Sengketa Terkait Pengenaan Pajak Pertambahan Nilaiatas Penjualan
Sengketa Terkait Pengenaan Pajak Pertambahan Nilaiatas Penjualan
7-31-2021
Yessi Simamora
Program Pendidikan Vokasi, Universitas Indonesia, yessyisabel88@gmail.com
Part of the Accounting Commons, Business Administration, Management, and Operations Commons,
Economic Theory Commons, and the Human Resources Management Commons
Recommended Citation
Kusumastuti, Hadining and Simamora, Yessi (2021) "SENGKETA TERKAIT PENGENAAN PAJAK
PERTAMBAHAN NILAIATAS PENJUALAN LIQUEFIED PETROLEUM GAS(LPG) TABUNG 3 KILOGRAM
SUBSIDI PEMERINTAH(STUDI KASUS PT PBL TAHUN 2017)," Jurnal Administrasi Bisnis Terapan (JABT):
Vol. 4: Iss. 1, Article 2.
DOI: 10.7454/jabt.v4i1.1019
Available at: https://scholarhub.ui.ac.id/jabt/vol4/iss1/2
This Article is brought to you for free and open access by the Vocational Education Program at UI Scholars Hub. It
has been accepted for inclusion in Jurnal Administrasi Bisnis Terapan (JABT) by an authorized editor of UI Scholars
Hub.
Kusumastuti and Simamora: SENGKETA TERKAIT PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAIATAS PENJUALAN
Jurnal Administrasi Bisnis Terapan
Volume 4 Nomor 1 , Juli-Desember 2021
P-ISSN: 2622-1772
E-ISSN: 2621-5993
ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai Sengketa Terkait Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atas Penjualan Liquefied
Petroleum Gas 3 Kilogram Subsidi Pemerintah berdasarkan studi kasus PT PBL. Tujuan dari penulisan penelitian
ini adalah mengetahui latar belakang fiskus mengenakan PPN atas penyerahan LPG 3 kilogram subsidi pemerintah
yang dilakukan oleh PT PBL dan mengetahui bagaimana proses penyelesaian sengketa antara PT PBL dengan
Fiskus atas permasalahan tersebut. Hasil dari penulisan ini menyatakan bahwa yang menjadi penyebab terjadinya
sengketa adalah pengenaan PPN yang dilakukan oleh pemeriksa tidak berdasarkan Undang Undang Penyerahan
Subsidi LPG yang berlaku, yaitu Peraturan Menteri Keuangan No. 252 Tahun 2012 Tentang Gas Bumi yang
Termasuk Dalam Jenis Barang yang Tidak Dikenai PPN, yang menjelaskan bahwa LPG dalam tabung yang siap
dikonsumsi masyarakat tidak termasuk dalam cakupan gas bumi yang tidak dikenakan PPN. Sedangkan proses
penyelesaian sengketa antara PT PBL dengan Fiskus, melalui tahapan proses keberatan hingga banding di
Pengadilan Pajak, dimana proses Banding di Pengadilan Pajak masih berlangsung, belum menghasilkan putusan
Pengadilan Pajak.
Kata kunci : Pajak Pertambahan Nilai, Pemeriksaan Pajak, Fasilitas PPN Dibebaskan, Sengketa Pajak
ABSTRACT
This Research discusses the Dispute Regarding the Imposition of Value Added Tax on the Sale of Liquefied
Petroleum Gas 3 Kilograms of Government Subsidy based on a case study of PT PBL. The purpose of writing this
research is to find out the background of the tax authorities imposing VAT on the delivery of LPG 3 kilograms of
government subsidies carried out by PT PBL and to find out how the process of resolving disputes between PT
PBL and the tax authorities over these problems. The results of this paper state that the cause of the dispute is the
imposition of VAT made by the examiner not based on the applicable LPG Subsidy Delivery Act, Minister of
Finance Regulation No. 252 of 2012 concerning Natural Gas included in the types of goods not subject to VAT,
which explains that LPG in cylinders that are ready to be consumed by the public is not included in the scope of
natural gas which is not subject to VAT. Meanwhile, the dispute resolution process between PT PBL and the tax
authorities, through the stages of the objection process to the appeal at the Tax Court, where the Appeal process
at the Tax Court is still ongoing, has not yet resulted in a Tax Court decision.
Keywords: Value Added Tax, Tax Audit, VAT Exemption, Tax Dispute
10
yang dipungut oleh Pemerintah pusat dan Pajak Masukan yang berkaitan dengan kegiatan yang
Daerah yang dipungut oleh Pemerintah daerah. Pajak diberikan fasilitas. Untuk Fasilitas PPN Terutang
Pusat terdiri dari Pajak Penghasilan, Pajak tidak dipungut atas PPN Masukannya dapat
Pertambahan Nilai, Pajak Pertambahan Nilai atas dikreditkan sebagai Pajak Masukan sedangkan untuk
Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Fasilitas PPN Dibebaskan atas PPN Masukannya
Meterai. tidak dapat dikreditkan (Subroto, 2020). Pemberian
Pajak Pertambahan Nilai yang selanjutnya disebut fasilitas PPN dilakukan untuk memenuhi tujuan-
dengan PPN adalah pajak yang dikenakan atas tujuan tertentu. Pemberian fasilitas PPN baik PPN
konsumsi barang maupun jasa di Daerah Pabean dibebaskan dan PPN tidak dipungut terbatas pada
secara bertingkat di setiap tahap produksi dan hal-hal tertentu. Salah satunya, berdasarkan
distribusi (Darussalam, 2018). Berdasarkan Undang- Peraturan Menteri Keuangan No. 31/PMK.03/2008
undang PPN Pasal 1 nomor 15, Pengusaha Kena tentang Pelaksanaan PPN yang Dibebaskan atas
Pajak (PKP) diartikan sebagai pengusaha yang Impor/Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) Bersifat Strategis. Barang Kena Pajak (BKP) yang
atau Jasa Kena Pajak (JKP). Pengusaha wajib bersifat strategis artinya secara Objek, barang yang
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai diserahkan tetap masuk dalam kategori BKP dan
PKP bila telah memenuhi syarat sebagai PKP yaitu termasuk dalam klasifikasi barang yang strategis
melakukan penyerahan BKP/JKP di dalam Daerah sehingga saat diserahkan, barang tersebut mendapat
Pabean atau melakukan ekspor BKP, JKP, dan ekspor fasilitas dibebaskan dari PPN.
BKP tidak berwujud. Berdasarkan Peraturan Menteri Sistem pemungutan pajak di Indonesia sendiri
Keuangan Nomor 197/PMK.03/2013 tentang menggunakan self assessment system. Berdasarkan
Batasan Pengusaha Kecil Pajak Pertambahan Nilai, sistem perpajakan ini, besaran jumlah pajak yang
pengusaha yang wajib menjadi PKP adalah terutang ditentukan oleh wajib pajak. Dalam hal ini,
pengusaha yang dalam satu tahun memiliki omzet kegiatan penghitungan, penyetoran, dan pelaporan
minimal Rp4,8 miliar. Namun dalam kondisi terutangnya pajak dilakukan oleh Wajib Pajak. Peran
tertentu, meskipun pengusaha belum mencapai lembaga pemungut pajak hanya melakukan
batasan omzet tersebut, pengusaha tetap dapat pengawasan melalui sejumlah kegiatan pengawasan
mengajukan permohonan sebagai PKP. dan penegakan hukum (pemeriksaan dan penyidikan
Penerimaan pajak utama secara umum tumbuh pajak). Oleh karena itu, agar Wajib Pajak dapat
positif. Salah satu jenis pajak dengan penerimaan memenuhi kewajiban tersebut, diperlukan kesadaran
terbesar berasal dari Pajak Pertambahan Nilai dalam yang tinggi, mengingat pajak merupakan sumber
negeri (PPN DN). Lebih rinci penerimaan PPN tahun penerimaan terbesar negara (Djatmiko, 2017).
2015- 2020 dapat dilihat dalam gambar berikut : Dalam pelaksanaan sistem perpajakan semacam ini
kerap kali memunculkan sengketa pajak. Sengketa
Pajak merupakan Sengketa yang mencuat dalam
bidang perpajakan antara Wajib Pajak maupun
penanggung pajak dengan pejabat yang berwenang
akibat dikeluarkannya keputusan yang bisa diajukan
banding maupun gugatan kepada Pengadilan Pajak
yang bersumber pada peraturan perundang-
undangan perpajakan, termasuk gugatan atas
pelaksanaan penagihan berdasarkan Undang undang
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Oleh sebab itu
Gambar 1. Penerimaan PPN 2015-2020 Pemerintah membentuk suatu badan peradilan yang
(Sumber : CNBCIndonesia.com) menaungi penyelesaian sengketa pajak di Indonesia
yang disebut Pengadilan Pajak (Djatmiko, 2017).
Dalam pemungutan PPN terdapat bentuk-bentuk Salah satu Wajib Pajak yang dalam melaksanakan
perlakuan khusus atas barang atau kegiatan tertentu kewajiban perpajakannya memiliki perbedaan
yang disebut dengan fasilitas PPN. Undang-undang pendapat dengan pemeriksa pajak sehingga
Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas menimbulkan sengketa pajak adalah PT PBL yang
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang PPN merupakan perusahaan yang terdaftar menjadi agen
dan PPnBM mengatur tentang pemberian fasilitas LPG 3 kilogram dari Pertamina. Dalam
dibidang PPN dan PPnBM yang terdiri dari dua jenis melaksanakan kegiatan usahanya, PT PBL
fasilitas yaitu Fasilitas PPN Dibebaskan dan Fasilitas melakukan penyerahan LPG 3 Kilogram yang
PPN Terutang Tidak Dipungut. Perbedaan antara dua termasuk barang subsidi dan kemudian dikenakan
fasilitas tersebut adalah pada perlakuan terhadap PPN PPN. Pengenaan PPN ini menimbulkan sengketa
11
https://scholarhub.ui.ac.id/jabt/vol4/iss1/2
DOI: 10.7454/jabt.v4i1.1019 2
Kusumastuti and Simamora: SENGKETA TERKAIT PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAIATAS PENJUALAN
Jurnal Administrasi Bisnis Terapan
Volume 4 Nomor 1 , Juli-Desember 2021
P-ISSN: 2622-1772
E-ISSN: 2621-5993
pajak yang diawali dari Pemeriksaan Pajak secara Pada dasarnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di
keseluruhan (all taxes) yang dilakukan oleh KPP Indonesia memiliki dasar hukum UU No. 42 Tahun
Balige terhadap PT PBL dengan tujuan menguji 2009 Tentang perubahan Ketiga atas UU No. 8 Tahun
kepatuhan Wajib Pajak. Dalam Pemeriksaan yang 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Jasa dan
dilakukan terbitlah Surat Hasil Pemeriksaan yang Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dengan definisi
menunjukkan adanya beberapa perbedaan Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak konsumsi
perhitungan di pos-pos tertentu antara Tim Pemeriksa barang dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan
dan Wajib Pajak. Salah satu perbedaan perhitungan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan
yang ditemukan adalah perhitungan PPN yang distribusi.
terdapat perbedaan perhitungan terkait pengenaan Pajak atas konsumsi umumnya mengacu pada pajak
PPN atas Penyerahan LPG 3 kilogram yang atas konsumsi akhir, terutama terdiri dari barang dan
merupakan subsidi Pemerintah, sehingga jasa yang diperoleh oleh individu untuk konsumsi
diterbitkanlah SKPKB PPN atas penyerahan barang pribadi (Alan Schenk, 2015). PPN adalah pajak yang
subsidi tersebut. dipungut pada setiap tahap produksi pada nilai
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik tambah perusahaan. Nilai tambah perusahaan adalah
Indonesia Nomor 64/PMK.02/2012 tentang perbedaan antara penjualan perusahaan dan
perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan nomor pembelian input. Dengan kata lain nilai tambah yang
218/PMK.02/2011 tentang Tata Cara Penyediaan sebenarnya adalah jumlah nilai yang disumbangkan
Anggaran, Penghitungan, Pembayaran, dan perusahaan untuk mendukung dan mengoptimalisasi
Pertanggungjawaban Subsidi Liquefied Petroleum proses dan faktor-faktor produksinya (Bickley,
Gas (LPG) Tabung 3 Kilogram yang selanjutnya 2003).
