Anda di halaman 1dari 2

Fatwa MUI Terkait Larangan Penayangan Film Kiblat!

Majelis Ulama Indonesia (MUI) baru-baru ini sempat melarang penayangan film
Kiblat. MUI resmi mengeluarkan surat himbauan Nomor 01/MUI/II/2024 tepatnya
sejak tanggal 23 Maret 2024 yakni terkait pelarangan penayangan film Kiblat. MUI
dengan lantang menilai film tersebut tidak sesuai dengan syariat Islam dan
berpotensi menyesatkan umat.
Pendapat Para Ulama Indonesia Terkait Film Kiblat
Ketua MUI Bidang Dakwah Cholil Nafis meminta film besutan rumah produksi Leo
Pictures yang berjudul Kiblat ini tidak tayang di bioskop. "Film ini gambarnya seram,
kok judulnya kiblat ya? Saya buka-buka arti kiblat hanya Ka'bah, arah
menghadapnya orang-orang salat," kutipan kata dia dalam akun Instagramnya
(24/3).
"Kalau ini benar sungguh film ini tak pantas diedar dan termasuk kampanye hitam
terhadap ajaran agama maka film ini harus diturunkan dan tak boleh tayang,"
sambungnya.
Bahkan Ustaz Hilmi Firdausi mengatakan film ini justru dapat membuat orang
semakin takut beribadah, khawatirnya ini bisa menjadi kampanye hitam terhadap
ajaran agama Islam.
Kontroversi Film Kiblat
Diketahui, film Kiblat menjadi perbincangan hangat di media sosial setelah perilisan
posternya pada 21 Maret 2024. Poster ini menjadi kontroversi lantaran dianggap
mengandung konten yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Film Kiblat sendiri
merupakan karya rumah produksi Leo Pictures yang bekerja sama dengan Legacy
Pictures dan 786 Production. Film itu disutradarai Bobby Prasetyo dan dibintangi
oleh Yasmin Napper, Arbani Yasiz, Ria Ricis, Hana Saraswati, Denis Adhiswara,
Keanu Azka, dan Whani Darmawan. Adapun jadwal tayangnya belum diketahui.
Poin kontroversi dari film tersebut adalah karena posternya yang dianggap merusak
nilai ibadah. Poster yang dipromosikan menunjukkan seseorang mengenakan
mukena sedang melakukan rukuk. Alih-alih rukuk dalam posisi normal, perempuan
berwajah seram itu rukuk dalam posisi kayang.
Tak heran banyak masyarakat muslim pun ikut mengkritisi film tersebut, karena
judulnya yang Islami, yakni Kiblat, akan tetapi film itu justru menghasilkan visualisasi
yang horor dan sama sekali tidak meneduhkan sebagaimana kiblat yang diyakini
umat Islam. Jelas saja hal itu sangat kontraproduktif dan dianggap tidak sesuai
antara judul dengan gambar yang ditampilkan. Penarikan penayangan film tersebut
dinilai tepat.
Padahal, pada momen Ramadhan ini, ditunjukkan bukti bahwa Islam merupakan
agama yang rahmatan lil’alamin, sangat aman, dan nyaman untuk melakukan
ibadah. Terutama ibadah yang dilakukan di masjid pada malam hari hingga subuh,
seperti shalat tarawih, shalat tahajud, juga i'tikaf.
Sudahlah semestinya munculnya karya-karya perfilman menunjukkan keteduhan
Islam. Bukan sebaliknya yang seolah menarasikan hal-hal yang mengerikan dan
menyudutkan Islam dengan beragam stereotipnya yang berkembang. Maka
kesimpulannya hendaknya kita menghindari segala macam perfilman yang dinilai
melanggar nilai-nilai syariat dan tidak sesuai dengan kaidah keislaman. Demikian
semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai