Anda di halaman 1dari 172

BUKU AJAR

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Penulis : Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd

ISBN : 978-623-329-145-3

Copyright © Juni 2021


Ukuran: 15.5 cm X 23 cm; Hal: viii + 162

Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak baik
sebagian ataupun keseluruhan isi buku dengan cara apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit.

Penata Isi : Ahmad Ariyanto


Desainer Sampul : Annuha Zarkasyi

Cetakan I, Juni 2021

Diterbitkan pertama kali oleh Literasi Nusantara


Perum Paradiso Kav. A1 Junrejo - Batu
Telp : +6285887254603, +6285841411519
Email: penerbitlitnus@gmail.com
Web: www.penerbitlitnus.co.id
Anggota IKAPI No. 209/JTI/2018

Didistribusikan oleh CV. Literasi Nusantara Abadi


Jl. Sumedang No. 319, Cepokomulyo, Kepanjen, Malang. 65163
Telp : +6282233992061
Email: redaksiliterasinusantara@gmail.com
KATA PENGANTAR

D engan mengucap Alhamdulillah, rasa syukur kehadirat


Allah SWT, hanya dengan limpahan rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan buku Pendidikan
Kewarganegraan (PKn) untuk mahasiswa. Penyususn buku ini
bertujuan untuk memudahkan mahasiswa dalam menempuh
matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang merupakan
matakuliah wajib bagi mahasiswa. Penulis banyak mendapat
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu ucapan terima kasih
disampaikan kepada Prof. Dr. H. Suko Wiyono, SH., MH, selaku
Rektor Universitas Wisnuwardhana Malang, dan semua wakil
Rektor yang telah memfasilitasi dan memberi dukungan yang
dibutuhkan penulis. Ucapan terima kasih juga kepada Dr. Eny
Dyah Yuniwati, S.P.,M.P., selaku Ketua Lembaga Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) beserta staf nya, teman-
teman dosen dilingkungan program studi Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Wisnuwardhana Malang.
Buku Pendidikan Kewarganegaraan ini membahas beberapa
materi pokok yang diharapkan dapat menanamkan nilai-nilai
kewarganegaraan di masa kini dan di masa yang akan datang.
Penanaman nilai-nilai kewarganegaraan semakin dibutuhkan
seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sehingga mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa yang akan
datang perlu untuk memahami dan mengembangkan nilai-nilai
kewarganegaraan, memiliki pola pikir yang benar berdasarkan
Dasar Negara Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dalam rangka ikut berpartisipasi
dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

iii
Disadari sepenuhnya bahwa penyusunan buku ini masih
belum sempurna, untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak selalu diharapkan. Semoga buku
ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan kajian dan referensi
dalam matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

Malang, Juni 2020

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................ iii


Daftar Isi .................................................................................. iv
BAB I. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN ..... 1
A. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraaan ...... 2
B. Sejarah Pendidikan Kewarganegaraaan ........... 3
C. Kontribusi yang diberikan Pendidikan
Kewarganegaraan ................................................. 5
BAB II. PANCASILA DALAM KEHIDUPAN
BERBANGSA DAN BERNEGARA.................. 9
A. Pengertian Pancasila ............................................. 10
B. Fungsi dan Peranan Pancasila ............................. 11
C. Makna Sila-Sila Pancasila ..................................... 17
D. Sikap positif terhadap nilai-nilai pancasila ....... 19
E. Nilai Yang Terkandung Dalam Pancasila ......... 19
BAB III. KONSTITUSI NEGARA REPUBLIK
INDONESIA ......................................................... 21
A. Pengertian Konstitusi ........................................... 22
B. Isi Muatan Konstitusi............................................ 23
C. Tujuan dan Fungsi Konstitusi ............................. 24
D. Kedudukan Konstitusi dalam Suatu Negara .... 25
E. Negara Konstitusional .......................................... 29
F. Supremasi Konstitusi ............................................ 31
G. Konstitusi Negara Republik Indonesia .............. 32
1. Sejarah Ketatanegaraan dan Konstitusi Yang
Pernah Berlaku di Indonesia ........................ 32
a. Periode Pertama ...................................... 34
b. Periode Kedua ......................................... 35

v
c. Periode Ketiga ......................................... 37
d. Periode Keempat ..................................... 39
e. Periode Kelima ........................................ 40
2. Proses dan Hasil Perubahan UUD 1945 ..... 43
a. Perubahan Pertama ................................ 43
b. Perubahan Kedua ................................... 44
c. Perubahan Ketiga.................................... 44
d. Perubahan Keempat ............................... 45
BAB IV. HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA 49
A. Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia...... 50
B. Pengertian Hak Asasi Manusia .......................... 52
C. Hak dan Kewajiban Warga Negara .................... 52
D. Hak dan Kewajiban Negara/Pemerintah ......... 55
E. Hubungan Warga Negara dan Negara .............. 56
BAB V. DEMOKRASI ....................................................... 59
A. Pengertian Demokrasi .......................................... 60
B. Pengertian Demokrasi Pancasila......................... 60
C. Aspek Demokrasi Pancasila ................................ 61
D. Ciri-Ciri Demokrasi Pancasila ............................ 61
E. Implementasi Demokrasi Pancasila ................... 62
F. Nilai-Nilai Demokrasi ......................................... 63
BAB VI. MASYARAKAT MULTIKULTURAL .............. 67
A. Pengertian Multikulturalisme ............................. 69
B. Multikulturalisme di Indonesia .......................... 69
C. Multikulturalisme dan Peran Bhineka Tunggal
Ika ............................................................................ 70
D. Ciri-Ciri Multikultural .......................................... 72
E. Faktor-Faktor Penyebab Masyarakat
Multikultural.......................................................... 74
BAB VII. WAWASAN NUSANTARA .............................. 77
A. Dasar Filosofis Wawasan Nusantara.................. 77
B. Pengertian Wawasan Nusantara ........................ 79
C. Wawasan Pembangunan Nasional ..................... 80
D. Dasar Pemikiran Wawasan Nusantara .............. 82

vi
BAB VIII. KETAHANAN NASIONAL ............................ 103
A. Konsep Ketahanan Nasional ............................ 104
B. Aspek Alamiah dan Sosial Ketahanan
Nasional .............................................................. 106
BAB IX. POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL ........ 115
A. Pengertian Politik dan Strategi Nasional ........... 116
B. Dasar Pemikiran Penyusunan Politik
dan Strategi Nasional ........................................... 118
BAB X. PENDIDIKAN ANTI KORUPSI ...................... 123
A. Pengertian Korupsi ............................................... 124
B. Faktor-Faktor Penyebab Korupsi ........................ 127
C. Nilai-Nilai Yang Harus Ditanamkan
Untuk Mencegah Korupsi .................................... 128
D. Fungsi dan Wewenang Komisi
Pemberantasan Korupsi ....................................... 133

BAB XI. KEWARGANEGARAAN DIGITAL ................ 139


A. Pengertian Kewarganegaraan Digital ................ 140
B. Komponen Kewarganegraan Digital.................. 142
C. Manfaat Kewarganegaraan Digital..................... 146
D. Apa Itu T.H.I.N.K. ? .............................................. 149

Daftar Pustaka ......................................................................... 151


Profil Penulis ............................................................................ 153

vii
viii
BAB I
PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN

Kompetensi Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan
dapat mengerti dan memahami pentingnya pelaksanaaan
pembelajaran PKn.

Indikator Pencapaian Kompetensi Pembelajaram


Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat:
 Menjelaskan kedudukan PKn dalam kurikulum nasional
 Menerangkan Visi. Misi, dan Tujuan PKn.
 Menjelaskan Pengertian PKn
 Menerangkan sejarah PKn di dunia dan di I ndonesia.
 Menerangkan Kontribusi yang diberikan Pendidikan
Kewarganegaraan Terhadap Masyarakat, bangsa dan
negara.

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 1


A. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) terdiri dari dua kata
yaitu
Pendidikan dan Kewarganegaraan. Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara (pasal 1 UU No.20 Tahun 2003).
Masyarakat dan pemerintah berupaya untuk meningkatkan
kualitas
hidup, terutama kepada generasi penerus bangsa untuk
hidup lebih berguna dan bermakna serta mampu mengantisipasi
perkembangan dan perubahan masa depannya. Hal ini sangat
memerlukan pembekalan ilmu pengetahuan , teknologi dan seni
yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan dan nilai-nilai budaya
bangsa.
Kewarganegaraan dalam bahasa latinnya disebut “CIVIS”
selanjutnya dari kata “CIVIS” dalam bahasa Inggris timbul kata
“CIVIC” yang artinya warga negara atau kewarganegaraan.
Menurut Kansil (2002:3) kata “CIVICS” yang artinya
ilmu kewarganegaraan atau Civic Education, Pendidikan
Kewarganegaraan. Pelajaran Civics mulai diperkenalkan di
Amerika Serikat pada tahun 1790 dalam rangka “mengAmerikakan
bangsa Amerika” atau yang terkenal dengan nama “theory of
Americanization”. Sebab seperti diketahui, bangsa Amerika
berasal dari berbagai bangsa yang datang di Amerika Serikat dan
untuk menyatukan menjadi bangsa Amerika, perlu diajarkan
Civics bagi warga negara Amerika Serikat. Dalam taraf tersebut
pelajaran civics membicarakan masalah “government”, hak dan
kewajiban warga negara dan civics merupakan bagian dari ilmui
politik.
Definisi-definisi berbeda-beda dari Civics banyak diberikan
oleh ahli-ahli dari waktu-kewaktu. Untuk memperoleh gambaran
tentang Civics, dikemukakan beberapa definisi dari Civics
sehagai berikut:
1. Civics: the study of city government and the duties of citizens
(The advanced leaner’s Dictionary of Current English, 1954).
2. Civics: the element of political science or that science dealing
with right and duties of citizens (Dictionary of Education,

2 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


1956).
3. Civics: the department of political science dealing with right
of citizen of duties of citizens (Webster’s New Collegiate,
Dictionary, 1954).
4. Civics: the science of right and duties of citizenship, esp, as
the subject of a school course (A Dictionary of American,
1956).
5. Civics: science of government (Webster’s New Concise
Dictionary).
6. Civics the science of Citizenship- the relation of man, the
individual to man in organized collections - the individual to
the State (Creshore, Education, V1 1.264: 1886- 1887).
7. Civics the study of government and citizenship - that is, the
duties rights and privilege of citizens (Edmonsol, hlm. 3-5-
1968).
Dari definisi-definisi tersebut di atas, maka ada unsur-únsur
yang selalu ada dalam pengertian tersebut, yaitu menyangkut :
1. Warga negara dengan hak dan kewajibannya,
2. Pemerintah,
3. Negara,

Pendidikan Kеwarganegaraan
merupakan civic education

B. Sejarah PKn di Indonesia


1. Perjalanan Pelajaran Kewarganegaraan
Di Indonesia pelajaran Civics telah dikenal sejak jaman
Hindia Belanda dengan nama “Burgerkunde”. Pada zaman
ini ada dua buku yang digunakan sebagai sumber pelajaran,
yaitu : Indische Burgerschapokunde dan Recht en Plicht (Indische
Burgerschapkunde voor iedereen). Pada tahun 1950 dalam
suasana Indonesia telah merdeka kedua buku ini menjadi
pegangan guru Civics di Sekolah Menengah Atas.
Perjalanan mata pelajaran Civics setelah Indonesia merdeka
mengalami beberapa kali perubahan istilah yang digunakan.
Perubahan-perubahan tersebut sangat berkaitan dengan

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 3


kebijaksanaan pemerintah pada waktu itu dan kurikulum sekolah
yang digunakan. Pada kurikulum 1957 istilah yang digunakan
yaitu Pendidikan Kewarganegaraan. Kemudian pada kurikulum
1961 berubah menjadi CIVICS lagi, kemudian pada kurikulum
1968 menjadi Pendidikan Kewargaan Negara (PKN). Selanjutnya
kurikulum 1975 menjadi PMP. Pada kuriukulim 1994 berubah
lagi menjadi PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan).
Perubahan-perubahan istilah mata pelajaran PKn atau Civics
di kalangan sekolah dasar dan menengah tersebut di atas, juga
terjadi di kalangan Perguruan Tinggi di Indonesia. Civic Education
(Pendidikan Kewarganegaraan) sesungguhnya bukan sesuatu
yang baru, beberapa bentuk pendidikan kewarganegaraan di
Pergurtuan Tinggi telah lama dilakukan seperti : penataran P4
dan mata kuliah Kewiraan yang kemudian berganti dengan
mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Kenyataannya
memang demikian, civic education (Pendidikan Kewarganegaraan)
yang dilakukan tersebut lebih banyak didistorsi oleh kepentingan
kekuasaan semata. Sehingga pada era reformasi ini paradigma
Pendidikan Kewarganegaraan seharusnya bergeser ke arah yang
lebih civilized, Sobirin Malian (2003 : 10).
2. Dari Kewiraan Menuju Pendidikan Kewarganegaraan
Munculnya gelombang reformasi memang telah mendorong
Departemen Pendidikan Nasional menerbitkan Keputusan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor 267/DIKTI/
KEP/2000 untuk menyempurnakan mata kuliah kewiraan
menjadi matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Evaluasi
terhadap matakuliah Kewiraan yang akan disempurnakan dalam
paradigma baru Pendidikan Kewarganegaraan antara lain :
a. Evaluasi atas materi mata kuliah kewiraan selama
ini yang lebih menitik beratkan pada tiga hal pokok
yaitu, Wawasan Nusantara, Ketahanan Nasional,
Politik Strategi Nasional dan Sistem Pertahanan dan
Keamanan Nasional. Hal ini mereduksi nilai Pendidikan
Kewarganegaraan hanya pada aspek “bela negara”,
sehingga aspek penanaman nilai-nilai demokrasi dan
HAM, nilai-nilai sosial kemasyarakatan, penyadaran
tentang ketaatan pada hukum, serta disiplin nasoional
yang seharusnya menjadi aspek yang utama, tidak
terkaver dalam materi perkuliahan tersebut.
b. Keterkaitan yang erat dengan militerisme sangat kental

4 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


mulai dan perumusan materi desain metodologis,
sampai pada pelatihan dosen. Apalagi rezim yang
berkuasa pada waktu itu adalah rezim militer, sehingga
kepentingan negara yang lebih besar direduksi menjadi
kepentingan penguasa. Diharapkan dengan Pendidikan
Kewarganegaraan sekarang dapat ditegakkan nilai-nilai
demokrasi untuk menuju masyarakat madani.
c. Evaluasi atas ranah metodologis dalam penyampaian
mata kuliah Kewiraan ataupun Kewarganegaraan
selama ini lebih banyak memakai model Lecturing satu
arah yang mengedepankan indoktrinasi tanpa proses
dialog yang kritis.
d. Aspek kognitif sangat dominan dalam perkuliahan
Kewiraan, padahal Pendidikan Kewarganegaraan
sesungguhnya merupakan matakuliah kepribadian yang
mengedepankan aspek afektif (pembentukan sikap)
untuk melakukan tranfer nilai di kalangan mahasiswa.
e. Pada perkuliahan Kewiraan kasus-kasus aktual dan
lokal sering kali terabaikan, sehingga sikap kritis
kewarganegaraan di kalangan mahasiswa kurang terarah
secara maksimal. Padahal Pendidikan Kewarganegaraan
yang sesungguhnya merupakan sarana untuk transfer
of values akhirnya gagal menumbuhkan sikap
kewarganegaraan yang kritis.

Pendidikan Kewarganegaraan
di Indonesia sudah ada sejak
penjajahan Belanda

C. Kontribusi yang diberikan Pendidikan


Kewarganegaraan Terhadap Masyarakat, bangsa dan
negara.
Secara umum Pendidikan Kewarganegaraan (civic education)
yang dilakukan oleh berbagai negara mengarah dan bertujuan
agar warga negara bangsa tersebut mendalami kembali nilai-
nilai dasar, sejarah dan masa depan bangsa yang bersangkutan
sesuai dengan nilai-nilai paling dasar yang dianut bangsa
yang bersangkutan. Sejalan dengan kenyataan tersebut pada

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 5


hakekatnya PKn yang merupakan salah satu bagian dari
matakuliah pengembangan kepribadian harus mengedepankan
aspek afektif dikalangan mahasiswa.
Landasan filosofis dan harapan di atas, kemudian perlu dicari
relevansinya dengan kondisi dan tantangan kehidupan nyata
dalam masyarakat, agar Pendidikan Kewarganegaraan mampu
memberikan kontribusi yang posif bagi pemecahan pemasalahan
kemasyarakatan yang sedang dan akan dihadapi suatu bangsa
atau masyarakat. Oleh karena itu apapun bentuk Pendidikan
Kewarganegaraan yang dikembanmgkan di berbagai bangsa
sangat perlu mengembangkan nilai-nilai fundamental bangsa
(masyarakat) tersebut sesuai dengan dinamika perubahan sosial,
agar nilai-nilai fundamental tersebut menemukan relevansinya
untuk memberikan kontribusi yang signifikan terhadap masalah-
masalah masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dikembangkan di
Indonesia
seharusnya juga mampu menemukan kembali relevansi
nilai-nilai fundamental masyarakat dengan dinamika sosial yang
berubah secara cepat. Sehubungan dengan itu pengajaran PKn
tidak boleh hanya bermateri pada persoalan-persoalan kognitif
semata, tetapi harus memberikan sentuhan moral and social
action. Sentuhan moral dan social action ini justru harus mendapat
perhatian yang lebih besar, agar pengajaran PKn mampu menuju
sasaran dan tujuannya, yaitu untuk membentuk mahasisa
menjadi warga negara yang baik dan bertanggungjawab.
Munculnya gelombang reformasi yang membawa harapan
baru bagi perkembangan demokrasi dan perwujudan masyarakat
madani Indonesia. disamping itu juga menyisakan patologi-
patologi sosial, sebagai masalah bangsa dan negara yang harus
diselesaikan. Patologi-patologi (penyakit sosial) tersebut antara
lain :
1. Praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
2. Hancurnya nilai-nilai demokrasi dalam masyarakat.
3. Memudarnya kehidupan kewargaan dan nilai-nilai
komunitas.
4. Kemerosotan nilai-nilai toleransi dalam masyarakat.
5. Pelanggaran terhadap nilai-nilai kebangsaan.
6. Kerusakan sistem dan kehidupan ekonomi.
7. Memudarnya nilai-nilai kejujuran, kesopanan, dan rasa

6 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


tolong-menolong.
8. Melemahnya nilai-nilai dalam keluarga.
Dengan pendekatan pengajaran dengan sentuhan moral dan
sosial actions di atas, Pendidikan Kewarganegaraan akan mampu
menanamkan nilai-nilai budaya bangsa dan moral yang tinggi
kepada para mahasiswa agar kelak mereka mampu memahami
dan memecahkan persoalan-persoalan kemasyarakatan.
Lembaga-lembaga pendidikan sebagai salah satu elemen civil
society organization perlu menggalang jaringan yang kuat agar
gagasan civic education (Pendidikan Kewarganegaraan) ini cepat
meluas sebagai salah satu upaya recovery dan keterpurukan
krisis multi demensional sekaligus sebagai upaya perwujudan
masyarakat madani Indonesia, sepert pendapat Askury Ibn
Chamim dalam Sabinin (2003: 14).
Keberhasilan Pendidikan Kewarganegaraan dengan
pendekatan tersebut di atas akan dapat melahirkan mahasiswa
yang dapat mengembangkan diri menjadi warga negara
kritis, cerdas, dan beradab atau warga negara yang baik dan
bertanggung jawab. Nilai strategis tersebut pada gilirannya akan
membuahkan tingkah laku yang sangat positip dari mahasiswa,
yaitu keterlibatan atau partisipasi mahasiswa yang efektif dan
bertanggung jawab untuk memperbaiki kualitas kehidupan
sosial dan politik secara keseluruan.

Keberhasilan Pendidikan
Kewarganegaraan akan memberi
kontribusi positip terhadap kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara.

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 7


8 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan
BAB II
PANCASILA DALAM
KEHIDUPAN BERBANGSA
DAN BERNEGARA

Kompetensi Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa dapat
memahami dan menghayati makana Pancasila dalam Kehidupan
Berbangsa dan nernegara
Indikator Pencapaian Kompetensi
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat:
 Menjelaskan pengertian Pancasila sebagai dasar negara
dan pandangan hidup.
 Menerangkan fungsi Pancasila bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara.
 Menjelaskan peranan Pancasila bagi kehidupan
bermasyarakat.
 Menjelaskan makna sila-sila Pancasila.

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 9


A. Pengertian Pancasila
Pancasila yang berarti lima dasar atau lima asas, adalah nama
dasar Negara Republik Indonesia. Istilah Pancasila telah dikenal
sejak zaman Majapahit pada abad XIV,yaituterdapat dalam
buku Nagarakertagama karangan Prapanca dan buku Sutasoma
karangan Tantular. Dalam buku Sutasoma istilah Pancasila di
samping mempunyai arti berbatu sendi yang kelima (dari bahasa
Sansekerta, juga mempunyai arti pelaksanaan kesusilaan yang
lima (Pancasila Krama).
Pancasila secara etimologis, Pancasila berasal dari bahasa
Sansekerta yang terdiri dari kata Panca dan Syila, Panca artinya
lima dan Syila artinya alas atau dasar. Jadi Pancasila artinya lima
dasar (aturan) yang harus ditaati dan dilaksanakan. Didalam
agama Budha juga terdapat istilah Pancasila yang ditulis dalam
bahasa Pali yaitu “Pancha Sila” yang artinya lima larangan atau
lima pantangan sebagai berikut :
1. Tidak boleh melakukan kekerasan.
2. Tidak boleh mencuri.
3. Tidak boleh berjiwa dengki.
4. Tidak boleh berbohong.
5. Tidak boleh mabuk minuman keras atau obat-obatan
terlarang.
Pengertian Pancasila secara terminologis, istilah Pancasila
dipergunakan oleh Ir.Soekarno yang dicetuskan dalam pidatonya
didepan sidang BPUPKI (Dokuritsu Ziumbi Tyoosakai) pada
tanggal 1 Juni 1945. Pancasila adalah dasar Negara Indonesia
yang merupakan identitas Negara Indonesia dan tidak dimiliki
oleh negara lain.
Pengertian Pancasila secara Historis, proses perumusan
Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama
dr. Radjiman Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah,
khususnya akan dibahas pada sidang tersebut. Masalah tersebut
adalah tentang suatu calon rumusan dasar negara Indonesia
yang akan dibentuk. Kemudian tampilah pada sidang tersebut
tiga orang pembicara yaitu Mohammad Yamin, Soepomo dan
Soekarno.Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam sidang tersebut Ir.
Soekarno berpidato secara lisan (tanpa teks) mengenai calon
rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian untuk memberikan
nama “Pancasila” yang artinya lima dasar, hal ini menurut
Soekarno atas saran dari salah seorang temannya yaitu seorang
ahli bahasa yang tidak disebutkan namanya. Pada tanggal 17

10 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya,
kemudian keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945 disahkannya
Undang-Undang Dasar 1945 termasuk Pembukaan UUD 1945 di
mana didalamnya termuat isi rumusan lima prinsip atau lima
prinsip sebagai satu dasar negara yang diberi nama Pancasila.
Sejak saat itulah perkataan Pancasila menjadi bahasa Indonesia
dan merupakan istilah umum. Walaupun dalam alinea IV
Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah “Pancasila”, namun
yang dimaksudkan Dasar Negara Republik Indonesia adalah
disebut dengan istilah “Pancasila”. Hal ini didasarkan atas
interpretasi historis terutama dalam rangka pembentukan calon
rumusan dasar negara, yang secara spontan diterima oleh peserta
sidang secara bulat.

B. Fungsi dan Peranan Pancasila


Bagi bangsa Indonesia tidak ada keraguan sedikitpun
mengenai kebenaran dan ketepatan pancasila sebagai pandangan
hidup dan dasar Negara Republik Indonesia. Pancasila merupakan
warisan bangsa dari para pendahulu yang wajib dijaga dan
diterapkan pada kehidupan bangsa saat ini maupun untuk masa
yang akan datang. Pancasila yang digali dan dirumuskan para
pendiri bangsa adalah sebuah rasionalitas bangsa yang beragam,
meliputi agama, bahasa, budaya, dan ras yang terdapat dalam
semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Pancasila digali dari pandangan hidup bangsa Indonesia,
yang merupakan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia. Dapat
dikatakan bahwa Pancasila dibuat dari materi atau bahan “dalam
negeri”, bahan asli murni dan merupakan kebanggaan bagi
suatu bangsa yang patrotik. Secara yuridis-konstitusional karena
Pancasila adalah dasar negara yang dipergunakan sebagai
dasar mengatur atau menyelenggarakan pemerintahan negara,
tidak setiap orang boleh memberikan pengertian atau tafsiran
mengenai Pancasila.
Fungsi pancasila sangat penting dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, karena segala tingkah laku dan tindakan warga
negara Indonesia di atur oleh Pancasila, karena salah satu fungsi
Pancasila adalah sebagai pemersatu bangsa Indonesia. Sebagai
warga negara Indonesia harus memahami makna Pancasila,
fungsi Pancasila dan peranan atau tindakan yang mencerminkan
nilai Pancasila. Dengan menjalankan ketiga aspek tersebut, maka
kehidupan bangsa indonesia akan menjadi bangsa yang bermoral

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 11


tinggi, berkeadilan dan persatuan bangsa akan terjaga.
Setiap warga Negara Indonesia sangat berperan penting
dalam pengamalan Pancasila. Pengamalan atau pelaksanaan
Pancasila sebagai dasar negara disertai sanksi-sanksi hukum.
Pengamalan atau pelaksanaan Pancasila sebagai weltanschauung,
yaitu pelaksanaan Pancasila dalam hidup sehari-hari tidak
disertai sanksi-sanksi hukum, tetapi mempunyai sifat mengikat,
artinya setiap warga negara Indonesia terikat dalam cita-cita yang
terkandung di dalamnya untuk mewujudkan dalam hidup dan
kehidupannya, sejalan tidak melanggar peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Dengan pengamalan atau pelaksanaan
Pancasila dengan benar , bangsa Indonesia akan menjadi bangsa
yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur, sesuai dengan
semboyan Bhineka Tunggal Ika.
Fungsi dan peranan pancasila bagi kehidupan berbangsa
dan bernegara dapat diartikan sebagai lima dasar yang dijadikan
dasar Negara serta pandangan atau pedoman hidup bangsa.
Suatu bangsa tidak akan berdiri dengan kokoh tanpa ada suatu
dasar negara yang kuat dan tidak akan mengetahui kemana
arah tujuan yang akan dicapai tanpa pandangan hidup. Dengan
adanya dasar negara suatu negara tidak akan tergoyahkan dalam
menghadapi suatu permasalahan yang datang baik dari dalam
maupun dari luar. Adapun fungsi dan peranan pancasila bagi
bangsa Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Pancasila sebagai Dasar Negara
Inilah sifat dasar Pancasila yang pertama dan utama,
yakni sebagai dasar negara (Philosophische Grondslaag)
Negara Republik Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara
berarti bahwa Pancasila dijadikan dasar dalam berdirinya
NKRI dan digunakan sebagai dasar dalam mengatur
pemerintah negara atau penyelenggaraan negara.
Pengertian Pancasila sebagai dasar negara ini sesuai
dengan bunyi pembukaan UUD 1945 alinea keempat, yang
berbunyi “..….maka disusunlah Kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam dalam suatu Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada:…..”. Selanjutnya Pancasila sebagaimana
termuat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat
tersebut dijelaskan dalam wujud berbagai macam aturan-

12 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


aturan dasar atau pokok seperti yang terdapat dalam
Batang Tubuh UUD 1945 dalam bentuk pasal-pasalnya
yang kemudian dijabarkan dalam peraturan pelaksananya
yaitu berbagai instrumen perundang-undangan sebagai
hukum tertulis dan dalam wujud konvensi atau kebiasaan
ketatanegaraan sebagai hukum dasar tidak tertulis.
Penetapan Pancasila sebagai dasar negara itu memberikan
pengertian bahwa Negara Republik Indonesia adalah
Negara Pancasila. Hal itu mengandung arti bahwa negara
harus tunduk kepadanya, membela dan melaksanakannya
dalam seluruh perundang-undangan. Mengenai hal itu,
Kirdi Dipoyudo (1979:30) menjelaskan : “Negara Pancasila
adalah suatu negara yang didirikan, dipertahankan dan
dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan
mengembangkan martabat dan hak-hak azasi semua warga
bangsa Indonesia (kemanusiaan yang adil dan beradab),
agar masing-masing dapat hidup layak sebagai manusia,
mengembangkan dirinya dan mewujudkan kesejahteraannya
lahir batin selengkap mungkin, memajukan kesejahteraan
umum, yaitu kesejahteraan lahir batin seluruh rakyat, dan
mencerdaskan kehidupan bangsa (keadilan sosial).”
2. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Sebagaimana yang ditujukan dalam ketetapan MPR
No. II/MPR/1979, maka Pancasila itu adalah jiwa seluruh
rakyat Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia
dan dasar negara kita. Setiap bangsa yang ingin berdiri
kokoh dan mengetahui dengan jelas arah serta tujuan
yang ingin dicapainya sangat memerlukan nilai-nilai luhur
yang dijunjung sebagai pandangan/filsafat hidup. Dalam
pergaulan hidup terkandung konsep dasar mengenai
kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu bangsa, terkandung
pikiran-pikiran yang terdalam dan gagasan suatu bangsa
mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Dengan
demikian, pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia juga harus berdasarkan pada Bhineka Tunggal
Ika yang merupakan asas pemersatu bangsa sehingga tidak
boleh mematikan keanekaragaman.
Hakekat Bhineka Tunggal Ika sebagai perumusan dalam
salah satu penjabaran arti dan makna Pancasila menurut
Notonegoro adalah bahwa perbedaan itu adala kodrat

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 13


bawaan manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa,
namun perbedaan itu bukan untuk dipertentangkan dan
diperuncingkan melainkan perbedaan itu untuk dipersatuka,
disintesakan dalam suatu sintesa yang positif dalam suatu
negara kebersamaa Negara Perasatuan Indonesia. Proses
perumusan pandangan hidup masyarakat dituangkan
dan dilembagakan menjadi pandangan hidup negara yang
disebut sebagai ideologi negara. Transformasi pandangan
hidup masyarakat menjadi pandangan hidup bangsa dan
akhirnya menjadi pandangan dasar negara juga terjadi pada
pandangan hidup Pancasila.
Pancasila sebelum dirumuskan menjadi dasar negara
dan ideologi negara, nilai-nilainya telah terdapat pada
bangsa Indonesia dalam adat istiadat, budaya serta dalam
agama sebagai pandangan hidup masyarakat Indonesia.
Dengan suatu pandangan hidup yang jelas maka banga
Indonesia akan memiliki pegangan dan pedoman bagaimana
mengenal dan memecahkan berbagai masalah politik, sosial
budaya, ekonomi, hukum, dan persoalan lainnya dalam
gerak masyarakat yang semakin maju. Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa merupakan suatu kristalisasi dari
nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat Indonesia, maka
pandangan hidup tersebut dijunjung tinggi oleh warganya
karena pandangan hidup Pancasila berakar pada budaya
dan pandangan hidup masyarakat. Mengamalkan Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa (falsafah hidup bangsa)
berarti melaksanakan Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari, menggunaka Pancasila sebagai petunjuk hidup sehari-
hari, agar hidup kita dapat mencapai kesejahteraan dan
kebahagiaan lahir dan batin. Salah satu bentuk pengalamannya
adalah menjunjung tinggi Pancasila, mematuhi peraturan
pemerintahan dan menerapkan suatu contoh penerapan
pancasila. Pengamalan pancasila dalam kehidupan sehari-
hari ini adalah sangat penting karena dengan demikian
diharapkan adanya tata kehidupan yang serasi (harmonis).
Bahwa pengalaman pancasila secara utuh (5 sila) tersebut
adalah merupakan menjadi syarat penting bagi terwujudnya
cita-cita kehidupan berbangsa dan bernegara..

14 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


3. Pancasila sebagai Ideologi Negara
Pancasila sebagai ideologi negara, yang dimaksud
dengan istilah Ideologi Negara adalah kesatuan gagasan-
gagasan dasar yang sistematis dan menyeluruh tentang
manusia dan kehidupannya baik individual maupun sosial
dalam kehidupan kenegaraan. Ideologi negara menyatakan
suatu cita-cita yang ingin dicapai sebagai titik tekanannya
dan mencakup nilai-nilai yang menjadi dasar serta pedoman
negara dan kehidupannya.Pancasila adalah ideologi negara
yaitu gagasan fundamental mengenai bagaimana hidup
bernegara milik seluruh bangsa Indonesia bukan ideologi
milik negara atau rezim tertentu.Sebagai ideologi, yaitu selain
kedudukannya sebagai dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia, Pancasila berkedudukan juga sebagai ideologi
nasional Indonesia yang dilaksanakan secara konsisten
dalam kehidupan bernegara. Sebagai ideologi bangsa
Indonesia, yaitu Pancasila sebagai ikatan budaya (Cultural
Bond) yang berkembangan secara alami dalam kehidupan
masyarakat Indonesia bukan secara paksaan atau Pancasila
adalah sesuatu yang sudah mendarah daging dalam
kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia. Sebuah ideologi
dapat bertahan atau pudar dalam menghadapi perubahan
masyarakat tergantung daya tahan dari ideologi itu.
Menurut Alfian, kekuatan ideologi tergantung pada
kualitas tiga dimensi yang dimiliki oleh ideologi itu, yaitu
dimensi realita, idealisme, dan fleksibelitas. Pancasila sebagai
sebuah ideologi memiliki tiga dimensi tersebut:
a. Dimensi realita, yaitu nilai-nilai dasar yang ada pada
ideologi itu yang mencerminkan realita atau kenyataan
yang hidup dalam masyarakat dimana ideologi itu lahir
atau muncul untuk pertama kalinya paling tidak nilai
dasar ideologi itu mencerminkan realita masyarakat
pada awal kelahirannya.
b. Dimensi idealisme, adalah kadar atau kualitas ideologi
yang terkandung dalam nilai dasar itu mampu
memberikan harapan kepada berbagai kelompok atau
golongan masyarakat tentang masa depan yang lebih
baik melalui pengalaman dalam praktik kehidupan
bersama sehari-hari.
c. Dimensi fleksibelitas atau dimensi pengembangan,
yaitu kemampuan ideologi dalam mempengaruhi dan

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 15


sekaligus menyesuaikan diri dengan perkembangan
masyarakatnya. Mempengaruhi artinya ikut mewarnai
proses perkembangan zaman tanpa menghilangkan
jati diri ideologi itu sendiri yang tercermin dalam nilai
dasarnya. Mempengaruhi berarti pendukung ideologi
itu berhasil menemukan tafsiran – tafsiran terhadap
nilai dasar dari ideologi itu yang sesuai dengan realita
- realita baru yang muncul di hadapan mereka sesuai
perkembangan zaman.Dengan demikian, Pancasila
merupakan sebuah ideologi yang tidak bersifat kaku dan
tertutup, namun bersifat terbuka.Hal ini dimaksudkan
bahwa ideologi Pancasila adalah bersifat aktual, dinamis,
antisipatif, dan senantiasa mampu menyesuaikan
dengan perkembangan jaman. Keterbukaan ideologi
Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar
Pancasila namun mengeksplisitkan wawasannya secara
lebih kongkrit, sehingga memiliki kemampuan yang
labih tajam untuk memecahkan masalah-masalah baru
dan aktual. Sebagai ideologi terbuka, Pancasila memiliki
ciri – ciri sebagai berikut :
1) Nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari
luar, melainkan digali dan diambil dari suatu
kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat itu
sendiri.
2) Dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok
orang, melainkan hasil musyawarah
3) Milik seluruh rakyat Indonesia
4. Pancasila sebagai Pandangan Hidup
Pancasila sebagai pandangan hidup, bagi rakyat
Indonesia sangat penting artinya karena merupakan
pegangan yang mantap, agar tidek terombang ambing oleh
keadaan apapun, bahkan dalam era globalisasi.
5. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Indonesia,
Lahirnya Pancasila bersamaan dengan adanya bangsa
Indonesia. Pancasila sendiri pada hakekatnya di gali dari
kebudayaan Indonesia sendiri yang merupakan jiwa
bangsa Indonesia, Pancasila memberikan corak yang khas
kepada bangsa Indonesia dan tak dapat dipisahkan dari
bangsa Indonesia, serta merupakan ciri khas yang dapat
membedakan bangsa Indonesia dari bangsa yang lain.

16 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


6. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia.
Pancasila dalam pengertian ini adalah bahwa sikap,
tingkah laku, dan perbuatan Bangsa Indonesia mempunyai
ciri khas. Artinya, dapat dibedakan dengan bangsa lain, dan
kepribadian bangsa Indonesia adalah Pancasila. Oleh karena
itu, Pancasila disebut juga sebagai kepribadian bangsa
Indonesia.
7. Pancasila sebagai Cita-Cita dan Tujuan Nasional Pancasila
Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan nasional pancasila,
sebagai cita-cita dan tujuan nasional berarti bahwa cita-cita
luhur Bangsa Indonesia tegas termuat dalam Pembukaan
UUD 1945 yang merupakan perjuangan jiwa proklamasi,
yaitu Jiwa Pancasila. Dengan demikian, Pancasila merupakan
Cita-Cita dan Tujuan Nasional Bangsa Indonesia (Alinea II
dan IV Pembukaan UUD 1945).
8. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia
Pancasila disahkan bersama-sama dengan disahkannya
UUD 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945. PPKI ini merupakan
wakil-wakil dari seluruh rakyat Indonesia yang mengesahkan
perjanjian luhur tersebut. Perjanjian luhur rakyat Indonesia
yang disetujui oleh wakil-wakil rakyat Indonesia menjelang
dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan yang kita junjung
tinggi, bukan sekedar karena ia ditemukan kembali dari
kandungan kepribadian dan cita-cita bangsa Indonesia yang
terpendam sejak berabad-abad yang lalu, melainkan karena
Pancasila itu telah mampu membuktikan kebenarannya
setelah diuji oleh sejarah perjuangan bangsa.