disebut dengan PMK nomor 64 tahun 2012, subsidi Pertambahan Nilai sendiri timbul karena
LPG Tabung 3 Kilogram terdiri dari subsidi harga digunakannya faktor-faktor produksi pada setiap
dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas penyerahan jalur perusahaan dalam menghasilkan, menyalurkan
LPG tabung 3 Kilogram oleh Badan Usaha kepada dan memperdagangkan barang atau dalam
Pemerintah, sebagaimana ditetapkan dalam APBN memberikan pelayanan jasa. Keseluruhan biaya yang
dan/atau APBN-Perubahan. Subsidi harga per memiliki kaitan dalam hal menghasilkan,
kilogram sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menyalurkan dan memperdagangkan barang atau
merupakan pengeluaran negara untuk Konsumen dalam memberikan pelayanan jasa tersebut
Pengguna LPG Tabung 3 Kilogram melalui Badan merupakan unsur pertambahan nilai yang menjadi
Usaha atas penyerahan LPG Tabung 3 Kilogram dasar PPN. Jadi, dapat disimpulkan bahwa PPN
yang dihitung dari selisih kurang antara harga jual adalah Pajak yang dikenakan atas pertambahan nilai
eceran per kilogram LPG Tabung 3 Kilogram setelah dari Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak
dikurangi PPN dan margin agen yang digunakan (Darmayanti, 2012)
dalam perhitungan subsidi LPG Tabung 3 Kilogram Harga jual produk pada setiap tahap produksi terus
dalam APBN dan/atau APBN-Perubahan tahun mengalami kenaikan. Setiap kenaikan harga tersebut
anggaran yang bersangkutan dengan Harga Patokan menggambarkan pertambahan nilai pada setiap
per kilogram LPG Tabung 3 Kilogram. Sehingga tahapannya. Nilai atau harga produk akhir adalah
untuk penyerahan Tabung LPG 3 kilogram PPNnya sama dengan penjumlahan kenaikan atau
ditanggung Pemerintah (DTP). Berdasarkan dari latar pertambahan nilai dari keseluruhan tahap produksi.
belakang yang penulis ambil maka rumusan masalah Dasar pajak yang dikenakan atas kenaikan harga
yang akan penulis bahas dalam tugas karya akhir ini tersebut identik dengan pajak yang dikenakan
yang berkaitan dengan pengenaan PPN atas terhadap nilai akhir dari produk tersebut (Richard A
penyerahan BKP strategis subsidi Pemerintah Musgrave, 1993). PPN ini dapat dipungut beberapa
adalah : kali pada berbagai mata rantai jalur produksi dan
1. Apakah latar belakang fiskus mengenakan PPN distribusi, namun hanya pada pertambahan nilai yang
atas penyerahan LPG Tabung 3 Kilogram timbul pada setiap jalur yang dilalui barang/jasa. PPN
Subsidi Pemerintah dalam proses Pemeriksaan? hanya dikenakan pada pertambahan nilai yang
2. Bagaimana proses penyelesaian sengketa antara merupakan biaya yang dikeluarkan untuk faktor
PT PBL dengan fiskus atas permasalahan produksi mulai bahan baku, proses produksi, sampai
tersebut ? hasil siap dijual.
12
sebagai ketentuan perpajakan yang dibuat secara 2017). PPN Masukan atas perolehan barang dan jasa
khusus, yang berbeda dengan ketentuan perpajakan yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa
yang berlaku umum, bagi Wajib Pajak dengan dengan pemberlakukan Fasilitas PPN, atau dikenal
kriteria tertentu. Fasilitas PPN diberikan untuk juga sebagai VAT Exempt, tidak dapat dikreditkan
mendorong pembangunan nasional dengan oleh PKP. Apabila PKP melakukan kegiatan
membantu tersedianya barang yang bersifat strategis, penyerahan barang dan jasa yang dikenakan PPN dan
seperti: juga dikecualikan, maka PPN Masukan yang dapat
a. Fasilitas dibebaskan dari pengenaan PPN dikreditkan hanyalah sejumlah yang terkait dengan
b. Fasilitas tidak dipungut PPN penyerahan barang dan jasa yang dikenakan PPN
Adanya fasilitas pembebasan PPN ini memiliki (Rubino Sugara, 2014).
tujuan mendukung perkembangan dunia usaha dan PPN yang dibebaskan adalah fasilitas dari pajak
meningkatkan daya saing dengan menjamin pertambahan nilai. Kredit PPN ini dapat diberikan
tersedianya barang-barang yang bersifat strategis, secara penuh atau sebagian, secara sementara atau
pemerintah memberikan fasilitas dibebaskan dari permanen. Pemberian fasilitas PPN, baik PPN
pengenaan PPN atas impor dan/atau penyerahan dibebaskan maupun tidak dipungut, dibatasi pada :
Barang Kena Pajak tertentu yang bersifat strategis a. Kegiatan di kawasan tertentu atau tempat
(Badan Kebijakan Fiskal, 2021) tertentu di dalam Daerah Pabean.
Disamping itu, pemberian fasilitas pembebasan Pajak b. Penyerahan Barang Kena Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) atas impor dan atas tertentu/penyerahan Jasa Kena Pajak tertentu.
penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) tertentu dan c. Impor Barang Kena Pajak tertentu.
atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) tertentu d. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak tertentu dari luar
bertujuan untuk lebih menunjang keberhasilan Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean yang
sektor-sektor kegiatan ekonomi yang berprioritas diatur dengan peraturan Pemerintah.
tinggi dalam skala nasional, mendorong e. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak
perkembangan dunia usaha, dan meningkatkan daya berwujud tertentu dari luar Daerah Pabean di
saing, mendukung ketahanan nasional serta dalam Daerah Pabean.
memperlancar pembangunan nasional. (DJP, 2011) Pembebasan PPN menggunakan kode transaksi 08
Adapun Barang Kena Pajak (BKP) merupakan (Rafinska, 2018).
barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya
dapat berupa barang bergerak atau barang tidak Pemeriksaan pajak
bergerak, dan barang tidak berwujud, yang dikenakan Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan
pajak berdasarkan UU PPN sedangkan Jasa Kena menghimpun dan mengolah data, keterangan atau
Pajak (JKP) merupakan setiap kegiatan pelayanan bukti yang dilaksanakan secara objektif dan
berdasarkan surat perikatan atau perbuatan hukum profesionalisme berdasarkan suatu sumber
yang menyebabkan suatu barang, fasilitas, pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kemudahan, atau hak tersedia untuk dipakai, kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam
termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan rangka melaksanakan ketentuan peraturan
barang pesanan atau permintaan dengan bahan perundang-undangan perpajakan (Billy, 2010).
dan/atau petunjuk dari pemesan, yang dikenakan Pemeriksaan dilakukan dengan tujuan untuk menguji
pajak berdasarkan UU PPN (Badan Kebijakan Fiskal, kepatuhan dan juga untuk tujuan lain. Pemeriksaan
2021) untuk menguji kepatuhan terbagi dalam :
PPN dibebaskan artinya pembebasan kewajiban dari a. Pemeriksaan Khusus, dilakukan karena adanya
kegiatan pemungutan PPN, Pajak Masukan yang kecurigaan atas ketidakpatuhan pemenuhan
dibayar untuk perolehan BKP/JKP yang kewajiban perpajakan oleh Wajib Pajak.
mendapatkan Fasilitas PPN dibebaskan, tidak dapat b. Pemeriksaan Rutin, merupakan pemeriksaan
dikreditkan. Pemberian fasilitas PPN pengenaan tarif yang dilakukan berkaitan dengan pemenuhan
0% diberikan untuk kegiatan ekspor BKP/JKP yang hak dan/atau kewajiban perpajakan Wajib
artinya PKP yang memang memiliki bidang usaha Pajak. Pemeriksaan untuk tujuan lain dilakukan
ekspor akan mendapatkan fasilitas ini, dan Pajak dalam hal pendaftaran NPWP, Pengukuhan
Masukan yang telah dibayar dapat dikreditkan. PKP, Penagihan Pajak, Keberatan, dan hal lain
Pemberian Fasilitas PPN kepada pengusaha yang yang membutuhkan pemeriksaan.
berkenan antara lain dengan maksud untuk Pemeriksaan pajak dapat dilakukan melalui dua jenis
mendorong pertumbuhan bidang usaha yang pemeriksaan yaitu pemeriksaan lapangan dan
bersangkutan, untuk membantu likuiditas perusahaan pemeriksaan kantor.
atau untuk menunjang program Pemerintah yang
menyangkut hajat hidup orang banyak (Widowati, 1. Pemeriksaan Lapangan
13
https://scholarhub.ui.ac.id/jabt/vol4/iss1/2
DOI: 10.7454/jabt.v4i1.1019 4
Kusumastuti and Simamora: SENGKETA TERKAIT PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAIATAS PENJUALAN
Jurnal Administrasi Bisnis Terapan
Volume 4 Nomor 1 , Juli-Desember 2021
P-ISSN: 2622-1772
E-ISSN: 2621-5993
14
15
https://scholarhub.ui.ac.id/jabt/vol4/iss1/2
DOI: 10.7454/jabt.v4i1.1019 6
Kusumastuti and Simamora: SENGKETA TERKAIT PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAIATAS PENJUALAN
Jurnal Administrasi Bisnis Terapan
Volume 4 Nomor 1 , Juli-Desember 2021
P-ISSN: 2622-1772
E-ISSN: 2621-5993
Termasuk Dalam Jenis Barang Yang Tidak 2019, Pemeriksa menyampaikan hasil Pemeriksaan
Dikenai Pajak Pertambahan Nilai. melalui penerbitan SPHP kepada PT PBL. Berikut
rincian koreksi yang dilakukan oleh Tim Pemeriksa
KPP Pratama Balige terhadap SPT PPN Masa Pajak
METODOLOGI PENELITIAN Januari-Desember 2017 PT PBL :
Metode penelitian yang digunakan penulis adalah Tabel 4.1 Daftar Temuan Pemeriksa pada SPT
kualitatif. Penulis melakukan observasi dan PPN Masa Pajak Januari-Desember 2017
penelitian secara langsung pada objek penelitian
yaitu PT PBL
16
penjualan LPG 3 kilogram selama tahun 2017 sebesar Berdasarkan perbedaan perhitungan pajak terutang
Rp7.921.200.000. antara PT PBL dengan Pemeriksa, DJP menerbitkan
Dalam perhitungan yang disajikan dalam tabel diatas SKPKB PPN untuk Masa Pajak Januari, Februari,
adalah total perhitungan pos-pos yang dikoreksi atas Mei, Juli, Agustus, Oktober, November 2017. PT
penyerahan LPG 3 kilogram bersubsidi sebesar PBL tidak menyetujui SKPKB PPN yang diterbitkan
Rp7.921.200.000, penyerahan LPG 5.5 Kilogram dan Pemeriksa untuk Masa Pajak tersebut. Kemudian
12 Kilogram sebesar Rp733.611.295, sewa ruangan untuk menyelesaikan sengketa pajak yang terjadi
ATM sebesar Rp50.000.000 dan jasa angkut sebesar antara PT PBL dengan Pemeriksa, PT PBL
Rp610.690.081. menempuh upaya hukum, yaitu berupa tahapan
Pemeriksa menginformasikan kepada PT PBL untuk Keberatan.
memberikan Surat Tanggapan atas hasil Pemeriksaan
terkait koreksi yang dilakukan oleh Tim Pemeriksa.
Berdasarkan hal tersebut, PT PBL tidak menyetujui
usulan koreksi poin a dan c yang telah dilakukan oleh
Tim Pemeriksa dengan alasan berikut :
Penjualan LPG 3 Kilogram Gambar 4.2 Proses Penyelesaian Sengketa Pajak
Penjualan atas LPG 3 kilogram disubsidi oleh pada Tahapan Keberatan
Pemerintah sesuai Peraturan Menteri Keuangan
(PMK) Nomor 218/PMK.02/2011 yang (Sumber : Salinan Resmi Putusan Pengadilan Pajak
menyebutkan subsidi LPG Tabung 3 kilogram terdiri yang diolah Kembali oleh penulis)
dari subsidi harga dan Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) atas subsidi harga. PT PBL berhak untuk mengajukan Keberatan kepada
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia DJP atas SKPKB PPN Tahun 2017. Atas SKPKB
Nomor 88/PMK.01l/2011 tentang Pajak PPN yang diterbitkan oleh Pemeriksa, terdapat
Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah Atas jumlah pajak yang masih harus dibayar oleh PT PBL
Subsidi Bahan Bakar Minyak Jenis Tertentu Dan yang tidak disetujui oleh PT PBL. Sehingga dalam
Liquefied Petroleum Gas (LPG) Tabung 3 kilogram menyelesaikan sengketa pajak PT PBL melalui
Bersubsidi.Karena Subsidi dari Pemerintah, maka tahapan Keberatan, PT PBL diharuskan memenuhi
PPN atas LPG 3 kilogram dibebaskan (jika masih ketentuan formal dan material agar sengketa pajak
sesuai dengan harga HET) maka atas penjualan LPG dapat diproses oleh pihak DJP.
