kehidupan dan anak-
anak, sedangkan pakaian orang tua tidak terlalu banyak motifnya, karena kehidupan orang
tua sudah mengalami berbagai pengalaman hidup hidup. Selain itu mereka memiliki
pemahaman sendiri tentang segala sesuatu dalam hidup. Oleh karena itu, pakaian orang tua
biasanya sederhana dan polos, tanpa hiasan yang berlebihan. Hal ini memberikan kesan pada
pakaian tersebut ketenangan, kesopanan, dan elegan.
Gambar 3. Gu Le Lao
Sumber : http://xhslink.com/DiRACt
Pakaian musim panas (Gu Le Lao) suku Maonan biasanya dibuat dari bahan yang
dapat menyerap keringat dan menjaga kulit tetap kering serta mengurangi ketidaknyamanan
akibat kelembaban berlebih. Pakaian musim panas dirancang agar dapat membantu tubuh
mempertahankan suhu yang seimbang. Saat suhu udara meningkat, pakaian tersebut dapat
membantu menghindari overheating, dan saat suhu turun pada malam hari, pakaian tersebut
dapat memberikan sedikit perlindungan termal. Warna pakaian cenderung warna terang dan
cerah meski tetap didominasi warna biru.
Baik musim dingin ataupun musim panas, pakaian perempuan suku Maonan selalu
dilengkapi dengan aksesoris perak dan topi yang terbuat dari bambu. Ketika musim panas,
topi tersebut dibuat agak lebar agar dapat melindungi dari sengatan sinar matahari. Selain
itu topi dihiasi hiasan semacam lonceng-lonceng berwarna merah. Bagian Rok dilengkapi
celemek dengan motif bunga yang cukup meriah berwarna merah. Bagian bawah rok dibuat
agak lebar, seolah-olah yang besar seperti menghirup udara musim panas. Rok yang lebar
ini memiliki fungsi lain yaitu sebagai tempat untuk menggendong anak, sehingga pakaian
tidak hanya mengandung unsur keindahan tetapi juga memiliki kegunaan.
Pakaian laki-laki di musim panas terdiri dari celana panjang, atasan lengan pendek dan
dilengkapi topi yang terbuat dari kain dengan warna senada, yakni warna biru. Pada pakaian
laki-laki tidak terlalu banyak motif hiasan, namun tidak mengurangi kesan gagah dan
berwibawa. Atasan yang digunakan pada musim dingin tidak berupa lengan panjang, akan
tetapi lengan pendek. Maksud dari desain tersebut agar ketika digunakan pemakai tetap
terasa nyaman meski di musim panas.
bahan yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan suku Maonan dan dirancang agar dapat
memberikan kenyamanan dalam beraktifitas.
Pakaian adat suku Maonan pun dijadikan sebagai sarana untuk mengekspresikan
identitas dan nilai budaya, serta kepribadian pemakaiannya. Pada umumnya pakaian adat
dapat memberikan petunjuk tentang status sosial dan peran seseorang dalam masyarakat,
namun pada suku Maonan, pakaian adat umumnya dapat dipakai oleh semua kalangan tanpa
membedakan status sosial dan perannya di masyarakat.
5. Penutup
Pakaian adat suku Maonan adalah pakaian tradisional yang mengacu pada budaya khas suku
Monan. Setiap elemen dalam pakaian adat suku Maonan seperti pola, warna, dan bentuknya
memiliki nilai simbolis. Pakaian adat suku Maonan dibuat menggunakan bahan alami dan
teknik tenun dan bordir tradisional yang telah diwariskan secara turun temurun dari generasi
ke generasi berikutnya. Suku Maonan memiliki sistem pembagian jenis pakaian yang cukup
unik yaitu pakaian dibagi berdasarkan jenis kelamin, usia, dan musim. Pakaian adat suku
Maonan, tidak hanya berfungsi sebagai pelindung tubuh dari cuaca, tetapi juga
mencerminkan identitas budaya dan cara suku Maonan dalam menghormati dan
mempertahankan warisan budaya mereka. Selain itu, pakaian adat suku Maonan dapat
menjadi alat pewaris budaya bekenaan dengan cara pembuatan dan pemakaiannya secara
turun temurun.
Daftar Pustaka
Arsa, D. (2019). yang tersingkap dan yang tersungkup: Perang padri dan implikasinya terhadap
pakaian keseharian perempuan Minang-Muslim pada awal abad XIX. Analisis: Jurnal
Studi Keislaman, 18(2), 27–66. https://doi.org/10.24042/ajsk.v18i2.3673
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud Ristekdikti. (2023). KBBI Edisi V.
Https://Kbbi.Kemdikbud.Go.Id.
Danesi, M. (2010). Pesan Tanda dan Makna : Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori
Komunikasi. Jalasutra.
Endraswara, S. (2015). Metode penelitian sastra. Pustaka Widyatama.
Fertasari, S. A., Musadad, A., & Isawati. (2022). Dampak sosial dan politik reformasi ekonomi
era Deng Xiaoping tahun 1978-1992. Candi, 22(1), 136–154.
Geertz, C. (2017). Interpretation of culture (Darnton, Robert.). Basic Books.
Koentjaraningrat. (2015). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Djambatan.
Koentjaraningrat. (2017). Pengantar ilmu antropologi. In Rineka Cipta. Gramedia.
Melamba, B. D. (2012). Tolaki; sejarah, identitas, dan kebudayaan. Lukita.
Moleong, L. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya.
Daftar Tautan :
http://english.scio.gov.cn/m/chinafacts/node_7247636.htm
http://xhslink.com/KwWACt
http://xhslink.com/t7LACt
http://xhslink.com/DiRACt
http://xhslink.com