C. Makna Sila-Sila Pancasila


1. Arti dan Makna Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
a. Mengandung arti pengakuan adanya kuasa prima (sebab
pertama) yaitu Tuhan Yang Maha Esa
b. Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-
masing dan beribadah menurut agamanya.
c. Tidak memaksa warga negara untuk beragama.
d. Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan
beragama.
e. Bertoleransi dalam beragama, dalam hal ini toleransi
ditekankan dalam beribadah menurut agamanya

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 17


masing-masing.
f. Negara memberi fasilitator bagi tumbuh kembangnya
agama dan iman warga negara dan mediator ketika
terjadi konflik agama.
2. Arti dan Makna Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
a. Menempatan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai
makhluk Tuhan
b. Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala
bangsa.
c. Mewujudnya keadilan dan peradaban yang tidak lemah.
3. Arti dan Makna Sila Persatuan Indonesia
a. Nasionalisme
b. Cinta bangsa dan tanah air.
c. Menggalang persatuan dan kesatuan atau kekusaan,
keturunan dan perbedaaan warna kulit.
d. Menumbuhkan rasa senasib dan sepenaggungan.
4. Arti dan Makna Sila Kerakyatan yang Dipimpin
oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan
a. Hakikat sila ini adalah demokrasi.
b. Permusyawaratan, artinya mengusahakan putusan
bersama secara bulat, baru sesudah itu diadakan
tindakan bersama.
c. Dalam melaksanakan keputusan diperlukan kejujuran
bersama.
5. Arti dan Makna Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia
a. Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam
arti dinamis dan meningkat.
b. Seluruh kekayaan alam dan sebagainya dipergunakan
bagi kebahagiaan bersama menurut potensi masing-
masing.
c. Melindungi yang lemah agar kelompok warga
masyarakat dapat bekerja sesuai dengan bidangnya.

18 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


D. Sikap positif terhadap nilai-nilai pancasila
Nilai-nilai Pancasila telah diyakini kebenarannya oleh bangsa
Indonesia. Oleh karena itu, mengamalkan Pancasila merupakan
suatu keharusan bagi bangsa Indonesia. Sikap positif dalam
mengamalkan nilai-nilai pancasila sebagai berikut :
1. Menghormati anggota keluarga
2. Menghormati orang yang lebih tua
3. Membiasakan hidup hemat
4. Tidak membeda-bedakan teman
5. Membiasakan musyawarah untuk mufakat
6. Menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing-masing
7. Membantu orang lain yang kesusahan sesuai dengan
kemampuan sendiri.

E. Nilai Yang Terkandung Dalam Pancasila


1. Nilai Dasar adalah merupakan nilai yang bersifat sangat
abstrak umum, dan tidak terikat oleh ruang dan waktu.
2. Nilai Instrumental adalah merupakan penjabaran nilai dasar
yaitu arahan kinerja untuk kurun waktu tertentu dan kondisi
tertentu, sifatnya kontekstual, harus disesuaikan dengan
tuntutan zaman. Seperti tertuang dalam UU dan peraturan
serta kebijakan pemerintah lainnya.
3. Nilai praksis adalah nilai yang dilaksanakan dalam kehidupan
sehari-hari. Seperti kerukunan hidup beragama, silaturrahmi
antar umat beragama, dialog antar umat beragama, toleransi,
dan saling menghormati antar umat beragama.

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 19


20 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan
BAB III
KONSTITUSI NEGARA
REPUBLIK INDONESIA

Kompetensi Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa dapat mengerti
dan memahami pentingnya konstitusi bagi suatu negara dan
konstitusi yang ada di Negara Indonesia.

Indikator Pencapaian Kompetensi Pembelajaram


Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat:
 Menjelaskan pengertian konstitusi.
 Menerangkan hal-hal yang diatur dalam suatu konstitusi.
 Menjelaskan tujuan dan fungsi konstitusi bagi suatu
negara.
 Menerangkan kedudukan dan hubungan suatu
konstitusi bagi suatu negara..
 Menjelaskan pengertian negara konstitusionasl
 Menerangkan pengertian dari supremasi konstitusi.
 Menerangkan sejarah ketatanegaraan Indonesia dan
konstitusi yang berlaku pada periode ketatanegaraan
tersebut.
 Menjabarkan hakekat dilakukan perubahan
(amandemen) terhadap UUD 1945.
 Membandingkan UUD 1945 sebelum dan sesudah
amandemen.

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 21


A. Pengertian Konstitusi
Istilah konstitusi berasal dari bahasa
Perancis, “Constitere” yang artinya menetapkan atau membentuk.
Dalam bahasa Inggris disebut “Constitution”. Sedangkan dalam
bahasa Belanda digunakan istilah “Constitutie” disamping
kata “Grondwet”.Dalam istilah sehari-hari konstitusi sering
disamakan dengan Undang-Undang Dasar yang merupakan
terjemahan dari bahasa Belanda “Grondwet”, grond artinya
dasar dan wet artinya undang-undang. Namun dalam praktek,
pengertian konstitusi lebih luas dari UUD, karena konstitusi
mencakup keseluruhan peraturan, baik yang tertulis (UUD)
maupun yang tidak tertulis (convention/konvensi). Jadi UUD
hanya bagian dari konstitusi, dan menurut beberapa ahli bahwa
istilah konstitusi lebih tepat diartikan sebagai hukum dasar.
Konstitusi merupakan hukum dasar suatu negara. Setiap
negara pasti memiliki konstitusi. Karena tanpa adanya konstitusi
negara tidak mungkin terbentuk. Sebagai hukum dasar negara,
kostitusi berisi aturan dan ketentuan tentang hal-hal yang
mendasar dalam kehidupan suatu negara. Jadi segala praktik-
praktik dalam penyelenggaraan negara harus didasarkan pada
konstitusi dan tidak boleh bertentangan dengan konstitusi
tersebut.
Hukum dasar tertulis (UUD) adalah piagam-piagam tertulis
yang sengaja diadakan dan memuat segala apa yang dianggap
fundamental (mendasar) bagi negara pada masa itu. Karena
dibuat dengan sengaja, maka UUD ini lebih terang dan tegas
dari hukum dasar yang tidak tertulis. Selain itu, UUD lebih
menjamin kepastian hukum dari pada konvensi. Oleh karena cara
pembuatannya melalui suatu badan tertentu yang mempunyai
tingkat tertinggi dalam suatu negara, menyebabkan UUD
relatif sulit untuk diadakan perubahan, sehingga UUD bersifat
lebih kaku (rigid) dari pada konvensi. Negara-negara yang
mempunyai UUD misalnya : Amerika Serikat (1787), Perancis
(1791), Belanda (1814), Uni Soviet (1918), Indonesia (1945), dan
lain-lain. Dewasa ini hampir semua negara mempunyai UUD.
Bahkan India adalah salah satu negara yang memiliki UUD
yang amat panjang, yakni mencapai 395 pasal. Adapun konvensi
adalah kebiasaan-kebiasaan yang timbul dan terpelihara dalam
praktek ketatanegaraan. Meskipun tidak tertulis, konvensi
mempunyai kekuatan hukum yang kuat dalam ketatanegaraan.
Bahkan konvensi ini lebih bersifat fleksibel/supel (tidak rigid/

22 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


kaku), luwes dan mudah diubah, sehingga mudah menyesuaikan
dengan keadaan. Konvensi ini berkedudukan sebagai pelengkap
dari UUD, sehingga tidak boleh bertentangan dengan UUD.
Bahkan di Indonesia, konvensi bisa dikukuhkan menjadi
Ketatapan MPR. Adapun syarat – syarat konvensi adalah:
(1) diakui dan dipergunakan berulang-ulang dalam praktik
penyelenggaraan Negara: (2) tidak bertentangan dengan UUD
1945, dan (3) memperhatikan pelaksanaan UUD 1945.
Pengertiang konstitusi atau Undang-Undang Dasar (UUD)
menurut ahli-ahli, antara lain : C.F. Strong, Konstitusi itu sebagai
sekumpulan asas-asas yang mengatur kekuasaan pemerintahan,
hak-hak yang diperintah (rakyat) dan hubungan antara
pemerintah dengan yang diperintah. Sedangkan menurut E.C.S.
Wade dan G. Philips, Konstitusi adalah naskah yang memaparkan
rangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintahan
suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan-
badan tersebut. Menurut K.C. Wheare, Konstitusi adalah
keseluruhan sistem ketatanegaraan dari suatu negara, berupa
kumpulan peraturan-peraturan yang membentuk dan mengatur
atau memerintah dalam pemerintahan suatu negara.

B. Isi Muatan Konstitusi


Konstitusi atau UUD berisi ketentuan yang mengatur hal-
hal yang mendasar atau hal-hal pokok dalam bernegara, seperti
tentang bentuk negara/pemerintahan; batas-batas kekuasaan
penyelenggara pemerintahan Negara; hak-hak dan kewajiban
warga negara dan lain-lain. Berikut adalah isi muatan konstitusi
atau UUD menurut para ahli :
1. Menurut A.A.H. Struycken, UUD (grondwet) sebagai
konstitusi tertulis merupakan dokumen formal yang berisi :
a. Tingkat perjuangan politik bangsa di waktu yang
lampau.
b. Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan
bangsa.
c. Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak
diwujudkan, baik waktu sekarang maupun untuk masa
yang akan datang.
d. Suatu keinginan dengan mana perkembangan
ketatanegaraan bangsa hendak dipimpin.

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 23


2. Menurut Sri Soemantri, Konstitusi berisi tiga hal pokok yaitu:
a. Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (HAM) dan
warga negara.
b. Susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat
fundamental.
c. Pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang
bersifat fundamental.
3. Menurut Miriam Budiardjo, Setiap UUD memuat ketentuan-
ketentuan mengenai :
a. Organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan
antara badan legislatif, eksekutif dan yudikatif.
b. Hak-hak asasi manusia.
c. Prosedur mengubah UUD.
d. Ada kalanya memuat larangan untuk mengubah sifat
tertentu dari UUD.

C. Tujuan dan Fungsi Konstitusi


Konstitusi yang memuat seperangkat ketentuan atau aturan
dasar.pokok suatu negara tersebut mempunyai fungsi yang
sangat penting dalam suatu negara. Mengapa? Sebab, konstitusi
menjadi pegangan dalam penyelenggaraan pemerintahan
negara. Dengan kata lain, penyelenggaraan negara harus
didasarkan pada konstitusi dan tidak boleh bertentangan dengan
konstitusi. Dengan adanya pembatasan kekuasaan yang diatur
dalam konstitusi, maka pemerintah tidak dapat dan tidak
boleh menggunakan kekuasaannya secara sewenang-wenang.
Menurut Karl Loewenstein, Konstitusi adalah suatu sarana
dasar untuk mengawasi proses-proses kekuasaan. Oleh karena
itu setiap konstitusi senantiasa memiliki dua tujuan, yaitu :
1. Untuk pembatasan dan pengawasan terhadap kekuasaan
politik.
2. Untuk membebaskan kekuasaan dari kontrol mutlak para
penguasa serta menetapkan batas-batas kekuasaannya.
C.J. Frederich menyebutkan, konstitusi sebagai proses
(tata cara) yang membatasi perilaku pemerintahan secara
efektif. Dengan jalan membagi kekuasaan, konstitusionalisme
menyelenggarakan sistem pemerintahan yang efektif atas
tindakan-tindakan pemerintah. Jadi konstitusi mempunyai
fungsi yang khusus dan merupakan perwujudan atau manifestasi
dari hukum yang tertinggi yang harus ditaati, bukan hanya oleh
rakyat tetapi juga oleh pemerintah.

24 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


Menurut Joeniarto, secara umum konstitusi atau UUD
mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Ditinjau dari tujuannya, yakni untuk menjamin hak-hak
anggota warga masyarakatnya, terutama warga negara dari
tindakan sewenang-wenang penguasanya.
2. Ditinjau dari penyelenggaraan pemerintahannya, yakni
untuk dijadikan landasan struktural penyelenggaraan
pemerintahan menurut suatu sistem ketatanegaraan yang
pasti, yang pokok-pokoknya telah digambarkan dalam
aturan-aturan konstitusi/UUD.

Tujuan konstitusi adalah :


1. Membuat batasan kekuasaan bagi penyelenggara negara agar
tidak bertindak sewenang-wenang. Dalam hal ini, konstitusi
membatasi kekuasaan penguasa sehingga tidak melakukan
tindakan yang merugikan masyarakat banyak.
2. Konstitusi juga bertujuan untuk memberikan perlindungan
terhadap Hak Asasi Manusia (HAM). Dengan adanya
konstitusi maka setiap penguasa dan masyarakat wajib
menghormati HAM dan berhak mendapatkan perlindungan
dalam melakukan haknya.
3. Konstitusi juga bertujuan untuk memberikan pedoman bagi
penyelenggara negara agar negara dapat berdiri dengan
kokoh.
Setelah mengetahui tujuannya, tentunya kita juga perlu
mengetahui fungsi dan peranan konstitusi pada suatu negara.
Adapun fungsi konstitusi adalah sebagai berikut:
1. Sebagai sumber hukum tertinggi.
2. Sebagai alat untuk membatasi kekuasaan penyelenggaran
negara.
3. Sebagai pelindung hak asasi manusia dan kebebasan rakyat
di dalam suatu negara.
4. Sebagai piagam lahirnya suatu negara.
5. Sebagai sarana untuk mengendalikan masyarakat.
6. Sebagai simbol persatuan rakyat suatu negara.
7. Sebagai rujukan identitas dan lambang negara.

D. Kedudukan Konstitusi dalam sustu Negara


Menurut Sri Soemantri, dalam disertasinya, bahwa tidak ada
satu negarapun di dunia ini yang tidak mempunyai konstitusi
atau Undang-Undang Dasar. Negara dan Konstitusi merupakan

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 25


dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang
lainnya. Pernyatan tersebut mengundang pertanyaan, dimana
kedudukan Konstitusi dalam suatu negara? Apa fungsi Konstitusi
itu ? serta mengapa setiap negara memerlukan konstitusi?
Pengertian Konstitusi yang diuraikan di atas, bahwa
Konstitusi atau Undang-Undang Dasar adalah naskah yang
memaparkan kerangkah negara dan tugas-tugas pokok dari
badan-badan pemerintahan serta cara kerja dan hubungan
lembaga-lembaga nergara tersebut dalam penyelernggaraan
negara. Ditinjau dari terbentuknya Konstitusi dalam suatu negara
pada dasarnya merupakan hasil konsensus dari pandangan dan
pendapat para negarawan yang akan mengatur negara, sehingga
konstitusi merupakan warisan yang berharga yang diperoleh
melalui perjuangan yang dilakukan oleh generasiu sebelumnya.
Walaupun Konstitusi adalah karya dari generasi sebelumnya,
tetapi Konstitusi adalah dokumen resmi dan formal yang memberi
pegangan dan menggambarkan batas-batas wewenang kekuasaan
untuk melaksanakan dan yang menjalankan pemerintahan masa
lampau, kini dan yang akan datang. Konstitusi merupakan
Barometer kehidupan bernegara dan sekaligus ide-ide pokok
yang digariskan oleh generasasi sebelumnya untuk memberikan
arahan kepada generasi sekarang dan yang akan datang dalam
mengemudikan suatu negara.
Sejalan dengan pemahaman di atas, Struycken dalam
bukunya Het Staatsrecht van Het Koninkrijk der Nenderlanden
menyatakan bahwa Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi
tertulis merupakan sebuah dokumen formal yang berisi :
1. Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang lampau
2. Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan
gerakan bangsa
3. Pandangan tokoh-tkoh bangsa yang hendak diwujudkan,
baik untuk waktu sekarang maupun masa yang akan datang.
4. Suatu keinginan, dengan mana perkembangan kehidupan
ketatanegaraan bangsa hendak dipimpin.
Dari empat materi muatan yang tereduksi dalam konstitusi
atau undang-undang diatas, menunjukan arti pentignya
konstitusi bagi suatu negara. Karena konstitusi menjadi barometer
kehidupan bernegara dan berbangsa yang sarat dengan bukti
sejarah perjuangan para pendahulu, sekaligus ide-ide dasar yang
digariskan oleh the founding fathers, serta memberikan arahan
kepada generasi penerus bangsa dalam mengemudikan suatu

26 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


negara yang mereka pimpin. Semua agenda penting kenegaraan
ini telah terkaver dalam konstitusi, sehingga benarlah kalau
konstitusi merupakan cabang yang utama dalam studi ilmu
hukum tata negara. Pada sisi lain, eksistensi suatu “negara” yang
diisyaratkan oleh A.G. Pringodigdo, baru riel-ada kalau melalui
empat unsur yaitu :
1. Memenuhi unsur pemerintah yang berdaulat
2. Wilayah tertentu
3. Rakyat yang hidup teratur sebagai suatu bangsa ( nation)
4. Pengakuan dari negara-negara lain.
Dari keempat unsur untuk berdirinya suatu negara ini belum
cukup menjamin terlaksananya fungsi kenegaraan suatu bangsa
kalau belum ada hukum dasar yang mengaturnya. Hukum dasar
yang dimaksud ialah sebuah konstitusi atau Undang-Undang
Dasar. Untuk memahami hukum dasar suatu negara, juga belum
cukup kalau hanya dilihat pada ketentuan-ketentuan yang
terkandaung dalam Undang-Undang Dasar atau konstitusi saja,
tetapi harus dipahami pula aturan-aturan dasar yang muncul
dan terpelihara dalam praktek penyelengaraan negara meskipun
tidak tertulis, atau sering dicontohkan dengan “konvensi”
ketatanegaraan suatu bangsa. Sebab dengan pemahaman yang
demikian inilah “ketertiban” sebagai fungsi utama adanya
hukum dapat terealisasikan.
Prof. Mr. Djokosutono melihat pentingnya konstitusi
(grondwet) dari dua segi yaitu
1. Dari segi isi (Naar de inhoud) karena konstitusi menyangkut
dasar (ground slagen) dari struktur (inrichting) dan memuat
fungsi (administratie) negara
2. Dari segi bentuk (naar de maker) oleh karena yang membuat
konstitusi bukan sembarang orang atau lembaga. Mungkin
bisa oleh orang Raja, raja dengan rakyat, dan konstituate,
atau lemabaga diktator.
Pada sudut pandang yang dua ini, K.C. wheare mengkaitkan
pentingnya konstitusi dengan pengertian hukum dalam arti
sempit, dimana konstitusi dibuat oleh badan yang mempunyai
“wewenang hukum” yaitu badan yang diakui sah untuk
memberikan kekuatan hukum pada konstitusi. Tapi dalam
kenyataan tidak menutup kemungkinan adanya konstitusi yang
sama sekali hampa, karena tidak ada pertalian yang nyata anatara
fihak yang merumuskan dan membuat konstitusi dengan pihak-
pihak yang benar-benar menjalankan pemerintahan negara.

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 27


Pemikiran tersebut, Karl Lownstein mengadakan suatu
penyelidikan mengenai apakan arti dari suatu konstitusi tertulis
(UUD) dalam suatu lingkungan nasional yang spesifik, terutama
kenyataanya bagi rakyat biasa sehingga membawanya kepada
tiga jenis penilaian konstitusi sebagai berikut :
1. Konstitusi yang mempunyai nilai normative
Suatu konstitusi yang telah resmi diterima oleh suatu
bangsa bagi mereka konstitusi tersebut bukan hanya berlaku
dalam arti hukum, akan tetapi juga merupakan suatu
kenyataan yang hidup dalam arti sepenuhnya diperlukan
dan efektif. Dengan kata lain konstitusi itu dilaksanakan
secara murni dan konsekuen.
2. Konstitusi yang mempunyai nilai nominal
Konstitusi yang mempunyai nilai nominal berarti secara
hukum konstitusi itu berlaku, tetapi kenyataanya kurang
sempurna. Sebab pasal-pasal tertentu dari konstuitusi
tersebut dalam kenyataanya tidak berlaku.
3. Konstitusi yang memiliki nilai semantik
Suatu konstitusi disebut mempunyai nilai semantik
jika konstitusi tersebut secara hukum tetap berlaku, namun
dalam kenyataanya adalah sekedar untuk memberiokan
bentuk dari tempat yang telah ada, dan dipergunakan untuk
melaksanakan kekuasaan politik. Jadi konstitusi tersebut
hanyalah sekedar suatu istilah belaka, sedangkan dalam
pelaksanaanya hanyalah dimaksudkan untuk kepentingan
pihak penguasa.

Kedudukasn , fungsi dan tujuan Komstitusi berubah dari


zaman ke zaman. Pada peralihan dari negara feodal monarchi
dengan kekuasaan mutlak Penguasa ke negara nasional
demokrasi, Konstitusi berkedudukan sebagai benteng pemisah
antara rakyat dan penguasa, kemudian secara berangsur-angsur
berfungsi sebagai alat rakyat dalam perjuangan kekuasaan
melawan penguasa. Setelah perjuangan dimenangkan oleh
rakyat, Konstitusi bergeser fungsi dari sekedar menjaga keaman
dan kepentingan rakyat terhadap kezaliman penguasa menjadi
senjata pamungkas untuk mengakhiri kekuasaan monarchi,serta
untuk membangun tata kehidupan baru berdasarkan kepentingan
rakyat besama.

28 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


Dalam sejarah di negara-negara barat, konstitusi dimaksudkan
untuk menentukan batas-batas wewenang Penguasa, menjamin
hak-hak rakyat dan mengatur jalannya Pemerintahan. Dengan
bangkitnya faham kebangsaan serta kelahiran Demokrasi
sebagai paham politik, konstitusi menjamin alat rakyat untuk
konsolidasi kedudukan hukum, dan politik, untuk mengatur dan
untuk mencapai cita-cita negara. Konstitusi pada zaman modern
sekarang ini tidakl hanya memuat aturan-aturan hukum, tetapi
juga merumuskan atau menyimpulkan prinsip-prinsip hukum,
haluan negara dan patokan kerbijaksanaan, yang kesemuanya
mengikat penguasa (2001 : 21).
Kedudukan konstitusi pada suatu negara adalah sebagai
pedoman penyelenggara negara atau sebagai landasan berpijak
menyelenggarakan pemerintahan, sekaligus batas-batas
wewenang kekuasaan, serta sebagai jaminan hak-hak waega
negara.

E. Negara Konstitusional
Pada perkembangan selanjutnya timbul istilah pemerintahan
Konstitusional ditulis oleh Adnan Buyung Nasution (2001:414)
pemerintahan konstitusional umumnya dianggap sebagai
pemeritahan yang sesuai dengan undang-undang dasar yang
berlaku atau yang tidak secara terang-terangan dilarang oleh
undang-undang dasar. Negara yang konstitusional dibayangkan
sebagai lembaga yang fungsi normatif tertentu yaitu,
perlindungan bagi hak aasi manusia serta pengendalian dan
pengaturan kekuasaan.
Pemerintahan konstitusional sering dilawankan dengan
pemerintahan yang bersifat absolutisme (kekuasaan yang
tidak terbatas). Gagasan bahwa pemerintahan perlu dibatasi
pernah dirumuskan oleh Lord Acton sejarawan Inggris. Dasar
pemikirannya karena pemerintahan selalu diselenggarakan
oleh manusia dan pada manusia itu tanpa kecuali melekat
banyak kelemahan. Dalilinya yang termashur berbunyi sebagai
berikut :”Power tends to corrupt, but absolute power corrupts
absolutely” yang artinya, manusia yang mempunyai kekuasaaan
cenderung untuk menyalagunakan kekuasaaannya itu, tetapi
manusia yang mempunyai kekuasaan tak terbatas pasti akan
menyalahgunakannya.
Ciri khas dari demokrasi konstitusionil ialah gagasan
bahwa pemerintah yang demokratis adalah pemerintahan

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 29


yang terbatas kekuasaannya dan tidak dibenarkan bertindak
sewenang-wenang terhadap warga negaranya. Pembatasan-
pembatasan atas kekuasaan pemerintah tercantum dalam
konstitusi; maka dari itu sering disebut “pemerintah berdasarkan
konstitusi”(Constitusional Government) Miriam Budiardjo
(198:52).
Konsep pemerintahan konstitusional didasarkan pada
prosedur yang mengandung nilai-nilai etika. Yaitu etika tentang
cara-cara atau prosdur ketimbang tujuan, betapun luhur dan
baiknya tujuan yang akan dicapai.Semakin mulia tujuan-
tujuan sosial (kejayaan nasional, penghapusan kemiskinan,
menyebarkan agama dan membela agama) semakin mampu
menjustifikasi kekuasaan totaliter. Ini tidak berarti konstitusi
tidak perlu mengandung cita-cita atau tujuan-tujuan sosial.
Namun semua ini harus secara sungguh-sungguh dimiliki
bersama-sama sehingga menjadi kepentingan umum, dan tidak
pernah boleh menghapuskan prosedur sebagai nilai inti dari
pemerintahan konstitusional.Sehingga persoalan konstitusi bagi
sebuah negara modern menjadi syarat mutlak sebagai dasar bagi
penyelenggaan negara.
Menurut CarlJ. Friedrich dalam bukunya Constitusional
Government and Democracy, Konstitusionalisme ialah ;
“merupakan gagasan bahwa pemerintah merupakan suatu
kumpulan kegiatan yang diselenggarakan oleh dan atas nama
rakyat, tetapi yang dikenakan beberapa pembatasan yang
dihrapkan akan menjamin bahwa kekuasaan yang diperlukan
untuk pemerintahan itu tidak disalahgunakan oleh mereka yang
mendapat tugas untuk memerintah” Dahlan (2001 :22).

Gagasan konstitusionalisme mengandung arti bahwa


penguasa perlu dibatasi kekuasaannya. Pembatasan-pembatasan
tersebut tedapat pada konstitusi atau undang-undang dasar
negara. Di dalam negara-negara yang mendasarkan dirinya atas
demokrasi konstitusional, undang-undang dasar mempunyai
fungsi yang khas yaitu membatasi kekuasaan pemerintah
sedemikian rupa sehingga penyelenggara kekuasaan pemerintah
tidak bersifat sewenang-wenang. Gagasan ini dinamakan
Konstitusionlisme.( Meriam Budiarjo,2004:96).
Menurut Carl J. Friedrich, cara pembatasan yang paling
efektif ialah dengan jalan membagi kekuaaan, konstitusionalisme
menyelenggarakan suatu sistem pembatasan atas tindakan-

30 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


tindakan pemerintah. Pembatasan-pembatasan ini tercermin
di dalam undang-u ndang dasar atau konstitusi. Jadi dalam
anggapan ini konstitusi mempunyai fungsi khusus yang
merupakan perwujudan atau manifestasi dari hukum yang
tertinggi (Supremation of Law) yang harus ditaati, bukan hanya
oleh rakyat, tetapi oleh pemerintah serta penguasa sekalipun.
Dalam catatan sejarah, pada tahun 1215 raja John dari Inggris
dipaksa oleh beberapa bangsawan untuk mengakui beberapa
hak mereka, yang kemudian dicantumkan dalam Magna Charta.
Dalam Charter of English Liberties ini, Raja Jonh menjamin bahwa
pemungutan pajak tidak akan dilakukan tanpa persetujuan
dari yang bersangkutan, dan bahwa tidak ada penangkapan
tanpa peradilan. Meskipun belum sempurna, Magna Charta
di dunia barat dipandang sebagai permulaan dari gagasan
konstitusionalisme serta pengakuan terhadap kebebasan dan
kemerdekaan rakyat.
Pembatasan kesewenang-wenangan tindakan penguasa
adalah untuk menjamin hak-hak rakyat yang diperintah, serta
merumuskan pelaksanaan kekuasaan dari pemegang kekuasaan
yang berdaulat. Konstitusi merupakan sarana dasar untuk
mengawasi proses-proses jalannya kekuasaan. Oleh karena itu
setiap konstitusi senantiasa mempunyai dua tujuan :
1. Untuk memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap
kekuasaan politik,
2. Untuk membebaskan kekuasaan dari kontrol mutlak para
penguasa, serta menetapkan bagi para penguasaa tersebut
batas-batas kekuasaan mereka .

F. Supremasi Konstitusi
Dijelaskan di atas bahwa konstitusi merupakan manifestasi
dari hukum tertinggi suatu negara, sejalan dengan pendapat
Carl Schmit, Undang-Undang Dasar atau Vervassung dianggap
sebagai keputusan politik tertinggi. Sehingga konstitusi
mempunyai kedudukan atau derajat supremasi dalam suatu
negara. Yang dimaksud dengan supremasi konstitusi yaitu
dimana konstitusi mempunyai kedudukan tertinggi dalam tertib
hukum suatu negara.
Menurut Dahlan (2001:69) konstitusi dilihat dari aspek hukum
mempunyai deajat tertinggi (supremasi). Dasar pertimbangan
supremasi konstitusi itu adalah karena beberapa hal :

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 31


1. Konstitusi dibuat oleh Badan pembuat Undang-Undang atau
lembaga-lembaga.
2. Konstitusi dibentuk atas nama rakyat, berasal dari
rakyat, kekuatan berlakunya dijamin oleh rakyat, dan ia
harus dilaksanakan langsung kepada masyarakat untuk
kepentingan mereka.
3. Dilihat dari sudut hukum yang sempit yaitu dari proses
pembuatannya, konstitusi ditetapkan oleh lembaga atau
badan yang diakui keabsahannya.
Suprerioritas konstitusi mempunyai daya ikat bukan saja
bagi rakyat/ warga negara tetapi termasuk juga bagi para
penguasa dan bagi badan pembuat konstitusi itu sendiri.
Pada umumnya negara-negara di dunia mengakui supremasi
Undang-Undang Dasar di atas peraturan perundangan lainnya.
Hal ini dapat dilihat dari cara merubahnya, untuk merubah
konstitusi memerlukan prosedur yang lebih berat dari pada cara
membuat atau merubah undang-undang yang lainnya. Pada
dasarnya pembuatan Undang-Undang Dasar didorong oleh
kesadaran politik yang tinggi merngenai keperluan pengaturan
penyelenggaraan pemerintah negara sebaik mungkin.
Menurut K.C. Wheare, dalam bukunya Dahlan (2001:72)
dengan menempatkan konstitusi pada kedudukan yang
tertinggi (Supreme) ada semacam jaminan bahwa : “konstitusi
itu akan diperhatikan dan ditaati dan menjamin agar konstitusi
tidak akan dirusak dan diubah begitu saja secara sembarangan.
Perubahannya harus dilakukan secara hikmat, penuh
kesungguhan dan pertimbangan yang mendalam. Agar maksud
ini dapat dilaksanakan dengan baik maka perubahannya pada
umumnya mensyaratkan adanya suatu proses dan prosedur
yang khusus atau

G. Konstitusi Negara Republik Indonesia


1. Sejarah Ketatanegaan dan Konstitusi Yang perna berlaku
di Indonesia
Pada tanggal 28 Mei 1945, Pemerintah Balatentara
Jepang melantik Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang beranggotakan 62
orang dan diketuai oleh Radjiman Wedyadiningrat. Tugas
pokok badan ini adalah menyusun rancangan UUD. Namun
dalam praktik persidangan-persidangannya (sidang 1)
berjalan berkepanjangan. Di akhir sidang I BPUPKI telah

32 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


membentuk Panitia Kecil yang disebut dengan Panitia
Sembilan. Panitia ini pada tanggal 22 Juni 1945 telah berhasil
menyetujui sebuah naskah “Mukadimah” UUD yang
kemudian dikenal dengan Piagam Jakarta (Endang, 1983:27).
Dalam sidang (II) BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945
hasil kesepakatan Panitia Sembilan telah diterima. Setelah
itu Soekarno membentuk panitia kecil lagi yang diketuai
oleh Soepomo dengan tugas menyusun Rancangan
UndangUndang Dasar. Empat hari kemudian sidang ini
telah menghasilkan dan menyetujui rancangan UUD yang
kelak akan dijadikan konstitusi tertulis di Indonesia (tanggal
16 Juli 1945), dengan demikian tugas BPUPKI telah selesai
dan tugas selanjutnya untuk mempersiapkan kemerdekaan
diserahkan pada Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI). Anggota PPKI semula berjumlah 21 orang kemudian
ditambah 5 orang menjadi 26 orang dimana sehari setelah
kemerdekaan RI, telah berhasil mengesahkan UUD 1945.
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) yang dibentuk pada tanggal 29 April
1945 adalah badan yang menyusun rancangan UUD 1945.
Pada masa sidang pertama yang berlangsung dari tanggal 28
Mei hingga 1 Juni 1945, Ir. Soekarno menyampaikan gagasan
tentang «Dasar Negara» yang diberi nama Pancasila. Pada
tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota BPUPKI membentuk Panitia
Sembilan yang terdiri dari 9 orang untuk merancang Piagam
Jakarta yang akan menjadi naskah Pembukaan UUD 1945.
Setelah dihilangkannya anak kalimat «dengan kewajiban
menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya»
maka naskah Piagam Jakarta menjadi naskah Pembukaan
UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite Nasional
Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada tanggal 29
Agustus 1945. Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia
disusun pada masa Sidang Kedua Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI).
Dalam pelaksanaannya UUD 1945 mengalami
dinamika yang mengikuti perubahan sistem politik negara
Indonesia, sehingga konstitusi yang digunakan oleh bangsa
Indonesiapun mengalami beberapa kali pergantian. Berikut
hukum dasar/konstitusi yang digunakan di Indonesia :

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 33


a. 18 Agustus 1945 s/d 27 Desember 19 49 (UUD 1945)
b. 27 Desembeer 1949 s/d 17 Agustus 1950 (Konstitusi
Republik Indonesia Serikat/ KRIS).
c. 17 Agustus 1950 s/d 5 Juli 1959 (kembali UUD 1945).
d. Mulai tahun 1999 sampai sekarang UUD 1945 yang telah
diamandemen.
Penjelasan masing-masing periode sebaga berikut.
a. Periode Pertama (18 Agustus 1945 s/d 27 Desember
1949)
Pada saat Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17
Agustus 1945, negara RI belum memiliki konstitusi/
UUD. Namun sehari kemudian, tepatnya tanggal 18
Agustus 1945, PPKI mengadakan sidang pertama setelah
merdeka, ada tigas keputusan salah satu keputusannya
adalah mengesahkan UUD yang kemudian disebut
UUD 1945. Pada saat itu UUD 1945 belum ditetapkan
oleh MPR sebagaimana diatur dalam Pasal 3 UUD 1945,
sebab pada saat itu MPR belum terbentuk dan PPKI
dianggap sebagai badan resmi yang mewakili seluruh
bangsa Indonesia.
Naskah UUD yang disahkan oleh PPKI tersebut
disertai penjelasannya yang dimuat dalam Berita Negara
RI No. 7 tahun II 1946. UUD 1945 tersebut terdiri atas tiga
bagian yaitu Pembukaan, Batang Tubuh dan Penjelasan.
Batang Tubuh terdiri dari 16 bab yang terbagi dalam 37
pasal, serta 4 pasal Aturan Peralihan dan 2 ayat Aturan
Tambahan.
Sistem ketatanegaraan menurut UUD 1945 saaat itu.
Bentuk negara diatur dalam Pasal 1 ayat (1) UUD 1945
yang menyatakan, “Negara Indonesia adalah negara
kesatuan yang berbentuk republik”. Sebagai negara
kesatuan, maka di negara RI hanya ada satu kekuasaan
pemerintahan negara, yakni di tangan Pemerintah Pusat.
Di sini tidak ada pemerintah negara bagian sebagaimana
yang berlaku di negara yang berbentuk negara serikat
(federasi). Sebagai negara yang berbentuk republik,
maka kepala negara dijabat oleh Presiden yang diangkat
melalui suatu pemilihan, bukan berdasarkan keturunan
seperti di kerajaan.
Kedaulatan negara diatur dalam pasal 1 ayat (2)
UUD 1945 yang menyatakan, “Kedaulatan adalah di

34 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR”.
Atas dasar itu, maka kedudukan MPR sebagai lembaga
tertinggi negara, sedangkan kedudukan lembaga-
lembaga tinggi negara yang lain berada di bawah MPR.
Sistem pemerintahan negara diatur dalam pasal
4 ayat (1) yang berbunyi, “Presiden RI memegang
kekuasaan pemerintahan menurut UUD”. Pasal ini
menunjukkan bahwa sistem pemerintahan menganut
sistem presidensial. Dalam sistem ini, Presiden selain
sebagai kepala negara juga sebagai kepala pemerintahan.
Menteri-menteri sebagai pelaksana tugas pemerintahan
adalah pembantu Presiden yang bertanggung-jawab
kepada presiden, bukan kepada DPR. Perlu diketahui
lembaga tertinggi dan lembaga-lembaga tinggi negara
menurut UUD 1945 (sebelum amandemen) adalah : 1)
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR); 2) Presiden;
3) Dewan Pertimbangan Agung (DPA); 4) Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR); 5) Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK); dan 6) Mahkamah Agung (MA).
b. Periode Kedua (27 Desember 1949 s/d 17 Agustus 1950)
Perjalanan negara baru Republik Indonesia tidak
luput dari rongrongan pihak Belanda yang menginginkan
menjajah kembali Indonesia. Belanda berusaha memecah
belah bangsa Indonesia dengan cara membentuk negara-
negara “boneka” seperti Negara Sumatera Timur, Negara
Indonesia Timur, Negara Pasundan, dan Negara Jawa
Timur, dan negara-negara bagian yang lain di dalam
Negara RI. Bahkan kemudian Belanda melancarkan
agresi atau pendudukan terhadap ibu kota Jakarta, yang
dikenal dengan Agresi Militer I pada tanggal 21 Juli 1947
dan Agresi Militer II atas kota Yogyakarta pada tanggal
19 Desember 1948, sehingga mengakibatkan timbulnya
Perang Kemerdekaan pertama dan kedua.
Penyelesaikan pertikaian Belanda dengan RI,
lalu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) turun tangan
dengan menyelenggarakan Konferensi Meja Bundar
(KMB) di Den Haag, Belanda pada tanggal 23 Agustus
– 2 November 1949. Konferensi ini dihadiri oleh wakil-
wakil dari RI, BFO (Bijeenkomst voor Federal Overleg, yaitu
gabungan negara-negara boneka bentukan Belanda), dan