3 kilogram tidak dikenakan PPN.
Berdasarkan sanggahan yang disampaikan oleh PT
PBL atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan
(SPHP), sehubungan dengan Pemeriksaan Pajak atas
PPN Masa Pajak Januari-Desember 2017, Pemeriksa A. Ketentuan Formal
menolak sanggahan dari PT PBL dan tetap
memunculkan koreksi tersebut dengan menerbitkan Tabel 4.2 Kesesuaian Ketentuan Formal
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) PPN
untuk Masa Pajak Januari, Februari, Mei, Juli,
Agustus, Oktober, November tahun pajak 2017 pada
tanggal 31 Oktober 2019. SKPKB PPN yang diterima
oleh PT PBL tersebut diterbitkan berdasarkan
Laporan Hasil Pemeriksaan oleh KPP Pratama Balige
pada tanggal 21 September 2019
Pemeriksa menyatakan dalam SKPKB PPN yang
diterbitkan oleh DJP kepada PT PBL, bahwa terdapat
pajak yang masih harus dibayar oleh PT PBL. Dari
jumlah kurang bayar tersebut Pemeriksa menemukan
biaya yang seharusnya tidak dapat dibiayakan oleh
PT PBL, sehingga menimbulkan koreksi pada Kredit
Pajak PPN. Dengan perbedaan perhitungan pajak
terutang, PT PBL tidak menyetujui SKPKB PPN
tersebut dan mengajukan Keberatan kepada DJP.
17
https://scholarhub.ui.ac.id/jabt/vol4/iss1/2
DOI: 10.7454/jabt.v4i1.1019 8
Kusumastuti and Simamora: SENGKETA TERKAIT PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAIATAS PENJUALAN
Jurnal Administrasi Bisnis Terapan
Volume 4 Nomor 1 , Juli-Desember 2021
P-ISSN: 2622-1772
E-ISSN: 2621-5993
(Sumber : Salinan Resmi Putusan Pengadilan Pajak Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
yang diolah Kembali oleh Penulis) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 2009;
Ketentuan formal Keberatan diatur pada Undang- d. Surat Keberatan diajukan dengan melunasi
Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan pajak yang masih harus dibayar paling sedikit
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- dalam pembahasan akhir hasil Pemeriksaan;
Undang No. 16 Tahun 2009 dan juga diatur lebih Surat Keberatan yang diajukan PT PBL pada
lanjut pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor tanggal 15 Januari 2020, diajukan terhadap
202/PMK.03/2015 Tentang Perubahan Atas SKPKB PPN Masa Pajak Januari, Februari,
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9/PMK.03/2013 Mei, Juli, Agustus, Oktober, November 2017
Tentang Tata Cara Pengajuan Dan Penyelesaian tanggal 31 Oktober 2020.PT PBL tidak
Keberatan. Pada saat mengajukan Keberatan, PT menyetujui jumlah kekurangan pembayaran
PBL telah memenuhi ketentuan formal, diantaranya : pajak yang tercantum dalam pembahasan akhir
a. Surat Keberatan diajukan secara tertulis dalam hasil pemeriksaan, sehingga PT PBL telah
bahasa Indonesia kepada DJP memenuhi ketentuan Pasal 4 ayat (1) huruf a
PT PBL mengajukan Keberatan pada tanggal 15 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
Januari 2020 yang ditujukan kepada DJP 202/PMK.03/2015 Tentang Perubahan Atas
melalui tembusan KPP Pratama Balige dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
dibuat dalam Bahasa Indonesia, sehingga 9/PMK.03/2013 Tentang Tata Cara Pengajuan
memenuhi ketentuan Pasal 25 ayat (2) Undang- Dan Penyelesaian Keberatan. Berikut
Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang merupakan bukti pelunasan yang disetujui oleh
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan PT PBL dalam pembahasan akhir hasil
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir Pemeriksaan.
dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 e. Surat Keberatan ditandatangani oleh Wajib
b. Surat Keberatan diajukan dengan Pajak , dan dalam hal Surat Keberatan
mengemukakan jumlah pajak yang terutang ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak, Surat
atau jumlah pajak yang dipotong atau dipungut Keberatan tersebut harus dilampiri dengan surat
atau jumlah rugi menurut penghitungan Wajib kuasa khusus sebagaimana dimaksud dalam
Pajak dengan disertai alasan-alasan yang Pasal 32 ayat (3) Undang-Undang KUP.
menjadi dasar penghitungan Surat Keberatan yang diajukan PT PBL pada
Surat Keberatan yang diajukan PT PBL pada tanggal 4 Januari 2018 kepada DJP, telah
tanggal 15 Januari 2020, memuat alasan-alasan ditandatangani oleh JMS, selaku Direktur PT
Keberatan yang jelas, serta mencantumkan PBL. Sesuai dengan Akta Notaris tanggal 20
perhitungan besarnya pajak terutang menurut Mei 2006, yang dibuat oleh Notaris SS.
PT PBL. Sehingga memenuhi ketentuan Pasal Sehingga surat Keberatan PT PBL memenuhi
25 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 32 ayat
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 16 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
Tahun 2009; dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 2009.
