ANALISIS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) ATAS SUBSIDI LIQUEFIED
PETROLIUM GAS (LPG) BERDASARKAN PMK NOMOR 62/PMK.03/2022 PADA
AGEN LPG DI SUMENEP
Usulan Penelitian Untuk Proposal
Program Studi Akuntansi
Oleh NADIA IYSKA NABILA NPM.720221470
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS WIRARAJA 2023 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menurut UU No. 42 Tahun 2009 adalah pajak yang dikenakan pada setiap jalur produksi dan distribusi dalam Daerah Pabean, namun pajak yang terutang dapat dikenakan kepada konsumen akhir yang mengkonsumsi barang atau jasa yang merupakan obyek PPN. Pajak Pertambahan Nilai merupakan Pajak pengganti dari Pajak Penjualan. Alasan dari penggantian ini dikarenakan Pajak Penjualan tidak lagi memadai untuk menampung kegiatan masyarakat dan belum mencapai sasaran kebutuhan pembangunan, antara lain untuk meningkatkan penerimaan negara, mendorong ekspor, dan pemerataan pembebanan pajak (Mardiasmo, 2019:351). Pemberian Subsidi PPN pada LPG 3 kg yang dilakukan oleh pemerintah kepada Pertamina selaku produsen LPG 3 Kg, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 88/PMK.011/2011, yang menyatakan bahwa PPN terutang atas subsidi BBM jenis tertentu dan LPG 3 kg yang dibayarkan kepada pengusaha ditanggung oleh pemerintah. Pengusaha LPG 3 kg sendiri atau biasa disebut dengan Agen dapat diartikan sebagai pedagang perantara. Dalam peraturan mentri keuangan nomor 62/PMK.03/2022 bahwa penyerahan lpg tertentu yang bagian harganya disubsidi dibayar oleh pemerintah. Tapi LPG yang disubsidi itu tidak sepenuhnya hanya sebagian harga saja, sehingga ketika lpg beredar di pasaran harganya tidak terlalu mahal, dan tidak memberatkan masyarakat untuk membelinya. Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 11/M-DAG/PER/3/2006 Tahun 2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Agen atau Distributor Barang dan/atau Jasa (“Permendag 11/2006”) disebutkan bahwa Agen adalah untuk dan atas nama prinsipal berdasarkan perjanjian untuk melakukan pemasaran tanpa melakukan pemindahan hak atas fisik barang dan/atau jasa yang dimiliki/dikuasai oleh prinsipal yang menunjuknya. Maka dari itu, Agen wajib melaporkan pajaknya karena merupakan Pengusaha Kena Pajak (PKP) dmana saat Agen menyalurkan LPG 3 kg pada pangkalan untuk dikonsumsi masyarakat maka dikenakan PPN. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan tersebut maka sejak tahun 2011 mekanisme pemberian subsidi PPN BBM yaitu ditanggung pemerintah yang Pelaksanaannya diawasi dan diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) (Nurma, 2012:7). semenjak ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 64/PMK.02/2012 mengenai perubahan atas peraturan Menteri Keuangan Nomor 218/PMK.02/2011 tentang tata cara penyediaan anggaran, perhitungan, pembayaran, dan pertanggungjawaban subsidi Liquefied Petroleum Gas (LPG) Tabung 3 kg ditetapkanlah PPN terhadap elpiji 3 kg. Pajak selalu bersifat dinamis seiring perkembangan perekonomian di Indonesia bahkan global. Dengan ini tentu berdampak bagi pajak terhadap elpiji 3 kg. Tahun 2016 mengawali permasalahan PPN elpiji 3 kg. Besaran DPP yang ditetapkan membuat para agen elpiji 3 kg mengalami keresahan dan kecemasan. Di tahun 2020 saja, DPP yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebesar Rp 13.131,82 atau Harga Pokok Penjualan (HPP) dibagi 1,1. Di tambah pula dengan adanya pandemi tentu memperburuk agen elpiji 3 kg. Di tahun 2021 cukup membuat agen elpiji merasakan angin segar. DPP yang semula cukup besar, dirubah oleh Menteri Keuangan menjadi Rp 173,26. Hal ini tentu memberikan dampak yang cukup baik bagi agen elpiji (Lidia andiani,2022). Sesuai informasi dari bagian sumber daya alam (SDA) setkab Sumenep 2021 ada 14 agen LPG yang sudah mempunyai izin dan akan bertambah 1 agne lagi tapi masih dalam proses. Jadi total agen yang ada di sumenep ada 15 agen. Menurut kasubbag energi bagian SDA setkab sumenep jika agen LPG semakin banyak maka bisa berdampak pada jatah setiap agen, yang dimana kuota LPG harus dibagi 15 agen. pada 28 Desember 2020 Pemerintah mengeluarkan Surat Edaran Direktur Jendral Pajak tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 220/PMK.03/2020 tentang Tata Cara Perhitungan dan Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai atas Penyerahan Liquified Petrolium Gas. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) berada di bawah kendali Menteri Keuangan menetapkan pungutan PPN dengan formula: penyerahan pada titik serah Badan Usaha, sebesar 100/110 (seratus per seratus sepuluh) dari Harga Jual Eceran; penyerahan pada titik serah Agen, sebesar 10/101 (sepuluh per seratus satu) dari selisih lebih antara Harga Jual Agen dan Harga Jual Eceran; atau penyerahan pada titik serah Pangkalan, sebesar 10/101 (sepuluh per seratus satu) dari selisih lebih antara Harga Jual Pangkalan dan Harga Jual Agen. Tetapi pada tanggal 1 april 2022 pemerintah mengeluarkan peraturan mentri keuangan Nomor 62/PMK.03/2022 tentang Pajak Pertambahan Nilai Atas Penyerahan Liquefied Petroleum Gas Tertentu. Dengan menimbang bahwa Peraturan Menteri Keuangan Nomor 220/PMK.03/2020 tentang Tata Cara Penghitungan dan Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai atas Penyerahan Liquefied Petroleum Gas Tertentu belum dapat menampung perkembangan kebutuhan pengaturan pajak pertambahan nilai atas penyerahan liquefied petroleum gas tertentu sehingga perlu diganti. Dalam pasal 10 PMK nomor 62/PMK.03/2022 jika peraturan mentri keuangan ini sudah berlaku maka PMK nomor 220/PMK.03/2020 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor 62/PMK.03/2022 ini diatur: Atas penyerahan Barang Kena Pajak berupa LPG Tertentu oleh Pengusaha Kena Pajak dikenai Pajak Pertambahan Nilai. Pajak Pertambahan Nilai atas penyerahan LPG Tertentu yang bagian harganya disubsidi, dibayar oleh pemerintah. Pajak Pertambahan Nilai atas penyerahan LPG Tertentu yang bagian harganya tidak disubsidi, dibayar oleh pembeli. Penyerahan LPG Tertentu yang bagian harganya disubsidi merupakan penyerahan LPG Tertentu dari Badan Usaha ke Pemerintah yang dibayar melalui subsidi LPG Tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang terdiri dari subsidi harga dan Pajak Pertambahan Nilai. Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas penyerahan LPG Tertentu yang bagian harganya tidak disubsidi pada: titik serah Badan Usaha, dihitung dengan mengalikan tarif Pajak Pertambahan Nilai dengan Nilai Lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak; dan titik serah Agen atau Pangkalan, dipungut dan disetor dengan besaran tertentu. Tarif Pajak Pertambahan Nilai yang berlaku merupakan tarif Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (1) Undang- Undang Pajak Pertambahan Nilai, yaitu: sebesar 11 % (sebelas persen) yang mulai berlaku pada tanggal 1 April 2022; dan sebesar 12% (dua belas persen) yang mulai berlaku pada saat diberlakukannya penerapan tarif Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai. Berdasarkan pemaparan diatas peneliti tertarik untuk meneliti pada agen LPG yang ada di Sumenep dengan judul “ANALISIS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) ATAS SUBSIDI LIQUEFIED PETROLIUM GAS (LPG) BERDASARKAN PMK NOMOR 62/PMK.03/2022 PADA AGEN LPG DI SUMENEP”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian adalah bagaimana penerapan pajak pertambahan nilai (PPN) atas subsidi gas LPG pada agen lpg, apakah sesuai dengan PMK Nomor 62/PMK.03/2022 yang dilakukan oleh agen LPG di Sumenep.
1.3. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang diangkat, maka tujuan penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pemungutan dan perhitungan pajak pertambahan nilai (PPN) atas subsidi gas LPG pada agen lpg sudah sesuai dengan PMK Nomor 62/PMK.03/2022 yang dilakukan oleh agen LPG di Sumenep.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.4.1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dan pembaca mengenai pemungutan dan perhitungan pajak pertambahan nilai yang di atur dalam PMK nomor 62/PMK.03/2022 1.4.2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti Dapat memberikan pengetahuan lebih lanjut pada peneliti tentang pemungutan serta perhitungan pajak pada subsidi LPG agen yang dimana diatur dalam PMK Nomor 62/PMK.03/2022 b. Bagi Agen LPG Dapat memberikan informasi atas pemungutan pajak pertambahan nilai dan perhitungannya kepada agen LPG yang belum mengetahui bahwa pemerintah sudah mengeluarkan peraturan baru tentang pemungutan pajak pertambahan nilai pada LPG tertentu yang diatur dalam PMK Nomor 62/PMK.03/2022
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini merupakan pilar penting dalam akurasi kajian, sehinnga untuk mempertajam dan memperjelas kajian dalam penelitian. Adapun ruang lingkup penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Objek yang menjadi pembahasan adalah pengenaan pajak pertambahan nilai atas penyerahan LPG tertentu di tiap rantai distribusi LPG. Pemilihan objek penelitian ini didasarkan pada peraturan mentri keungan yang diatur dalam PMK Nomor 62/PMK.03/2022 tentang pajak pertambahan nilai atas penyerahan LPG tertentu. Yang dimana perlu di teliti adanya perubahan dilapangan terhadap pajak setelah ditetapkannya PMK Nomor 62/PMK.03/2022. b. Lokasi yang digunakan pada penelitian ini adalah di kota sumenep. Di sumenep terdapat 14 agen LPG yang sudah berizin. Dari 14 Agen peneliti akan mengambil 3 Agen sebagai sampel penelitian.