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 35


Belanda serta sebuah Komisi PBB untuk Indonesia, KMB
tersebut menghasilkan tiga buah persetujuan pokok
yaitu :
1) Didirikannya Negara Republik Indonesia Serikat.
2) Penyerahan kedaulatan kepada Republik Indonesia
Serikat.
3) Didirikan Uni antara RIS dengan Kerajaan Belanda.
Perubahan bentuk negara dari negara kesatuan
menjadi negara serikat mengharuskan adanya
penggantian UUD. Oleh karena itu, disusunlah naskah
UUD/Konstitusi RIS, yang rancangannya dibuat oleh
delegasi RI dan delegasi BFO pada KMB. Setelah kedua
belah pihak menyetujui rancangan tersebut, maka mulai
tanggal 27 Desember 1949 diberlakukan suatu UUD
yang diberi nama Konstitusi RIS. Konstitusi ini terdiri
dari Mukadimah yang berisi 4 alinea, Batang Tubuh
yang berisi 6 bab dan 197 pasal, serta sebuah lampiran.
Mengenai bentuk negara dinyatakan dalam pasal 1
ayat (1) Konstitusi RIS yang berbunyi, “RIS yang merdeka
dan berdaulat adalah negara hukum yang demokratis
dan berbentuk federasi”. Dengan berubah menjadi
negara serikat/federasi, maka di dalam RIS terdapat
beberapa negara bagian, yang masing-masing memiliki
kekuasaan pemerintahan di wilayah negara bagiannya.
Negara-negara bagian itu adalah : negara RI, Indonesia
Timur, Pasundan, Jawa Timur, Madura, Sumatera
Timur, dan Sumatera Selatan. Selain itu terdapat pula
satuan-satuan kenegaraan yang berdiri sendiri, yaitu :
Jawa Tengah, Bangka, Belitung, Riau, Kalimantan Barat,
Dayak Besar, Daerah Banjar, Kalimantan Tenggara, dan
Kalimantan Timur.
Selama berlakunya Konstitusi RIS 1949, UUD 1945
tetap berlaku tetapi hanya untuk negara bagian RI yang
wilayahnya meliputi Jawa dan Sumatera dengan ibu kota
di Yogyakarta. Sistem pemerintahan yang digunakan
pada masa itu adalah sistem parlementer, sebagaimana
diatur dalam pasal 118 ayat (1) dan (2) Konstitusi RIS.
Pada ayat (1) ditegaskan bahwa, “Presiden tidak dapat
diganggu gugat”. Artinya, Presiden tidak dapat dimintai
pertanggung-jawaban atas tugas-tugas pemerintahan.
Presiden adalah kepala negara, tetapi bukan kepala

36 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


pemerintahan. Kalau demikian, siapakah yang
menjalankan dan yang bertanggung-jawab atas tugas
pemerintahan?
Pada ayat (2) ditegaskan bahwa, “Menteri-menteri
bertanggung-jawab atas seluruh kebijakan pemerintah
baik bersama-sama untuk seluruhnya maupun masing-
masing untuk bagiannya sendiri-sendiri”. Dengan
demikian, yang melaksanakan dan mempertanggung-
jawabkan tugas-tugas pemerintahan adalah menteri-
menteri. Dalam hal ini, kepala pemerintahan dijabat
oleh Perdana Menteri. Kepada siapakah pemerintah
bertanggung-jawab? Dalam sistem pemerintahan
parlementer, pemerintah bertanggung-jawab kepada
parlemen (DPR). Perlu diketahui bahwa lembaga-
lembaga negara menurut Konstitusi RIS adalah sebagai
berikut : 1) Presiden; 2) Menteri-menteri; 3) Senat;
4) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR/Parlemen); 5)
Mahkamah Agung (MA); dan 6) Dewan Pengawas
Keuangan (DPK)
c. Periode Ketiga (17 Agustus 1950 s/d 5 Juli 1959)
Bentuk negara serikat (Federal) tidak berjalan lama,
pada awal Mei 1950 terjadi penggabungan negara-
negara bagian dalam negara RIS, sehingga hanya
tinggal tiga negara bagian yaitu Negara RI, Negara
Indonesia Timur (NIT) dan Negara Sumatera Timur
(NST). Perkembangan berikutnya adalah munculnya
kesepakatan antara RIS yang mewakili NIT dan NST
dengan RI untuk kembali ke bentuk negara kesatuan.
Kesepakatan tersebut kemudian dituangkan dalam
Piagam Persetujuan tanggal 19 Mei 1950. Negara Serikat
berubah menjadi negara kesatuan, sehingga diperlukan
UUD negara kesatuan, yakni dengan cara memasukkan
isi UUD 1945 ditambah bagian-bagian yang baik dari
Konstitusi RIS.
Pada tanggal 15 Agustus 1950 ditetapkanlah
Undang-Undang Federal No. 7 tahun 1950 tentang
Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950, yang
berlaku sejak tanggal 17 Agustus 1950. Dengan demikian
sejak tanggal tersebut Konstitusi RIS 1949 diganti dengan
UUDS 1950, dan terbentuklah kembali NKRI. UUDS

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 37


1950 terdiri dari Mukadimah dan Batang Tubuh yang
meliputi 6 bab dan 146 pasal.
Mengenai bentuk negara kesatuan tersebut terdapat
dalam pasal 1 ayat (1) UUDS 1950 yang berbunyi, “RI
yang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara hukum
yang demokratis dan berbentuk kesatuan”. Sistem
pemerintahan yang dianut adalah sistem pemerintahan
parlementer, sebagaimana dinyatakan dalam pasal 83
ayat (1) UUDS 1950 bahwa, “Presiden dan Wakil Presiden
tidak dapat diganggu gugat”. Kemudian pada ayat (2)
disebutkan, “Menteri-menteri bertanggung-jawab atas
seluruh kebijakan pemerintah, baik bersama-sama untuk
seluruhnya maupun masing-masing untuk bagiannya
sendiri-sendiri”. Hal ini berarti yang bertanggung jawab
atas seluruh kebijakan pemerintahan adalah menteri-
menteri yang bertanggung jawab kepada parlemen atau
DPR. Adapun lembaga-lembaga menurut UUDS 1950
adalah :
1) Presiden dan Wakil Presiden
2) Menteri-menteri
3) DPR
4) MA
5) DPK
Sesuai dengan namanya, UUDS 1950 bersifat
sementara yang nampak pada rumusan pasal 134 bahwa,
“Konstituante (Lembaga Pembuat UUD) bersama-
sama dengan pemerintah selekas-lekasnya menetapkan
UUD RI yang akan menggantikan UUDS ini”. Anggota
Konstituante dipilih melalui pemilu bulan Desember
1955 dan diresmikan tanggal 10 November 1956 di
Bandung.
Sekalipun Konstituante telah bekerja kurang lebih
selama dua setengah tahun, namun belum juga berhasil
menyelesaikan sebuah UUD. Faktor penyebabnya
adalah adanya pertentangan pendapat di antara partai-
partai politik yang ada di Konstituante dan di DPR serta
di badan-badan pemerintahan.
Presiden Soekarno menyampaikan amanat yang
berisi anjuran untuk kembali ke UUD 1945 yaitu pada
tanggal 22 April 1959 , yang pada dasarnya saran tersebut
dapat diterima oleh para anggota Konstituante, tetapi

38 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


dengan pandangan yang berbeda-beda. Karena tidak ada
kata sepakat, akhirnya diadakanlah pemungutan suara.
Namun setelah tiga kali pemungutan suara, ternyata
jumlah suara yang mendukung anjuran Presiden
tersebut belum memenuhi persyaratan yaitu 2/3 suara
dari jumlah anggota yang hadir.
Atas dasar hal tersebut, demi untuk menyelamatkan
bangsa dan negara, pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden
Soekarno mengeluarkan sebuah Dekrit Presiden yang
isinya adalah :
1) Menetapkan pembubaran Konstituante.
2) Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945 dan
tidak berlakunya lagi UUDS 1950.
3) Pembentukan MPRS dan DPAS.
Dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka UUD 1945
berlaku kembali sebagai landasan konstitusional dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara RI.
d. Periode Keempat (5 Juli 1959 s/d 19 Oktober 1999)
Praktik penyelenggaraan negara pada masa
berlakunya UUD 1945 sejak 5 Juli 1959 s/d 19 Oktober
1999 ternyata mengalami berbagai pergeseran, bahkan
terjadinya beberapa penyimpangan. Oleh karena itu
pelaksanaan UUD 1945 selama kurun waktu tersebut
dapat dipilah menjadi dua periode yaitu Orde Lama
(1959 – 1966) dan periode Orde Baru (1966 – 1999).
Pada masa pemerintahan Orde Lama, kehidupan
politik dan pemerintahan sering terjadi penyimpangan
yang dilakukan Presiden dan juga MPRS yang justru
bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. Artinya,
UUD 1945 belum dilaksanakan secara murni dan
konsekuen. Hal ini terjadi karena penyelenggaraan
pemerintahan terpusat pada kekuasaan seorang Presiden
(Soekarno) dan lemahnya control yang seharusnya
dilakukan DPR terhadap kebijakan-kebijakan Preiden.
Selain itu muncul pertentangan politik dan konflik lainnya
yang berkepanjangan sehingga situasi politik, keamanan
dan kehidupan ekonomi semakin memburuk. Puncak
dari situasi tersebut adalah munculnya pemberontakan
G-30-S/PKI yang sangat membahayakan keselamatan
bangsa dan negara.

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 39


Mengingat keadaan semakin membahayakan, Ir.
Soekarno selaku Presiden RI memberikan perintah
kepada Letjen Soeharto melalui Surat Perintah 11 Maret
1966 (Supersemar) untuk mengambil segala tindakan
yang diperlukan bagi terjaminnya keamanan, ketertiban
dan ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintahan.
Lahirnya Supersemar tersebut dianggap sebagai awal
masa Orde Baru (Soeharto).
Semboyan Orde Baru pada masa itu adalah
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni
dan konsekuen. Apakah terwujud tekad tersebut?
Ternyata tidak., dilihat dari prinsip demokrasi,
prinsip negara hukum dan keadilan social ternyata
masih terdapat banyak hal yang jauh dari harapan.
Hampir sama dengan pada masa Orde Lama, sangat
dominannya kekuasaan Presiden dan lemahnya kontrol
DPR. Selain itu, kelemahan tersebut terletak pula
pada UUD 1945 itu sendiri, yang sifatnya singkat dan
luwes (fleksibel), sehingga memungkinkan munculnya
berbagai penyimpangan. Tuntutan untuk merubah
atau menyempurnakan UUD 1945 tidak memperoleh
tanggapan, bahkan pemerintah Orde Baru bertekad
untuk mempertahankan dan tidak merubah UUD 1945.
e. Periode Kelima (19 Oktober 1999 s/d Sekarang)
Pada tanggal 21 Mei 1998 merupakan momentum
penting dalam ketatanegaraan RI, dimana Presiden
Soeharto turun dan diganti oleh Wakil Presiden, Prof.
Dr. Ing. BJ. Habibie. Pergantian ini didasarkan pada
pasal 8 UUD 1945 tentang keadaan presiden dan wakil
presiden RI berhalangan. Peristiwa tanggal 21 Mei 1998
menyiratkan adanya tiga hal penting yang berkaitan
dengan ketatanegaraan RI, yaitu :
1) Terjadinya penggantian presiden.
2) Runtuhnya kekuasaan Orde Baru dan munculnye
Orde Reformasi
3) Perlunya mengevaluasi mekanisme penyerahan
kekuasaan dari presiden dan wakil presiden yang
diatur oleh Tap. MPR No. VII/MPR/1973.
Runtuhnya Orde Baru dan lengsernya Presiden
Soeharto merupakan keberhasilan gerakan reformasi

40 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


yang dilakukan oleh mahasiswa yang didukung oleh
tokoh-tokoh reformasi. Oleh karena itu pada tanggal 21
Mei 1998 disebut sebagai awal reformasi. Seiring dengan
tuntutan reformasi dan setelah lengsernya Presiden
Soeharto sebagai penguasa Orde Baru, maka sejak tahun
1999 dilakukan perubahan (amandemen) terhadap UUD
1945. Sampai saat ini UUD 1945 sudah mengalami empat
tahap perubahan, yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001 dan
2002.
UUD 1945 telah mengalami perubahan yang cukup
mendasar, yang menyangkut kelembagaan negara,
pemilihan umum, pembatasan kekuasaan presiden
dan wakil presiden, memperkuat kedudukan DPR,
pemerintah daerah, dan ketentuan-ketentuan yang rinci
tentang HAM. UUD 1945 hasil amandemen memang
belum dapat dilaksanakan sepenuhnya, karena memang
masa berlakunya belum lama dan masih dalam masa
transisi. Namun setidaknya, setelah perubahan ada
beberapa praktek kenegaraan yang melibatkan rakyat
secara langsung, seperti dalam pemilihan Presiden,
Wapres, Gubernur, Bupati dan Walikota. Hal ini tentu
lebih mempertegas prinsip kedaulatan rakyat yang
dianut negara kita. Perlu diketahui bahwa setelah
perubahan UUD 1945 terdapat lembaga-lembaga negara
baru yang dibentuk serta ada pula yang dihapus seperti
DPA. Adapun lembaga-lembaga negara menurut UUD
1945 setelah amandemen adalah :
1) Presiden dan Wakil Presiden
2) MPR
3) DPR
4) Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
5) BPK
6) MA
7) Mahkamah Konstitusi (MK)
8) Komisi Yudisial (KY).
Amandemen UUD 1945 memiliki beberapa tujuan,
antara lain :
1) Menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan
negara dalam mencapai tujuan nasional dan
memperkukuh NKRI.

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 41


2) Menyempurnakan aturan dasar mengenai
jaminan dan pelaksanaan kedaulatan rakyat serta
memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan
perkembangan paham demokrasi.
3) Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan
dan perlindungan HAM agar sesuai dengan
perkembangan paham HAM dan peradaban umat
manusia yang merupakan syarat bagi suatu negara
hukum yang tercantum dalam UUD 1945.
4) Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan
negara secara demokratis dan modern.
5) Melengkapi aturan dasar yang sangat penting dalam
penyelenggaraan negara bagi eksistensi negara dan
perjuangan negara mewujudkan demokrasi, seperti
pengaturan wilayah negara dan pemilihan umum.
6) Menyempurnakan aturan dasar mengenai
kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan
perkembangan zaman dan kebutuhan bangsa dan
negara.
Dalam melakukan perubahan terhadap UUD 1945
terdapat beberapa kesepakatan dasar, yaitu :
1) Tidak mengubah Pembukaan UUD 1945.
2) Tetap mempertahankan NKRI.
3) Mempertegas sistem pemerintahan presidensial.
4) Penjelasan UUD 1945 yang memuat hal-hal normatif
akan dimasukkan ke dalam pasal-pasal (batang
tubuh).
UUD 1945 mengalami empat kali proses amandemen
yang dilakukan oleh MPR, yaitu tahun 1999, 2000, 2001, dan
2002. Perubahan tersebut meliputi hampir keseluruhan
materi muatan UUD 1945, kecuali pembukaan dan
prinsip-prinsip bernegara yang telah disepakati untuk
tidak diubah. Proses amandemen ini dianggap perlu,
mengingat adanya perubahan kehidupan manusia,
baik secara internal maupun secara eksternal. Sehingga,
konstitusi sebagai landasan kehidupan bernegara harus
senantiasa menyesuaikan dengan perkembangan yang
terjadi di masyarakat. Konstitusi tidak boleh ketinggalan
zaman dan tidak mampu lagi berfungsi sebagai pedoman
penyelenggaraan Negara, sehingga dengan adanya
amandemen ini diharapkan dapat membawa kemajuan

42 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


dalam kehidupan ketatanegaraan di Indonesia.
2. Proses dan Hasil Perubahan UUD 1945
Perubahan terhadap UUD 1845 dilakukan secara
bertahap karena mendahulukan pasal-pasal yang disepakati
oleh semua fraksi di MPR, kemudian dilanjutkan dengan
perubahan terhadap pasal-pasal yang lebih sulit memperoleh
kesepakatan. Perubahan terhadap UUD 1945 dilakukan
sebanyak empat kali melalui mekanisme sidang MPR, yaitu :
a. Sidang Umum MPR 1999 tanggal 14 – 21 Oktober 1999.
b. Sidang Tahunan MPR 2000 tanggal 7 – 18 Agustus 2000.
c. Sidang Tahunan MPR 2001 tanggal 1 – 9 November 2001.
d. Sidang Tahunan MPR 2002 tanggal 1 – 11 Agustus 2002.
Perubahan UUD 1945 dimaksudkan untuk
menyempurnakan UUD itu sendiri, bukan untuk mengganti.
Secara umum hasil perubahan yang dilakukan secara
bertahap adalah sebagai berikut :
a. Perubahan Pertama
Perubahan pertama terhadap UUD 1945 ditetapkan
pada tanggal 19 Oktober 1999 dapat dikatakan sebagai
tonggak sejarah yang berhasil mematahkan semangat
yang cenderung mensakralkan atau menjadikan UUD
1945 sebagai sesuatu yang suci yang tidak boleh disentuh
ole hide perubahan.
Perubahan pertama terhadap UUD 1945 meliputi 9
pasal, 16 ayat, yaitu :

No Pasal yang Diubah Isi Perubahan


Hak Presiden untuk mengajukan
1 Pasal 5 ayat 1
RUU kepada DPR
Pembatasan masa jabatan
2 Pasal 7
Presiden dan Wapres
3 Pasal 9 ayat 1 dan 2 Sumpah Presiden dan Wapres
Pengangkatan dan penempatan
4 Pasal 13 ayat 2 dan 3
Duta
5 Pasal 14 ayat 1 Pemberian grasi dan rehabilitasi
6 Pasal 14 ayat 2 Pemberian amnesti dan abolisi
Pemberian gelar, tanda jasa dan
7 Pasal 15
kehormatan lain

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 43


8 Pasal 17 ayat 2 dan 3 Pengangkatan Menteri
9 Pasal 20 ayat 1 – 4 Fungsi dan hak DPR
10 Pasal 21 Hak DPR mengajukan usul RUU

b. Perubahan Kedua
Perubahan kedua ditetapkan pada tanggal 18
Agustus 2000 yang meliputi 27 pasal yang tersebat dalam
7 bab, yaitu :

No Bab yang Diubah Isi Perubahan


1 Bab VI Pemerintahan daerah
2 Bab VII DPR
3 Bab IX.A Wilayah negara
4 Bab X Warga negara dan penduduk
5 Bab X.A Hak asasi manusia (HAM)
6 Bab XII Pertahanan dan keamanan
Bendera, bahasa, lambing negara
7 Bab XV dan lagu kebangsaan

c. Perubahan Ketiga
Perubahan ketiga ditetapkan pada tanggal 10
November 2001, meliputi 23 pasal yang tersebar dalam
7 bab, yaitu :

No Bab yang Diubah Isi Perubahan


1 Bab I Bentuk dan kedaulatan
2 Bab II MPR
3 Bab III Kekuasaan pemerintahan negara
4 Bab V Kementerian negara
5 Bab VII.A DPR
6 Bab VII.B Pemilu
7 Bab VIII.A BPK

44 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


d. Perubahan Keempat
Perubahan keempat ditetapkan pada tanggal 10
Agustus 2002, meliputi 16 pasal yang terdiri atas 31 butir
ketentuan serta 1 butir yang dihapuskan. Dalam naskah
perubahan keempat ini ditetapkan bahwa :
1) UUD 1945 sebagaimana telah diubah dengan
perubahan pertama, kedua, ketiga dan keempat
adalah UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18
Agustus 1945 dan diberlakukan kembali dengan
Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
2) Perubahan tersebut diputuskan dalam Rapat
Paripurna MPR-RI ke-9 tanggal 18 Agustus 2000
Sidang Tahuhan MPR-RI dan mulai berlaku pada
tanggal ditetapkan.
3) Bab IV tentang DPA dihapuskan dan pengubahan
substansi pasal 16 serta penempatan-nya ke dalam
bab III tentang Kekuasaan Pemerintahan Negara.
Hasil perubahan keempat terhadap UUD 1945 secara
terperinci adalah sebagai berikut :

No Pasal yang Diubah Isi Perubahan


1 Pasal 2 ayat 1 MPR
2 Pasal 6.A ayat 4 Presiden dan Wakil Presiden
3 Pasal 8 ayat 3 Presiden dan Wakil Presiden
Dewan Pertimbangan
4 Pasal 16
Presiden
5 Pasal 23.B Macam dan harga mata uang
6 Pasal 23.D Bank sentral
7 Pasal 24 ayat 3 Kekuasaan kehakiman
8 Pasal 31 ayat 1 – 5 Pendidikan
9 Pasal 32 ayat 1 dan 2 Kebudayaan
10 Pasal 33 ayat 4 dan 5 Perekonomian nasional
11 Pasal 34 ayat 1 – 4 Kesejahteraan sosial
12 Pasal 37 ayat 1 – 5 Perubahan UUD
Peraturan perundang-
13 Pasal 1 Aturan Peralihan
undangan

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 45


Pasal II Aturan
14
Peralihan Lembaga negara
Pasal III Aturan
15
Peralihan Mahkamah Konstitusi
Pasal 1 Aturan
16
Tambahan MPR
Pasal II Aturan
17
Tambahan Struktur UUD 1945

Secara umum dilihat dari jumlah bab, pasal dan


ayatnya, hasil perubahan UUD 1945 adalah sebagai
berikut :

No Sebelum Perubahan Setelah Perubahan


1 16 bab 21 bab
2 37 pasal 73 pasal
3 49 ayat 170 ayat
4 4 pasal Aturan Peralihan 3 pasal Aturan Peralihan
5 2 ayat Aturan Tambahan 2 ayat Aturan Tambahan
6 Dilengkapi Penjelasan Tanpa Penjelasan

Pada dasarnya mengubah atau mengamandemen


suatu peraturan dimaksudkan untuk menyempurnakan,
melengkapi atau mengganti peraturan yang sudah ada
sebelumnya. Tentu saja hasil perubahan itu diharapkan
lebih baik dan berguna bagi rakyat. Demikian pula halnya
perubahan terhadap UUD 1945. Perubahan UUD 1945
bukan hanya menyangkut perubahan jumlah bab, pasal
dan ayat, tetapi juga ada perubahan sistem ketatanegaraan
RI. Hasil-hasil perubahan tersebut menunjukkan adanya
penyempurnaan kelembagaan negara, jaminan dan
perlindungan HAM, dan penyelenggaraan pemerintahan
yang lebih demokratis. Hasil-hasil perubahan tersebut
telah melahirkan peningkatan pelaksanaan kedaulatan
rakyat, utamanya dalam pemilihan presiden dan kepala
daerah yang secara langsung oleh rakyat. Perubahan itu
secara global adalah sebagai berikut :

46 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


1) MPR yang semula sebagai lembaga tertinggi negara
dan berada di atas lembaga negara lain, berubah
menjadi lembaga negara yang sejajar dengan
lembaga negara lainnya, seperti DPR, Presiden,
BPK, MA, MK, DPD, dan KY.
2) Pemegang kekuasaan membentuk undang-undang
yang semula dipegang oleh Presiden beralih
ketangan DPR.
3) Presiden dan Wakil Presiden yang semula dipilih
oleh MPR berubah menjadi dipilih oleh rakyat
secara langsung dalam satu paket (pasangan).
4) Periode masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden
yang semula tidak dibatasi, berubah menjadi
maksimal dua kali masa jabatan.
5) Adanya lembaga negara yang berwenang menguji
undang-undang terhadap UUD 1945 yaitu
Mahkamah Konstitusi (MK).
6) Presiden dalam hal mengangkat dan menerima
duta dari negara lain harus memperhatikan
pertimbangan DPR.
7) Presiden harus memperhatikan pertimbangan DPR
dalam hal member amnesti dan rehabilitasi.

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 47


48 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan
BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN
WARGANEGARA

Kompetensi Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa dapat
memahami dan menghayati Serta menerapkan hak dan kewajiban
sebagai warga Negara Indonesia

Indikator Pencapaian Kompetensi


Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat:
 Menjelaskan pengertian hak Asasi Masnusia.
 Menerangkan hakekat kewajiban warga negara.
 Menjelaskan sejarah HAM di dunia.
 Menjelaskan pelaksanaaan HAM di Indonesia.
 Mengidentifikasi Hak –hak warga negara menurut UUD
NKRI 1945.
 Mengidentifikasi Kewajiban Warga Negara menurut
UUD NKRI 1945.

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 49


A. Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia
Hak asasi adalah hak yang dimiliki manusia yang telah
diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan kelahiran atau
kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat. Beberapa hak itu
dimilikinya tanpa perbedaan atas dasar bangsa, ras, agama atau
kelamin, dan karena itu bersifat serta universil. Dasar dari semua
hak asasi ialah bahwa manusia harus memperoleh kesempatan
untuk berkembang sesuai dengan bakat dan cita-citanya.
Setelah dunia mengalami dua perang yang melibatkan
hampir seluruh
dunia dan di mana hak-hak asasi diinjak-injak timbul
keinginan untuk merumuskan hak-hak azasi manusia itu dalam
suatu naskah internasional. Usaha ini pada tahun 1948 berhasil
dengan diterimanya Universal Declaration of Human Rights
(Pernyataan Sedunia tentang Hak-Hak Azasi Manusia) oleh
negara-negara yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-
Bangsa.
Dalam sejarah umat manusia telah tercatat banyak kejadian
di mana seseorang atau segolongan manusia mengadakan
perlawanan terhadap penguasa atau golongan lain untuk
memperjuangkan apa yang dianggap haknya. Seiring perjuangan
ini menuntut pengorbanan jiwa dan raga. Di dunia telah berulang
kali ada usaha untuk merumuskan serta memperjuangkan
beberapa hak yang dianggap suci dan harus dijamin. Keinginan
ini timbul setiap kali terjadi hal-hal yang dianggap menyinggung
perasaan dan merendahkan martabat seseorang sebagai manusia.
Dalam proses ini telah lahir beberapa naskah yang secara
berangsur-angsur menetapkan bahwa ada beberapa hak yang
mendasari kehidupan manusia dan karena itu bersifat universil
dan asasi. Naskah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Magna Charts (Piagam Agung, 1215), suatu dokumen yang
mencatat beberapa hak yang diberikan oleh Raja John dari
Inggris kepada beberapa bangsawan bawahannya atas
tuntutan mereka. Naskah ini sekaligus membatasi kekuasaan
Raja John itu.
2. Bill of Rights (Undang-Undang Hak, 1689), suatu undang-
undang yang diterima oleh Parlemen Inggris sesudah
berhasil dalam tahun sebelumnya mengadakan perlawanan
terhadap Raja James II, dalam suatu revolusi tak berdarah
(The Glorious Revolution of 1688).

50 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


3. Declaration des droits de l’homme et du citoyen (Permyataan
hak-hak manusia dan warga negara, 1789), suatu naskah
yang dicetuskan pada permulaan Revolusi Perancis, sebagai
perlawanan terhadap kesewenangan dari rezim lama.
4. Bill of Rights (Undang-Undang Hak), suatu naskah yang
disusun oleh rakyat Amerika dalam tahun 1789 (jadi sama
tahunnya dengan Declaration Perancis), dan yang menjadi
bagian dari undang-undang dasar pada tahun 1791.

Hak-hak yang dirumuskan dalam abad ke-17 dan ke-18


ini sangat dipengaruhi oleh gagasan mengenai Hukum Alam
(Natural Law), seperti yang dirumuskan oleh John Locke (1632-
1714) dan Jean Jaques Rousseau (1712-1778) dan hanya terbatas
pada hak-hak yang bersifat politis saja seperti kesamaan hak,
hak atas kebebasan, hak untuk memilih dan sebagainya. Akan
tetapi, dalam abad ke-20 hak-hak politik ini dianggap kurang
sempurna, dan mulailah dicetuskan beberapa hak lain yang
lehih luas ruang-lingkupnya. Yang sangat terkenal ialah empat
hak yang dirumuskan oleh Presiden Amerika Serikat, Franklin D.
Roosevelt pada permulaan Perang Dunia II waktu berhadapan
dengan agresi Nazi Jerman yang menginjak-injak hak-hak
manusia. Hak-hak yang disebut oleh Presiden Roosevelt terkenal
dengan istilah The Four Freedoms (Empat Kebebasan), yaitu:
1. Kebebasan untuk berbicara dan menyatakan pendapat
(freedom of speech),
2. Kebebasan beragama (freedom of religion),
3. Kebebasan dari ketakutan (freedom from fear),
4. Kebebasan dari kemelaratan (freedom from want).
Hak yang keempat, yaitu kebebasan dari kemelaratan,
khususnva mencerminkan perubahan dalam alam pikiran umat
manusia yang menganggap bahwa hak-hak politik pada dirinya
tidak cukup mtuk menciptakan kebahagiaan baginya. Dianggap
bahwa hak poitik seperti misalnya hak untuk menyatakan
pendapat atau hak memilih dalam pemilihan umum yang
diselenggarakan sekali dalam empat atau lima tahun, tidak
ada artinya jika kebutuhan manusia yang paling pokok, yaitu
kebutuhan akan pangan, sandang, dan perumahan, tidak
dapat dipenuhi. Menurut anggapan ini hak manusia harus
juga mencakup bidang ekonomi, sosial dan budaya. Deklarasi
Universal tentang hak asasi manusia yang telah disetujui dan
diumumkan oleh Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 51


Bangsa (PBB) tanggal 10 Desember 1948 isinya terdiri dari 30
pasal.

B. Pengertian Hak asasi Manusia


Bahwa manusia dianugerahi oleh Tuhan yang Maha esa
akal budi nurani yang memberikan kepadanya kemampuan
untuk membedakan yang baik dan dan yang tidak baik.
Dengan akal budi nurani manusia memiliki kebebasan untuk
memutuskan sendiri perilaku atau perbuatannya. Di samping
itu untuk mengimbangi kebebasan tersebut manusia memiliki
kemampuan untuk bertanggungjawab atas semua tindakan yang
dilakukannya.
Kebebasan dasar dan hak-hak dasar itulah yang disebut hak
asasi manusia yang melekat pada setiap individu manusia secara
kodrati sebagai anugerah dari Tuhan yang Maha esa. Hak-hak ini
tidak dapat diingkari, pengingkaran terhadap hak tersebut berarti
mengingkari martabat kemanusiaan. Oleh karena itu negara,
pemerintah, atau organisasi apapun mengemban kewajiban
untuk mengakui dan melindungi hak asasi manusia pada setiap
individu. Ini berarti hak asasi setiap manusia harus menjadi
tolak ukur dan tujuan dalam penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Bagi bangsa Indonesia kewajiban menghormati hak asasi
manusia tersebut, tercermin dalam pembukaan UUD 1945, yang
meliputi keseluruahan pasal dalam batang tubuhnya, terutama
berkaitan dengan persamaan kedudukan warga negara dalam
hukum dan pemerintahan, hak atas pekerjaaan dan penghidupan
yang layak, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, dan untuk
mengeluarkan pikiran dengan lesan dan tulisan, kebebasan
memeluk agama beribadat sesuai dengan agama dan kepercayaan,
serta hak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran.

C. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia


Hak adalah segala sesuatu yang pantas dan mutlak untuk
didapatkan oleh individu sebagai anggota warga negara sejak
masih berada dalam kandungan . Hak pada umumnya didapat
dengan cara diperjuangkan melalui pertanggungjawaban atas
kewajiban .
Contoh Hak Warga Negara Indonesia :
1. Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan
hukum.

52 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


2. Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak.
3. Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata
hukum dan di dalam pemerintahan.
4. Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan
menjalankan agama dan kepercayaan masing-masing yang
dipercayai.
5. Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan
pengajaran.
6. Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah
negara kesatuan Indonesia atau NKRI dari serangan musuh.
7. Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan
berserikat, berkumpul mengeluarkan pendapat secara lisan
dan tulisan sesuai undang-undang yang berlaku.
Kewajiban adalah segala sesuatu yang dianggap sebagai
suatu keharusan / kewajiban untuk dilaksanakan oleh individu
sebagai anggota warga negara guna mendapatkan hak yang
pantas untuk didapat. Kewajiban pada umumnya mengarah pada
suatu keharusan/kewajiban bagi individu dalam melaksanakan
peran sebagai anggota warga negara guna mendapat pengakuan
akan hak yang sesuai dengan pelaksanaan kewajiban tersebut.

Contoh Kewajiban Warga Negara Indonesia :


1. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan
serta dalam membela, mempertahankan kedaulatan negara
indonesia dari serangan musuh.
2. Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi
yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah
daerah (pemda).
3. Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi
dasar negara, hukum dan pemerintahan tanpa terkecuali,
serta dijalankan dengan sebaik-baiknya.
4. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh
terhadap segala hukum yang berlaku di wilayah negara
Indonesia.
5. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan
untuk membangun bangsa agar bangsa kita bisa berkembang
dan maju ke arah yang lebih baik
Kewajiban warga negara yang lain menurut UUD 1945, antara
lain: membayar pajak, membela pertahanan dan keamanan,
menghormati hak asasi. menjunjung hukum dan pemerintahan.

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 53


ikut serta membela negara. tunduk pada pembatasan yang
ditetapkan oleh UU, dan wajib mengikuti pendidikan dasar.
Berikut adalah isi dari pasal yang menyatakan hak dan
kewajiban warga Negara dalam UUD 1945 :
Pasal 26 ayat 1 yang menjadi warga Negara adalah orang-
orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang
disahkan dengan undang-undang sebagai warga Negara pada
ayat 2, syarat –syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan
dgn undang-undang.
Pasal 27 ayat 1 bahwa segala warga Negara bersamaan
kedudukan nya didalam hukum dan pemerintahan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya. Pada ayat 2 disebutkan bahwa tiap-tiap warga
Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
Pasal 28 disebutkan bahwa kemerdekaan berserikat dan
berkumpul, mengeluarkan pikiran dgn lisan dan sebagainya
ditetapkan dengan undang-undang. Pasal 30 ayat 1 bahwa hak
dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam pembelaan
negara dan ayat 2 mengatakan pengaturan lebih lanjut diatur
dengan UU.
Warga Negara adalah penduduk yang sepenuhnya
dapat diatur oleh Pemerintah Negara tersebut dan mengakui
Pemerintahnya sendiri. Adapun pengertian penduduk menurut
Kansil adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu
yang ditetapkan oleh peraturan negara yang bersangkutan,
diperkenankan mempunyai tempat tinggal pokok (domisili)
dalam wilayah negara itu. Pengertian warga negara menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) adalah sebuah penduduk
sebuah negara atau bangsa berdasarkan keturunan, tempat
kelahiran, dan sebagainya, yang mempunyai kewajiban dan hak
penuh sebagai seorang warga dari negara itu.
Beberapa pengertian tentang warganegara juga diatur
oleh UUD 1945, pasal 26 menyatakan: “warga negara adalah
bangsa Indonesia asli dan bangsa lain yang disahkan undang-
undang sebagai warga negara”. Pasal 1 UU No. 22/1958, dan
UU No. 12/2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia,
menekankan kepada peraturan yang menyatakan bahwa warga
negara RI adalah orang yang berdasarkan perundang-undangan
dan atau perjanjian-perjanjian dan atau peraturan yang berlaku
sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 sudah menjadi warga negara RI.

54 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


Warga negara dari suatu negara merupakan pendukung
dan penanggung jawab kemajuan dan kemunduran suatu
negara. Oleh karena itu, seseorang yang menjadi anggota atau
warga suatu negara haruslah ditentukan oleh UU yang dibuat
oleh negara tersebut. Sebelum negara menentukan siapa yang
menjadi warga negara, maka negara harus mengakui bahwa
setiap orang berhak memilih kewarganegaraan, memilih tempat
tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya serta berhak
kembali sebagaimana diatur pasal 28 E ayat (1) UUD 1945.
Pernyataan ini berarti bahwa orang-orang yang tinggal
dalam wilayah negara dapat diklasifikasikian menjadi: (1) Warga
negara Indonesia, adalah orang-orang bangsa Indonesia asli
dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-
undang sebagai warga Negara, dan (2) Penduduk, yaitu orang-
orang asing yang tinggal dalam negara bersifat sementara sesuai
dengan visa (surat ijin untuk memasuki suatu negara dan tinggal
sementara yang diberikan oleh pejabat suatu negara yang dituju)
yang diberikan negara melalui kantor imigrasi.

D. Hak dan Kewajiban Negara/Pemerintah


Hak dan kewajiban negara adalah menggambarkan apa
yang seharusnya diterima dan dilakukan oleh negara atau
pemerintah dalam melindungi dan menjamin kelangsungan
kehidupan negara serta terwujudnya cita-cita dan tujuan nasional
sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Adapun
hak negara/Pemerintah meliputi :
1. Menciptakan peraturan dan UU untuk ketertiban dan
keamanan.
2. Melakukan monopoli sumber daya yang menguasai hajat
hidup orang banyak.
3. Memaksa warga negara taat akan hukum yang berlaku.
Sedangkan kewajiban negara/Pemerintah berdasarkan UUD
1945 meliputi:
1. Melindungi wilayah dan warga negara.
2. Memajukan kesejahteraan umum.
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
5. Menjamin kemerdekaan penduduk memeluk agama.
6. Membiayai pendidikan dasar.
7. Menyelenggarakan sistem pendidikan nasional.

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 55


8. Memprioritaskan anggaran pendidikan minimal 20 % dari
anggaran belanja negara dan belanja daerah.
9. Memajukan pendidikan dan kebudayaan.
10. Mengembangkan sistem jaminan sosial.
11. Menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai
kebudayaan nasional.
12. Menguasai cabang-cabang produksi penting bagi negara dan
menguasai hidup orang banyak.
13. Menguasai bumi, air, dan kekayaan alam demi kemakmuran
rakyat.
14. Memelihara fakir miskin.
15. Mengembangkan sistem jaminan sosial.
16. Menyediakan fasilitas layanan kesehatan dan publik yang
layak.