c. Surat Keberatan diajukan dalam jangka waktu 3
(tiga) bulan sejak tanggal dikirim SKP atau Berdasarkan surat Keberatan yang telah diajukan
sejak tanggal pemotongan atau pemungutan oleh PT PBL kepada DJP tersebut telah memenuhi
pajak, kecuali Wajib Pajak dapat menunjukan ketentuan formal sesuai dengan peraturan
bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat perundang- undangan yang berlaku. Selain
dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaan pemenuhan ketentuan formal, PT PBL juga harus
Wajib Pajak PT PBL mengajukan Keberatan memenuhi ketentuan material saat mengajukan
pada tanggal 15 Januari 2020 yang diterima Keberatan. Oleh karena itu, PT PBL memberikan
oleh DJP pada tanggal 29 Januari 2020. alasan-alasan yang menjadi dasar dalam
Sedangkan, SKPKB PPN terbit pada tanggal 31 menyampaikan permohonan Keberatan adalah
Oktober 2019. Sehingga pengajuan Keberatan sebagai berikut :
PT PBL memenuhi ketentuan mengenai jangka
waktu 3 (tiga) bulan pengajuan Keberatan
sebagaimana dimaksud Pasal 25 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
18
Tabel 4.3 Pos yang Diajukan Keberatan a. Pertanian yaitu beras, kedelai bahan baku tahu
dan tempe, cabe, bawang merah
b. Hasil industri yaitu gula, minyak goreng, tepung
terigu
c. Hasil peternakan dan Perikanan yaitu daging
sapi, daging ayam ras, telur ayam ras, ikan segar
yaitu bandeng, kembung, dan
(sumber : Salinan Resmi DJP, diolah kembali oleh tongkol/tuna/Cakalang
Penulis) d. barang penting :
i. benih yaitu benih padi jagung dan
B. Ketentuan Material kedelai
ii. pupuk
a. Menurut PT PBL iii. gas LPG 3 kilogram
iv. triplek
Berdasarkan tabel 4.3 sebagaimana telah v. semen
disampaikan diatas, saat mengajukan permohonan vi. besi baja konstruksi
Keberatan, PT PBL memberikan argumen bahwa PT vii. baja ringan
PBL tidak menyetujui usulan koreksi dari Tim
Pemeriksa dengan alasan berikut : Menurut Perpres ini Pemerintah pusat dan
Pemerintah daerah mengendalikan ketersediaan
1. Menurut Wajib Pajak, penjualan gas dalam barang kebutuhan pokok dan atau barang penting di
tabung yang siap dikonsumsi wajib dikenakan seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
PPN sebesar 10% tetapi khusus untuk LPG 3 Indonesia dalam jumlah yang memadai, mutu yang
kilogram yang dilakukan penyerahannya oleh baik, dan harga yang terjangkau. Untuk pengendalian
Wajib Pajak, diberikan subsidi oleh Pemerintah ketersediaan barang kebutuhan pokok dan barang
sehingga PPN yang seharusnya dipungut sendiri penting sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 6,
diberikan fasilitas PPN dibebaskan. Fasilitas Menteri menetapkan harga acuan dan harga
PPN dibebaskan adalah membebaskan pembelian Pemerintah Pusat untuk sebagian atau
kewajiban pemungutan PPN kepada orang atau seluruh barang kebutuhan pokok dan barang penting.
badan yang menyerahkan barang kena pajak Pemerintah pusat wajib menjamin pasokan dan
atau BKP yang bersifat strategis sesuai dengan stabilisasi harga barang kebutuhan pokok dan barang
ketentuan Peraturan Menteri Keuangan nomor penting. Penetapan kebijakan harga sebagaimana
116/PMK/2016 pasal 7 ayat 1 berbunyi sebagai dimaksud berupa:
berikut “subsidi LPG tabung 3 kilogram terdiri • Penetapan harga khusus menjelang saat dan
dari subsidi harga dan pajak pertambahan nilai setelah hari besar keagamaan nasional dan atau
atau PPN atas penyerahan lpg tabung 3 pada saat terjadi gejolak harga;
kilogram oleh badan usaha kepada Pemerintah
• Penetapan harga eceran tertinggi dalam rangka
sebagaimana ditetapkan dalam APBN dan/atau
operasi pasar untuk sebagian atau seluruh
APBN-perubahan”.
barang kebutuhan pokok dan;
2. Barang kena pajak (BKP) yang bersifat strategis
• Penetapan harga subsidi untuk sebagian atau
artinya secara objek barang yang diserahkan
seluruh barang kebutuhan pokok dan atau
tetap masuk dalam kategori BKP namun
barang penting.
dimasukkan dalam klasifikasi barang yang
Secara objek barang yang diserahkan tetap termasuk
strategis sehingga saat diserahkan, barang
dalam kategori BKP atau barang kena pajak namun
tersebut mendapat fasilitas dibebaskan dari
karena pertimbangan Pemerintah maka dimasukkan
PPN. Definisi diberikan fasilitas dibebaskan
dalam klasifikasi barang strategis sehingga barang
adalah membebaskan kewajiban memungut
tersebut mendapat fasilitas dibebaskan dari PPN.
PPN kepada orang atau badan yang
1. Harga LPG yang dijual oleh Pertamina kepada
menyerahkan. Definisi strategis merujuk pada
agen adalah harga setelah subsidi sementara
organisasinya bagi khalayak atau
subsidinya ditagih oleh Pertamina ke
pengembangan usaha tertentu. Sesuai dengan
Pemerintah.
Peraturan Presiden nomor 71 Tahun 2015 pasal
2. Pertamina telah memungut PPN 10% pada saat
2 ayat 6 yang berbunyi :
agen membeli LPG 3 kilogram Pertamina.
Pembelian tersebut tidak menggunakan faktur
Jenis barang kebutuhan pokok dan atau penting
pajak standar tetapi menggunakan Faktur Nota
sebagaimana dimaksud
Bon Penyerahan, pada penyerahan BKP/JKP
19
https://scholarhub.ui.ac.id/jabt/vol4/iss1/2
DOI: 10.7454/jabt.v4i1.1019 10
Kusumastuti and Simamora: SENGKETA TERKAIT PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAIATAS PENJUALAN
Jurnal Administrasi Bisnis Terapan
Volume 4 Nomor 1 , Juli-Desember 2021
P-ISSN: 2622-1772
E-ISSN: 2621-5993
yang mendapat fasilitas PPN dibebaskan tidak Berdasarkan uraian tersebut diatas Tim Peneliti
dilakukan pemungutan PPN dan pajak masukan berpendapat terdapat cukup bukti untuk
juga tidak dapat dikreditkan. mengabulkan sebagian keberatan wajib pajak
3. Pada saat penjualan LPG 3 kilogram kepada mengusulkan untuk mengurangkan jumlah pajak
pangkalan atau penyalur agen mengikuti harga yang masih harus dibayar dalam SKPKB PPN barang
jual eceran LPG tertentu yang ditetapkan oleh dan jasa.
Pemerintah pusat dan daerah dan sudah Berikut tabel hasil perincian Keputusan keberatan
termasuk PPN, sehingga agen tidak memungut dikabulkan Sebagian :
PPN.
1. Masa Januari
b. Menurut Tim Peneliti Keberatan Tabel 4.4 Perincian Hasil Keputusan
Keberatan Masa Januari
Berdasarkan hasil keputusan Keberatan yang telah
disampaikan kepada PT PBL, melalui surat
Keberatan tertanggal 15 Januari 2020, DJP
mengabulkan Sebagian Keberatan yang diajukan
oleh PT PBL. Selain itu, DJP tetap mempertahankan
sebagian jumlah pajak yang masih harus dibayar (sumber : Salinan Resmi DJP)
dalam SKPKB PPN tanggal 31 Oktober 2019.