E. Hubungan Negara dan Warga Negara Menurut Pasal


27 UUD 1945
Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 berbunyi “ Tiap - tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan “ . Pasal tersebut menjelaskan bahwa
setiap individu sebagai anggota warga negara berhak untuk
mendapatkan pekerjaan serta kehidupan yang layak dalam
kehidupan bermasyarakat , berbangsa , dan bernegara .
Lapangan pekerjaan merupakan sarana yang dibutuhkan
guna menghasilkan pendapatan yang akan digunakan dalam
pemenuhan kehidupan yang layak. Penghidupan yang layak
diartikan sebagai kemampuan dalam melakukan pemenuhan
kebutuhan dasar, seperti: pangan, sandang, dan papan. Pada era
globalisasi ini sering terlihat tingginya angka akan tuntutan hak
tanpa diimbangi dengan kewajiban. Disisi lain masih terdapat
pula hak yang kian tak bersambut dengan kewajiban yang telah
dilakukan. Kedua hal tersebut merupakan pemicu terjadinya
ketimpangan antara hak untuk mendapatkan pekerjaan dan
penghidupan yang layak dengan kewajiban yang tak kunjung
dilaksanakan.
Tingginya angka akan tuntutan hak tanpa diimbangi dengan
kewajiban, pada umumnya disebabkan oleh adanya sifat malas
dan kurangnya kemampuan dalam suatu bidang pekerjaan. Sifat
malas tersebut dapat menghambat individu sebagai tenaga kerja
untuk menjadi lebih produktif dan inovatif yang menyebabkan
tertundanya penghidupan yang layak, sedangkan kurangnya

56 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


kemampuan memicu pola pikir individu menjadi pesimistis
yang menyebabkan individu tidak dapat bergerak kearah tingkat
kehidupan yang lebih layak .
Hak yang tak kunjung bersambut atas pelaksanaan
kewajiban yang telah dilakukan, pada umumnya disebabkan oleh
kurangnya perhatian baik dari pihak pemerintah maupun swasta
atas upah yang tidak sesuai dengan pelaksanaan kewajiban yang
telah dilakukan.
Hal tersebut dapat memicu gejolak masyarakat atas terjadinya
ketimpangan akan hak dengan kewajiban. Gejolak masyarakat
timbul akibat adanya rasa ketidakpuasan terhadap ketimpangan
tersebut yang menyebabkan timbulnya berbagai demo hingga
mogok kerja. Fenomena tersebut merupakan hal yang seharusnya
tidak perlu dijumpai dalam kehidupan kewarganegaraan.
Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 “Tiap - tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan“.
Bunyi ayat pasal tersebut secara teori telah dijelaskan dalam
UUD 1945, namun secara praktik belum dapat dikatakan bahwa
pelaksanaan akan pasal tersebut telah dilaksanakan dengan baik.
Hal tersebut dapat dilihat dari tingginya tingkat pengangguran
dan warga negara dengan tingkat kehidupan yang kurang layak
. Pengangguran dapat disebabkan oleh berbagai macam hal ,
terutama tingkat pendidikan dan kemampuan. Hal tersebut
merupakan pemicu terbesar dari tingginya tingkat pengangguran.
Tingginya angka tingkat pengangguran menyebabkan
terjadinya ketidakefisienan terhadap kegiatan produksi yang
mengakibatkan semakin jauhnya tingkat kehidupan yang layak
bagi warga Negara.

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 57


58 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan
BAB V
DEMOKRASI

Kompetensi Pembelajaran
Mahasiswa Memahami konsep Demokrasi dan pelaksanaan
demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

Indikator Pencapaian Kompetensi


 Mahasiswa mengemukakan konsep demokrasi dengan
jelas.
 Mahasiswa dapat mengkategorikan sistem Pemerintahan
di Indonesia .
 Mahasiswa dapat menguraikan ciri-ciri demokrasi
Pancasila.
 Mahasiswa mendiskusikan nilai-nilai demokrasi dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 59


A. Pengertian Demokrasi
Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani demos artinya
rakyat dan kratein artinya pemerintah. Secara sederhana,
demokrasi berarti pemerintahan oleh rakyat, dalam hal ini
kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat. Sebagaimana istilah
politik yang lain, istilah demokrasi juga memiliki banyak makna
turunannya. Pengertian demokrasi sederhana di atas kemudian
berkembang, seiring perkembangan politik dan ilmu politik,
sehingga muncul banyak pengertian tentang demokrasi. Diantara
beberapa pengertian tentang demokrasi, barangkali pengertian
yang dikemukakan oleh Abraham Lincoln dapat merangkum
makna demokrasi dalam sebuah kalimat sederhana. Menurut
Abraham Lincoln demokrasi adalah pemerintahan yang berasal
dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Pada masa kini, ketika jumlah penduduk semakin banyak,
kita membutuhkan demokrasi perwakilan untuk memutuskan
berbagai persoalan bersama. Maka dibentuklah pemerintahan dan
dewan perwakilan yang dipilih oleh rakyat. Dengan demikian,
lembaga-lembaga tersebut memiliki mandat dari rakyat untuk
menjalankan tugas eksekutif dan legislatif. Karena dipilih
dan memperoleh mandat dari rakyat, maka merekapun harus
mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pemerintahan
tersebut kepada rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi.
Demokrasi secara sederhana berarti pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dalam pengertian yang lebih
kompleks, demokrasi berarti suatu sistem pemerintahan yang
mengabdi kepada kepentingan rakyat dengan tanpa memandang
partisipasi mereka dalam kehidupan politik, sementara pengisian
jabatan-jabatan publik dilakukan dengan dukungan suara rakyat
dan merekan memiliki hak untuk memilih dan dipilih.

B. Pengertian Demokrasi Pancasila


Rumusan singkat demokrasi Pancasila yang tercantum dalam
sila keempat Pancasila, yaitu “Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”.
Rumusan tersebut pada dasarnya merupakan rangkaian totalitas
yang terkait erat antara satu sila dengan sila lainnya (bulat dan
utuh). Ada beberapa pendapat mengenai pengertian Demokrasi
Pancasila, antara lain sebagai berikut :

60 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


1. Prof. Dardji Darmodihardjo, SH
Demokrasi Pancasila adalah paham demokrasi yang
bersumber kepada kepribadian dan falsafah hidup Bangsa
Indonesia, yang perwujudannya seperti dalam ketentuan-
ketentuan pembukaan UUD 1945.
2. Prof. Dr. Drs. Notonagoro, SH
Demokrasi Pancasila kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
yang berketuhanan Yang Maha Esa, yang berprikemanusiaan
yang adil dan beradab, yang mempersatukan Indonesia,
dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
(pengertian senada dikemukakan pula oleh Soemantri, SH
dan Drs. S. Pamudji, MPA)

C. Aspek Demokrasi Pancasila


Berdasarkan pengertian dan pendapat tentang Demokrasi
Pancasila dapat dikemukakan aspek-aspek yang terkandung di
dalamnya, yakni :
1. Aspek material (segi isi/substansi)
Demokrasi Pancasila harus dijiwai dan diintegrasikan
sila-sila lainnya. Karena itulah, pengertian Demokrasi
Pancasila tidak hanya merupakan demokrasi politik, tetapi
juga demokrasi ekonomi dan sosial (lihat amandemen UUD
1945 dan penjelasannya dalam pasal 27, 28, 29, 30, 31, 33 dan
34).
2. Aspek formal
Demokrasi Pancasila merupakan bentuk atau cara
pengambilan keputusan (demokrasi politik) yang dicerminkan
oleh sila keempat, yakni “Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”

D. Ciri-ciri Demokrasi Pancasila


1. Kedaulatan ada di tangan rakyat.
2. Selalu berdasarkan kekeluargaan dan gotong-royong.
3. Cara pengambilan keputusan melalui musyawarah untuk
mencapai mufakat.
4. Tidak kenal adanya partai pemerintahan dan partai oposisi.
5. Diakui adanya keselarasan antara hak dan kewajiban.
6. Menghargai hak asasi manusia.
7. Ketidaksetujuan terhadap kebijaksanaan pemerintah

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 61


dinyatakan dan disalurkan melalui wakil-wakil rakyat.
Tidak menghendaki adanya demonstrasi dan pemogokan
karena merugikan semua pihak.
8. Tidak menganut sistem monopartai.
9. Pemilu dilaksanakan secara luber.
10. Mengandung sistem mengambang.
11. Tidak kenal adanya diktator mayoritas dan tirani minoritas.
12. Mendahulukan kepentingan rakyat atau kepentingan umum.

E. Implementasi Demokrasi Pancasila


Pada masa reformasi kehidupan demokrasi berlangsung
lebih mendekati konsepsi ideal sesuai dengan keinginan rakyat.
Pada masa reformasi kekuasaan pemerintahan terdistribusi
sehingga adanya keseimbangan kekuasaan dan control dari
setiap lembaga kekuasaan (cake and balance power), walaupun
sistem pemerintahan masih menganut sistem pemerintahan
presidensial.
1. Ciri-ciri Demokrasi Pancasila Masa Reformasi
a. multi partai,
b. pemilihan langsung kepala pemerintahan,
c. supermasi hukum,
d. pembagaian kekuasan yang lebih tegas,
e. kebebasan hak politik rakyat (kebebasan berpendapat
dan informasi public & pers)
2. Perkembangan Demokrasi Pancasila saat ini
Perkembangan demokrasi di Indonesia dewasa ini lebih
menekankan pada nilai-nilai demokrasi yang berlaku universal
di dunia yaitu 1) penghargaan atas kebebasan; 2) penghargaan
atas kesamaan; 3) penghargaan akan partisipasi dalam kehidupan
bersama rakyat; dan 4) penghargaan atas perbedaan.
Demokrasi yang dikembangkan pada masa
reformasi pada dasarnya adalah demokrasi dengan
mendasarkan pada Pancasila dan UUD 1945, dengan
penyempurnaan pelaksanaannya dan perbaikan peraturan-
peraturan yang tidak demokratis, dengan meningkatkan peran
lembaga-lembaga tinggi dengan menegaskan fungsi, wewenang
dan tanggung jawab yang mengacu pada prinsip pemisahan
kekuasaan dan tata hubungan yang jelas antara lembaga-lembaga
eksekutif, legislatif dan yudikatif.

62 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


Demokrasi Indonesia saat ini telah dimulai dengan
terbentuknya DPR – MPR hasil Pemilu 1999 yang telah memilih
presiden dan wakil presiden serta terbentuknya lembaga-
lembaga tinggi yang lain. Masa reformasi berusaha membangun
kembali kehidupan yang demokratis antara lain. Pada Masa
Reformasi berhasil menyelenggarakan pemiluhan umum sudah
dua kali yaitu tahun 1999 dan tahun 2004.

F. Nilai-Nilai Demokrasi
Mengutip pendapatnya Zamroni dalam Winarno (2007: 98),
nilai-nilai demokrasi meliputi :
1. Toleransi.
Bersikap toleran artinya bersikap menenggang
(menghargai,membiarkan dan membolehkan) pendirian
(pendapat, pandangan,kepercayaan, kebiasaan kelakuan
dan sebagainya) yang bertentangan atau berbeda dengan
pendirian sendiri. Dalam mayarakat demokratis seorang
berhak memiliki pandangannya sendiri, tetapi ia akan
memegang teguh pendiriannya itu dengan cara yang
toleranterhadap pandangan orang lain yang berbeda atau
bahkan bertentangan dengan pendirianya. Sebagai nilai,
toleransi dapat mendorong tumbuhnya sikap toleran
terhadap keanekaragamaan, sikap saling percaya dan
kesediaan untuk bekerjasama antarpihak yang berbeda-beda
keyakinan, prinsip, pandangan dan kepentingan.
2. Kebebasan mengemukakan pendapat.
Mengeluarkan pikiran secara bebas adalah mengeluarkan
pendapat, pandangan, kehendak, atau perasaan yang bebas
dari tekanan fisik, psikis, atau pembatasan yang bertentangan
dengan tujuan pengaturan tentang kemerdekaan
menyampaikan pendapat di muka umum. Warga negara
yang menyampaikan pendapatnya di muka umum berhak
untuk mengeluarkan pikiran secar bebas dan memperoleh
perlindungan hukum. Dengan demikian, orang bebas
mengeluarkan pendapat tetapi perlu pengaturan dalam
mengeluarkan pendapat tersebut agar tidak menimbulkan
konflik yang berkepanjangan antar-anggota masyarakat.
3. Menghormati perbedaan pendapat.
Warga negara yang menyampaikan pendapatnya di
muka umum berhak untuk mengeluarkan pikiran secar

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 63


bebas dan orang lain harus bias menghormati perbedaan
pendapat orang tersebut.
4. Memahami keanekaragaman dalam masyarakat.
Perubahan Dinamis dan arus Globalisasi yang
tinggi menyebabkan masyarakat yang memiliki banyak
dan beragam kebudayaan kurang memiliki kesadaran
akan pentingnya peranan budaya lokal kita ini dalam
memperkokoh ketahanan Budaya Bangsa. Oleh karena itu
kita harus memahami arti kebudayaan serta menjadikan
keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia sebagai
sumber kekuatan untuk ketahanan budaya bangsa, agar
budaya kita tetap terjaga dan tidak diambil oleh bangsa lain.
5. Terbuka dan komunikasi.
Demokrasi termasuk bersikap setara pada sesama warga
ataupun terbuka terhadap kritik, masukan, dan perbedaan
pendapat, bukanlah sekadar sebuah keputusan politik,
apalagi kemauan pribadi perorangan belaka. Demokrasi
adalah sebuah proses panjang kebiasaan dan pembiasaan
bersama yang terus-menerus. Demokrasi pada dasarnya
adalah sebuah kepercayaan akan kebijakan orang banyak.
Jauh dalam lubuknya, lebih dari sekadar kepercayaannya
akan kebebasan sebagai fitrah manusia, demokrasi adalah
haluan yang berusaha menempatkan kesetaraan manusia di
atas segalanya.
6. Menjunjung nilai dan martabat kemanusiaan.
Setiap manusia mempunyai hak yakni hak dasar yang
dimiliki manusia sejak lahir sebagai kodrat dan anugerah
dari Tuhan Yang Maha Esa yang wajib untuk dilindungi dan
dihargai oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang
demi kehormatan dan perlindungan harkat dan martabat
manusia. Pengakuan bahwa semua manusia memiliki harkat
dan martabat yang sama, dengan tidak membeda-bedakan
baik atas jenis kelamin, agama, suku.
7. Percaya diri.
Rasa percaya diri adalah sikap yang dapat di tumbuhkan
dari sikap sanggup berdiri sendiri, sanggup menguasai
diri sendiri dan bebas dari pengendalian orang lain dan
bagaimana kita menilai diri sendiri maupun orang lain
menilai kita.sehingga kita mampu menghadapi situasi

64 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


apapun. Individu yang mempunyai rasa percaya diri adalah
mengatur dirinya sendiri, dapat mengarahkan, mengambil
inisiatif, memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan
sendiri,dan dapat melakukan hal-hal untuk dirinya sendiri.
8. Tidak menggantungkan pada orang lain.
Kekuasaan yang diberikan rakyat melalui satu proses
demokratis dan dilaksanakan secara benar bersifat mengikat
semua warga. Tetapi warga tetap memiliki kewenangan
untuk melakukan kontrol atas penyelenggaraan kekuasaan.
Hal ini hanya dapat tercapai apabila semua orang yang
terlibat Di dalam aksi massa itu adalah warga yang berpikir
mandiri dan serius. Rakyat yang menjadi pendukung utama
demokrasi adalah rakyat yang madani, yang mandiri dalam
pemikirannya. Dia mesti menjadi orang yang mengetahui
apa yang dilakukannya dan mempunyai tanggung jawab
terhadap perbuatannya.
9. Saling menghargai.
Salah satu sifat yang mesti diwujudkan dalam kehidupan
sehari-hari ialah saling menghargai kepada sesama manusia
dengan berlaku sopan, tawadhu, tasamuh, muruah (menjaga
harga diri), pemaaf, menepati janji, berlaku adil dan lain
sebagainya. Harga menghargai ditengah pergaulan hidup,
setiap anggota masyarakat mempunyai tanggung jawab
moral untuk mempertahankan dan mewujudkan citra baik
dalam masyarakat dengan menampakkan tutur kata, sikap
dan tingkah laku, cara berpakaian, cara bergaul, lebih bagus
daripada orang lain.
10. Mampu mengekang diri.
Dengan kemampuan mengekang diri, maka hidup akan
lebih tertata, dan lebih memungkinkan baginya mencapai
sukses. Sebagai orang yang mampu mengekang diri, maka
ia akan: Pertama, membangun komitmen yang kuat untuk
tidak berpikir, bertindak, bersikap, dan berperilaku yang
bertentangan dengan firman Allah SWT. Kedua, karena
Allah SWT juga memerintahkan agar setiap manusia mampu
memberi manfaat optimal bagi lingkungannya, maka ia
berkomitmen untuk menjadikan pikiran, sikap, tindakan,
dan perilakunya bermanfaat optimal bagi lingkungannya.
Ketiga, ia bersungguh-sungguh mewujudkan komitmennya

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 65


agar ia dapat mewujudkan komitmennya.
11. Kebersamaan.
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa
hidup sendiri. Manusia membutuhkan kebersamaan dlm
kehidupannya.Tuhan menciptakan manusia beraneka ragam
dan berbeda-beda tingkat sosialnya.Ada yang kuat ada yang
lemah ada yang kaya ada yang miskin dan seterusnya.
Demikian pula Tuhan ciptakan manusia dengan keahlian
dan kepandaian yang berbeda-beda pula. Semua itu adalah
dalam rangka saling memberi dan saling mengambil manfaat.
12. Keseimbangan
Satu hal yang juga hampir boleh dikatakan tidak
dapat lepas dari diri kita adalah kenyataan bahwa kita
juga menjadi bagian dari kelompok kemasyarakatan
dimanapun lingkungan kita berada, otomatis semua orang
mempunyai fungsi dan peran sosialnya masing-masing
dalam struktur kemasyarakatan tersebut, walau sekecil
apapun peranan tersebut. Kehidupan masyarakat yang
seimbang dapat dibayangka sebagai kehidupan masyarakat
yang tumbuh secara bebas dan positif, penuh dengan variasi
dan dinamikanya dalam suatu keteraturan uang serasi dan
harmonis.

66 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


BAB VI
MASYARAKAT MULTIKULTURAL

Kompetensi Pembelajaran
Mahasiswa Memahami konsep Demokrasi dan pelaksanaan
demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

Indikator Pencapaian Kompetensi


Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa dapat:
 Menerangkan pengertian Multikulturalisme.
 Menjelaskan multikultiralisme Di Indonesia?
 Menganalisis multikulturalisme dan Peran Bhineka
Tunggal Ika?
 Menjelaskan ciri-Ciri Masyarakat Multikultural?
 Mengevaluasi faktor-faktor Penyebab Timbulnya
Masyarakat Multikultural?

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 67


A. Pengertian Multikulturalisme
Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk
menjelaskan pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di
dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang
penerimaan terhadap adanya keragaman, dan berbagai macam
budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat.
Dalam arti ini keberagaman bukan sekedar keberagaman suku,
ras, ataupun agama, melainkan keberagaman bentuk-bentuk
kehidupan, termasuk di dalamnya adalah kelompok-kelompok
subkultur, seperti gay-lesbian, para pecinta prangko, punk,
suckerhead, dan lainnya.Argumen inti multikulturalisme adalah,
bahwa setiap bentuk kehidupan memiliki nilai yang berharga
pada dirinya sendiri.Maka setiap bentuk kehidupan layak untuk
hidup dan berkembang seturut dengan pandangan dunianya,
namun tetap dalam koridor hukum legal yang berlaku (bukan
hukum moral).(Taylor, 1994).
Multikulturalisme adalah berhubungan dengan kebudayaan
dan kemungkinan konsepnya dibatasi dengan muatan nilai atau
memiliki kepentingan tertentu. Secara etimologis, multikultural
berasal dari kata multi, yang artinya banyak/beragam dan
kultural, yang berartikan budaya.Keragaman budaya, itulah
arti dari multikultural. Keragaman budaya mengindikasikan
bahwa terdapat berbagai macam budaya yang memiliki ciri khas
tersendiri, yang saling berbeda dan dapat dibedakan satu sama
lain. Paham atau ideologi mengenai multikultural disebut dengan
multikulturalisme.“Multikulturalisme” pada dasarnya adalah
pandangan dunia yang kemudian dapat diterjemahkan dalam
berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan penerimaan
terhadap realitas keagamaan, pluralitas, dan multikultural
yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat
multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa
macam kumunitas budaya dengan segala kelebihannya, dengan
sedikit perbedaan konsepsi mengenai dunia, suatu sistem arti,
nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah, adat serta kebiasaan,
Multikulturalisme mencakup suatu pemahaman, penghargaan
serta penilaian atas budaya seseorang, serta suatu penghormatan
dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lain. Sebuah
ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam
kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan.
Dalam konsep multikulturalisme, terdapat kaitan yang
erat bagi pembentukan masyarakat yang berlandaskan bhineka

68 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


tunggal ika serta mewujudkan suatu kebudayaan nasional
yang menjadi pemersatu bagi bangsa Indonesia. Namun dalam
pelaksanaannya masih terdapat berbagai hambatan yang
menghalangi terbentuknya multikulturalisme di masyarakat.

B. Multikulturalisme di Indonesia
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan
tingkat keanekaragaman yang sangat kompleks. Masyarakat
dengan berbagai keanekaragaman tersebut dikenal dengan istilah
mayarakat multikultural. Bila kita mengenal masyarakat sebagai
sekelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja
sama sehingga mereka mampu mengorganisasikan dirinya dan
berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan
batas-batas tertentu (Linton), maka konsep masyarakat tersebut
jika digabungkan dengan multikurtural memiliki makna yang
sangat luas dan diperlukan pemahaman yang mendalam untuk
dapat mengerti apa sebenarnya masyarakat multikultural itu.
Multikultural dapat diartikan sebagai keragaman atau
perbedaan terhadap suatu kebudayaan dengan kebudayaan
yang lain. Sehingga masyarakat multikultural dapat diartikan
sebagai sekelompok manusia yang tinggal dan hidup menetap di
suatu tempat yang memiliki kebudayaan dan ciri khas tersendiri
yang mampu membedakan antara satu masyarakat dengan
masyarakat yang lain. Setiap masyarakat akan menghasilkan
kebudayaannya masing-masing yang akan menjadi ciri khas bagi
masyarakat tersebut.
Dari sinilah muncul istilah multikulturalisme. Banyak definisi
mengenai multikulturalisme, diantaranya multikulturalisme
pada dasarnya adalah pandangan dunia yang kemudian
dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan
yang menekankan tentang penerimaan terhadap realitas
keragaman, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam
kehidupan masyarakat. Multikulturalisme dapat juga dipahamni
sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam
“politics of recognition” (Azyumardi Azra, 2007). Lawrence
mengungkapkan bahwa multikulturalisme mencakup suatu
pemahaman, penghargaan dan penilaian atas budaya seseorang,
serta penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis
orang lain. Berbagai pengertian mengenai multikulturalisme
tersebut dapat disimpulkan bahwa inti dari multikulturalisme
adalah mengenai penerimaan dan penghargaan terhadap suatu

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 69


kebudayaan, baik kebudayaan sendiri maupun kebudayaan
orang lain. Setiap orang ditekankan untuk saling menghargai
dan menghormati setiap kebudayaan yang ada di masyarakat.
Apapun bentuk suatu kebudayaan harus dapat diterima oleh
setiap orang tanpa membeda-bedakan antara satu kebudayaan
dengan kebudayaan yang lain.
Pada dasarnya, multikulturalisme yang terbentuk di
Indonesia merupakan akibat dari kondisi sosio-kultural maupun
geografis yang begitu beragam dan luas. Menurut kondisi
geografis, Indonesia memiliki banyak pulau dimana stiap pulau
tersebut dihuni oleh sekelompok manusia yang membentuk
suatu masyarakat. Dari masyarakat tersebut terbentuklah sebuah
kebudayaan mengenai masyarakat itu sendiri. Tentu saja hal ini
berimbas pada keberadaan kebudayaan yang sangat banyak dan
beraneka ragam.
Dalam konsep multikulturalisme, terdapat kaitan yang
erat bagi pembentukan masyarakat yang berlandaskan bhineka
tunggal ika serta mewujudkan suatu kebudayaan nasional
yang menjadi pemersatu bagi bangsa Indonesia. Namun dalam
pelaksanaannya masih terdapat berbagai hambatan yang
menghalangi terbentuknya multikulturalisme di masyarakat.

C. Multikulturalisme dan peran Bhineka Tunggal Ika


Istilah multicultural akhir-akhir ini mulai diperbincangkan di
berbagai kalangan berkenaan dengan merebaknya konflik etnis
di negara ini. Multikultural yang dimiliki Indonesia dianggap
faktor utama terjadinya konflik. Konflik berbau sara yaitu suku,
agama, ras, dan antargolongan yang terjadi di Aceh, Ambon,
Papua, Kupang, Maluku dan berbagai daerah lainnya adalah
realitas yang dapat mengancam integrasi bangsa di satu sisi dan
membutuhkan solusi konkret dalam penyelesaiannya.
Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang
terdiri dari beberapa macam komunitas budaya dengan segala
kelebihannya, dengan sedikit perbedaan konsepsi mengenai
dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah,
adat serta kebiasaan. Multikulturalisme yang terbentuk di
Indonesia pada dasarnya merupakan akibat dari kondisi sosio-
kultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas.
Menurut kondisi geografis, Indonesia memiliki banyak pulau
dimana setiap pulau tersebut dihuni oleh sekelompok manusia
yang membentuk suatu masyarakat. Dari masyarakat tersebut

70 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


terbentuklah sebuah kebudayaan mengenai masyarakat itu
sendiri. Hal ini menyebabkan keberadaan kebudayaan yang
sangat banyak dan beraneka ragam.
Konsep multikulturalisme, terdapat kaitan yang erat bagi
pembentukan masyarakat yang berlandaskan bhineka tunggal
ika serta mewujudkan suatu kebudayaan nasional yang menjadi
pemersatu bagi bangsa Indonesia. Namun, dalam pelaksanaannya
masih terdapat berbagai hambatan yang menghalangi
terbentuknya multikulturalisme di masyarakat, hal ini terjadi
karena kebanyakan masyarakat Indonesia belum memahami apa
itu konsep multikulturalisme dan tiap sukunya memiliki identitas
diri yang sangat kuat. Hal ini menyebabkan tiap suku saling
mempertahankan budayanya sendiri dan membentuk perisai
bagi suku lain sehingga kurang terbentuknya ikatan sosial antar
suku yang satu dengan suku yang lain. Sebagai contoh, orang
Aceh yang tinggal di pulau Jawa kemudian menjadi pengusaha
sukses akan cenderung memilih dan menerima pegawai yang
merupakan orang Aceh walaupun ketrampilannya kurang
(jauh di bawah) orang Jawa yang juga melamar pekerjaan di
perusahaan tersebut.
Fenomena tersebut terjadi karena sesama masyarakat Aceh
memiliki ikatan/ hubungan emosional yang sangat kuat serta
kecenderungan untuk mempertahankan identitas yang tinggi.
Hal seperti inilah yang membuat masyarakat Indonesia mudah
dipecah belah, mudah diadu domba, mudah di rusak, karena pada
diri setiap masyarakat Indonesia belum memiliki rasa identitas
yang kuat sebagai masyarakat indonesia, belum memiliki
kedekatan/ikatan emosional dengan sesama masyarakat
Indonesia. Mereka hanya memiliki identitas yang kuat dan
ikatan emosional antar sesama suku mereka (misal antar orang
Jawa dengan orang Jawa), bukan antar suku Jawa dengan suku
lainnya. Fenomena ini terlihat bahwa dari berbagai macam suku
yang ada di Indonesia, ternyata beberapa masyarakat dari tiap
sukunya belum dapat memahami, menerima, dan menghargai
suku lainnya yang berbeda darinya. Padahal mereka berada
dalam satu nama, satu wilayah, satu bangsa, satu bahasa, yaitu
Indonesia.
Dari penjelasan diatas maka dapat saya simpulkan bahwa
memahami multikulturalisme itu sangatlah penting. Selain
kita dapat memahami, menerima dan menghargai keragaman
budaya yang ada, kita juga dapat memperkuat ikatan emosional

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 71


antar suku dari budaya yang berbeda. Dengan menerima adanya
keragaman budaya, kita tidak lagi memandang perbedaan
budaya menjadi sesuatu yang ‘berbeda’ melainkan menjadikan
perbedaan tersebut sebagai keragaman untuk memperkaya
budaya.

D. Ciri-Ciri Masyarakat Multikultural


Konsep multikulturalisme dijadikan sebagai acuan utama
terbentuknya masyarakat multikultural yang damai. Lantas,
apa itu multikultural dan multikulturalisme? Masyarakat
Multikultura menurut C.W. Watson (1998) dalam bukunya
Multiculturalism, membicarakan masyarakat multikultural
adalah membicarakan tentang masyarakat negara, bangsa,
daerah, bahkan lokasi geografis terbatas seperti kota atau sekolah,
yang terdiri atas orang-orang yang memiliki kebudayaan yang
berbeda-beda dalam kesederajatan.
Pada hakikatnya masyarakat multikultural adalah
masyarakat yang terdiri atas berbagai macam suku yang masing-
masing mempunyai struktur budaya (culture) yang berbeda-beda.
Dalam hal ini masyarakat multikultural tidak bersifat homogen,
namun memiliki karakteristik heterogen di mana pola hubungan
sosial antar individu di masyarakat bersifat toleran dan harus
menerima kenyataan untuk hidup berdampingan secara damai
(peace co-exixtence) satu sama lain dengan perbedaan yang
melekat pada tiap etnisitas sosial dan politiknya. Oleh karena itu,
dalam sebuah masyarakat multikultural sangat mungkin terjadi
konflik vertikal dan horizontal yang dapat menghancurkan
masyarakat tersebut. Sebagai contoh, pertikaian yang melibatkan
sentimen etnis, ras, golongan dan juga agama terjadi di berbagai
negara mulai dari Yugoslavia, Cekoslavia, Zaire hingga Rwanda,
dari bekas Uni Soviet sampai Sudan, dari Sri Lanka, India hingga
Indonesia.
Indonesia merupakan masyarakat multikultural. Hal
ini terbukti di Indonesia memiliki banyak suku bangsa yang
masing-masing mempunyai struktur budaya yang berbeda-
beda. Perbedaan ini dapat dilihat dari perbedaan bahasa, adat
istiadat, religi, tipe kesenian, dan lain-lain. Pada dasarnya suatu
masyarakat dikatakan multicultural jika dalam masyarakat
tersebut memiliki keanekaragaman dan perbedaan. Keragaman
dan perbedaan yang dimaksud antara lain, keragaman struktur
budaya yang berakar pada perbedaan standar nilai yang berbeda-

72 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


beda, keragaman ras, suku, dan agama, keragaman ciri-ciri
fisik seperti warna kulit, rambut, raut muka, postur tubuh, dan
lain-lain, serta keragaman kelompok sosial dalam masyarakat.
Sikap yang harus dihindari untuk membangun masyarakat
multikultural yang rukun dan bersatu, ada beberapa nilai yang
harus dihindari, yaitu:
1. Primordialisme artinya perasaan kesukuan yang berlebihan.
Menganggap suku bangsanya sendiri yang paling unggul,
maju, dan baik. Sikap ini tidak baik untuk dikembangkan
di masyarakat yang multicultural seperti Indonesia. Apabila
sikap ini ada dalam diri warga suatu bangsa, maka kecil
kemungkinan mereka untuk bisa menerima keberadaan
suku bangsa yang lain.
2. Etnosentrisme artinya sikap atau pandangan yang berpangkal
pada masyarakat dan kebudayaannya sendiri, biasanya
disertai dengan sikap dan pandangan yang meremehkan
masyarakat dan kebudayaan yang lain. Indonesia bisa maju
dengan bekal kebersamaan, sebab tanpa itu yang muncul
adalah disintegrasi sosial. Apabila sikap dan pandangan
ini dibiarkan maka akan memunculkan provinsialisme
yaitu paham atau gerakan yang bersifat kedaerahan dan
eksklusivisme yaitu paham yang mempunyai kecenderungan
untuk memisahkan diri dari masyarakat.
3. Diskriminatif adalah sikap yang membeda-bedakan perlakuan
terhadap sesama warga negara berdasarkan warna kulit,
golongan, suku bangsa, ekonomi, agama, dan lain-lain.
Sikap ini sangat berbahaya untuk dikembangkan karena bisa
memicu munculnya antipati terhadap sesame warga negara.
4. Stereotip adalah konsepsi mengenai sifat suatu golongan
berdasarkan prasangka yang subjektif dan tidak tepat.
Indonesia memang memiliki keragaman suku bangsa dan
masing-masing suku bangsa memiliki cirri khas. Tidak tepat
apabila perbedaan itu kita besar-besarkan hingga membentuk
sebuah kebencian
Multikulturalisme adalah sebuah ideologi yang mengakui
dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara
individual maupun secara kebudayaan. Dalam multikulturalisme,
sebuah masyarakat (termasuk juga masyarakat Indonesia)
dilihat sebagai sebuah kebudayaan yang berlaku umum dalam
masyarakat tersebut yang coraknya seperti sebuah mozaik. Di
dalam mozaik tercakup semua kebudayaan dari masing-masing

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 73


suku bangsa yang sangat jelas dan belum tercampur oleh warna
budaya lain membentuk masyarakat yang lebih besar. Ide
multikulturalisme menurut Taylor merupakan suatu gagasan
untuk mengatur keberagaman dengan prinsip-prinsip dasar
pengakuan akan keberagaman itu sendiri (politics of recognition).

E. Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Masyarakat


Multikultural
Pada dasarnya semua bangsa di dunia bersifat multikultural.
Adanya masyarakat multikultural memberikan nilai tambah bagi
bangsa tersebut. Keragaman ras, etnis, suku, ataupun agama
menjadi karakteristik tersendiri, sebagaimana bangsa Indonesia
yang unik dan rumit karena kemajemukan suku bangsa, agama,
bangsa, maupun ras. Masyarakat multikultural Indonesia
adalah sebuah masyarakat yang berdasarkan pada ideologi
multikulturalisme atau Bhinneka Tunggal Ika yang multikultural,
yang melandasi corak struktur masyarakat Indonesia pada
tingkat nasional dan lokal.
Berkaca dari masyarakat multikultural bangsa Indonesia,
kita akan mempelajari penyebab terbentuknya masyarakat
multikultural. Cobalah perhatikan peta Indonesia! Setelah
melihatnya apa yang ada dalam benakmu? Terlihat Indonesia,
sebagai sebuah negara yang kaya akan khazanah budaya.
Beribu-ribu pulau berjajar dari ujung barat sampai ujung timur,
mulai dari Sumatra hingga Papua. Setiap pulau memiliki suku
bangsa, etnis, agama, dan ras masing-masing. Keadaan inilah
yang menjadikan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat
multikultural. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika bisa jadi
merupakan sebuah ”monumen” betapa bangsa yang mendiami
wilayah dari Sabang sampai Merauke ini memang merupakan
bangsa yang majemuk, plural, dan beragam. Majemuk artinya
terdiri atas beberapa bagian yang merupakan kesatuan, plural
artinya lebih dari satu, sedangkan beragam artinya berwarna-
warni. Bisa kamu bayangkan bagaimana wujud bangsa Indonesia.
Mungkin dapat diibaratkan sebagai sebuah pelangi. Pelangi
itu akan kelihatan indah apabila beragam unsur warnanya bisa
bersatu begitu pula dengan bangsa kita. Indonesia akan menjadi
bangsa yang damai dan sejahtera apabila suku bangsa dan semua
unsur kebudayaannya mau bertenggang rasa membentuk satu
kesatuan. Kita mencita-citakan keanekaragaman suku bangsa
dan perbedaan kebudayaan bukan menjadi penghambat tetapi

74 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


perekat tercapainya persatuan Indonesia.
Namun kenyataan membuktikan bahwa tidak selamanya
keanekaragaman budaya dan masyarakat itu bisa menjadikannya
pelangi. Keanekaragaman budaya dan masyarakat dianggap
pendorong utama munculnya persoalan-persoalan baru bagi
bangsa Indonesia. Contoh keanekaragaman yang berpotensi
menimbulkan permasalahan baru sebagai berikut.
1. Keanekaragaman Suku Bangsa
Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang
memiliki kekayaan budaya yang luar biasa banyaknya.
Yang menjadi sebab adalah keberadaan ratusan suku bangsa
yang hidup dan berkembang di berbagai tempat di wilayah
Indonesia. Kita bisa membayangkan apa jadinya apabila
masing-masing suku bangsa itu mempunyai karakter, adat
istiadat, bahasa, kebiasaan, dan lain-lain. Kompleksitas nilai,
norma, dan kebiasaan itu bagi warga suku bangsa yang
bersangkutan mungkin tidak menjadi masalah. Permasalahan
baru muncul ketika suku bangsa itu harus berinteraksi sosial
dengan suku bangsa yang lain. Konkretnya, apa yang akan
terjadi denganmu saat harus bertemu dan berkomunikasi
dengan temanmu yang berasal dari suku bangsa yang lain?
2. Keanekaragaman Agama
Letak kepulauan Nusantara pada posisi silang di antara
dua samudra dan dua benua, jelas mempunyai pengaruh
yang penting bagi munculnya keanekaragaman masyarakat
dan budaya. Dengan didukung oleh potensi sumber alam
yang melimpah, maka Indonesia menjadi sasaran pelayaran
dan perdagangan dunia. Apalagi di dalamnya telah terbentuk
jaringan perdagangan dan pelayaran antar pulau. Dampak
interaksi dengan bangsa-bangsa lain itu adalah masuknya
beragam bentuk pengaruh agama dan kebudayaan. Selain
melakukan aktivitas perdagangan, para saudagar Islam,
Hindu, Buddha, juga membawa dan menyebarkan ajaran
agamanya. Apalagi setelah bangsa Barat juga masuk dan
terlibat di dalamnya. Agama-agama besar pun muncul dan
berkembang di Indonesia, dengan jumlah penganut yang
berbeda-beda. Kerukunan antarumat beragama menjadi
idam-idaman hampir semua orang, karena tidak satu agama
pun yang mengajarkan permusuhan. Tetapi, mengapa juga
tidak jarang terjadi konflik atas nama agama?