Berikut dasar pertimbangan DJP dalam menolak 2. Masa Februari
keputusan Keberatan PT PBL : Tabel 4.5 Perincian Hasil Keputusan
Sengketa dalam permohonan keberatan wajib pajak Keberatan Masa Februari
adalah koreksi DPP PPN atas penyerahan yang PPN-
nya harus dipungut sendiri dan pajak keluaran yang
harus dibayar sendiri. Berikut dasar pertimbangan
DJP dalam menolak keputusan Keberatan PT PBL :
Berdasarkan hasil penelitian terhadap dokumen data
dan atau informasi yang digunakan dalam proses (sumber : Salinan Resmi DJP)
keberatan serta ketentuan peraturan perpajakan yang
berlaku dengan memperhatikan alasan Wajib Pajak, 3. Masa Mei
Tim Peneliti berpendapat sebagai berikut : Tabel 4.6 Perincian Hasil Keputusan
• Dalam Harga Jual Eceran atau (HEJ) LPG 3 Keberatan
kilogram sebesar Rp12.750 sesuai dengan Masa Mei
peraturan menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 28 Tahun 2008 terdapat
komponen PPN sebesar Rp1.159 sehingga
harga pada tingkat agen atau Wajib Pajak
sebesar Rp12.750 sudah termasuk PPN.
• Terkait dengan adanya penetapan Harga Eceran
Tertinggi (HET) melalui SK Bupati Humbang
Hasundutan Nomor 258 Tahun 2011 sebesar (sumber : Salinan Resmi DJP)
Rp20.000 maka wajib pajak dapat menjual LPG
3 kilogram hingga batas Harga Eceran Tertinggi 4. Masa Juli
(HET) yang ditetapkan Pemerintah daerah Tabel 4.7 Perincian Hasil Keputusan
kabupaten/kota tersebut sehingga atas Keberatan
penyerahan LPG 3 kilogram yang dilakukan Masa Juli
Wajib Pajak terdapat selisih harga jual yang
PPN nya harus dipungut sendiri oleh Wajib
Pajak
• Tim Peneliti Keberatan melakukan
penghitungan kembali DPP PPN atas
penyerahan BKP yang dilakukan wajib pajak
dengan mengalikan jumlah tabung dan harga
jual LPG 3 kilogram sebesar Rp17.000 (sumber : Salinan Resmi DJP)
berdasarkan surat wajib pajak nomor
202/PBL/XI/2020 tanggal 11 November 2020 5. Masa Agustus
20
Tabel 4.8 Perincian Hasil Keputusan usaha mikro pada titik serah Agen termasuk Pajak
Keberatan Masa Agustus Pertambahan Nilai (PPN) dan margin Agen
ditetapkan Rp.12.750,00 (dua belas ribu tujuh ratus
lima puluh rupiah), sehingga dalam hal ini PT PBL
tidak perlu lagi memungut PPN atas penyerahan LPG
3 kilogram yang disubsidi tersebut. Dalam tahap
berikutnya, Tim Peneliti keberatan telah
(sumber : Salinan Resmi DJP) memperhatikan hal tersebut sehingga keberatan PT
PBL atas poin diatas telah dikabulkan.
6. Masa Oktober Namun terkait dengan adanya penetapan Harga
Tabel 4.9 Perincian Hasil Keputusan Eceran Tertinggi (HET) melalui SK Bupati Humbang
Keberatan Masa Oktober Hasundutan Nomor 258 Tahun 2011 sebesar
Rp20.000 maka wajib pajak dapat menjual LPG 3
kilogram hingga batas Harga Eceran Tertinggi (HET)
yang ditetapkan Pemerintah daerah kabupaten/kota
tersebut sehingga atas penyerahan LPG 3 kilogram
yang dilakukan Wajib Pajak terdapat selisih harga
jual yang PPN nya harus dipungut sendiri oleh Wajib
(sumber : Salinan Resmi DJP) Pajak sehingga Tim Peneliti Keberatan melakukan
penghitungan kembali DPP PPN atas penyerahan
7. Masa November BKP yang dilakukan wajib pajak dengan mengalikan
Tabel 4.10 Perincian Hasil Keputusan jumlah tabung dan harga jual LPG 3 kilogram sebesar
Keberatan Masa November Rp17.000 berdasarkan surat wajib pajak nomor
202/PBL/XI/2020 tanggal 11 November 2020.
SIMPULAN
(sumber : Salinan Resmi DJP) Dari hasil analisa dan penjelasan yang telah
dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, dapat
Berdasarkan uraian diatas, tujuan utama PT PBL disimpulkan bahwa :
mengajukan keberatan adalah agar PT PBL 1. Timbulnya sengketa pajak yang terjadi antara PT
mendapatkan keadilan sesuai dengan kebenaran PBL dengan pihak DJP, diawali pada proses
material, yaitu bahwa besaran nilai pajak yang telah Pemeriksaan Pajak yang dilakukan oleh KPP
diperhitungkan PT PBL telah sesuai dengan Pratama Balige terhadap keseluruhan Jenis Pajak
ketentuan perpajakan yang berlaku. di PT PBL. Dalam Proses Pemeriksaan, Tim
Pemeriksa melakukan Pemeriksaan dan
Menteri Keuangan Nomor 252 Tahun 2012 pasal 2, menghasilkan beberapa poin dalam jenis pajak
yang menjelaskan bahwa LPG dalam tabung yang tertentu yang ternyata kurang bayar, salah satunya
siap dikonsumsi masyarakat tidak termasuk dalam terhadap SPT PPN Masa Pajak Januari-Desember
cakupan gas bumi yang tidak dikenai Pajak 2017 yang telah disampaikan oleh PT PBL. Hasil
Pertambahan Nilai sehingga atas penjualan LPG 3 pemeriksaan tersebut, Pemeriksa melakukan
kilogram oleh Wajib Pajak dikenai PPN. Namun, koreksi pada pos Penyerahan Barang dan Jasa,
dalam hal ini, penyerahan LPG 3 kilogram yang yang kemudian tidak disetujui oleh PT PBL
dilakukan PT PBL adalah subsidi dari Pemerintah, sehingga menjadi pokok sengketa antara PT PBL
sehingga berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan dengan pihak Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
nomor 116/PMK/2016 pasal 7 ayat 1 “subsidi LPG Pihak Pemeriksa pajak melakukan pengenaan
tabung 3 kilogram terdiri dari subsidi harga dan pajak PPN atas penyerahan LPG 3 kilogram yang
pertambahan nilai atau PPN atas penyerahan LPG dilakukan oleh PT PBL, sehingga menimbulkan
tabung 3 kilogram oleh badan usaha kepada perbedaan perhitungan antara pihak Pemeriksa
Pemerintah sebagaimana ditetapkan dalam APBN dan juga PT PBL.