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 75


3. Keanekaragaman Ras
Salah satu dampak terbukanya letak geografis Indonesia,
banyak bangsa luar yang bisa masuk dan berinteraksi dengan
bangsa Indonesia.Misalnya, keturunan Arab, India, Persia,
Cina, Hadramaut, dan lain-lain.Dengan sejarah, kita bisa
merunut bagaimana asal usulnya. Bangsa-bangsa asing itu
tidak saja hidup dan tinggal di Indonesia, tetapi juga mampu
berkembang secara turun-temurun membentuk golongan
sosial dalam masyarakat kita. Mereka saling berinteraksi
dengan penduduk pribumi dari waktu ke waktu. Bahkan
ada di antaranya yang mampu mendominasi kehidupan
perekonomian nasional, misalnya, keturunan Cina.
Permasalahannya, mengapa sering terjadi konflik dengan
orang pribumi?
Keterangan-keterangan tersebut terlihat bahwa bangsa
Indonesia terdiri atas berbagai kelompok etnis, agama, budaya
yang berpotensi menimbulkan konflik sosial.
Berkaitan dengan perbedaan identitas dan konflik sosial
muncul tiga kelompok sudut pandang yang berkembang, yaitu:
1. Pandangan Primordialisme
Kelompok ini menganggap perbedaan-perbedaan yang
berasal dari genetika seperti suku, ras, agama merupakan
sumber utama lahirnya benturan-benturan kepentingan
etnis maupun budaya.
2. Pandangan Kaum Instrumentalisme
Menurut mereka, suku, agama, dan identitas yang
lain dianggap sebagai alat yang digunakan individu atau
kelompok untuk mengejar tujuan yang lebih besar baik
dalam bentuk materiil maupun nonmateriil.
3. Pandangan Kaum Konstruktivisme
Kelompok ini beranggapan bahwa identitas kelompok
tidak bersifat kaku, sebagaimana yang dibayangkan kaum
primordialis Etnisitas bagi kelompok ini dapat diolah hingga
membentuk jaringan relasi pergaulan sosial. Oleh karena itu
etnisitas merupakan sumber kekayaan hakiki yang dimiliki
manusia untuk saling mengenal dan memperkaya budaya.
Bagi mereka persamaan adalah anugerah dan perbedaan
adalah berkah.

76 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


BAB VII
WAWASAN NUSANTARA

A. Dasar Filosofis Wawasan Nusantara


Setiap bangsa pada dasarnya mempunyai pandangan hidup
yang berasaskan pada suatu system filsafat tertentu atas dasar
konsep tentang kondrat manusia dan kehidupannya yang
mengarahkan kehidupan suatu bangsa dalam masyarakat dan
bernegara. Pendapat tentang kodrat manusia pada umumnya
berbeda pula. Pandangan hidup ini menjiwai wawasan sebagai
landasan untuk bertindak dalam membina dan menyelenggarakan
tata hidup bangsa dalam bernegara yang meliputi:
1. Tata negara (sistem pembinaan negara dan bangsa)
2. Tata budaya (sistem pembinaan budi pekerti masyarakat)
3. Tata hukum (sistem pembinaan hukum dan perundangan)
Wawasan yang berlandaskan pada pandangan hidup
merupakan gagasan dasar cerminan dari wawasan nasional
yang dapat mengarahkan untuk mewujudkan tujuan nasional
dan cita-cita nasional sebagai tujuan dan cita-cita bangsa dalam
bernegara.
Wawasan nasional bagi bangsa Indonesia mula pertama
merasa penting dan mendesak dalam rangka usaha
mengembangkan konsepsi ketahanan nasional, mengingat
bangsa Indonesia yang terdiri atas beberapa suku bangsa dan
berbagai macam budaya bangsa serta berbagai macam agama.
Wawasan mengandung arti pandangan, yaitu cara pandang
yang menunjukkan kegiatan sebagai landasan untuk bertindak

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 77


dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat dan bernegara.
Istilah nasional menunjukkan kata sifat yang berasal dari istilah
nation, yang berarti bangsa yang mengidentifikasikan diri dalam
kehidupan bernegara, atau secara singkat diartikan suatu bangsa
yang bernegara yang dibedakan dengan bangsa dalam arti alami.
Bangsa Indonesia dalam usaha untuk menyelenggarakan
dan meningkatkan serta menjamin kelangsungan hidup bangsa
memerlukan adanya suatu konsepsi dasar yang merupakan
ajaran tentang wawasan nasional sebagai kesepakatan bersama.
Dan wawasan nasional ini selanjutnya menjadi landasan dan
pedoman kebijaksanaan nasional ini selanjutnya menjadi
landasan dan pedoman kebijaksanaan nasional di segala segi
kehidupan berasaskan pada nilai-nilai luhur yang terkandung
dalam ajaran Pancasila, yaitu nilai religious, nilai kemanusiaan,
nilai nasionalisme, nilai demokrasi dan nilai keadilan sosial.
Bangsa Indonesia dalam bernegara yang berasaskan Pancasila
sebagai ideologi negara yang merupakan aksioma kehidupan
bermasyarakat, tujuannya adalah untuk mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tujuan negara merupakan
suatu dasar tindakan, sehingga disebut dengan kaussa finalis atau
sebab berupa tujuan, yang kemudian dituangkan atau dijabarkan
dalam alenia kedua dan keempat Pembukaan UUD 1945.
Alenia kedua Pembukaan UUD 1945 mencerminkan adanya
cita-cita bangsa Indonesia dalam menegakkan dan mengisi
kemerdekaan. Adapun isi terpokok alenia kedua adalah :
1. Menerangkan berhasilnya perjuangan bangsa Indonesia
dalam menegakkan kemerdekaan negara Indonesia sebagai
negara nasional.
2. Cita-cita untuk mengisi kemerdekaan, dengan mewujudkan
negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur.
Diantara dua isi alenia kedua tersebut yang paling utama
adalah hal kedua, yaitu adanya cita-cita untuk mengisi
kemerdekaan berlandaskan konsep dasar : dengan bekal
“bersatu” untuk mewujudkan masyarakat “adil dan makmur”
harus “berdaulat”. Dengan dasar konsep tersebut untuk mencapai
masyarakat adil dan makmur diisi dengan pembangunan.
Cita-cita bangsa atau cita-cita nasional memberikan arah bagi
penentuan tujuan nasional. Perumusan tujuan nasional bangsa
Indonesia yang identik dengan tujuan negara dinyatakan dalam
Pembukaan UUD 1945 alenia keempat, yaitu :

78 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


1. Tujuan negara berhubungan dengan kesatuan bangsa,
yaitu :
a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah indonesia (tinjauan keamanan).
b. Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa (tinjauan kesejahteraan).
Dua tujuan pokok negara ini sering juga disebut dengan
tujuan ke dalam.
2. Tujuan negara berhubungan dengan kehidupan sesame
bangsa, yaitu :
Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial (tinjauan
ketertiban).
Tujuan negara yang kedua ini disebut juga tujuan ke luar
yang sekaligus juga menjadi landasan politik luar negeri bebas
aktif. Dalam usaha pengejawantahan cita-cita nasional dengan
cara mencapai tujuan nasional, ada tiga faktor yang perlu
diperhatikan, yaitu :
“bumi” tempat berpijak, “jiwa manusia’ yang hidup
diatasnya, “lingkungan” yang berpengaruh membentuk jiwa
nasional. Dengan dasar tersebut, maka wawasan nasional atau
wawasan kebangsaan yang disebut dengan wawasan nusantara
merupakan cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan
lingkungannya berdasarkan jiwa nasional Pancasila.
Dasar filosafis pemikiran Wawasan Nusantara adalah: Filsafat
Pancasila dan tujuan negara yang terdapat pada pembukaan
UUD 1945 .

B. Pengertian Wawasan Nusantara


Istilah “nusantara” dipergunakan untuk menggambarkan
kesatuan wilayah perairan dan gugusan pulau-pulau Indonesia
yang terletak diantara Samudera Pasifik dan Samudera Indonesia
serta di antara benua Asia dan benua Australia. Wawasan
Nusantara dalam wujudnya akan merupakan suatu gejala
sosial yang bergerak dalam menyelenggarakan dan menjamin
kelangsungan hidup seluruh bangsa dan negara Indonesia untuk
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat, yang telah
terkandung dalam ajaran Pancasila.
Bangsa Indonesia dalam menyelenggarakan dan menjamin
kelangsungan hidup bangsa dalam bernegara harus memandang
secara keseluruhan utuh menyeluruh sesuai dengan semangat

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 79


kekeluargaan dan kebersamaan dalam Pancasila. Hal ini berarti
bahwa bangsa dan negara Indonesia menyelenggarakan dan
menjamin kepentingan nasional harus memperhatikan segala
sesuatu yang menjadi syarat dan prasyarat yang diperlukan
untuk dapat mewujudkan tujuan nasional.
Dengan pengertian-pengertian dasar diatas dapat ditegaskan
kembali bahwa: Bagi bangsa Indonesia, wawasan nasional yang
sesuai dengan filsafat hidup bangsa serta kondisi geografis dan
sosial budaya adalah wawasan nusantara, yaitu: “Cara pandang
bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya sesuai ideology
Pancasila, sebagai aspirasi suatu bangsa yang berdaulat dan
bermartabat di tengah-tengah lingkungannya, yang menjiwai
tindak kebijaksanaan dalam mencapai tujuan perjuangan
bangsa”.
Pengertian wawasan nusantara menurut Kelompok Kerja
wawasan nusantara yang dirumuskan di Lemhanas tahun 1999
adalah sebagai berikut :
“Cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenal diri dan
lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan
wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat”.
Wawasan nusantara sebagai pedoman bagi pembinaan nasional,
atau sebagai system pembinaan nasional (Sisbinas) atau tata hidup
dan kehidupan negara dan bangsa. Wawasan nusantara dijiwai
oleh nilai-nilai luhur Pancasila sebagai aksioma kehidupan.
Wawasan Nasional bangsa Indonesia adalah Wawasan
Nusantara, merupakan cara pandang bangsa Indonesia tentang
diri dan lingkungannya berdasarkan falsafah Pancasila.

C. Wawasan Pembangunan Nasional


Wawasan dalam penyelengaraan pembangunan nasional
untuk mecapai tujuan dan cita-cita nasional adalah wawasan
nusantara yang merupakan wawasan nasional. Wawasan
nusantara sebagai wawasan pembangunan nasional adalah
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan
wilayah yang mencakup: kesatuan politik, kesatuan ekonomi,
kesatuan sosial budaya, dan kesatuan hukum. Empat bidang ini
merupakan pancaran dari Pancasila sebagai ideologi Negara,
sehingga dalam wawasan pembangunan tidak ada istilah
kesatuan ideologi yang berlandaskan kesatuan wilayah, karena
ideologi Pancasila sebagai asas untuk menyatukan wilayah dan

80 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


bangsa Indonesia.
1. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan
politik, dalam arti:
a. Kebulatan wilayah nasional dengan segala isi dan
kekayaannya merupakan satu kesatuan wilayah, wadah,
ruang hidup dan kesatuan matra (dimensi) seluruh
bangsa, serta menjadi modal dan milik bersama bangsa.
b. Bangsa Indonesia terdiri berbagai suku dengan berbagai
Bahasa daerah, memeluk dan menyakini berbagai
agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
merupakan satu kesatuan bangsa yang bulat dalam arti
yang seluas-luasnya.
c. Secara psikologis, bangsa Indonesia harus merasa satu
dalam semangat persatuan, senasib sepenanggungan,
sebangsa dan setanah air, serta mempunyai satu tekad
dalam mencapai cita-cita bangsa.
d. Pancasila adalah satu-satunya filsafat serta ideologi
bangsa dan negara yang melandasi, membimbing dan
mengarahkan bangsa menuju tujuannya.
e. Kehidupan politik di seluruh wilayah Nusantara
merupakan satu kesatuan politik yang diselenggarakan
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
f. Seluruh kepulauan nusantara merupakan satu kesatuan
system hukum, dalam arti bahwa hanya ada satu hukum
nasional yang mengabdi kepada kepentingan nasional.
g. Bangsa Indonesia hidup berdampingan dengan bangsa
lain, ikut menciptakan ketertiban dunia, berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial,
melalui politik luar negeri bebas aktif serta diabdikan
pada kepentingan nasional.
2. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan
ekonomi, dalam arti :
a. Kekayaan wilayah nusantara baik potensial maupun
efektif adalah modal dan milik bersama bangsa, dan
bahwa keperluan hidup masyarakat sehari-hari harus
tersedia merata di seluruh wilayah Tanah Air.
b. Tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan
seimbang di seluruh daerah, tanpa meninggalkan ciri
khas yang dimiliki oleh daerah dalam pengembangan
kehidupan ekonominya.

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 81


c. Kehidupan perekonomian di seluruh wilayah nusantara
merupakan satu kesatuan ekonomi yang diselenggarakan
sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan
dan ditujukan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat.
3. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan
sosial budaya, dalam arti :
a. kehidupan yang serasi dengan terdapatnya tingkat
kemajuan masyarakat yang sama, merata dan seimbang
serta adanya keselarasan kehidupan yang sesuai dengan
tingkat kemajuan bangsa.
b. Budaya Indonesia adalah satu, sedangkan corak
ragam budaya yang ada menggambarkan kekayaan
budaya bangsa yang menjadi modal dan landasan
pengembangan budaya bangsa, dengan tidak menolak
nilai-nilai budaya lain yang tidak bertentangan dengan
nilai budaya bangsa, yang hasil-hasilnya dapat dinikmati
oleh bangsa Indonesia.
4. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan
pertahanan keamanan, dalam arti:
a. Ancaman terhadap satu pulau atau satu daerah tertentu
pada hakikatnya merupakan ancaman terhadap seluruh
bangsa dan negara.
b. Sertiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban
yang sama dalam rangka pembelaan bangsa dan negara
demi kelangsungan hidup bangsa dan negara.

Wawasan Nasional dalam pembangunan


mencakup perwujudan kepulauan
nusantara dalam segala aspek kehidupan
IPOLEKSOSBUDHANKAM

D. Dasar Pemikiran Wawasan Nusantara


Wawasan nusantara lahir dan berkembang sesuai dengan
kepentingan bangsa Indonesia. Negara Indonesia terletak di
kawasan dunia yang sering bergolak, pada suatu silang dunia.

82 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


Hal ini membawa akibat-akibat yang memaksa bangsa Indonesia
mengambil sikap tegas, wawasan nusantara merupakan
perwujudan sikap tersebut.
Wawasan nusantara ini banyak hal yang menjadi dasar
pemikirannya, adapun dasar pemikiran yang utama ada tiga hal,
yaitu: dasar pemikiran geografis dan geosentris, dasar pemikiran
historis dan yuridis, serta dasar kepentingan nasional.
1. Dasar Geografis dan Geosentris
a. Keadaan Geografis
Keadaan wilayah (geografis) dan penduduk
(demografi) Indonesia sebagai negara terbesar di
Asia Tenggara merupakan negara kepulauan (negara
maritim), dimana kurang lebih 65% terdiri atas lautan,
sedang kurang lebih 35% terdiri atas daratan. Daratan
terdiri atas 17.508 pulau maupun gugusan pulau-pulau
besar dan kecil yang seluruhnya kurang lebih 2.028.087
km². Pulau-pulau yang besar antara lain Sumatera,
Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Irian Jaya (Papua),
dan sekitar 6.044 diantaranya memakai nama. Wilayah
Indonesia seluruhnya adalah kuranglebih 5.193.250 km².
Kepulauan Indonesia bertebaran sebelah menyebelah
khatulistiwa, dengan ketentuan:
1) Panjang wilayah mencakup 1/8 khatulistiwa
2) Jarak terjauh utara - selatan 1.888 Km. Jarak terjauh
barat - timur 5.110 Km.
3) Terletak diantara 06° 08’ Lintang Utara - 11° 15’
Lintang Selatan, dan diantara 94° 45’ - 141° 05’ Bujur
Timur.
4) Jumlah luas keseluruhan daratan pulau-pulau yang
terpenting 1.849.731 km²
5) Luas lautan 2/3 dari seluruh wilayah
6) Persebaran penduduk tidak merata, ada yang padat
(Jawa, Madura, dan Bali) dan ada pula yang sangat
jarang (Irian Jaya).
Kepulauan Indonesia yang terletak sebelah
menyebelah khatulistiwa ini, wilayah bagian barat
adalah daratan lebih menonjol, sedangkan di bagian
timur lautan yang lebih dominan. Di samping itu pada
umumnya wilayah Indonesia adalah subur, kecuali
Kalimantan yang sebagian subur dan sebagian kurang,

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 83


sedangkan Irian Jaya pada umumnya kurang subur,
kecuali daerah dataran tinggi.
Indonesia mempunyai kekayaan alam yang efektif
maupun potensial terutama bahan-bahan vital dan
strategis, diantaranya adalah: minyak bumi, timah, besi,
bauksit, mangaan, batubara. Indonesia sebagai negara
kepulauan, karena terletak di antara dua samudera yaitu
samudera Indonesia dan samudera Pasifik, dan diantara
dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia maka
kepulauan Indonesia ini disebut Nusantara, yaitu nusa
antara dua benua dan dua samudra.
Kepulauan Indonesia dengan semua perairannya
dipandang oleh bangsa Indonesia sebagai suatu kesatuan
utuh yang tidak terpisah-pisah satu pulau dengan pulau
lain. Cara pandang bangsa Indonesia ini telah lama
dihayati, sehingga di dalam menyebut bumi tempat
hidupnya atau tanah tumpah darahnya digunakan
istilah “tanah air”.
Istilah “tanah air” mengadung arti bahwa bangsa
Indonesia tidak pernah memisahkan “tanah” dan
“air”, atau memisahkan antara “daratan” dan “lautan”.
Daratan dan lautan merupakan satu kesatuan utuh
yang menyeluruh, sedangkan laut dianggap sebagai
penghubung bukan sebagai pemisah antara pulau satu
dengan pulau lainnya.
Kepulauan Indonesia yang disebut Nusantara ini
jika diperhatikan maka terlihat :
- Di utara dan selatan adalah benua-benua
- Di timur dan barat adalah samudera-samudera,

Sehingga dapat dikatakan kedudukan Indonesia


terletak pada posisi silang, di tengah-tengah peraturan
lalu lintas kehidupan dunia.
b. Keadaan Geopolitik
Geopolitik (geo = bumi, bahasa Yunani) adalah
politik yang tidak lepas dari pengaruh letak dan kondisi
geografis bumi yang menjadi wilayah hidup. Dalam hal
ini tentu saja manusia yang hidup di atas bumi itulah yang
berperan sebagai penentu terhadap bumi tempatnya
berada. Geopolitik sebenarnya telah dipraktekkan sejak
berabad-abad yang lalu, tetapi pengertiannya baru

84 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


disadari pada abad ke-20. Geopolitik sebagai suatu
istilah adalah singkatan dari Geographical Politic, yang
dicetuskan oleh seorang sarjana ilmu politik Swedia
bernama Rudolph Kjeellen (1864-1922) pada tahun 1900,
dalam rangka mengemukakan suatu sistem politik yang
menyeluruh, meliputi demopolitik, ekonomopolitik,
sosiopolitik, kratopolitik, termasuk juga geopolitik.
Istilah Geopolitik semula dipakai sebagai sinonim
dari Ilmu Bumi Politik (Political Geography) suatu cabang
ilmu bumi yang dikembangkan oleh Frederich Ratzel
(1884-1904). Namun Frederich Ratzel (1887) sendiri
mengemukakan bahwa geopolitik sebagai pelengkap
ilmu bumi politik. Geopolitik dan Ilmu Bumi Politik
pada dasarnya adalah berbeda, Ilmu Bumi Politik
mempelajari fenomena geografi dari aspek politik,
sedang Geopolitik adalah mempelajari fenomena politik
dari aspek geografi. Perbedaannya terletak pada fokus
perhatian dan tekanan di masing-masing bidang studi,
bidang geografi atau politik.
Istilah geopolitik kemudian berubah artinya setelah
dipopulerkan oleh seorang Jerman yang bernama
Karl Haushofer (1869-1946) dengan mengarah ke
ekspansionisme dan rasialisme. Hal ini dapat dilihat dari
rumusan Karl Haushofer. “Geopolitik adalah landasan
ilmiah bagi tindakan politik dalam perjuangan demi
kelangsungan hidup suatu organisasi negara untuk
memperoleh ruang hidupnya (lebensraum)”. Konsep
geopolitik yang dikembangkan oleh Karl Haushofer
mencakup seluruh sistem politik, sejalan dengan
pendapat Kjelien.
Konsep Karl Haushofer tidak dapat diterima
oleh bangsa Indonesia, karena dengan rumusan yang
demikian itu sangat bertentangan denga filsafat hidup
bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Sesuai dengan ajaran
Pancasila, bangsa Indonesia merumuskan gepolitik
sebagai berikut: “Geopolitik adalah pengetahuan
tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
konstelasi geografis suatu negara dengan memanfaatkan
keuntungan letak geografis tersebut untuk kepentingan
penyelenggaraan pemerintahan nasional dan penentuan-
penentuan kebijaksanaan secara ilmiah berdasarkan

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 85


realita yang ada dengan cita-cita bangsa”.
c. Keadaan Geostrategi Indonesia
Keadaan dan letak negara Indonesia pada posisi silang
memberikan pengaruh terhadap segenap kehidupan
bangsa Indonesia. Pengaruh-pengaruh tersebut pada
satu pihak memang menguntungkan, tetapi pada pihak
lain dapat mengundang berbagai bentuk ancaman
atau bahaya dari luar, lebih-lebih posisi silang ini jika
dihubungkan dengan kekayaan alamnya, maka bahaya
ancaman dari luar itu akan lebih besar, oleh karena itu
harus diperhitungkan. Dalam menyusun strategi untuk
menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dalam
bernegara, suatu keharusan bagi bangsa Indonesia
untuk lebih memperhatikan dan memperhitungkan
faktor-faktor yang tidak menguntungkan dan lebih-
lebih juga faktor-faktor yang membahayakan yang akan
menghalang-halangi terwujudnya tujuan nasional.
Dasar penyusunan strategi ini harus berlandaskan
pada ajaran Pancasila sebagai pedoman dan aksioma
hidup bangsa dalam bermasyarakat dan bernegara
yang berkaitan dengan posisi silang sebagai tempat
kelangsungan hidup bangsa, yang kemudian disebut
dengan geostrategi Indonesia. Geostrategi yang
berlandaskan ajaran Pancasila dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Geostrategi adalah kebijaksanaan pelaksanaan
dalam menentukan tujuan dan sarana-sarana serta cara
penggunaan sarana-sarana tersebut guna mencapai tujuan
nasional dengan memanfaatkan konstelasi geografis
negara. Geostrategi merupakan pelaksanaan geopolitik
dalam kebijaksanaan untuk mencapai tujuan nasional.
Geopolitik bagi bangsa Indonesia dikembangkan sesuai
dengan ajaran Pancasila, sehingga tidak mengandung
unsur-unsur ekspansionisme maupun kekerasan.
Geopolitik dan geostrategi Indonesia hanya merupakan
pembenaran dari kepentingan-kepentingan dan cita-
cita nasional. Suatu geopolitik dan geostrategi hanya
akan berdaya guna dan berhasil guna, jika bangsa yang
melaksanakannya memiliki kemampuan-kemampuan
baik statis maupun dinainik di bidang kesejahteraan dan

86 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


keamanan.
Posisi silang negara Indonesia sebagai landasan
geopolitik dan geostrategi Indonesia jika diteliti lebih
jauh, tidak hanya mengenai segi fisik-geografisnya saja,
melainkan posisi silang juga mengenai aspek-aspek
kehidupan sosial, antara lain:
1) Demografi: Penduduk Indonesia antara daerah
yang berpenduduk padat di utara dan daerah yang
berpenduduk jarang di selatan.
2) Ideologi: Ideologi Indonesia terletak antara
komunisme di utara dan liberalisme di selatan.
3) Politik: Demokrasi Pancasila antara demokrasi
rakyat di utara (Asia daratan bagian utara) dan
demokrasi liberal di selatan.
4) Ekonomi: Ekonomi Indonesia antara sistem ekonomi
sosialis di utara dan sistem ekonomi kapitalis di
selatan.
5) Sosial: Masyarakat indonesia antara masyarakat
sosialisme di utara dan masyarakat individualisme
di selatan.
6) Budaya: Kebudayaan Indonesia antara kebudayaan
timur di utara dan kebudayaan barat di selatan.
7) Hankam: Hankam antara sistem pertahanan
kontinental (kekuatan darat) di utara dan sistem
pertahanan maritim di barat, selatan dan timur.
Posisi silang jika dilihat secara “situasional-dinainik”,
dan secara “historis-kulturail” merupakan posisi yang
menimbulkan proses akulturasi, yang menjadikan
bangsa Indonesia sebagaimana dewasa ini, baik rasial,
religi, bahasa, maupun budaya yang serba bhinneka.
Posisi silang dengan segala akibatnya, memaksa bangsa
Indonesia memilih satu diantara dua alternatif, yaitu:
1) Membiarkan diri terus menerus menjadi objek
lalu lintas kekuatan-kekuatan dan pengaruh-
pengaruh luar, dengan setiap kali menyandarkan
dan menggantungkan diri kepada kekuatan yang
terbesar pada suatu waktu.
2) Turut serta mengatur lalu lintas kekuatan-kekuatan
atau pengaruh-pengaruh luar tersebut dengan ikut
berperan aktif sebagai subjek.
Dari kedua alternative ini, bangsa Indonesia

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 87


menentukan sikap memilih yang kedua, sehingga
menuntut kemampuan bangsa Indonesia menciptakan
kekuatan sentrifugal. Kuncinya ialah kemampuan untuk
mengubah pengaruh dan kekuatan dari luar menjadi
kekuatan nasional yang dikendalikan dan digunakan
sebagai kekuatan sentrifugal. Kekuatan yang dimaksud
di sini ialah kekuatan yang berisikan sifat-sifat fisik dan
mental yang tidak ekspansif. Pengaruh-pengaruh buruk
akibat posisi silang dapat segera menimbulkan bentuk-
bentuk ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan
yang mungkin membahayakan kesatuan dan persatuan
bangsa Indonesia. Pengaruh tersebut dapat berasal dari
dalam dan luar langsung maupun tidak langsung.
Untuk menghadapi, mengatasi dan menguasai
semua hambatan, tantangan, ancaman, dan gangguan
tersebut, maka mutlak diperlukan adanya suatu konsepsi
ketahanan nasional yang berlandaskan pada sifat-sifat
khas dan kepribadian bangsa sebagai perwujudan
jiwa bangsa. Sifat-sifat khas dan kepribadian bangsa,
dirumuskan dalam bentuk cara pandang bangsa
Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan
ideologi Pancasila, sebagai aspirasi bangsa Indonesia
yang merdeka, berdaulat dan bermartabat di tengah-
tengah lingkungannya yang menjiwai segenap tindak
kebjikasanaannya dalam daya upaya mencapai tujuan
nasional.
Berdasarkan pemikiran geostrategi Indonesia yang
dilandasi geografi dan geopolitik ini dapat disimpulkan
bahwa konsep wawasan nusantara mutlak perlu
dirumuskan untuk melandasi konsep ketahanan nasional
dalam menghadapi ancaman, tantangan, hambatan, dan
gangguan, baik langsung maupun tidak langsung, dari
dalam maupun dari luar.
Dasar Pemikiran Historis dan Yuridis Formal
Dasar pemikiran secara historis dan yuridis dalam
perkembangan wawasan nusantara pada dasarnya ada dua
bagian, pertama tentang proses gagasan wawasan nusantara,
dan yang kedua tentang hukum laut sebagai suatu aspek
wawasan nusantara. Dalam uraian historis dan yuridis dua
bagian tersebut tidak dipisahkan akan tetapi merupakan

88 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


kesatuan.
Gagasan wawasan nusantara berpangkal tolak dari
pengertian Archipelago yang menurut Hukum Internasional
berarti lautan prinsip, negara kepulauan, yang kemudian
dikaitkan dengan cita-cita proklamsi, filsafat bangsa dan
negara Indonesia, dan kepentingan-kepentingan nasional,
dan terutama sekali berlandaskan pada pokok pikiran
pertama dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
yaitu negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas
perstuan, yang akhirnya timbul menjadi gagasan wawasan
nusantara.
Dalam rangka mendalami, menghayati dan
mengamalkan gagasan wawasan nusantara maka perlu
dipahami terlebih dahulu tentang pengertian kenusantaraan.
Pengertian kenusantaraan (Archipelago) sesuai asas-asasnya
dapat dipahami juga bahwa nusantara atau negara kepulauan
ialah:
a. Suatu kesatuan utuh wilayah, yang batas-batasnya
ditentukan oleh laut dan di dalamnya terdapat pulau-
pulau serta gugusan pulau-pulau.
b. Gugusan pulau-pulau dengan perairan diantaranya
sebagai kesatuan utuh, dengan unsur air sebagai
penghubungnya.
Dasar-dasar perjanjian internasional mengenai gugusan
kepulauan nusantara Indonesia antara lain.
a. Ordonasi Tahun 1939
Secara historis gagasan nusantara dapat dimulai
sejak proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang
masih mengikuti Ordonansi tahun 1939. Dalam Undang-
Undang Dasar 1945 tidak menentukan batas-batas
wilayah Republik Indonesia. Di dalam Pembukaan UUD
1945 hanya tercantum “Segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia”. Dengan demikian
ketentuan Ordonasi tahun 1939 (Territoriale Zee en
Maritime Kringen Ordonnantie 1939) tentang batas-batas
laut wilayah masih berlaku, yaitu lebar laut wilayah
Republik Indonesia adalah 3 nil diukur dari garis air
rendah di pantai masing-masing pulau Indonesia.
Tata kelautan menurut Ordonansi 1939 mengikuti
asas pulau dari pulau. Asas ini membentuk Indonesia

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 89


menjadi pulau-pulau yang masing-masing dibatasi oleh
laut wilayahnya selebar 3 mil di ukur dari pantai pada
waktu surut. Dengan demikian, jika jarak antara pulau
dengan pulau lebih dari 6 mil, maka di luar laut-laut
wilayah ini akan terdapat jalur laut bebas dan di atasnya
jalur udara bebas. Jalur bebas ini, termasuk kekayaan
alamnya, dapat dimanfaatkan secara bebas pula oleh
negara manapun. Asas tersebut sesuai dengan Hukum
Laut Internasional yang berlaku sampai tahun 1951.
Dilihat dari segala aspek kehidupan nasional,
diantaranya aspek hankamnas, ekonomi dan sosial,
tata kelautan ini sangat tidak menguntungkan bangsa
dan negara Indonesia, dapat dibayangkan betapa
mudahnya armada negara-negara asing memasuki
dan memanfaatkan jalur bebas itu untuk berbagai
kepentingannya dan juga tempat persaingan antara
negara-negara dalam mengambil dan memanfaatkan
kekayaan alam dari jalur tersebut.
b. Deklarasi Juanda 1957
Menjelang tahun 1957 ketentuan Ordonansi tersebut
terasa sekali tidak memadai lagi untuk memelihara
kepentingan dan keutuhan vital Indonesia, baik di
bidang politik, ekonomi, maupun hankam. Sehingga
berdasarkan pertimbangan kesejahteraan dan keamanan
untuk menjamin kepentingan nasional negara Indonesia,
Pemerintah Indonesia pada tanggal 13 Desember
1957 mengeluarkan pengumuman mengenai wilayah
perairan Republik Indonesia yang kemudian terkenal
sebagai Deklarasi Juanda yang menyatakan:
1) Segala perairan di sekitar, di antara dan yang
menghubungkan pulau-pulau atau bagian pulau-
pulau yang termasuk daratan negara Republik
Indonesia dengan tidak memandang luas atau
lebarnya adalah bagian-bagian yang wajar dari
wilayah daratan negara Republik Indonesia, dan
merupakan bagian dari perairan nasional yang
berada di bawah kedaulatan mutlak negara Republik
Indonesia. Dari pernyataan Deklarasi Juanda ini
kemudian ditentukan juga bahwa:

90 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


2) Batas lautan territorial lebarnya 12 mil diukur dari
garis yang menghubungkan titik-titik ujung terluar
pada pulau-pulau Negara Indonesia.
Ketentuan dalam Deklarasi Juanda ini lebar laut
wilayah Indonesia menjadi 12 nil, lebar tersebut diukur
dari garis-garis dasar yang menghubungkan titik terluar
dari pulau-pulau terluar dalam wilayah Republik
Indonesia, yang selanjutnya disebut dengan antar titik
atau teori titik ke titik (point to point theory).
Teori antar titik dengan jelas menegaskan:
membentuk garis dasar wilayah Republik Indonesia
dengan menarik garis lurus antar titik terluar pulau-
pulau terluar Indonesia. Lautan di sebelah dalam garis
dasar tersebut merupakan perairan wilayah Indonesia
dan berada di bawah kedaulatan mutlak negara
Republik Indonesia. Asas nusantara yang diterapkan
ini memasukkan kepulauan Indonesia ke dalam satu
kesatuan yang utuh menyeluruh.
Teori antar titik ini didasarkan atas yurisprudensi
keputusan Mahkamah Internasional tahun 1951,
sehubungan dengan sengketa perikanan antara Inggris
dan Norwegia (Anglo Norwegian Fisheries Case), dan
diterapkan pada konsep kenusantaraan (archipelago).
Konsep ini kemudian berkembang menjadi wawasan
nusantara yang dimaksudkan untuk menjamin keutuhan
wilayah nasional dan memandang nusantara sebagai
suatu kesatuan yang bulat.
Pengumuman pemerintah tanggal 13 Desember 1957
dibawa ke Koferensi Hukum Laut PBB 1 tahun 1958.
Kebanyakan delegasi dari negara-negara lain kurang
dapat memahami permasalahan dan argumentasi
Indonesia, karena masalahnya memang baru. Kemudian
pengumuman pemerintah tersebut dituangkan ke
dalam Peraturan Pemerintah Undang-Undang (PERPU)
Nomor 4/PrP/1960 tentang Perairan Indonesia tanggal
18 Pebruari 1960, supaya mempunyai dasar hukum yang
kuat. Berdasarkan PERPU Nomor 4 tahun 1960 tersebut,
luas wilayah negara Indonesia menjadi 5.193.250 km²,
dengan perincian sebagai berikut: luas daratan 2.027.087
km², dan luas perairan nasional menjadi 3.166.163 km².

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 91


c. Landas Kontinent Indonesia 1969
Bangsa Indonesia dalam usaha meningkatkan
perjuangan untuk pengakuan gagasan wawasan
nusantara sebagai manifestasi semangat persatuan
dan kesatuan dalam Pancasila, Pemerintah Indonesia
pada tanggal 17 Pebruari 1969 mengeluarkan lagi
Pengumuman pemerintah ini merupakan perluasan
konsep Nusantara tahun 1957 yang perbedaannya
sebagai berikut:
1) Konsep Nusantara tahun 1957 merupakan konsep
kewilayahan nasional.
2) Konsep Nusantara tahun 1969 lebih banyak sebagai
konsep politik dan ketatanegaraan, yang didasarkan
atas konsep kewilayahan nasional tahun 1957.
Pengumuman Pemerintah Indonesia tanggal 17
Pebruari 1969 tentang landas kontinen Indonesia sampai
kedalaman laut 200m, yang memuat pokok-pokok
sebagai berikut:
1) Segala sumber kekayaan alam yang terdapat dalam
landasan kontinen Indonesia adalah milik ekslusif
negara Republik Indonesia.
2) Pemerintah Indonesia bersedia menyelesaikan soal
garis batas landas kontinen dengan negara-negara
tetangga melalui perundingan.
3) Jika tidak ada perjanjian garis batas, maka batas
landas kontinen Indonesia adalah suatu garis
yang ditarik ditengah-tengah antara pulau terluar
inonesia dengan titik luar wilayah negara tetangga.
4) Ketentuan-ketentuan di atas tidak akan
mempengaruhi sifat serta status dari perairan di
atas landas kontinen Indonesia sebagai laut lepas,
demikian juga ruang udara diatasnya.
Pengumuman Pemerintah Republik Indonesia
tersebut sesuai dengan kebiasaan praktek negara dan
dibenarkan pula oleh Hukum Internasional bahwa suatu
negara pantai mempunyai penguasaan dan yuridiksi
yang ekslusif atas kekayaan inineral dan kekayaan
lainnya dalam dasar laut dan tanah di dalamnya di
landasan kontinen.

92 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


d. Perjanian dengan Negara Tetangga
Sehubungan dengan pengumuman tersebut
Pemerintah Indonesia merasa penting untuk
menyelesaikan soal-soal garis landas kontinen negara
tetangga sebelum ditemukan deposit (endapan mineral)
agar penyelesaiannya lebih mudah. Penandatanganan
perjanjian dengan negara tetangga dilaksanakan sebagai
berikut :
1) Perjanjian Republik Indonesia dengan Malaysia,
tentang Penetapan Garis Batas Landas Kontinen
kedua negara, di Selat Malaka dan Laut Cina Selatan,
ditandatangani pada tanggal 27 Oktober 1969, mulai
berlaku tanggal 7 November 1969.
2) Perjanjian Republik Indonesia dengan Thailand,
tentang Landas Kontinen Selat Malaka bagian utara
dan Laut Andaman, ditandatangani tanggal 17
Desember 1971, dan berlaku mulai tanggal 7 April
1972.
3) Persetujuan Republik Indonesia dengan Malaysia
dan Thailand, mengenai landas kontinen bagian
utara, tanggal 21 Desember 1971 dan berlaku tanggal
16 Juli 1973.
4) Persetujuan Republik Indonesia dengan Australia,
tentang penetapan atas batas dasar laut tertentu, di
Laut Arafuru, di depan pantai selatan Pulau Irian,
dan di depan pantai utara Irian, tanggal 18 Mei 1971
dan berlaku mulai tanggal 19 November 1973.
5) Persetujuan Republik Indonesia dengan Australia,
tentang penetapan batas-batas dasar laut tertentu,
di daerah Laut Timor dan laut Arafuru sebagai
tambahan pada persetujuan tanggal 18 Mei 1971
tanggal 9 Oktober 1972.
6) Persetujuan Republik Indonesia dengan India,
tentang penetapan garis batas landas kontinen
antara kedua negara, yaitu batas antara Sumatera
dan Nikobar, ditandatangani dan mulai berlaku
tanggal 8 Agustus 1974.
Persetujuan batas kontinen dengan negara tetangga
di atas telah menguatkan pendirian bahwa negara
Republik Indonesia mempunyai kedaulatan atas
kekayaan alam di landas kontinen seluas sekitar 800.000

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 93


inil² atau sekitar 2.072.000 km². Indonesia mempunyai
penguasaan penuh dan hak ekslusif atas kekayaan alam
di landas kontinen Indonesia, pemiliknya ada pada
negara Indonesia. Selanjutnya pengumuman Pemerintah
tentang landasan kontinen tahun 1969 supaya lebih kuat
kedudukan hukumnya, dikukuhkan dengan Undang-
Undang No. 1 tahun 1973 tentang Landas Kontinen
Indonesia.
Perjanjian Garis batas Laut dan Perbatasan
Disamping persetujuan mengenai garis batas landas
kontinen, pemerintah Republik Indonesia telah mengadakan
pula perjanjian garis batas laut wilayah dan perjanjian
perbatasan (meliputi perbatasan darat dan laut) dengan
negara tetangga sebagai berikut:
a. Perjanjian antara Republik Indonesia dan Malaysia,
tentang penetapan garis batas laut Wilayah kedua
Negara di Selat Malaka, ditandatangani pada tanggal 17
Maret 1970.
b. Perjanjian antara Republik Indonesia dan Republik
Singapura, tentang penetapan garis batas laut Wilayah
kedua negara di Selat Singapura, ditandatangani tanggal
25 Mei 1973.
c. Perjanjian antara Republik Indonesia dan Australia
mengenai Garis-garis Batas tertentu antara Papua New
Guinea, ditandatangani tanggal 12 Pebruari 1973.
Zona Ekonomi Ekslusif
Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan semangat
persatuan dan kesatuan wilayah nusantara, pada tahun 1980
mengeluarkan pengumuman tentang Zona Ekonomi Ekslusif
Indonesia (ZEEI), tanggal 21 Maret 1980 yang menyatakan
bahwa Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia selebar 200 ini
diukur dari garis pengkal wilayah laut negara Indonesia.
Pengumuman Pemerintah ini mempunyai akibat yang
sangat luas, baik bagi Indonesia maupun negara-negara lain
yang bersangkutan. Bagi negara indoneisa, pengumuman
tersebut akan menambah luas wilayah laut yang berada di
bawah yurisdiksi nasional Indonesia dengan lebih dari dua
kali luas wilayah laut berdasarkan PERPU Nomor 4 Tahun
1960 tentang perairan Indonesia.

94 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


Pengumuman Pemerintah tentang ZEEI ini dilakukan
berdasarkan beberapa pertimbangan, yang menurut
perkiraan, pada tahun 2000 penduduk dunia akan berlipat
jumlahnya sehingga kebutuhan akan meningkat. Sedangkan
hasil perikanan tidak mencukupi. Sebagai negara pantai
yang masih berkembang, negara Indonesia merasa perlu
melindungi sumber-sumber daya hayati maupun non hayati
yang berada di luar wilayahnya, untuk menjamin kebutuhan
bangsa Indonesia pada masa yang akan dating. Dan dasar
pertimbangan ini terutama didorong oleh faktor-faktor
sebagai berikut:
a. Semakin terbatasnya Persediaan Ikan
Pada tahun 2000 permintaan dunia akan ikan untuk
bahan makanan akan meningkat, karena bertambahnya
jumlah penduduk dunia. Sedangkan hasil perikanan
dunia akan berada di bawah tingkat permintaan.
Mengingat perikanan tersebut bangsa Indonesia
merasakan sangat mendesaknya kebutuhan untuk
melindungi sumber-sumber daya hayati yang berada di
laut. Perlindungan semacam itu hanya dapat diberikan
secara efektif dengan mengumumkan Zona Ekonomi
Ekslusif Indonesia.
b. Pembangunan Nasional Indonesia
Dalam rangka usaha pembangunan, sumber
daya alam yang terdapat di laut sampai ke batas 200
inil dan garis-garis pangkal, dasar lautnya dan tanah
di bawahnya dapat dimanfaatkan bagi peningkatan
kesejahteraan bangsa, sehingga hanyalah dilindungi
dan dikelola dengan cara yang tepat. Sumber-sumber
ini merupakan suatu modal dasar pembangunan guna
mencari kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia di semua
bidang kehidupan nasional sesuai dengan Undang-
Undang Dasar 1945.
Zona Ekonomi Ekslusif sebagai rezim hukum internasional
Sampai saat ini telah ada sebanyak kurang lebih 90
negara yang telah mengeluarkan pernyataan tentang Zona
Ekonomi Ekslusif ataupun Zona Perikanan yang lebarnya 200
inil. Kenyataan menunjukkan praktek negara yang konsisten
sehingga ada konvenrisi ataupun tidak ada konvensi hukum
laut yang baru, Zona Ekonomi Ekslusif telah menjadi bagian

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 95


dan hukum internasional kebiasaan.
a. Konverensi Hukum Laut 1982
Melalui konferensi PBB tentang Hukum Laut
Internasional yang ke III di New York tanggal 30 April
1982, pokok-pokok asas negara kepulauan diakui dan
dicantumkan dalam UNCLOS 1982 (United Nation
Convention on the Law of the Sea) atau Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut yang
sering disebut Konvensi Hukum Laut Internasional,
memberikan perluasan yunisdiksi negara-negara pantai
di lautan bebas.
Dan kemudian ditandatangani di Teluk Montego,
Jamaica, pada tanggal 10 Desember 1982 oleh 117
negara peserta termasuk Indonesia (kecuali Amerika
dan 3 negara lainnya), yang antara lain mengakui asas
negara kepulauan (Archipelagic State Principle) dan
menerima asas Zona Ekonomi Ekslusif. Hal yang sangat
menguntungkan Indonesia dan konvensi tersebut
ialah diterimanya asas nusantara sebagai asas hukum
internasional. Hasil konvensi tersebut disahkan pada
bulan Agustus 1983 dalam seminar Konvensi Hukum
Laut Internasional di New York.
Dengan dasar diterimanya asas nusantara sebagai
asas hukum internasional, maka sahlah rumusan “Negara
Republik Indonesia adalah satu kesatuan wilayah laut
yang di dalamnya terhampar 17.508 buah pulau besar
dan kecil sebagai satu kewilayahan darat dan dinaungi
oleh satu kesatuan wilayah udara”.
Demikian juga sebagai kelanjutan diterimanya asas
nusantara sebagai asas hukum internasional untuk negara
Indonesia, maka Pengumuman Pemerintah tentang ZEEI
supaya kuat kedudukannya dalam hukum Indonesia
disahkan dengan Undang-Undang Republik Indonesia
No. 5 tahun 1983, tanggal 18 Oktober 1983. Hal ini berarti
bahwa segala sumber hayati maupun non hayati yang
terdapat di bawah permukaan laut, di dasar laut, dan
di bawah laut, menjadi hak ekslusif negara Republik
Indonesia. Akibat ketentuan tersebut, penangkapan ikan
oleh kapal-kapal asing menjadi terbatas daerahnya, dan
segala kegiatan penelitian, eksplorasi dan eksploatasi
harus memperoleh izin Pemerintah Republik Indonesia.

96 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


Indonesia meratifikasi UNCLOS 1982 tersebut
melalui Undang-undang Nomor 17 tahun 1985 pada
tanggal 31 Desember 1985. Dan sejak tanggal 16
November 1993 UNCLOS 1982 telah diratifikasi oleh 60
negara dan menjadi hukum positif sejak 16 November
1994. Perjuangan bangsa Indonesia dalam menyatukan
wilayah nusantara di forum internasional memerlukan
waktu selama dua puluh lima tahun. Hal ini karena yang
menjadi soal utama dalam hukum laut internasional
adalah : Apakah laut dapat dimiliki oleh suatu negara
atau tidak. Selama ini, sejarah hukum laut intenasional
mengenal pertarungan antara dua konsepsi pokok, yaitu:
1) Res Nuflius, yang menyatakan bahwa laut itu tidak
ada yang mempunyainya, dan karena itu dapat
diambil dan dimiliki oleh masing-masing negara.
2) Res Communis, yang menyatakan bahwa laut itu
adalah milik masyarakat dunia, dan karena itu tidak
dapat diambil atau dimiliki oleh masing-masing
negara.
Dasar Pemikiran Berdasarkan Kepentingan Nasional
a. Kedaulatan dalam Ruang Udara
Sehubungan dengan perkembangan konsep
wawasan nusantara atas dasar pemikiran historis dan
yuridis formal khusus tentang konsep kewilayahan,
perlu dibahas pula mengenal kedaulatan negara atas
ruang udara. Konsep tentang ruang udara ini ada dua
teori dasar, yaitu : (1) Teori udara bebas, dan (2) Teori
kedaulatan negara.
1) Teori Udara Bebas
Teori udara bebas (The Air Freedom Theory)
menyatakan bahwa udara bersifat bebas, oleh karena
itu tidak dimiliki oleh negara tertentu. Pengikut teori
udara bebas ini terbagi menjadi dua kelompok aliran
yaitu:
a) Kebebasan ruang udara tanpa batas. Ruang
udara adalah bebas, dapat digunakan oleh siapa
pun juga, tidak ada negara yang mempunyai
hak dan kedaulatan di ruang udara.

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 97


b) Kebebasan ruang udara terbatas:
- Negara kolong (negara bawah) berhak
mengambil tindakan tertentu untuk
memelihara keamanan dan keselamatannya.
- Penganut aliran ini (pada pertemuan di
Gent-Belgia 1906), memutuskan bahwa
ruang udara adalah bebas, negara hanya
dapat mengatur segala sesuatu yang
berhubungan dengan kelangsungan
hidupnya.
- Kebebasan ruang udara dengan penetapan
wilayah di daerah mana hak-hak tertentu
dapat dilaksankan.
2) Teori Kedaulatan Udara
Teori kedaulatan negara di udara (The Air
Souvereignity Theory) menyatakan bahwa negara
berdaulat atas ruang di atas wilayah negara.
Pengikut teori kedaulatan udara ini terkelompok
dalam beberapa pendapat:
- Negara kolong berdaulat penuh, hanya dibatasi
oleh ketinggian tertentu di ruang udara.
- Negara kolong berdaulat penuh, tetapi dibatasi
oleh hak lintas damai bagi pesawat negara asing.
- Negara kolong berdaulat penuh tanpa batas ke
atas
b. Jarak dan Batas Ruang Udara
Konvensi Chicago tahun 1994 menetapkan
tentang pengertian ruang udara sebagai jalur ruang
udara di atmosfer yang berisikan cukup udara yang
memungkinkan pesawat udara dapat bergerak. Jarak
keinggian kedaulatan negara di atmosfer ditentukan
oleh kesanggupan pesawat udara mencapai ketinggan.
Dengan demikian, batas tersebut berubah sesuai dengan
kemajuan teknologi.
Dalam teori kedaulatan negara di udara perlu juga
diketahui khusus yang berhubungan dengan teori
kedaulatan suatu negara terbatas, yaitu :
1) Teori Keamanan. Teori keamanan menyatakan
bahwa suatu negara mempunyai kedaulatan atas
wilayah udaranya sampai yang diperlukan untuk

98 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


menjaga keamananya. Fauchille yang menganut
teori ini mula-mula menyatakan bahwa ketinggian
1.500 meter (1901) tetapi kemudian diturunkannya
menjadi 500 meter (1910).
2) Teori Pengusaan. Pada tahun 1951 Cooper telah
mengajukan teorinya yang menyatakan bahwa
kedaulatan negara ditentukan oleh kemampuan
negara yang bersangkutan untuk menguasai ruang
udara yang ada di atas wilayahnya secara fisik dan
ilmiah.
3) Teori Ruang Udara. Teori udara Schachter
menyatakan bahwa wilayah udara itu haruslah
sampai suatu ketinggian dimana udara masih
cukup mampu mengangkat atau mengapungkan
balon dan pesawat udara. Pada saat ini ketinggian
tersebut berada di sekitar 30 mil dari permukaan
bumi.
Sehubungan dengan kedaulatan negara di ruang
udara, maka bagaimana cara menarik garis batas ruang
udara tersebut. Hal ini ada dua cara, yaitu :
1) Menarik garis lurus pusat bumi ke batas wilayah
negara ke arah angkasa, yang mengakibatkan
bahwa wilayah udara lebih luas dari wilayah darat
dan laut.
2) Menarik garis tegak lurus dan perbatasan wilayah
negara ke angkasa, yang berarti ada kantong-
kantong udara bebas mengingat bentuk bumi yang
bulat.
c. Kedaulatan Ruang Udara Republik Indonesia
Berdasarkan teori-teori kedaulatan negara di ruang
udara, bangsa Indonesia menentukan bahwa batas
atas wilayah kedaulatan ruang udara untuk Indonesia
mengikuti sistem cerobong,
Yaitu: “Batas wilayah udara ditarik vertikal dan
batas wilayah ke bawah dan ke atas”.
Sistem ini untuk melindungi wilayah Indonesia
dan gangguan pesawat lain di ruang udara, yang dapat
menganggu keamanan wilayah nusantara. Dengan
tuntutan lebar wilayah nusantara. Dengan tuntutan
lebar wilayah Laut sampai 200 mil dapat menyatukan

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 99


wilayah Indonesia yang dinaungi wilayah udara yang
sangat luas.
Wilayah Republik Indonesia berdasarkan uraian
di atas terdiri atas tiga dimensi, yakni wilayah daratan,
wilayah perairan, dan wilayah udara. Wilayah di darat
dan di laut persoalan hukumnya sudah selesai, sedang
tuntutan bangsa Indonesia mengenai wilayah negara di
udara masih perlu diperjuangkan di forum intenasional
ketentuan hukumnya.
Akhirnya dengan waktu selama dua puluh lima
tahun, konsep wilayah yang menyeluruh, yang sesuai
dengan Wawasan Nusantara dilengkapi dengan wilayah
di ruang udara di mana Orbit Geo Stasioner sejauh 36.000
km, dinyatakan sebagai wilayah Republik Indonesia,
berdasarkan Penjelasan pasal 30 Undang-Undang No.
20 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia.
2. Kepentingan Nasional
Wawasan nusantara dalam wujudnya akan merupakan
sebagai suatu gejala sosial yang bergerak untuk
menyelenggarakan dan menjamin kelangsungan hidup
seluruh bangsa dan negara Indonesia, atau dengan kata lain
menyelenggarakan dan menjamin kepentingan nasional.
Membahas tentang kepentingan nasional berarti mengenal
serta memperhatikan segala apa yang menjadi syarat dan
prasyarat yang diperlukan untuk dapat mewujudkan tujuan
nasional. Dengan demikian kepentingan nasional merupakan
suatu sarana untuk menentukan prasyarat yang diperlukan
guna mencapai tujuan nasional. Dapat juga dinyatakan
secara singkat kepentingan nasional adalah sarana untuk
mewujudkan tujuan nasional, dan sekaligus merupakan
bagian idaman nasional.
Tujuan nasional secara jelas telah dirumuskan dalam
Pembukaan UUD 1945 alenia ke-4, yaitu untuk mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang sesuai
dengan tujuan Pancasila, dan yang didasari oleh tujuan
negara, baik tujuan yang berhubungan dengan kesatuan
bangsa, yaitu melindungi bangsa dan wilayahnya serta
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa, maupun tujuan yang berhubungan

100 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


dengan kehidupan sesama bangsa, yaitu ikut melaksanakan
ketertiban dunia dengan dasar kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.
Kepentingan nasional yang mengarah ke tujuan nasional
berhubungan dengan kelangsungan hidup bangsa indonesia
dalam bernegara. Kepentingan nasional identik dengan
cita-cita untuk mengisi kemerdekaan, sebagaimana yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 alenia kedua,
yaitu : bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Dengan bekal
bersatu untuk mewujudkan masyarakat adil makmur harus
berdaulat dengan sistem kerakyatan dan permusyawaratan
perwakilan, yang kemudian diisi dengan pembangunan.
Dengan demikian kepentingan nasional adalah
pembangunan nasional, dan pembangunan nasional adalah
untuk mewujudkan tujuan nasional dan idaman nasional
serta mewujudkan cita-cita nasional, demi kelangsungan
hidup bangsa.
Kelangsungan hidup adalah unsur yang pokok
dalamkehidupan berbangsa dan bernegara. Bagi bangsa
indonesia sebgai suatu bangsa yang bernegara, untuk
menyelenggrakan dan menjamin kelangsungan hidup
harus dipandang secara keseluruhan utuh meyeluruh
sesuai dengan semangat Pancasila. Hal ini berarti bahwa
Indonesia dalam bernegara perlu menyelenggarakan dan
menjamin kepentingan nasional untuk mencapai tujuan
nasional atau dengan rumusan lain, bangsa indonesia secara
nasional mempunyai cara pandang yang menyeluruh untuk
menyelenggarakan dan menjamin kelangsungan hidup
seluruh rakyat dan negaranya. Cara pandang atau wawasan
yang demikian adalah cara pandang nasional indonesia, yaitu
wawasan nusantara yang merupakan cerminan Pancasila.
Sehingga gagasan wawasan nusantara adalah suatu gagasan
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dalam bernegara yang
mutlak perlu sebagai pedoman dan landasan perjuangan
untuk mengarah ke tercapainya tujuan nasional dan cita-cita
nasional demi kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Dengan dasar pemikiran kepentingan nasional untuk
mewujudkan tujuan nasional demi kelangsungan hidup
bangsa, maka mutlak perlu disusun dan dikembangkan
konsep wawasan nusantara sebagai wawasan tujuan
pembangunan. Sehingga dapat juga dinyatakan secara

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 101


singkat bahwa dalam pembangunan nasional mutlak perlu
adanya wawasan nusantara sebagai wawasan pembangunan
nasional Indonesia.

102 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


BAB VIII
KETAHANAN NASIONAL

Kompetensi Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan
mengerti, memahami, dan menerapkan konsep Pertahanan
Keamanan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

Indikator Pencapaian Kompetensi Pembelajaram


Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat:
 Menjelaskan pengertian ketahanan nasional.
 Menjelaskan aspek-aspek alamiah dan sosial ketahanan-
ketahanan nasional.
 Menjelaskan hubungan antar gatra dalam trigatra.
 Menjelaskan hubungan antara trigatra dan pancagatra.
 Menerangkan hubungan ketahanan nasional dengan
Wawasan Nusantara.

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 103


A. Konsep Ketahanan Nasional
1. Arti Ketahanan Nasional
Perkataan atau istilah ketahanan nasional mulai dikenal
dan dipergunakan pada permulaan tahun enam puluhan.
Sejak awal tahun 1962 terlihat adanya usaha yang secara
khusus diselenggarakan untuk memperkembangkan pola
gagasan ketahanan nasional. Sejak diresmikan pada tahun
1965, Lemhannas (Lembaga Pertahanan Nasional) selalu
berusaha untuk mempopulerkan dan menyempurnakan
konsep dan substansi ketahanan nasional. Pada waktu itu
Lemhannas telah berhasil merumuskan suatu konsepsi
ketahanan nasional yang bersifat ilmiah.
Ketahanan berasal dari asal kata tahan yang berarti :
a. Tahun penderitaan, tabah, kuat
b. Dapat menguasai diri;
c. Tidak kenal menyerah.
Dari kata tahan ini terbentuklah kata ketahanan nasional
yang berarti :
a. Perihal tahan (kuat);
b. Keteguhan hati;
c. Ketabahan.
2. Apa yang dimaksud dengan Ketahanan Nasional?
Ketahanan nasional adalah: perihal tahan (kuat);
keteguhan hati; ketabahan dalam rangka kesadaran.
Sedangkan pengertian nasional (bangsa yang telah menegara)
tersimpul paham bahwa penduduk dari suatu wilayah
tertentu yang telah mempunyai pemerintahan nasional dan
berdaulat. Dengan demikian istilah nasional itu tidak hanya
mencakup pengertian bangsa atau suatu wilayah semata-
mata, tetapi lebih menunjukkan makna sebagai “kesatuan
dan persatuan kepentingan bangsa yang telah menegara.
Demikianlah, maka dalam istilah ketahanan nasional itu
tersimpul pengertian: “Perihal tahan (kuat), keteguhan
hati, ketabahan dari kesatuan dalam memperjuangkan
kepentingan nasional suatu bangsa yang telah menegara.
Ketahanan nasional merupakan kondisi dinamik suatu
bangsa, berisi keuletan dan ketangguhan, yang mengandung
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, di dalam
menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman,
hambatan, serta gangguan baik yang datang dari luar

104 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


maupun dari dalam yang langsung maupun tidak langsung
membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup
bangsa dan negara serta perjuangan mengejar tujuan
perjuangan nasionalnya.
Kondisi atau keadaan selalu berkembang serta bahaya
dan tantangan-tantangan selalu berubah, maka (ketahanan
nasional juga harus dikembangkan dan dibina agar memadai
dengan perkembangan keadaan. Jadi, ketahanan nasional
adalah dinamis bukan statis. Ketahanan nasional adalah
tingkat keadaan keuletan dan ketangguhan bangsa dalam
menghimpun dan mengerahkan seluruh kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional yang ada sehingga
merupakan kekuatan nasional yang mampu dan sanggup
menghadapi segala ancaman. Tantangan hambatan dan
gangguan terhadap keutuhan maupun kepribadian bangsa
dalam mempertahankan kehidupan dan kelangsungan cita-
citanya.
3. Pengertian beberapa Istilah
Dalam mempelajari konsep ketahanan nasional tersebut
di atas supaya dapat dipahami dengan baik, perlu dijelaskan
beberapa istilah yang dipergunakan.
a. Keuletan ialah usaha terus menerus secara giat dengan
kemauan yang keras di dalam menggunakan segala
kemampuan dan kecakapan untuk mencapai tujuan atau
cita-cita.
b. Ketangguhan adalah kekuatan yang menyebabkan
seseorang mampu bertahan, kuat menderita, atau kuat
menanggulangi beban.
c. Integritas, ialah kesatuan yang menyeluruh di dalam
kehidupan nasional suatu bangsa baik sosial, alamiah
potensial, maupun fungsional
d. Identitas, ialah ialah ciri khas suatu bangsa dilihat
secara keseluruhan yang mencakup wilayah negara,
penduduk, sejarah, pemerintah, dan tujuan nasionalnya,
serta peranannya di dunia internasional.
e. Tantangan merupakan suatu hal atau usaha yang
bertujuan atau bersifat menggungah kemampuan.
f. Ancaman, ialah suatu hal atau usaha yang bersifat
mengubah atau merombak kebijaksanaan yang
dilakukan secara konsepsional, kriminal, serta politik.

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 105


g. Hambatan merupakan suatu hal atau usaha berasal dari
diri sendiri yang bersifat atau bertujuan melemahkan
atau menghalangi secara konsepsional.
h. Gangguan ialah suatu hal atau usaha berasal dari yang
bersifat atau bertujuan melemahkan atau menghalangi
secara konsepsional.

B. Aspek Alamiah dan Sosial Ketahanan nasional


Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang maha
tertinggi, manusia tidak tidak hanya memiliki wujud, kehidupan
naluri, malainkan juga dapat berpikir dan berbahasa. Dengan
kemampuan tersebut, agar dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya, manusia hidup berkelompok, melengkapi dirinya
dengan peralatan penolong, serta menempati suatu daerah
dan menguasainya. Dengan kata lain, kemampuan berpikir
dan berbahasa itu memungkinkan manusia menjadi makhluk
berbudaya. Sebagai makhluk berbudaya, manusia mengadakan
berbagai hubungan dengan lingkungannya yang mewujudkan
berbagai bidang kehidupan nasional, diantaranya adalah :
1. Hubungan manusia dengan Tuhan terwujud dalam bentuk
agama dan kepercayaaan.
2. Hubungan manusia dengan manusia yang terwujud dalam
hubungan sosial.
3. Hubungan manusia dengan alam sekitarnya terwujud dalam
ilmu danteknologi.
4. Hubungan manusia dengan kebutuhannya yang terwujud
dalam ekonomi.
5. Hubungan manusia dengan rasa aman terwujud dalam
usaha pertahanan dankeamanan.
6. Hubungan manusia dengan negara terwujud dalam bentuk
politik.
7. Hubungan manusia dengan cita-cita terwujud dalam bentuk
ideologi.
Keseluruhan hubungan itu merupakan bidang kehidupan
manusia yang diselenggarakan dengan memanfaatkan
kekayaan alam yang dapat diperolehnya dengan menggunakan
kemampuan yang ada padanya. Manusia secara kodrati
hidup berkelompok dalam masyarakat agar dapat memenuhi
kebutuhannya serta bersamasama melindungi. Dengan kata
lain, manusia selalu hidup bermasyarakat agar dapat mencapai
kebutuhan hidupnya, yaitu untuk mewujudkan kesejahteraan

106 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


dan keamanan. Kesejahteraan dan keamanan merupakan
kebutuhan yang menyangkut kelangsungan hidup manusia
untuk mencapai tujuan hidup yang dicita-citakan. Oleh karena itu,
ketahanan nasional pada hakikatnya merupakan suatu konsepsi
di dalam pengaturan serta penyelenggaraan kesejahteraan dan
keamanan di dalam kehidupan nasional. Kehidupan nasional
menurut bangsa Indonesia dibagi atas dua aspek dasar, yaitu:
Aspek alamiah dan aspek sosial.
Aspek alamiah yang meliputi:
1. Posisi dan lokasi geagrafi negara
2. Keadaan dan kekayaari alam
3. Keadaan dan kemampuan penduduk.
Aspek sosial yang meliputi:
1. Ideofogi
2. Politik
3. Ekonomi
4. Sosial budaya
5. Pertahanan keamanan.
Aspek alamiah, meliputi tiga unsur disebut trigatra, sedang
aspek sosial mencakup lima unsur disebut pancagatra. Antara
trigatra dan pancagatra serta antar gatra terdapat hubungan timbal
balik (korelasi) dan bersifat ketergantungan (interdependensi).
Oleh karena itu, trigatra dan pancagatra berhubungan erat,
saling mempengaruhi merupakan suatu kesatuan, dinamakan
astagatra.
1. Aspek Alamiah (Trigatra)
a. Posisi dan lokasi geograti negara Indonesia
Berdasarkan letak geografinya maka negara dapat
dibedakan dalam
1) Negara daratan yaitu negara yang dikelilingi
daratan.
2) Negara lautan yaitu negara yang dikelilingi lautan.
b. Keadaan kekayaan alam
Kekayaan alam adalah segala sumber dan potensi
alam yang terdapat di bumi, di laut dan di udara dalam
wilayah suatu negara yang dapat dirinci sebagai berikut:
1) Kekayaan alam digolongkan dalam:
a) Kekayaan alam hewani (fauna)
b) Kekayaan alam nabati (flora)
c) Kekayaan mineral (tambang)

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 107


2) Sifat kekayaan alam:
a) Dapat diperbaharui (hutan, hewan dan lain-
lain)
b) Tidak dapat diperbaharui (mineral).
3) Keberadaan kekayaan alam:
a) Diatnosfer (oksigen, sinar matahari dan lain-
lain)
b) Di permukaan bumi (fauna dan flora)
c) Di dalam bumi (barang tambang)
c. Keadaan dan kemampuan penduduk
Penduduk adalah manusia yang mendiami suahi
wilayah negara. Manusia adalah faktor penentu apa
yang dilakukan atau tidal dilakukan di suatu Negara,
dengan kata lain manusia yang tinggal di suatu
negara akan menentukan apa yang akan dilakukan
untuk meningkatkan ketahanan nasional dalam arti
manusialah yang akan mengusahakan penyelenggaraan
kesejahteraan dan keamanan suatu negara.
Masalah yang berkaitan dengan keadaan dan
kemampuan penduduk adalah:
1) Jumlah penduduk
2) Komposisi penduduk
3) Penyebaran penduduk
2. Aspek Sosial Ketahanan Nasionan (Pancagatra)
Yang dimaksud dengan Pancagatra atau aspek sosial
adalah aspek-aspek kehidupan yang menyangkut pergaulan
hidup manusia dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara dengan ikatan, aturan dan norma-norma tertentu.
Pancagatra meliputi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya,
dan pertahanan keamanan. Dipilihnya lima aspek sosial
dalam kehidupan nasional karena hambatan, tantangan,
ancaman dan gangguan (HTAG) yang dihadapi oleh suatu
bangsa selalu ditujukan pada kelima aspek tersebut, maka
upaya penanggulangannya perlu meningkatkan ketahanan
dalam kelima aspek bidang tersebut yang bersifat dinamis.
Dengan demikian kualitas kelima aspek kehidupan nasional
suatu bangsa secara terintegrasi mencerminkan tingkatan
ketahanan nasional bangsa itu.

108 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


a. Ketahanan di Bidang, Ideologi
1) Pengertian Ideologi
Ideologi adalah suatu perangkat pcngarahan
yang dijadikan dasar serta memberikan arah
dan tujuan untuk dicapai, melangsungkan dan
mengembangkan hidup dan kehidupan nasional
suatu bangsa dan Negara.
2) Pengertian ketahanan di bidang ideologi
Ketahanan di bidang ideologi adalah kondisi
dinamik suatu bangsa berisi keuletanan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional, di dalam
menghadapi dan mengatasi HTAG, baik yang dating
dari luar maupun dari dalam yang langsung maupun
tidak langsung, membahayakan kelangsungan
hidup ideologi suatu bangsa dan negara.
b. Ketahanan di Bidang Politik
1) Pengertian politik
Politik dalam ilmu pengetahuan senantiasa
dihubungkan dengan kekuasaan atau kekuatan
yang menjadi pusat perhatiannya.
2) Pengertian ketahanan di bidang Politik
Ketahanan di bidang Politik diartikan sebagai
kondisi dinamik suatu bangsa berisi keuletan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional.
3) Sistem politik yang diperlukan
Untuk mengejar ketinggalan dari negara
maju, kita perlu mengadakan proses perubahan
atau modernisasi, penegakan Hukum dan disiplin
nasional.
c. Ketahanan di Bidang Ekouomi
1) Pengertian kegiatan ekonomi
Kegiatan ekonomi adalah kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan produksi, distribusi
dan konsumsi barang dan jasa, usaha untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat baik secara
individu maupun kelompok, dan cara atau alat yang
dipergunakan di dalam kehidupan manusia untuk
memenuhi kebutuhannya.

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 109


2) Pengertian ketahanan di bidang Ekonomi.
Sejalan dengan pengertian ketahanan nasional,
maka ketahanan di bidang ekonomi adalah
kondisi dinamik suatu bangsa berisikan keuletan
dan ketangguhan bangsa yang mengandung
kemampuan dalam mengembangkan kekuatan
nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala
HTAG baik yang, datang dari laur maupun dari
dalam yang langsung maupun tidak langsung
membahayakan kelangsungan kehidupan ekonomi
bangsa dan negara.
d. Ketahanan di Bidang Sosial Budaya
budaya. Untuk adaptasi dengan lingkungan yang
merupakan syarat bagi Istilah sosial hudaya menunjuk
kepada dua segi utama kehidupan bersama manusia,
yaitu segi kemasyarakatan atau sosial dan segi
kebudayaan atau kelangsungan hidup, maka manusia
harus mengadakan kerjasama dengan sesame manusia
(manusia harus hidup bermasyarakat). Tiap masyarakat
mempunyai empat unsur penting bagi eksistensi dan
kelangsungan hidupnya, yaitu:
1) Struktur Sosial
Dalam masyarakat, manusia hidup berkelompok
dengan maksud memudahkan menjalankan tugas.
2) Pengawasan sosial
Merupakan sistem dan prosedur yang mengatur
kegiatan dan tindakan anggota masyarakat serta
system IPTEK empiris yang digunakan untuk
menghadapi pengaruh lingkungan, di samping itu
pula mengatur sikap dan tingkah laku manusia
(agama, ideologi, moralitas, dan sistem hukum).
3) Relasi sosial
Di masyarakat diperlukan relasi sosial, yaitu
masyarakat memerlukan landasan materiil untuk
informasi melakukan kegiatan dengan menggunakan
transportasi dan landasan spiritual untuk
mengadakan komunikasi dengan menggunakan
bahasa atau isyarat.

110 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


4) Standar Sosial
Semua masyarakat menggunakan standar sosial
sebagal ukuran memiliki, meneliti dan menyeleksi
sikap yang sebaiknya dilakukan yang mengandung
sistem nilai yaitu kualitas yang diberikan kepada
obyek yang berguna dalam memanfaatkan cara
untuk mencapai tujuan.
e. Ketahanan di Bidang Pertahanan Keamanan
1) Pengertian Pertahanan Keamanan
Pertahanan keamanan adalah daya upaya
suatu bangsa dengan segala potensinya untuk
melindungi kepentingan bangsa dan negara demi
tetap terwujudnya kondisi kelangsungan hidup
dan perkembangan kehidupan bangsa dan negara
serta terpenuhinya hak dan kewajiban warga negara
dalam rangka pencapaian tujuan nasional.
2) Pengertian ketahanan di bidang pertahanan
keamanan
Ketahanan di biding pertahanan keamanan
adalah kondisi dinamik Suatu bangsa berisi keuletan
dan ketangguhan, yang mengandung, kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional dalam
menghadapi dan mengatasi segala HTAG yang
datang dari luar maupun dari dalam yang langsung
maupun tidak langsung membahayakan pertahanan
keamanan bangsa dan negara.
3) Faktor yang mempengaruhi pertahanan keamanan
a) Doktrin
Doktrin Hankam merupakan asas dan
pedoman perwujudan sistem pertahanan
keamanan.
b) Wawasan nasional
Wawasan yang dianut di dalam doktrin
pertahanan keamanan adalah wawasan nasional
dari negara yang bersangkutan.
c) Sistem pertahanan keamanan
Sesuai dengan pengertian pertahanan
keamanan, maka untuk mewujudkannya
diperlukan suatu sistem yang merupakan
perpaduan serasi antara sistem senjata teknologi

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 111


(Sistek) dan sistem senjata sosial (Sissos) yang
mampu menumbuhkan dan meningkatkan
daya tangkal.
d) Geografi
Untuk dapat mempertahankan negara
sesuai dengan situasi dan kondisi geografinya,
diperlukan kekuatan pertahanan keamanan
yang memadai.
e) Manusia
Manusia yang memiliki jasmani dan rohani
yang sehat, motivasi, disiplin, etos kerja serta
jiwa kejuangan merupakan faktor yang sangat
menentukan.
f) Kesemestaan upaya pertahanan keamanan
Ketahanan nasional umumnya dan
ketahanan Hankam khususnya merupakan
usaha integral secara keseluruhan.
g) Pendidikan Pendahuluan Bela Negara
Pertahanan keamanan diproyeksikan
maksimal kepada perang rakyat semesta
sehingga diperlukan pendidikan orientasi pokok
pertahanan keamanan nasional di lembaga
pendidikan nasional.
h) Materiil
Perindustrian pertahanan negara
berkembang, memerlukan pening katan
koordinasi dan sinkronisasi antar-angkatan,
serta industri pertahanan dan industri sipil.
i) Ilmu Pengetahuan dan teknologi
Perkembangan Iptek sangat cepat, negara
berkembang masih jauh tertinggal, sehingga
perlu langkah-langkah yang konkret mengurangi
ketertinggalan tersebut.
3. Hubungan Antargatra di dalam Trigatra
a. Antara geografi dan kekayaan alam (sumber alam =
nutural recource)
Kekayaan alam baik kualitas maupun kuantitas perlu
sekali diinventarisasi. Juga tentang lokasinya karena di
dalam perencanaan dan Penggunaan sumber alam dan
lokasinya mempunyai huhungan yang erat.

112 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


b. Antara Geograti - Penduduk
Distribusi Penduduk sangat penting dan
mempengaruhi langsung ketahanan nasional. Mata
pencaharian Penduduk juga dipengaruhi oleh keadaan
geografi sekelilingnya.
c. Antara kekayaan alam - Penduduk
Kekayaan alam baru mempunyai manfaat nyata, jika
telah diolah Penduduk yang memiliki kemampuan dan
teknologi untuk itu.
4. Hubungan antargatra di dalam Pancagatra
a. ldeologi sebagai falsafah hidup bangsa dan landasan
ideal negara, bernilai penentu dalam pemeliharaan
kelangsungan hidup bangsa dan pencapaian tujuan
nasionalnya.
b. Tingkah laku Politik seseorang dipengaruhi oleh
bermacam hal, yang satu dengan yang lainnya saling
berkaitan. la dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan dan
kesadaran berpolitik, tingkat kemakmuran ekonomi,
ketaatan beragama, keakraban sosial, rasa keamanan,
dan sebagainya.
c. Ketahanan ekonomi berhubungan erat dengan
ketahanan di bidang ideologi, Politik, social-budaya,
dan pertahanan-keamanan yang berfungsi sebagai
penunjang.
d. Keadaan sosial yang serasi, stabil dinamik, berbudaya,
dan berkepribadian hanya dapat berkembang di dalam
suasana aman dan damai.
e. Ketahanan pertahanan-keamanan memerlukan juga
penunjang gatra lain. Keadaan stabil, maju, dan
berkembang di bidang ideologi, politik. ekonomi, dan
sosial-budaya memperkokoh pertahanan-keamanan
nasional.
5. Hubungan antara Trigatra dan Pancagatra
a. Ketahanan nasional hakikatnya bergantung
kepada Kemampuan bangsa dan negara di dalam
mempergunakan aspek alamiahnya sebagai dasar
penyelenggaraan Kehidupan nasional di segala bidang.
b. Ketahanan nasional mengandung pengertian keutuhan
dimana terdapat saling hubungan erat antar gatra
didalam heseluruhan kehidupan nasional.

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 113


c. Ketahanan nasional bukan merupakan suatu
penjumlahan ketahanan segenap gatranya, melainkan
ditentukan oleh struktur atau konfigurasi aspeknya
secara struktural dan fungsional.
6. Hubungan antara Ketahanan Nasional dan Wawasan
Nasional
a. Wawasan nasional sebagai cara pandang suatu bangsa
memberi sifat ciri-ciri khas ketahanan nasionalnya.
b. Untuk memperjuangkan hak hidup dan mencapai tujuan
nasional. mutlak diperlukan Ketahanan nasional.
c. Di dalam menyusun, membina, dan meningkatkan
ketahanan nasional, suatu wawasan nasional merupakan
basis bagi ketahanan Nasional yang nyata.