dan/atau APBN-perubahan”, maka PT PBL berhak 2. Penyelesaian sengketa antara PT PBL dengan
menerima subsidi PPN atas penyerahan LPG 3 DJP dilakukan melalui beberapa proses. Setelah
kilogram tersebut. Berdasarkan Peraturan Menteri dikeluarkannya Surat Hasil Pemeriksaan, PT
ESDM Nomor 28 Tahun 2008, Harga jual eceran PBL mengajukan permohonan keberatan ke
LPG Tabung 3 kilogram untuk rumah tangga dan KPP dan kemudian dilakukan penelitian
21
https://scholarhub.ui.ac.id/jabt/vol4/iss1/2
DOI: 10.7454/jabt.v4i1.1019 12
Kusumastuti and Simamora: SENGKETA TERKAIT PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAIATAS PENJUALAN
Jurnal Administrasi Bisnis Terapan
Volume 4 Nomor 1 , Juli-Desember 2021
P-ISSN: 2622-1772
E-ISSN: 2621-5993
keberatan. PT PBL memberikan alasan beserta Indonesia. Jakarta: Biro Hukum dan Humas
dasar hukum dari beberapa undang-undang Badan Urusan Administrasi Mahkamah
yang terkait sebagai argumen untuk Agung Republik Indonesia.
mengajukan keberatan. Permohonan Keberatan
DJP, D.P. (2011). Pajak Pertambahan Nilai. Jakarta:
yang diajukan oleh PT PBL ditanggapi oleh
DJP dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Kementerian Keuangan RI.
Keberatan yang menyampaikan bahwa Mardiasmo. (2016). Perpajakan. Yogyakarta: Andi.
keberatan wajib pajak dikabulkan sebagian Munawar, D. (2013). Memahami Pengertian dan
Keputusan Keberatan masih tetap belum Kebijakan Subsidi dalam APBN. Cimahi:
diterima oleh PT PBL sehingga diajukan Widyaiswara Utama BDK.
Permohonan Banding ke Pengadilan Pajak Richard A Musgrave, P. (1993). Public Finance in
dengan alasan dan dasar undang-undang yang
Theory and Practice, 5th edition. Tokyo:
dapat dijadikan pertimbangan oleh Pengadilan
Pajak. Kosaido Printing.
Smith, D. (1973). What you should know about the
SARAN VAT. Illinois: Down Jones Irwin Inc.
Sumitro, R. (1997). Asas dan Dasar Perpajakan Jilid
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang 3. Bandung: Eresco.
sudah diuraikan oleh penulis pada bab sebelumnya, Sutrisno, D. (2015). Hakikat Sengketa Pajak:
Penulis merasa perlu untuk memberikan saran agar Karakteristik Pengadilan Pajak Fungsi
dapat menjadi pembelajaran yang lebih baik
Pengadilan Pajak. Jakarta: Kencana.
kedepannya. Berikut merupakan saran yang dapat
penulis berikan : Tait, A. A. (1988). VAT International Practice and
1. Bagi Wajib Pajak yang memiliki kegiatan usaha Problem. Washington DC: IMF.
berupa penyerahan barang subsidi agar Yustika, A. E. (2008). Refleksi Subsidi dalam
mengetahui peraturan-peraturan perpajakan Perekonomian Indonesia. Jakarta: Institute
yang terkait dengan kegiatan usahanya, for Development of Economics and Finance
sehingga dalam melaksanakan kewajiban (INDEF)
perpajakannya tidak mengalami kerugian akibat
Darmayanti, N. (2012). Analisis Perhitungan PPN
perbedaan perhitungan dan penafsiran atas
undang-undang yang berlaku. Pada CV. Sarana Teknik Kontrol. Jurnal
2. Tim Pemeriksa Pajak hendaknya lebih Manajemen dan Akuntansi, 31.
memperhatikan sistem pengenaan pajak Rubino Sugara, A. (2014). Analisis Potensi dan
terhadap pengenaan barang dan jasa tertentu Kesenjangan Penerimaan PPN di Indonesia
sesuai dengan ketentuan undang-undang Tahun 2013. Jurnal Ekonomi dan
perpajakan yang berlaku sehingga tidak terjadi
Pembangunan Indonesia, 10.
perbedaan perhitungan dan penafsiran undang-
undang. Sa'adah, N. (2019). Mekanisme Penyelesaian
Sengketa Pajak dalam Sistem Peradilan di
Indonesia. Administrative Law &
DAFTAR PUSTAKA Governance Journal Vol. 2 Issue 1, 22
Widowati, R. (2017). Pengenaan PPN atas
Alan Schenk, V. T. (2015). Value Added Tax A Ekspor/Impor Barang Kena Pajak. Jurnal
Comparative Approach. Cambridge: Repertorium Volume IV, 92.
Cambridge University Press.
Bickley, J. (2003). Value Added Tax: Concepts, Badan Kebijakan Fiskal. (2021, Juli 13).
Policy Issues, and OECD. New York: fiskal.kemenkeu.go.id. Diambil kembali dari
Novinka Books. fiskal.kemenkeu.go.id:
Billy, I. (2010). Pokok-Pokok Ketentuan Umum https://fiskal.kemenkeu.go.id/fiskalpedia/2
Perpajakan. Yogyakarta: Graha Ilmu. 021/07/13/173618726358430-pajak-
Darussalam, D. (2018). Konsep dan Studi Komparasi pertambahan-nilai-ppn
Pajak Pertambahan Nilai. Jakarta: DDTC. Ismail, I. (2021, Maret 3). accurate.id. Diambil
Djatmiko, M. (2017). Problematik Sengketa Pajak kembali dari accurate.id:
Dalam Mekanisme Peradilan Pajak di
22
23
https://scholarhub.ui.ac.id/jabt/vol4/iss1/2
DOI: 10.7454/jabt.v4i1.1019 14