114 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


BAB IX
POLITIK DAN STRATEGI
NASIONAL

Standart Kompetensi
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan
dapat mengerti dan memahami konsep Politik dan Strategi
Nasional.

Indikator Pencapaian Kompetensi


Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat:
 Menjelaskan pengertian politik.
 Menjelaskan pengertian strategi nasional.
 Menerangkan konsep politik dan Strategi Nasional.
 Menerangkan beberapa unsur yang menjadi dasar
pemikiran penyusunan politik dan strategi nasional.

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 115


A. Pengertian Politik Dan Strategi Nasional
1. Pengertian Politik
Kata “politik” secara etimologis berasal dari bahasa
Yunani “Politeia” yang akar katanya adalah berarti kesatuan
masyarakat yang berdiri sendiri, yaitu negara dan berarti
urusan. Dalam bahasa Indonesia, politik dalam arti
mempunyai makna kepentingan umum warga negara suatu
bangsa. Politik merupakan suatu rangkaian asas, prinsip,
keadaan jalan. Cara dan alat yang digunakan untuk mencapai
tujuan tertentu yang dikehendaki. Politics dan policy memiliki
hubungan yang erat dan timbal balik. Politics memberikan
asas, jalan, cara dan medannya sedangkan policy memberikan
pertimbangan cara pelaksanaan asas, jalan dan arah tersebut
sebaik-baiknya.
Dalam bahasa Inggris, politics adalah suatu rangkaian
asas (prinsip), keadaan, cara, dan alat yang digunakan
untuk mencapai cita-cita atau tujuan tertentu. Sedangkan
policy, yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan
sebagai kebijaksanaan, adalah penggunaan pertimbangan-
pertimbangan yang dianggap dapat lebih menjamin
terlaksananya suatu usaha, cita-cita atau tujuan yang
dikehendaki. Pengambil kebijaksanaan biasanya dilakukan
oleh seorang pemimpin.
Politik secara umum menyangkut proses penentuan
tujuan negara dan cara melaksanakannya. Pelaksanaan
tujuan itu memerlukan kebijakan-kebijakan umum (public
policies) yang menyangkut pengaturan, pembagian, atau
alokasi sumber-sumber yang ada.
Perlu diingat bahwa penentuan kebijakan umum,
pengaturan, pembagian, maupun alokasi sumber-sumber
yang ada memerlukan kekuasaan dan wewenang (authority).
Kekuasaan dan wewenang ini memainkan peran yang sangat
penting dalam pembinaan kerjasama dan penyelesaikan
konflik yang mungkin muncul dalam proses pencapaian
tujuan.
Dengan demikian, politik membicarakan hal-hal
yang berkaitan dengan negara, kekuasaan, pengambilan
keputusan, kebijakan (policy), dan distribusi atau alokasi
sumber daya.

116 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


a. Negara
Negara merupakan organisasi dalam satu wilayah
yang memiliki kekuasaan tertinggi yang ditaati oleh
rakyatnya. Boleh dikatakan negara merupakan bentuk
masyarakat dan organisasi politik yang paling utama
dalam suatu wilayah yang berdaulat.
b. Kekuasaan
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau
kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau
kelompok lain sesuai dengan keinginannya. Dalam politik
yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kekuasaan
itu diperoleh, bagaimana mempertahankannya, dan
bagaimana melaksanakannya.
c. Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan adalah aspek utama politik
dalam pengambilan keputusan perlu diperhatikan siapa
pengambil keputusan itu dan untuk siapa keputusan
itu dibuat. Jadi politik adalah pengambilan keputusan
melalui sarana umum. Keputusan yang diambil
menyangkut sektor publik dari suatu negara.
d. Kebijakan umum
Kebijakan (policy) merupakan suatu kumpulan
keputusan yang diambil oleh seseorang atau kelompok
politik dalam memilih tujuan dan cara mencapai tujuan
itu. Dasar pemikirannya adalah bahwa masyarakat
memiliki beberapa tujuan bersama yang ingin dicapai
secara bersama pula, sehingga perlu ada rencana yang
mengikat yang dirumuskan dalam kebijakan-kebijakan
oleh pihak yang berwenang.
e. Distribusi
Yang dimaksud dengan distribusi ialah pembagian
dan pengalokasian nilai-nilai (values) dalam masyarakat.
Nilai adalah sesuatu yang diinginkan dan penting.
Ia harus dibagi secara adil. Politik membicarakan
bagaimana pembagian dan pengalokasian nilai-nilai
secara mengikat.
Dari berbagai sudut pandang pemahaman politik.
Pengertian-pengertian di atas dapat saling melengkapi
dan memperluas wacana kita tentang politik.

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 117


2. Pengertian Strategi
Strategi berasal dari bahasa Yunani strategia yang
diartikan sebagai “the art of the general” atau seni seorang
panglima yang biasanya digunakan dalam peperangan. Karl
von Clausewitz (1780-1831) berpendapat bahwa strategi
adalah pengetahuan tentang penggunaan pertempuran
untuk memenangkan peperangan. Sedangkan perang itu
sendiri merupakan kelanjutan dari politik.
Dalam abad modern sekarang penggunaan kata strategi
tidak lagi terbatas pada konsep atau seni seorang panglima
dalam peperangan, tetapi sudah digunakan secara luas,
termasuk dalam alam ekonomi maupun maupun bidang
olahraga. Dalam pengertian umum, strategi adalah cara
untuk mendapatkan kemenangan arti pencapaian tujuan.
Dengan demikian, strategi tidak hanya menjadi monopoli
para jenderal atau bidang militer tetapi telah meluas ke
segala bidang kehidupan. Strategi pada dasarnya merupakan
seni dalam mengguna dan ilmu mengembangkan kekuatan
(ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam) untuk
mecapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
3. Politik dan Stategi Nasional
Politik nasional diartikan sebagai kebijakan umum dan
pengambilan kebijakan untuk mencapai cara rata-rata dan
tujuan nasional. Dengan demikian definisi politik nasional
adalah asas, haluan, usaha serta kebijaksanaan negara tentang
pembinaan (perencanaan, pengembangan, pemeliharaan,
dan pengendalian) serta penggunaan kekuatan nasional
untuk mencapai tujuan nasional. Strategi nasional disusun
untuk pelaksanaan politik nasional, misalnya strategi jangka
pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Jadi strategi
nasional adalah cara melaksanakan politik nasional dalam
mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan oleh politik
nasional.

B. Dasar Pemikiran Penyusunan Politik dan Strategi


Nasional
Dasar pemikiran penyusunan politik dan strategi nasional
adalah bersumber kepada: geopolitik Indonesia, wawasan
nusantara, dan ketahanan nasional, yang dijiwai oleh Ideologi
Pancasila sebagai aksioma kehidupan bangsa Indonesia dalam
bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai

118 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


ideologi dan dasar negara pelaksanaannya dipancarkan ke empat
pokok pikiran dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,
yang berfungsi sebagai fundamen moral dan fundamen politik
negara.
Penyusunan politik dan strategi nasional perlu memahami
pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam sistem manajemen
nasional yang berlandaskan ideologi Pancasila dan UUD 1945,
Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. Landasan
pemikiran dalam sistem manajemen nasional ini sangat penting
sebagai kerangka acuan dalam penyusunan politik dan strategi
nasional, karena di dalamnya terkandung dasar negara, cita-cita
nasional, dan konsep strategis bangsa Indonesia.
1. Geopolitik Indonesia
Politik dan strategi nasional didasarkan pada perjuangan
bangsa Indonesia dalam menegakkan kemerdekaan
berlandaskan pada Pancasila untuk mencapai masyarakat
adil dan makmur. Dalam pelaksanaan politik dan strategi
nasional pada hakikatnya adalah suatu perpaduan dan
sekaligus pengejawatahan yang serasi, dan meyakinkan dari
geopolitik dan geostrategi, serta ketahanan nasional, yang
merupakan dasar bagi perumusan tugas bangsa dan negara.
Geopolitik memberi arah kepada suatu pola tertentu
bagi tujuan negara Republik Indonesia, aspirasi bangsa
Indonesia, serta motivasi yang ada pada bangsa Inonesia
yang harus memperoleh penyaluran. Geopolitik harus dijiwai
oleh filsafat Pancasila, karena pandangan hidup bangsa
Indonesia tersebut akan mengarahkan geopolitik Indonesia
kepada pencapaian kepentingan-kepentingan nasional,
tanpa menjerumuskan diri ke bidang politik kekuatan dan
penguasaan dunia. Geopolitik dalam pelaksanaan disebut
dengan geostrategi.
Geopolitik dan geostrategi suatu bangsa dapat terwujud
dengan baik jika mempunyai ketahanan nasional yang
tinggi, yaitu ketahanan di bidang ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Geopolitik, dan
geostrategi merupakan prasarana (infrastruktur) bagi suatu
politik dan strategi nasional yang sehat. Dengan demikian
politik dan strategi nasional berfungsi sebagai pengarahan
bagi geopolitik bangsa Indonesia.

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 119


2. Wawasan Nusantara
Geopolitik dan geostrategi pada dasarnya berkembang
sebagai pengejawantahan dari wawasan suatu bangsa,
dan wawasan tersebut terbentuk disebabkan kondisi
lingkungan yang mempengaruhi bangsa tersebut di dalam
memperjuangkan hak hidupnya di atas bumi ini dengan
menitik-beratkan kepada ruangan untuk hidup dan
penguasaannya. Wawasan nasional adalah suatu pandangan
nasional sebagai salah satu aspek filsafat hidup suatu bangsa,
yang berisikan dorongan-dorongan dan rangsangan di
dalam merealisasikan dan mencapai aspirasi serta tujuan
nasionalnya. Wawasan nusantara adalah wawasan nasional
bangsa Indonesia yang memanfaatkan konstelasi geografis
Indonesia.
Wawasan nusantara merupakan orientasi hidup bangsa
Indonesia yang bersifat integratif dan seimbang di segala
bidang, atau dinyatakan juga bahwa orientasi hidup bangsa
Indonesia harus diarahkan pada tercapainya kesatuan
di bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan
hankam. Berdasarkan wawasan nusantara maka harus dapat
dirumuskan suatu geostrategi nasional yang di dalamnya
secara tegas merumuskan kepentingan-kepentingan
nasional utama (the national interest) yang merupakan suatu
infrastruktur bagi penentuan politik dari strategi nasional.
Demikian juga politik dan strategi nasional merupakan
sarana untuk mewujudkan kesatuan kehidupan nasional
yang dirumuskan dalam wawasan nusantara.
3. Ketahanan Nasional
Ketahanan nasional suatu negara adalah syarat mutlak
untuk dapat survive dalam menghadapi segala tantangan,
ancaman hambatan, dan gangguan yang datang dari dalam
maupun dari luar. Hanya dengan Ketahanan nasional suatu
bangsa atau suatu negara akan mampu menghadapi bahaya-
bahaya tersebut. Hanya dengan ketahanan nasional suatu
bangsa akan mampu membangun sesuai dengan yang dicita-
citakan, dan hanya dengan ketahanan nasional pula sesuatu
bangsa akan dapat melaksanakan kewajiban terhadap
dunia, karena kekuatan yang didukung oleh keuletan dan
ketangguhan dalam diri bangsa itulah yang menentukan
segala-galanya. Oleh karena itu, ketahanan nasional mutlak

120 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


harus ada pada setiap bangsa dan negara demi untuk
kelangsungan hidup suatu bangsa itu sendiri.
Dengan dasar di atas, maka bangsa Indonesia berusaha
keras mewujudkan ketahanan nasional yang seimbang dan
dinamik di segala aspek kehidupan, yaitu ketahanan aspek
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam.
Memiliki ketahanan di segala aspek kehidupan nasional akan
memberikan ketahanan nasional pada negara dan sekaligus
juga merupakan kekuatan di dalam pelaksanaan politik
dan strategi nasionalnya, sebaliknya dengan berhasilnya
pencapaian sasaran-sasaran nasional yang telah ditentukan
akan memberikan pengaruh kepada peningkatan ketahanan
nasional.

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 121


122 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan
BAB X
PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

Standart Kompetensi
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan
dapat mengerti dan memahami betapa tidak terpujinya tindakan
korupsi.

Indikator Pencapaian Kompetensi


Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat:
 Menjelaskan pengertian korupsi.
 Menjelaskan penyebab terjadinya korupsi.
 Menerangkan nilai-nilai yang harus diajarkan dalam
pendidikan anti korupsi.
 Menerangkan

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 123


A. Pengertian Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa Latin: corruption dari kata kerja
corrumpere berarti busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik,
menyogok. Menurut Transparency International korupsi adalah
perilaku pejabat publik, baik politikus/ politisi maupun pegawai
negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya
diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan
menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada
mereka. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi secara
harfiah berarti: buruk, rusak, suka memakai barang (uang) yang
dipercayakan padanya, dapat disogok (melalui kekuasaannya
untuk kepentingan pribadi). Adapun arti terminologinya,
korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan (uang negara
atau perusahaan) untuk kepentingan pribadi atau orang lain.
Korupsi (corrupt, corruptie, corruption) juga bisa bermakna
kebusukan, keburukan, dan kebejatan. Definisi ini didukung oleh
Acham yang mengartikan korupsi sebagai suatu tindakan yang
menyimpang dari norma masyarakat dengan cara memperoleh
keuntungan untuk diri sendiri serta merugikan kepentingan
umum. Intinya, korupsi adalah menyalahgunakan kepercayaan
yang diberikan publik atau pemilik untuk kepentingan pribadi.
Sehingga, korupsi menunjukkan fungsi ganda yang kontradiktif,
yaitu memiliki kewenangan yang diberikan publik yang
seharusnya untuk kesejahteraan publik, namun digunakan untuk
keuntungan diri sendiri.
Pengertian Korupsi menurut Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001 merupakan sebuah kejahatan atau tindakan melawan
hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain
atau korupsi yang merugikan negara atau perekonomian
negara. Korupsi juga bisa dimungkinkan terjadi pada situasi
dimana seseorang memegang suatu jabatan yang melibatkan
pembagian sumber-sumber dana dan memiliki kesempatan
untuk menyalahgunakannya guna kepentingan pribadinya
atau golongannya. Sebagian ahli mendefinisikan korupsi
sebagai perilaku yang menyimpang dari tugas formal sebagai
pegawai publik untuk mendapatkan keuntungan finansial atau
meningkatkan status. Selain itu, juga bisa diperoleh keuntungan
secara material, emosional, atau pun symbol.
Menurut Kusuma (2003), korupsi adalah pemanfaatkan
kekuasaan untuk mendapat keuntungan pribadi. korupsi
sebagai perilaku yang menyimpang dari tugas formal sebagai

124 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


pegawai publik untuk mendapatkan keuntungan finansial atau
meningkatkan status.
Menurut Agus Mulya Karsona (2011) korupsi merupakan
perbuatan yang busuk, jahat, dan merusak yang menyangkut
jabatan instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan
kekuasaan dalam jabatan karena pemberian menyangkut factor
ekonomi dan politik dan penempatan keluarga atau golongan ke
dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatan.
Menurut Jeremy Pope (2002), korupsi merupakan sebagai
pengalahgunaan kekuasaan dan kepercayaan untuk kepentingan
pribadi atau perilaku tindak mematuhi prinsip mempertahankan
jarak (keeping distance). Dalam artian dalam mengambil keputusan
(decision making) di bidang ekonomi, apakah ini dilakukanoleh
perorangan di sector swasta atau oleh pejabat publik (elite),
hubungan pribdi (personal relationship) atau keluarga tidak
melakukan peranan.
Sedangkan pengertian tindak pidana korupsi dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 yang mengubah Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, tidak mengalami perubahan berarti hanya saja dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tidak lagi mengacu pada
ketentuan KUHP, melainkan langsung menyebut unsur-unsur
yang terdapat dalam undang-undang Korupsi baru ini.
Dalam UU No 7 Tahun 2006, Pengertian Tindak Pidana
Korupsi adalah ancaman terhadap prinsip-prinsip demokrasi
yang menjunjung tinggi transparansi, integritas dan akuntabilitas,
serta keamanan dan strabilitas bangsa Indonesia. Oleh karena itu,
maka korupsi merupakan tindak pidana yang bersifat sistematik
dan merugikan, harus ada langkah-langkah pencegahan tingkat
nasional maupun tingkat internasional. Dalam pelaksanaan
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi yang
efisien dan efektif diperlukan dukungan manajemen tata
pemerintahan yang baik dan kerja sama internasional, termasuk
di dalamnya pengembalian aset-aset yang berasal dari tindak
pidana korupsi tersebut.
Menurut pendapat Edi Yunara (2005), tindak pidana
korupsi merupakan kejahatan merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara, maka percobaan untuk melakukan
kejahatan korupsi dijadikan delik selesai dan diancam dengan
hukuman yang sama dengan ancaman bagi pidana itu sendiri
yang telah selesai dilakukan.

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 125


Menurut A. Hamzah (2005) pengertian tindak pidana korupsi
dapat diartikan sebagai Kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan
dari kesucian, kata-kata atau ucapan menghina atau memfitnah.
Tindak pidana korupsi dalam jumlah besar berpotensi
merugikan keuangan negara sehingga dapat mengganggu
sumber daya pembangunan dan membahayakan stabilitas politik
suatu negara. Saat ini korupsi sudah bersifat transnasional.
Contohnya adalah apa yang dinamakan foreign bribery, yaitu
penyuapan oleh perusahaan-perusahaan multinasional kepada
pejabat-pejabat negara berkembang (internet, 2006). Korupsi
juga dapat diindikasikan dapat menimbulkan bahaya terhadap
keamanan umat manusia, karena telah merambah kedunia
pendidikan, kesehatan, penyediaan sandang pangan rakyat,
keagamaan, dan fungsi-fungsi pelayanan sosial lain. Dalam
penyuapan di dunia perdagangan, baik yang bersifat domestik
maupun transnasional, korupsi jelas-jelas telah merusak mental
pejabat. Demi mengejar kekayaan, para pejabat negara tidak takut
melanggar hukum negara. Kasus-kasus tindak pidana korupsi
sulit diungkap karena para pelakunya terkait dengan wewenang
atau kekuasaannya yang dimiliki. Biasanya dilakukan lebih dari
satu orang dan terorganisasi.
Tindak pidana korupsi merupakan sebuah kejahatan
yang secara kualitas maupun kuantitasnya terus meningkat.
Peningkatan jumlah tindak pidana korupsi tentu akan sangat
berpengaruh terhadap turunnya kualitas kesejahteraan bagi
masyarakat. Padahal negara memiliki kewajiban untuk
meningatkan kesejahteraan masyarakat. Dampak korupsi
yang demikian besar, dan merupakan problem serius terhadap
kesejahteraan masyarakat harus menjadi tanggung jawab
bersama seluruh elemen bangsa tanpa kecuali. Sehingga ini
juga menjadi tanggung jawab rakyat untuk ikut bersama-sama
memerangi korupsi.
Jika diklasifikasikan tindak pidana korupsi bisa berupa
1. Memberi atau menerima hadia atau janji (penyuapan).
2. Penggelapan dalam jabatan
3. Pemerasan dalam jabatan
4. Ikut serta dalam pengadaan barang atau yang lainnya (bagi
pegawai negeri/penyelenggara negara, dan
5. Menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara
negara).

126 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


B. Faktor-Faktor Penyebab Korupsi
Dari penjelasan di atas dapat kita ketahui bahwa tindakan
korupsi adalah suatu tindakan yang ingin mencari keuntungan
pribadi atau kelompok tertentu, namun merugikan kepentingan
publik dan masyarakat luas. Adapun faktor penyebab korupsi
adalah sebagai berikut:
1. Faktor Internal
Faktor internal penyebab korupsi berasal dari dalam
diri sendiri, yaitu sifat dan karakter seseorang yang
mempengaruhi segala tindakannya. Beberapa yang termasuk
di dalam faktor internal ini diantaranya:
a. Sifat tamak, sifat dalam diri manusia yang menginginkan
sesuatu melebihi kebutuhannya dan selalu merasa
kurang.
b. Gaya hidup konsumtif, perilaku manusia yang selalu
ingin memenuhi kebutuhan yang tidak terlalu penting
sehingga tidak bisa menyeimbangkan pendapatan
dengan pengeluarannya, misalnya hedonisme.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal penyebab korupsi berasal dari
lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi pemikiran dan
tindakan seseorang sehingga melakukan korupsi. Beberapa
yang termasuk dalam faktor eksternal tersebut diantaranya:
a. Faktor ekonomi, adanya kebutuhan akan ekonomi yang
lebih baik seringkali mempengaruhi seseorang dalam
bertindak. Misalnya gaji yang tidak sesuai dengan beban
kerja, mendorong seseorang melakukan korupsi.
b. Faktor politik, dunia politik sangat erat hubungannya
dengan persaingan dalam mendapatkan kekuasaan.
Berbagai upaya dilakukan untuk menduduki suatu
posisi sehingga timbul niat untuk melakukan tindakan
koruptif.
c. Faktor organisasi, dalam organisasi yang terdiri
dari pengurus dan anggota, tindakan korupsi dapat
terjadi karena perilaku tidak jujur, tidak disiplin, tidak
ada kesadaran diri, aturan yang tidak jelas, struktur
organisasi tidak jelas, dan pemimpin yang tidak tegas.
d. Faktor hukum, seringkali tindakan hukum terlihat
tumpul ke atas tajam ke bawah. Artinya, para pejabat dan
orang dekatnya cenderung diperlakukan istimewa di

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 127


mata hukum, sedangkan masyarakat kecil diperlakukan
tegas. Hal ini terjadi karena adanya praktik suap dan
korupsi di lembaga hukum.

C. Nilai-Nilai Yang Harus Ditanamkan untuk Mencagah


Korupsi.
Kita semua setuju bahwa korupsi adalah perilaku yang
tercela, namun nyatanya kejahatan tersebut masih saja terjadi.
Tindakan memperkaya diri sendiri ini pada umumnya
dilakukan oleh orang dewasa dan sering dikaitkan dengan
penyalahgunaan kekuasaan para pemimpin dan pejabat tinggi.
Masyarakat kita juga tidak menutup mata terhadap fenomena
ini. Berbagai lembaga mulai dari yang legal hingga komunitas
independen bekerja dalam rangka membangun karakter bangsa
dan budaya anti korupsi.
Nilai-nilai Pendidikan Anti Korupsi harus sudah dimasukkan
ke dalam mata kuliah hal tersebut dilakukan supaya mahasiswa
memahami tindakan antikorupsi dan cara penanganan ketika
adanya perbuatan korupsi di sebuah instansi. Tidak hanya
di Perguruan Tinggi saja, Pendidikan Anti Korupsi juga
harus ditanamkan sejak usia dini, hal tersebut sejalan dengan
program Kemdikbud yang memutuskan untuk ikut berperan
dalam mencegah korupsi melalui jalur pendidikan. Cara yang
dipilih oleh Kemdikbud adalah dengan memasukkan nilai-nilai
pendidikan antikorupsi ke dalam mata pelajaran di sekolah-
sekolah. Hal tersebut dilakukan dengan harapan akan menjadi
senjata paling ampuh untuk mencegah terjadinya praktik korupsi
di masa yang akan datang.
Ditanamkannya pendidikan antikorupsi sejak dini kepada
siswa di sekolah juga bertujuan agar peserta didik memiliki
jiwa antikorupsi. Jiwa antikorupsi inilah yang akan menjadi
benteng bagi mereka untuk tidak melakukan perbuatan korupsi
jika mereka sudah dewasa kelak. Oleh sebab itulah program
yang dicanangkan oleh Kemdikbud bekerjasama dengan KPK
ini patut untuk segara direalisasikan. Pada dasarnya rencana
penerapan pendidikan antikorupsi di sekolah sejalan dengan
tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap dan kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Inti dari pendidikan

128 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


antikorupsi sebagaimana tujuan dari pendidikan nasional adalah
menanamkan karakter kepada generasi muda agar mau berlaku
jujur dalam hidupny.
Beberapa nilai yang berusaha ditanamkan pada generasi
muda bangsa agar mampu mengontrol dirinya untuk tidak
melakukan korupsi. Nah, di sinilah peran kita sebagai orang tua,
keluarga, pengasuh, pendidik, dan para pemerhati anak, untuk
menanamkan nilai-nilai tersebut sejak anak kecil. Mari kita lihat
nilai-nilai dan cara-cara sederhana yang dapat kita lakukan di
rumah dan sekolah.
KEJUJURAN
Ajari anak untuk tidak mengambil kepunyaan orang
lain, biasakan meminta izin sebelum meminjam. Tidak
mencontek, tumbuhkan kebanggaan saat ia berhasil dengan
upaya sendiri. Dapat pula kita tekankan untuk berkata jujur
dengan membiasakan anak bercerita secara terbuka, ajari
mengakui kesalahannya, dan selalu tepati janji pada anak.
Dan berilah apresiasi dan rasa bangga kepada anak ketika
nilai ujian tersebut diperoleh dengan cara tidak mencontek,
hal tersebut dilakukan agar seorang anak termotivasi ketika
melakukan suatu hal yang diperoleh dengan cara tindakan
jujur.
KESEDERHANAAN
Ajarkan anak merasa cukup dengan apa yang dimiliki,
setiap anak ingin membeli sesuatu ingatkan bahwa ia
sudah punya di rumah. Biasakan membeli yang baru jika
membutuhkan bukan menginginkan. Tekankan bahwa
yang penting bukan baru atau bagusnya tapi fungsi dan
manfaatnya.
KEGIGIHAN
Kalau menghadapi masalah jangan langsung dibantu,
beri kepercayaan dan dukungan bahwa ia mampu
menghadapi masalahnya sendiri. Misalnya belajar mengikat
tali sepatu, naik sepeda, dll. Biasakan pula anak tidak selalu
memilih jalan pintas, misalnya kalau ingin nilai bagus harus
belajar bukan mencontek.

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 129


KEBERANIAN
Keberanian dan kepercayaan diri dapat dibangun
dengan membiarkan anak berekplorasi dan belajar dari
kesalahannya. Tanamkan nilai-nilai moral sejak kecil dan
ajak anak melakukan apa yang diyakininya sebagai sesuatu
yang benar. Misalnya membela teman yang diejek, berani
menegur teman yang membuang sampah sembarangan.
Selain itu bisa juga dengan mengajak anak dengan mengikuti
arena permainan yang mengasah keberanian anak sejak usia
dini.
RASA TANGGUNG JAWAB
Ajari anak tentang konsekuensi, misalnya jika
menumpahkan air maka harus dilap, jika merusak mainan
temannya maka mencoba memperbaiki, Berani mengakui
kesalahan. Dukung anak menyelesaikan tugasnya. Misalnya
membereskan tempat tidur, mengerjakan PR, memberi makan
hewan peliharaan, menyiram tanaman, dan sebagainya.
KEDISIPLINAN
Tumbuhkan disiplin dengan contoh, bukan paksaan,
karena kita ingin datang dari dirinya sendiri. Kebiasaan tepat
waktu, membuang sampah pada tempatnya, mengikuti
peraturan di rumah atau di sekolah adalah beberapa bentuk
disiplin yang bisa ditanamkan sejak kecil. Kuncinya adalah
contoh dan konsistensi.
KEADILAN
Ajarkan konsep adil sesuai usianya, dan ajari anak
berbagi.Tanamkan pula nilai bahwa setiap orang punya hak
dan kewajiban yang sama dan harus diperlakukan dengan
setara. Kita bisa menjadi contoh saat berinteraksi dengan
bibi dan tukang kebun di rumah, dengan keluarga, maupun
dengan rekan kerja, semua diperlakukan dengan sama.
KEPEDULIAN
Tumbuhkan empati sejak kecil, ajari anak tentang emosi,
dan tunjukkan bagaimana caranya menunjukkan kepedulian
dengan cara sederhana, misalnya menghibur teman yang
sedih, berbagi makanan kepada teman yang tidak membawa
bekal, menolong kucing yang sakit.

130 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


KERJASAMA
Berikan contoh saat di rumah atau di sekolah, bisa
bekerjasama saat bermain atau menyelesaikan project, saat
merapikan mainan, dan sebagainya. Perlihatkan pada anak
bahwa dengan kerjasama pekerjaan kita lebih cepat selesai
dan hasilnya lebih bagus.
Kesembilan nilai-nilai ini sebaiknya ditanamkan sedini
mungkin agar anak menjadikannya sebagai kebiasaan dan
pandangan hidup. Selain baik untuk membangun karakter
anak, tentu menjadi upaya kita juga untuk mencegah dan
akhirnya mengurangi tindak korupsi di sekitar kita dan di
masa yang akan datang.
Ketika nilai-nilai ini sudah tertanam baik dalam diri
seorang anak, maka akan tumbuh dewasa dengan pandangan
nilai tersebut, tentunya paham dan was-was akan korupsi.
Apakah semudah itu menanamkan jiwa anti korupsi?
Tentunya tidak. Maka dari itu, pentingnya pengajaran sejak
dini. Menurut saya sekolah sekarang ini harus benar-benar
mengajarkan nilai anti korupsi agar tertancap kuat dihati
muridnya. Didukung dengan mata pelajaran dan praktik
dunia nyatanya.
Pendidikan anti korupsi saja tidak cukup tentunya.
Hukum harus tetap berlaku, adanya undang-undang
ditetapkan untuk dipatuhi dan dilaksanakan sesuai
kebijakan yang ada. Hukum indonesia ini masih sangat
kendo, belum terlaksana sepenuhnya. Dari sinilah korupsi
masih merajalela. Kalau saja hukum tidak dapat dibeli
mungkin cukup membuat para oknum itu jera. Nyatanya
Indonesia menjual hukum dengan mudah kepada para tikus.
Mereka yang seharusnya dipenjara hidup susah sebagai
ganti atas perbuatannya malah hidup dengan mewah dalam
penjara, menikmati segala fasilitas yang dibeli. Cukup miris
bukan? Ya, hukum mengenai korupsi harus ditetapkan
tegas, undang-undangnya harus dilaksanakan dengan
benar. Kalau peraturan negara saja dilanggar lalu mau di
kemanakan para tikus rakus itu. Anehnya, mengapa justru
orang-orang menengah atas yang lebih banyak melakukan
korup. Ya,peluang bagi mereka untuk korupsi lebih mudah
tentunya. Karena jabatan yang tinggi maka akses atau jalan
untuk melakukan hal tersebut tentunya lebih mudah. Kaki
tangan mereka lebih banyak. Dengan wewenang kekuasaan

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 131


yang dipegang, mereka mampu merangkul orang-orangan
disekitarnya sebagai bagian dari terlaksana kannya korupsi.
Prinsip hidup atas pekerjaannya belum tertanam kuat.
Setelah mendapat hukuman yang sekiranya cukup
membuat jera para koruptor, maka baiknya dilakukan
pembelajaran atau pembekalan ulang mengenai nilai dan
prinsip anti korupsi. Jadi setelah para napi lolos dari penjara
mereka belum sepenuhnya bebas. Harus menyelesaikan
pembelajaranya mengenai korupsi yang juga dilaksanakan
oleh pihak berwenang. Atau mungkin boleh saja dilakukan
berkelanjutan, misalkan setiap bulan sekali atau dua bulan
sekali. Karena menurut saya ini bukan hal sepele, jadi para
oknum itu harus benar-benar mendapat ganjaran atas
perbuatannya. Agar mereka merasakan resah seperti halnya
para korban dari korupsi mereka.
Dari paparan diatas, dapat dipahami bawa pendidikan anti
korupsi itu sangat penting. Telah disebutkan bahwa penanaman
nilai-nilai dan prinsip hidup tanpa korupsi harus tertanam
sejak dini. Maka dari itu, kita warga Indonesia harus pandai
mengambil peran dilingkungan sebagai penggerak anti korupsi.
Berawal pembelajaran dari keluarga, kemudian pada lingkungan
dan masyarakat sekitarnya, kemudian juga berupa wujud nyata
dari pembelajaran tersebut.
Upaya pemberantasan korupsi yang telah diuraikan di
atas, terdiri dari dua bagian besar, yaitu (1) penindakan, dan (2)
pencegahan . Pemberantasan tidak akan pernah berhasil optimal
jika hanya dilakukan oleh pemerintah saja tanpa melibatkan
peran serta masyarakat. Oleh karena itu tidaklah berlebihan jika
mahasiswa sebagai salah satu bagian penting dari masyarakat
yang merupakan pewaris masa depan diharapkan dapat
terlibat aktif dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.
Keterlibatan mahasiswa dalam upaya pemberantasan korupsi
tentu tidak pada upaya penindakan yang merupakan kewenangan
institusi penegak hukum. Peran aktif mahasiswa diharapkan
lebih difokuskan pada upaya pencegahan korupsi dengan ikut
membangun budaya anti korupsi di masyarakat. Mahasiswa
diharapkan dapat berperan sebagai agen perubahan dan motor
penggerak gerakan anti korupsi di masyarakat. Untuk dapat
berperan aktif mahasiswa perlu dibekali dengan pengetahuan
yang cukup tentang seluk beluk korupsi dan pemberantasannya.
Yang tidak kalah penting, untuk dapat berperan aktif mahasiswa

132 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


harus dapat memahami dan menerapkan nilai-nilai anti korupsi
dalam kehidupan sehari-hari.

D. Fungsi Dan Wewenang Komisi Pemberantasan


Korupsi
1. Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi
Lahirnya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
didasarkan pada perkembangan pemikiran di dunia hukum
bahwa korupsi adalah kejahatan luar biasa. Label demikian
dianggap tepat untuk disematkan dalam konteks Indonesia,
mengingat daya rusak praktek korupsi telah mencapai
level tinggi. Maka, tidak mengherankan jika hingga hari ini
Indonesia masih terjebak dalam suatu kondisi sosial ekonomi
dan politik yang memprihatinkan. Indikasinya bisa dilihat
dari deretan angka kemiskinan yang timbul, besarnya tingkat
pengangguran, rendahnya indeks sumber daya manusia
Indonesia, serta rendahnya kualitas demokrasi.
Berdirinya Komisi Pemberantasan Korupsi (2002)
Setelah dilakukannya revisi berbagai peraturan perundang-
undangan tetapi pemberantasan tindak pidana korupsi
yang terjadi belum dapat dilaksanakan secara optimal dan
lembaga pemerintah yang menangani perkara tindak pidana
korupsi belum berfungsi secara efektif dan efisien dalam
memberantas tindak pidana korupsi, sehingga dibentuklah
Komisi Pemberantasan Korupsi dengan Undang-Undang
No. 30 Tahun 2000.
Secara historis KPK lahir dari sebuah asumsi bahwa
penegakan hukum yang dilakukan oleh Kepolisian dan
Kejaksaan tidak berjalan secara efektif. Komisi Pemberantasan
Korupsi,atau disingkat menjadi KPK, adalah komisi di
Indonesia yang dibentuk pada tahun 2003 untuk mengatasi,
menanggulangi dan memberantas korupsi di Indonesia.
Komisi ini didirikan berdasarkan kepada Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 mengenai Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Komisi Pemberantan Korupsi dibentuk oleh eksekutif
dan legislatif dengan didasari atas ketidakpercayaan
terhadap instansi penegak hukum yang telah ada dalam
pemberantasan korupsi. Keberadaan komisi ini mengacu
pada The Independent Comission Against Corruption (ICAC)
yang didirikan pemerintah Hongkong pada tahun 1974.

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 133


KPK merupakan suatu komisi khusus yang pendiriannya
merupakan amanah dari ketentuan Pasal 43 Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi. Berdasarkan amanah tersebut oleh pemerintah
kemudian diterbitkan UndangUndang Nomor 30 Tahun
2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
dengan tujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil
guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi
Komisi Pemberantasan Korupsi dapat dikategorikan
sebagai badan khusus yang diberi kewenangan yudisial
seperti, Kepolisian dan Kejaksaan untuk melakukan
penyelidikan, penyidikan dan penuntutan perkara,
khususnya perkara korupsi, karena menurut United Nations
Convention Against Corruption (Pasal 6) yang sudah diratifikasi
Indonesia, ada yang bersifat permanen dan ada bersifat
sementara. Kewenangan KPK yang bersifat permanen
adalah kewenangan untuk mencegah korupsi sedangkan
kewenangan KPK yang bersifat sementara ialah tindakan
yang represif, seperti penyidikan dan terutama penuntutan.
Berdirinya Komisi Pemberantasan Korupsi (2002)
Setelah dilakukannya revisi berbagai peraturan perundang-
undangan tetapi pemberantasan tindak pidana korupsi
yang terjadi belum dapat dilaksanakan secara optimal dan
lembaga pemerintah yang menangani perkara tindak pidana
korupsi belum berfungsi secara efektif dan efisien dalam
memberantas tindak pidana korupsi, sehingga dibentuklah
Komisi Pemberantasan Korupsi dengan Undang-Undang
No. 30 Tahun 2000.
Tujuan dari dibentuknya lembaga tersebut adalah untuk
meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi yang sudah merajalela
keseluruh lapisan masyarakat. Perang terhadap korupsi
merupakan fokus yang sangat signifikan dalam suatu
negara berdasarkan hukum, bahkan merupakan tolak ukur
keberhasilan suatu pemerintahan. Salah satu unsur yang
sangat penting dari penegakan hukum dalam suatu negara
adalah perang terhadap korupsi, karena korupsi merupakan
suatu penyakit dan merusak semua sendi kehidupan
berbangsa dan bernegara termasuk perekonomian serta
penataan ruang wilayah.

134 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


Sebelum merancang Undang-Undang pembentukan
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), tim tersebut
melakukan studi banding ke Malaisya, Hongkong, Singapura
dan Australia yang bertujuan mempelajari secara mendalam
konseppembentuk komisi yang sama di Negara tersebut
baik mengenai sejarah pembentukan maupun mengenai
pembiayaannya. Hasil yang dicapai antara lain bawah KPK
di Indonesia tidak dapat disamakan dengan KPK di negara-
negara tersebut karena perbedaan geografik, kesejaraan,
systemperadilan pidana dan system hukum pidana yang
dianut, sumber daya manusia, anggaran negara yang
tersedia, sisi efisiensi dan efektifitas serta perbedaan kultur
masyarakatnaya (Atmasasmita, 2004).
Pada tanggal 29 november 2002 rancangan undang-
undang tentang pembentukan Komisi Pemberantasan
Korupsi Yang terdiri dari 12 bab dan 72 pasal yang telah
disetujui oleh DPR RI. Melalui UU No. 30/2002 tepatnya pada
tanggal 29 desember 2003, Dewan Perwakilan Rakyat ( DPR),
telah memilih para pemimpin KPK, yang kemudian dilantik.
Lima jajaran pemimpin KPK itu adalah Tauifierqurachman
Ruki (mantan Irjen Polisi), Erry Ryana Hardjapamekes
(mantan Direktur Utama PT Tima dan ketua pengurus
Tranparenci Internasional Indonesia), Sjahruddin Rassul
(mantan Deputi di BPKP), Tumpak Panggabean (mantan
Sekretaris Jaksa Agung Muda Bidang Pidana khusus) dan
Amien Sunaryadi (mantan manager di Price Waterhouse dan
auditor BPKB.
Kelima pemimpin mengembangkan tugas membawa
KPK dan untuk memenuhi harapan masyarakat dalam
pemberantasan korupsi untuk itu, diperlukan sumber daya,
struktur dan proses. Sumber daya itu meliputi manusia, fisik
maupun finalcial struktur organisasi yang mewadahi sumber
daya manusia, serta system dan proses dalam melakukan
pekerjaan. KPK dibaiayai oleh anggaran Pendapatan Dan
Belanja Negara.
2. Fungsi Dan Wewenang Komisi Pemberantasan Korupsi
Berkaitan dengan fungsi dan wewenang Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagaimana diatur dalam
Pasal 6 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Korupsi,

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 135


a. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mempunyai tugas
sebagai berikut:
1) Koordinasi dengan instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi
2) Supervisi terhadap instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi
3) Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan
penuntutan terhadap tindak pidana korupsi
4) Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak
pidana korupsi; dan
5) Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan
pemerintahan negara
b. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mempunyai
Fungsi sebagai berikut
Dalam Penjelasan Umum UU NO.30 Tahun 2002 :
1) Sebagai badan pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan Negara.
2) Sebagai penyusun jaringan kerja (Networking) yang
kuat dalam pemberantasan korupsi
3) Sebagai “counter partner” bagi institusi yang telah
ada dalam kegiatan pemberantasan korupsi
dengan tidak memonopoli tugas dan wewenang
Penyelidikan, penyidikan dan penuntutan
4) Sebagai pemicu dan pemberdaya institusi yang telah
ada dalam pemberantasan tindak pidana korupsi
(“Trigger Mechanism”)
5) Sebagai superbody dalam pemberantasan tindak
pidana korupsi sebab berfungsi melakukan
supervisi dan dalam keadaan tertentu dapat
mengambilalih tugas dan wewenang penyelidikan,
penyidikan penuntutan yang sedang dilaksanakan
oleh Kepolisian dan/atau Kejaksaan.
c. Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai wewenang
sebagai berikut selanjutnya wewenang Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) seperti diatur dalam
pasal 7 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Korupsi adalah sebagai berikut:
1) Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan
penuntutan tindak pidana korupsi
2) Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan
pemberantasan tindak pidana korupsi

136 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


3) Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan
tindak pidana korupsi kepada instansi yang terkait
4) Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan
dengan instansi yang berwenang melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi; dan
5) Meminta laporan instansi terkait mengenai
pencegahan tindak pidana korupsi.

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 137


138 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan
BAB XI
KEWARGANEGARAAN
DIGITAL

Kompetensi Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan
dapat mengerti
dan memahami pentingnya konsep dan pelaksanaan
kewarganegaraan digital.

Indikator Pencapaian Kompetensi Pembelajaran


Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat:
 Menjelaskan pengertian kewarganegaraan digital.
 Menerangkan Fungsi kewarganegaraan digital.
 Menjelaskan Tujuan kewarganegaraan digital.
 Menganalisis komponen-komponen kewarganegaraan
digital.
 Menperjelas manfaat adanya konsep kewarganegraan
digital.
 Berahlak muliah dalam menggunakan media sosial
sebagai warga digital.

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 139


A. Pengertian Kewarganegaraan Digital
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi membawa
pergaulan hidup manusia dalam bermasyarakat berkembang
dengan pesat. Pada zaman dahulu interaksi seseorang dengan
orang lain terjadi harus dengan kedatangan fisiknya dan
mencari ilmu pengetahuan dan informasi harus dengan karya-
karya seseorang dengan buku, tetapi sekarang menjadi lebih
muda. Interaksi seseorang dengan orang lain bisa dengan
menggunakan Handpone atau alat komunikasi yang lain,
begitu pula dengan mencari sumber-sumber ilmu pengetahuan,
oleh karena itu perkembangan dunia maya (internet dan sosial
media) dengan perkembangan alat-alat kominikasi digital yang
memang dibutuhkan oleh kita semua perlu adanya etika dalam
memanfaatkan dan menggunakannya.
Di dunia maya kita cenderung bebas berpendapat maupun
berperilaku sehingga sering kali terjadi penyimpangan norma-
norma yang berlaku. Oleh karena itu dibentuklah konsep
kewarganegaraan digital. Dilansir dari situs resmi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, definisi dari
kewarganegaraan digital adalah norma perilaku yang tepat
dan bertanggung jawab terkait dengan penggunaan teknologi
informasi. Kewarganegaraan digital atau Digital Citizenship bisa
diartikan sebagai norma berprilaku yang tepat serta bertanggung
jawab dalam penggunaan teknologi. Kewargaan Digital ini
merupakan sebuah konsep yang dapat dipergunakan dalam
mengedukasi warga digital mengenai cara yang baik dan benar
dalam menggunakan teknologi berbasis internet. Cara yang baik
dan benar ini melingkupi banyak hal seperti misalnya penggunaan
kata tepat saat berkomunikasi agar tak menyinggung pihak lain,
tidak menyebar informasi yang sifatnya penting, pribadi atau
pun hoax, mengabaikan tautan yang mencurigakan dan lain lain.
Warga digital ialah orang-orang yang menggunakan
internet untuk melakukan kegiatannya. Apakah dirimu sering
menggunakan internet untuk berbagi informasi, mencari
informasi atau sekedar untuk jual beli online? Kalau iya berarti
anda adalah “Warga Digital”. Warga digital merupakan individu
yang memanfaatkan Teknologi Informasi untuk membangun
komunitas, bekerja, dan berekreasi. Warga digital secara umum
telah memiliki pengetahuan dan kemampuan mengoperasikan
Teknologi. Teknologi Informasi untuk berkomunikasi maupun
mengekspresikan sebuah ide atau gagasan.

140 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


Kewarganegaraan digital membuat setiap warga digital
(pengguna perangkat digital) untuk menggunakan teknologi
dengan baik dan bertanggung jawab sama seperti halnya
kehidupan di dunia nyata. Konsep Kewarganegaraan digital
adalah konsep yang dapat digunakan untuk memberikan
pengetahuan mengenai penggunaan teknologi dunia maya
dengan baik dan benar. Penggunaan teknologi dunia maya
dengan baik dan benar memiliki banyak implikasi, yaitu:
pemilihan kata yang berkomunikasi, tidak menyinggung pihak
lain dalam update status, tidak memberikan informasi penting
kepada publik, tidak membukatautan yang mencurigakan, dan
lainnya. Kewarganegaraan digital adalah norma prilaku jujur,
bertanggung jawab, dan peduli terkait dengan pemanfaatan
Informasi dan Teknologi komunikasi secara bersama.
Kewarganegaraan digital adalah konsep yang memberikan
penyadaran penggunaan teknologiinformasi di dunia maya
secara bertanggung jawab dengan baik dan benar, impilkasi,
diantaranya pemilihan kata yang tepat dalam berkomunikasi,
tidak menyinggung pihak lain dalam memutakhirkan (update)
status, tidak menyebarkan ujaran kebencian Sara, tidak membuka
tautan yang mencurigakan dan sebagainya.
Kewarganegaraan digital membantu proses interaksi antar
warga digital di seluruh dunia dengan aman, nyaman, dan
kondusif. Dilansir dari Date Reportal, Internet menghubungkan
sekitar 4,72 milyar orang pada April 2021 atau sekitar sepertiga
populasi manusia di muka Bumi. Manusia dapat saling
berkomunikasi dengan mudah tanpa dibatasi tempat dan juga
waktu. Netizen (sebutan warga digital) bisa berkomentar apa saja
tanpa memikirkan efek komentar yang ia berikan. Disinilah tugas
kewarganegaraan digital yang mengatur agar warga digital dapat
bertanggung jawab atas semua hal yang dia lakukan di dunia
maya. Adanya kewarganegaraan digital juga menghindarkan
warga dari informasi yang buruk. Misalnya berita bohong (hoax),
foto-foto rekayasa, dan hasutan yang membahayakan kedaulatan
baik dari segi politik, pemerintahan, agama, ras, maupun status
sosial). Kewarganegaraan digital akan menghindari terjadinya
cyberbullying (pembulian di dunia maya) dan cyberharrasment
(pelecehan di dunia maya). Sehingga perlakuan yang menyangkut
keduanya bisa dilaporkan dan diproses secara hukum. Dengan
adanya kewarganegaraan digital juga menghindarkan adanya
isu mengenai SARA maupun hal-hal berbau pornografi.

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 141


Kewarganegaraan digital akan membuat warga digital berpikir
apakah hal ini jelas kebenarannya dan bukan hoax, apakah hal
ini pantas untuk di sebarkan, apakah hal ini sopan dan tidak
menyakiti orang lain, apakah betul hal ini penting.
Fungsi kewarganegaraan digital adalah untuk menciptakan
dunia digital yang bertanggung jawab Walau dunia digital
adalah dunia maya, namun dunia digital berdampak secara
langsung ke kehidupan nyata manusia. Kewarganegaraan
digital menciptakan keamanan serta menghindari permasalahan
dari dunia maya. Kewarganegaraan digital memberikan hak,
kewajiban, hukum, serta keamanan bagi para pengguna media
digital. Hal ini menghindarkan terjadinya pencurian data,
password, file, nomor kartu kredit, pin ATM, dan data lainnya
yang bisa menyebabkan kerugian. Kewarganegaraan digital
diharapkan mampu melindungi warga digital dari segala macam
cybercrime (kejahatan digital). Dilansir dari Interpol, kejahatan
dunia maya berkembang dengan sangat cepat dengan tren baru
yang terus bermunculan. Contoh cybercrime adalah konten
illegal, penyusupan data (hacking), sabotase digital, kejahatan
informasi pribadi, perusakan sistem keamanan, dan pembobolan
kartu kredit.

B. Komponen Kewarganegraan Digital


Ada tiga komponen kewarganegraan Digital yaitu : 1)
Lingkungan Belajar, 2) Lingkungan Sekolah, dan 3) Lingkungan
Luar Sekolah. Lingkungan belajar terdiri dari 3 sub yaitu : Akses
digital, komunikasi digital, dan literasi digital. Komponen
kedua lingkungan sekolah terdiri dari 3 sub juga yaitu : Hak
dan Kewajiban digital, Etika digital dan Keamanan digital.
Komponen ketiga, lingkungan luar sekolah, terdiri dari tiga sub
yaitu: Hukum digital, transaksi digital, dan kesehatan digital.
1. Lingkungan Belajar
Ilmu Pengetahuan telah menjadi bagian dari lingkungan
pembelajaran. Pemanfaatn ICT untuk mencari informasi,
data, maupun literatur yang digunakan untuk keperluan
akademis. Tiga komponen Kewargaan digital yang
harus diperhatikan dalam pemanfaatan Teknologi untuk
lingkungan belajar sebagai berikut :

142 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


Akses Digital
Mengakses fasilitas ICT adalah hak dasar setiap warga
digital. Namun, tidak semua orang memiliki kesempatan
yang sama untuk mengakses fasilitas tersebut baik itu dibatasi
oleh status ekonomi, disabilitas infrastruktur maupun
oleh lingkungan komunitas pengguna itu sendiri. Seiring
perkembangan teknologi, akses digital semakin mudah
diperoleh.Tantangan selanjutnya adalah pemanfaatan akses
digital secara cerdas dannbertanggung jawab dalam rangka
kebersamaan sebagai warga digital dalam dunia maya.
Komunikasi Digital
Berbagai bentuk komunikasi digital telah tersedia,
seperti e-mail, sms,chatting, forum, dan berbagai bentuk
lainnya, memungkinkan setiap individu untuk terus dapat
terhubung dengan individu lainnya. Setiap warga digital
dapat mengetahui berbagai jenis komunikasi menggunakan
media digital. Warga digital juga diharapkan dapat
mengetahui kelebihan dan kekurangan dari setiap jenis
komunikasi tersebut, sehingga dapat memilih penggunaan
komunikasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan.
Literasi Digital
Literasi digital merupakan proses belajar mengajar
tentang teknologi dan cara pemanfaatan teknologi. Dimana
harapannya pelajar dan pengajar bisa belajar apa saja, kapan
saja, dan dari mana saja. Saat teknologi baru muncul, para
pelajar dan pengajar diharapkan dapat beradaptasi secara
cepat dan tidak terpaku pada satu jenis teknologi.
2. Lingkungan Sekolah
Hak dan Kewajiban
Sebagai sesama warga digital yang menggunakan
teknologi dan sumber daya yang sama secara bersama,
setiap warga digital memiliki hak dan kewajiban yang
sama berdasarkan kesepakatan norma sosial yang ada di
masyarakat. Setiap warga digital memiliki hak atas privasi
maupun kebebasan bicara. Akan tetapi, setiap warga
digital juga memiliki kewajiban untuk menghormati privasi
orang lain maupun berbicara tanpa menyakiti perasaan
orang lain. Perlu diingat, bahwa setiap negara mengatur

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 143


hak dan kewajiban warga negaranya dalam berinteraksi
menggunakan perangkat digital. Untuk itu, sebagai warga
negara Indonesia, Anda juga harus memperhatikan hukum
yang berlaku di Indonesia, dan di mana pun Anda berada.
Etika Digital
Seringkali pengguna teknologi digital tidak memahami
bahkan tidak memedulikan etiket dalam penggunaan
teknologi. Banyak pihak yang memanfaatkan konsep,
produk, atau layanan digital tanpa memedulikan aturan serta
tata krama penggunaannya. Walaupun dalam dunia digital
para pengguna tidak saling bertatap muka, seringkali mereka
melupakan bahwa di balik setiap posting, di balik setiap
akun, terdapat pengguna lainnya yang dapat tersinggung
jika melanggar tata krama. Etiket digital bertujuan untuk
menjaga kenyamanan perasaan pengguna lainnya.
Keamanan Digital
Dalam dunia nyata, kita membangun pagar, mengunci
pintu, menambahkan alaram di rumah kita dengan alasan
keamanan. Hal yang sama juga perlu diterapkan dalam
dunia digital, seperti meng-install antivirus, firewall, mem-
backup data, dan menjaga data sensitive seperti username
dan password. Setiap orang harus berhati-hati dan
melindungi informasi dan data dari perbuatan pihak yang
tidak bertanggung jawa
3. Lingkungan Luar Sekolah
Hukum Digital
Hukum digital mengatur etiket penggunaan teknologi
dalam masyarakat. Warga digital perlu menyadari bahwa
mencuri ataupun mengubah data diri, maupun karya digital
orang lain, merupakan perbuatan melanggar hukum. Contoh
perbuatan yang melanggar hukum antara lain: mencuri
identitas orang lain, plagiarisme, menyebarkan virus.
Hukum yang terkait dengan aktivitas warga digital dikenal
dengan nama hukum siber (cyber law). Di Indonesia, hukum
yang terkait dengan kegiatan digital menyangkut 5 aspek:
(hak cipta, merek dagang, fitnah dan pencemaran nama baik,
privasi, dan yurisdiksi dalam ruang siber.

144 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


Transaksi Digital
Warga digital perlu menyadari bahwa sebagian besar dari proses
jual beli telah dilaksanakan secara daring atau telah dilaksanakan
dengan transaksi digital. Perangkat digital juga menyediakan
fasilitas yang memudahkan sesorang berbelanja atau
bertransaksi secara online. Berbagai situs jual-beli lokal dapat
dengan mudah diakses oleh penjual dan pembeli, seperti tokobagus.
com, kaskus.co.id, berniaga.com, dan berbagai toko daring lainnya.
Mudahnya akses dan semakin tingginya tingkat kesadaran
masyarakat akan teknologi informasi ikut mendorong tumbuhnya
pasar jual beli online/daring di Indonesia. Dalam jual beli daring,
penjual dan pembeli perlu menyadari resiko dan keuntungan yang
didapat dari jual beli daring, mulai dari resiko penipuan, perbedaan
barang yang dikirim, lama pengiriman, hingga legalitas barang yang
diperjualbelikan. Warga digital perlu mengetahui bagaimana menjadi
pembeli maupun penjual online online yang baik.
Kesehatan Digital
Di balik manfaat teknologi digital, terdapat beberapa ancaman
kesehatan yang perlu diperhatikan, seperti kesehatan mata, telinga,
tangan, bahkan keseluruhan badan. Tidak hanya kesehatan fisik,
kesehatan mental dapat juga terancam jika pengguna tidak mengatur
penggunaan teknologi digital. Dibalik manfaat teknologi digital,
ada beberapa hal yang bisa mengancam kesehatan (baik fisik
maupun mental). Untuk mencegahnya, kita harus menyadari
bahaya yang dapat ditimbulkan teknologi digital.
Komponen-komponen tersebut digambarkan sebagai
berikut.

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 145


C. Manfaat Kewarganegaraan Digital
1. Menciptakan rasa tanggungjawab
Kewargaan digital membantu masyarakat dalam proses
komunikasi melalui media digital. Media digital yang
mencakup informasi yang luas. Oleh karena itu, kewargaan
digital berfungsi untuk menciptakan rasa tanggungjawab
kepada diri pengguna media komunikasi digital.
Pelaku komunikasi yang menggunakan media
komunikasi digital memiliki pertanggungjawaban setelah
mengenal kewargaan digital yang berisi norma dan etika
pada penggunaan media komunikasi digital tersebut. Rasa
tanggungjawab tersebut tercipta untuk mencapai kebaikan
selama masa penggunaan media komunikasi digital yang
berbasis internet. (Baca juga: Komunikasi Online)
2. Menghindari permasalahan
Komunikasi yang dilakukan dengan memanfaatkan
teknologi digital ini membutuhkan kajian tentang
kewarganegaraan digital yang berfungsi untuk menghindari
penggunanya dari permasalahan atau resiko penggunaan
media digital tersebut.
Masyarakat diberi kesempatan untuk mengenal media
komunikasi yang ingin digunakan seperti media komunikasi

146 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


digital yang menggunakan jaringan internet untuk proses
pengiriman dan penerimaan pesan. Kajian kewargaan
digital ini membantu masyarakat untuk mengembangkan
kemampuan dalam menghadapi resiko dan menghindari
permasalahan yang bersangkutan dengan dunia komunikasi
digital. (Baca juga: Konsep Dasar Komunikasi Digital)
3. Membantu proses interaksi
Kewargaan digital berfungsi untuk mendorong
masyarakat dalam mengenal teknologi yang berbasis internet
sebagai media komunikasi. Sebagian besar masyarakat yang
menggunakan media komunikasi digital ini adalah anak
muda yang telah mengikuti perkembangan zaman.
Kewargaan digital merupakan kajian penggunaan
media komunikasi digital yang membantu masyarakat agar
mudah melakukan interaksi dengan masyarakat lainnya
yang dibatasi oleh tempat dan waktu.
4. Menciptakan kehidupan yang bermanfaat
Komunikasi yang menggunakan media komunikasi
digital ini berpedoman pada kewargaan digital yang
berfungsi untuk menciptakan kehidupan yang bermanfaat
terutama bagi bangsa dan negara.
Kewargaan digital menjadi literasi masyarakat saat
menggunakan media komunikasi digital karena terdiri atas
tata cara penggunaan media komunikasi digital yang baik,
etika, norma, dan cara menghadapi permasalahan dalam
media komunikasi digital tersebut.
Jika telah memahami kewargaan digital maka masyarakat
akan menggunakan teknologi dengan baik dan bermanfaat
juga untuk kehidupannya.
5. Cerdas dalam menggunakan media digital
Masyarakat yang memahami kewargaan digital akan
merasakan manfaatnya seperti memberikan kecerdasan
kepada masyarakat dalam memanfaatkan teknologi.
Teknologi dapat menghasilkan dampak positif apabila
digunakan dengan berpedoman pada kewargaan digital.
Banyak masyarakat yang hanya dapat menggunakan
komunikasi secara tidak cerdas seperti menggunakan banyak
waktu untuk hal yang tidak bermanfaat saat menggunakan
media komunikasi digital dan kerugian-kerugian

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 147


lainnya. (Baca juga: Peran Media Sosial dalam Komunikasi
Digital)
6. Meningkatkan persaingan di dunia bisnis
Media komunikasi digital yang memanfaatkan
jaringan internet ini membantu negara dalam bidang
ekonomi. Pasalnya teknologi internet sering digunakan
untuk melakukan transaksi antar negara dalam proses
kerjasama bidang ekonomi. Selain itu, teknologi internet
juga membantu negara untuk mempromosikan produk yang
akan diperjualbelikan kepada negara lainnya.
Oleh karena itu, adanya kewargaan digital yang dipahami
masyarakat ini membantu negara khususnya dalam bidang
perekonomian.
Komunikasi yang memanfaatkan media digital ini juag
membantu dalam proses komunikasi antar kedua belah
pihak yang terkait dengan pemasaran produk. Komunikasi
dalam media digital ini akan efektif apabila masyarakat
memahami kewargaan digital.
7. Menambah wawasan dalam penggunaan media
Kewargaan digital berguna untuk membentuk
kepribadian warga digital dalam memanfaatkan teknologi
digital. Kajian kewargaan digital berfungsi untuk menambah
wawasan warga digital terutama warga digital yang sering
menggunakan media komunikasi digital seperti messenger
yang menggunakan sinyal digital di handphone atau telepon
selular.
Komunikasi yang didasari dengan wawasan kewargaan
digital ini mengurangi resiko dan permasalahan yang terjadi
dalam proses komunikasi. Komunikasi yang baik adalah
komunikasi yang menggunakan rasa tanggungjawab dan
menaati norma dan etika yang berlaku.
Warga digital akan merasakan nyaman pada saat
menggunakan media digital dengan baik. Wawasan
kewargaan digital akan terus dikaji dan digunakan oleh
masyarakat yang mengikuti perkembangan teknologi. (Baca
juga: Peranan Internet dalam Sarana Komunikasi)
8. Memberikan informasi yang bermutu
Jika warga digital telah memahami kewargaan digital
maka komunikasi akan berjalan dengan baik. Penyampaian

148 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


dan penerimaan informasi dari internet akan menjadi lebih
bermutu apabila warga digital telah memahami kewargaan
digital.
Kewargaan digital bermanfaat untuk mengubah pola
pikir warga digital saat menyaring berbagai macam informasi
yang ada di dunia maya, sehingga informasi yang diambil
akan lebih bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan
dengan baik. (Baca juga: Perkembangan Teknologi
Komunikasi di Indonesia)

D. Apa Itu T.H.I.N.K. ?


T.H.I.N.K. Merupakan tata krama untuk menjadi Kewargaan
Digital yang baik dan benar, kita telah menyadari pentingnya
kewargaan digital. Tata Krama Komunikasi sinkron juga
berkesenambungan denagn menggunakan konsep “T.H.I.N.K.”
sebelum kita berkomunikasi di dunia digital, baik itu e-mail,
post facebook, twitter, blog, forum, dan lain-lain. T.H.I.N.K.
merupakan akronim dari:
- Is it True (Benarkah)?
Benarkah posting Anda? Atau hanya isu yang tidak jelas
sumbernya?
- Is it Hurtful (Menyakitkankah)?
Apakah post anda akan menyakiti perasaan orang lain?
- Is it illegal (Ilegalkah)?
Ilegalkah post Anda?
- Is it Necessary (Pentingkah)?
Pentingkah post Anda? Post yang tidak penting akan
mengganggu orang lain.
- Is it Kind (Santunkah)?
Santunkah post Anda?, tidak menggunakan kata-kata yang
dapat menyinggung orang lain?

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 149


150 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Madjid & Sri-Edi Swasono. 1981. Wawasan Ekonomi


Pancasila. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Boediarjo, Meriam. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT.


Gramedia Pustaka Utama

Dardji Darmodihardjo. 1979. Pancasila Suatu Orientasi Singkat,


Jakarta: Balai Pustaka .

Dede Rosyada dkk. (2003). Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan


Masyarakat Madani. Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah.

Dikti, 2003. Modul Acuan Proses Pembelajaran Matakuliah


Pengembangan Kepribadian. 2003. Jakarta: Deparemen
Pendidikan Nasional Direktorast Jendral Pendidikan Tinggi.

Djaja, Ermansjah,2009. Memberantas Korupsi Bersama KPK (Komisi


Pemberantasan Korupsi). Jakarta: Penerbit Sinar Grafika.

Edi Yunara (2005), tindak pidana korupsi merupakan kejahatan


merugikan keuangan negara atau perekonomian negara

Ekatjahjana, dkk, 2001. Sumber Hukum Tata Negara Formal Di


Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Hasjim Nangtjik, dkk, 1984. Pengantar Kewiraan, Diterbitkan oleh


Seksi Kewiraan Universitas Gadjah Mada.

Hazairin, 1981. Demokrasi Pancasila, Jakarta: Bina Aksara.

Hikam M. AS. (1996). Demokrasi dan Civil Society. Jakarta:

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 151


Gramedia, Kamil.

Ismail Suny. 1978. Mekanisme Demokrasi Pancasila. Jakarta: Aksara


Baru.

Jujun S. Suriasumantri. 1984. Filsafat Ilmu. Jakarta: Sinar Harapan.

Kansil,C.S.T. dan Chistina Kansil. 2003. Pendidikan


Kewarganegaraan Di PerguruanTinggi. Jakarta: PT Pradnya
Paramita.

Kelompok Kerja Kewarganegaraan, 2001. Pendidikan


Kewarganegaraan, Jakarta: PT Gramedia.

Klitgaard, Robert. 2005. Membasmi Korupsi. Jakarta: Yayasan


Obor.

Lembaga Pengkajian Ekonomi Pancasila, 1980. Ekonomi Pancasila,


Jakarta: Mutiara.

Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas), 1989. Sistem


Menejemen Nasional, Jakart: Penerbit PT Aries Lima.

Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas), 1992. Kewiraan


Untuk Mahasiswa, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. 2005.


Materi Sosialisasi Putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia. Jakarta: Sekretariat Jendral Majelis
Permusyawaratan Rakyat.

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. 2005.


Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945. Jakarta: Sekretariat Jendral
Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. 2005.


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Jakarta: Sekretariat Jendral Majelis Permusyawaratan
Rakyat.

152 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


Muladi (editor). 2007. Hak Asasi Manusia, Hakekat, Konsep
dan Implikasinya dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat.
Bandung: Refika Aditama. Bandung.

Noor Ms Bakry. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan (Kewiraan).


Jogyakarta : Liberty

Kaelan. 2001. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Penerbit


Paradigma.

Soeprapto,M.Ed. 1996. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka dalam


Menghadapi Liberalisasi Perdagangan Internasional. Jakarta:
PT. Citraluhur Tata.

Sumarsono, S dkk. 2004. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta :


Gramedia Pustaka Utama

Soemantri M, Sri, dan Mahfud MD, Moh., 2000. Amandemen


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Jakarta: Sinar Grafika.

Thalib, Dahlan, dkk. 2001. Teori Dan Hukum Konstitusi. Jakarta.


PT. Raja Grafindo Persada.

Nasution, Buyung A. ,2001. Aspirasi pemerintahan Konstitusional


di Indonesia. Penerjemah Sylvia Tiwon. Jakarta: Grafiti.

Zaelani, dkk. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan


Tinggi. Yogyakarta : Paradigma.

Kaelan. 1996. Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

http://kelompok1biru.blogspot.com/2018/02/konsep-kewargaan-
digital.html

https://kewargaan-digital.blogspot.com/2017/11/pengertian-
kewargaan-digital-digital.html

https://garudacyber.co.id/artikel/556-konsep-kewargaan-digital

https://pakarkomunikasi.com/fungsi-kewargaan-digital

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 153


https://brainly.co.id/tugas/12916949

https://anggpf.blogspot.com/2019/02/pengertian-warga-digital-
dan-kewargaan.html

154 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Dr, Shofiyatul Azmi, SH., M.Pd
Jabatan Lektor Kepala
2
Fungsional
Golongan/ Pembina Utama Muda/IV-c
3
Pangkat
4 Jabatan Struktural Dosen Tetap DPK
5 NIP 196610201991032001
6 NIDN 0020106602
Tempat dan Gresik 20 Oktober 1966
7
Tanggal Lahir
Alamat Rumah Perum. Neigbourhood NB-23
8
Pakis sawojajar
9 Nomor Telp (0341) 716491. Hp. 081334780495
10 Alamat Kantor Jl. Danau Sentani No.99 Malang
11 Nomor Telp/Faks (0341) 713604. Faks (0341) 713603
12 Alamat Email Shofiyatulazmi@gmail.com
Lulusan yang S1= ±20.000 orang
13
telah dihasilkan
1. Kajian Kurikulum dan Buku
Mata Kuliah yang Teks PKn
14
diampu 2. Perencanaan Pembelajaran
PKn

B. Riwayat Pendidikan

SD SMP SMA
Nama Madrasah SMP Negeri SMA Negeri
Sekolah Ibtidaiyah 2 01
Poesmusgri Gresik Gresik
Gresik
Tahun Lulus 1980 1983 1986
S1 S2 S3
Nama IKIP UM UM
Perguruan MALANG
Tinggi

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 155


UNIDHA
Bidang Ilmu PMP-KN Teknologi Teknologi
Pembelajaran Pembelajaran
Ilmu
Hukum
Tahun Lulus 1986/1990 2007 2018
1998/2000

C. Pelatihan Profesional

Tahun Pelatihan Penyelenggara


2005 Lokakarya Penulisan Universitas
Artikel Ilmiah Tingkat Wisnuwardhana
Mahir
2008 Penyusunan Pencana FKIP – UNIDHA
Pelaksanaan
Pembelajaran Untuk
Meningkatkan
Profesionalisme Guru
dan Dosen
2008 Pelatihan dan LPPM-UNIDHA
Pendampingan untuk
Penyusunan Proposal
Penelitian Hibah
Bersaing dan Hibah
Kompetensi
2009 Pelatihan dan DIKNAS
Workshop
Penyusunan Evaluasi
Management Internal
(EMI)
2010 Pelatihan Pelaksanaan FKIP – UNIDHA
Pembelajaran Inovatif
di Perguruan Tinggi

156 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


2011 Pelatihan dan KOPERTIS VII
Worhshop Penilaian
Beban Kerja Dosen dan
Evaluasi Pelaksanaan
Tridharma

D. Pengalaman Penelitian
Tahun Judul Penelitian Jabatan Sumber
Dana
1999 Keikutsertaan Peneliti Mandiri
Masyarakat Pagelaran Utama
dalam Pembangunan
Desa
2000 Pelaksanaan Peneliti KOPERTIS
Pemilihan Kepala Utama
Desa di Kecamatan
Gondanglegi
2002 Menurunnya Peneliti Mandiri
Tatakrama Pemuda Utama
Jawa (Studi di
Sawojajar I Malang)
2002 Wanita Karir Dalam Peneliti Mandiri
Keluarga dan Utama
Menurut Pandangan
Islam (Studi di daerah
Sawojajar I Malang)
2004 Penyebab rendahnya Peneliti Mandiri
Motivasi Belajar Siswa Utama
Pedesaan (Studi di
daerah kecamatan
Bantur Kabupaten
Malang
2005 Strategi Peningkatan Anggota DIKTI
Mutu Pendidikan di
Kota Malang (Studi
Kasus di MIN Malang
I)

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 157


2006 Pelaksanaan Kelas Peneliti Mandiri
Akselerasi (Studi Utama
di SMA Negeri 3
Malang)
2012 “Strategi Penanaman Peneliti Mandiri
sikap nasionalisme Utama
di TK Pembina Kota
Malang”
2016 “Pengaruh strategi Peneliti Hibah
pembelajaran Utama Dokter
klarifikasi nilai tipe DIKTI
group Interview dan
tipe Consequences
Search terhadap
sikap menghargai
perbedaan mahasiswa
yang memiliki gaya
kognitif yang berbeda
dalam Matakuliah
Pendidikan
Kewarganegaraan

E. Karya ilmiah
Tahun Judul Penerbit/Jurnal
2009 Menelaah Kedudukan LIKITHAPRAJNA
Konstitusi di suatu ISSN:1410-8771
Negara Maret 2009
2010 Peningkatan Prosiding ISSN No.
Pembelajaran dengan 2088-0049 Januari
PAIKEM 2010
2011 Penanaman Moral Sejak Proseding ISSN No.
Dini dalam Rangka 2088-0049 Pebruari
Pembentukan Karakter 2011
Bangsa
2013 Menumbuhkan Jurnal
Profesionalisme Guru “Likhtapradnya”
Dalam Pembelajaran ISSN: 1410-8771
Berkelanjutan Tahun 11, Volume 1
April 2013

158 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


2013 Berbagai permasalahan Jurnal
pendidikan di Indonesia “Likhtapradnya”
ISSN: 1410-8771
Tahun 11, Volume
2September 2013
2014 Pendidikan Morak Jurnal
Salah satu unsur “Likhtapradnya”
ISSN: 1410-8771
dalam Pendidikan
Volume 15, nomor 1
Kewarganegraan April 2014
2017 The Effect of Value The Internasional
Clarification Learning Journal of Science &
Technoledge, Volume
Strategy (Group
5 Issue 5 May, 2017
Interview Type and
Consequences Search
Type) on Respect for
Diversities of Students
Who Have Different
Cognitive Styles in Civic
Education

F. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat


Tahun Kegiatan
2007 Sosialisasi Kurikulum 2006 (KTSP) di SMA
dan SMK Wisnuwardhana dan penyusunan
Silabus dan RPP
2008 Instruktur Pendidikan dan Pelatihan Profesi
Guru (PLPG) Universitas Negeri Malang
2009- Instruktur Pendidikan dan Pelatihan Profesi
2014 Guru (PLPG) Universitas Muhammadiyah
Malang
2011 Mendampingi guru-guru pada pelatihan
Penyusunan RPP “Implementasi Pendidikan
Karakter dalam RPP”
2011 Penyuluhan Pendidikan Masyarakat Desa
Codo kecamatan Wajak kabupaten Malang

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 159


2012 Asesor Beban Kerja Dosen dan Evaluasi
Pelaksanaan Tridharma
2015 IBW “Pengembangan Desa Wisata di
Poncokusumo kabupaten Malang
2016 IBW “Pengembangan Desa Wisata di
Poncokusumo kabupaten Malang (tahun ke 2)
2017 IBW “Pengembangan Desa Wisata di
Poncokusumo kabupaten Malang (tahun ke 3)

G. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada


Pertemuan/ seminar Ilmiah
No Nama Pertemuan Judul Artikel Waktu dan
Ilmiah/Seminar Ilmiah Tempat
1 Pemateri ”Pelatihan Pembelajaran 30 – 31
, Penyusunan dan PAIKEM Januari 2010.
Pemanfaatan Media UNIHDA
dalam Pembelajaran
PAIKEM Menuju
Profesionalisme
Guru:
2 Nara sumber dalam Perencanaan 3 – 4 April
kegiatan ”Pelatihan Pem, 2010
dan Pelaksanaan belajaran UNIDHA
Pembelajaran Inovatif
Inovatif di
Perguruan Tinggi”
3 Pemateri PLPG Penyusunan 2011 Batu
Rayon 44 materi RPP
”Penyusunan RPP”
4 Pemateri PLPG Penulisan dan 2012
Rayon 44 materi Pelaksanaan Batu
”Penelitian PTK
Tindakan Kelas”
5 Pemateri PLPG Materi-materi 2012
Rayon 44 PKN untuk Batu
materi”Materi PKn SMP
SMP”

160 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan


6 Pemateri PLPG Kurikulum 2013
Rayon 44 2013 Batu
materi”Kurikulum
2013”
7 Pemateri pada Perubahan 2013
work shop Kurikulum
penyempurnaan adalah hal
kurikulum di SMA yang wajar
Pemakalah seminar Proseding 19 – 20
ASEAN di UMM :Self Regulated Pebruari
Asean Conference Learning Salah 2016
2nd Psycology and satu modal
Humanity kesuksesan
belajar dan
mengajar
8 Pemakalah seminar Proseding : 13 Maret
Internasional. The Values 2016
Program Book Clarification
Graduate Program Learning
University of PGRI Strategy In
Adi Buana Surabaya Scientific
Approach on
Civic Education
Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir
No Judul Buku Tahun Jum- Hala- Penerbit
lah man
1 Tim Penyusun 2010 Universitas
Buku Pegangan Muham-
Diklat PLPG madiyah
Rayon 44 Bidang Malang
Studi PPKn-SMP
2 Tim Penyusun 2011 Universitas
Buku Pegangan Muham-
Diklat PLPG madiyah
Rayon 44 Bidang Malang
Studi PPKn-SMP

Dr. Shofiyatul Azmi, S.H., M.Pd 161


3 Bahan Ajar 2016 Universitas
Pendidikan Wisnu-
Kewarganegraan wardhana
dengan dana Malang
Hibah Doktor

H. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 tahun


Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi
lainnya)
No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Tahun
Penghargaan
1 Sertifikat Penghargaan MPR – RI 2006
2 Satya Lencana X th Presiden RI 2008
3 Satya Lencana XX th Presiden RI 2016

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini
adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian
dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.
Demikian biodata ini saya buat sebenarnya untuk memenuhi
salah satu persyaratan dalam pengajuan hibah penelitian
Disertasi Doktor

162 Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan

Anda mungkin juga menyukai