Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

TEORI - TEORI SIFAT dan BEHAVIORISTIK


Calvin S. Hall & Gardner Lindzey

Disusun oleh :
1. Anselmus Leo Verian H. (231103007)
2. Nabilla Azzahra (2311030012)
3. Ani Setyawati (2311030010)
4. Alber Thyna Gerald E. (2311030019)
5. Hilyah Dinda Rahmawati (2311030021)
6. Shafa Salsabila P. K. (2311030022)
7. Della Puspita (2311030025)
8. Widya Novita Al-Afifah I. (2311030026)
9. Erna Wihartiningtyas (2311030028)

UNIVERSITAS WIDYA DHARMA KLATEN


Jl. Ki Hajar Dewantara, Klaten Utara, Klaten Jawa Tengah
Telp. (0272) 326000
Website: https://unwidha.idha.ac.id/

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
review buku Teori - Teori Sifat dan Behavioristik
Terimakasih pula kepada dosen pengampu yang sudah membimbing kami sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Terimakasih

Klaten, 07 November 2023

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI
BAB 1 .........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Pendahuluan......................................................................................................................4

B. Tujuan................................................................................................................................4

BAB II.........................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.........................................................................................................................7

A. TEORI ALLPORT..........................................................................................................................7
B. TEORI DOLLARD........................................................................................................................12
C. TEORI MILLER............................................................................................................................12
1 TEORI SKINNER........................................................................................................................14
D. TEORI CATTEL...........................................................................................................................17
E. TEORI SHELDON........................................................................................................................27
TANYA JAWAB TEORI TEORI SIFAT DAN BEHAVIORISTIK..................................33

KESIMPULAN.........................................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................35

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN
Dalam teori behavior terdapat istilah operant conditioningyang telah dikembangkan oleh
B.F. Skinner. Operant conditioningadalah bentuk pembelajaran yang menunjukkan
bahwa konsekuensi dari perilaku menghasilkanperubahan yang akan
terjadi.1Pembelajaran di sekolah merupakan aktivitas sadar tujuan, artinya semua
komponen yang terlibat didalamnya pasti mempunyai satu tujuan untuk dicapai, yaitu
mencetak anak didik yang berkualitas yang nantinya akan berguna bagi nusa dan bangsa.
Baik dari pendidik, peserta didik, kurikulum, bahkan fasilitasnya pun juga sudah
terorganisir agar proses belajar dan mengajarnya bisa efektif-produktif. Mereka
mengaturnya sedemikian rupa agar dapat mencapai tujuannya. Namun, karena
sedemikian terencananya justru akan menjerumuskan pendidikan terhadap formalitas.
Banyak sekali pengajar yang mengajar tanpa menghiraukan visi dan misi seorang
pendidik, padahal yang menjadi penghidupan kegiatan pengajaran ialah ketulusan,
kepedulian, dan keteladanan dari seorang pendidik untuk membentuk kepribadian peserta
didiknya agar mereka di masa depan dapat berguna bagi bangsanya dan juga dirinya
sendiri, karena tujuan pendidik ialah memberi bekal pada peserta didiknya untuk
menghadapi perubahan di masa yang akan datang

B. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat dirumuskan tujuanpenelian sebagai
berikut:
1.Agar memahami konsep rewarddan punishmentdalam perspektif pendidikan
2.Agar memahami konsep rewarddan punishmentdalam perspektif pendidikanIslam
3.Agar memahami konsepreward dan punishment dalam perspektif pendidikan dan
pendidikan islam

4
BAB II
PEMBAHASAN

GORDON ALLPORT
(Della Puspita 2311030025)
(Anselmus Leo Verian 231103007)

1. (Della Puspita 2311030025)

A. Kelompok Teori : Teori Behavioristik

B. Nama Teori : Traits Psikologi

C. Nama Tokoh : Gordon Allport

D. Dinamika/Perkembengan Kepribadian :

Allport menekankan bahwa pengaruh keberadaan seseorang pada masa sekarang tidak
hanya ada di dalam teori kepribadiannya tetapi juga ada dalam pandangan motivasinya.
Dan juga menegaskan bahwa kehidupan masa lalu atau masa lampau tidak lagi dapat
menjelaskan perilaku seseorang kedepannya kecuali hanya sebagai motivasi saja.
Sehingga Allport hanya terfokus kepada kehidupan individu di masa depan ketimbang
dimasa lalu.

Allport menentang teori Freud yang terfokus pada alam bawah sadar seseorang. menutu
Allport proses kognitif seseorang juga memiliki peran penting yang mana suatu rencana
dan tujuan seseorang dibuat secara sadar. Sehingga ia menyimpulkam bahwa kehidupan di
masa lalu tidak ada hubungan dan sangkut pautnya dengan kehidupan mendatang dari tiap
individu kehidupan masa lalu itu hanya sebagai motivasi atau dukungan kearah yang lebih
baik.

Kemudian Allport juga menjelaskan proses dari kepribadian itu dalam sebuah konsepnya,
“functional autonomy”. Konsep ini menjelaskan bahwa motif kematangan, kesehatan
emosional seseorang tidak terhubung secara fungsional kepada pengalamannya di masa
lalu sejak lahir. Dari konsep tersebut dapat diketahui bahwa Allport berpendapat bahwa
motivasi dari tiap individu itu bersifat independent dan tidak terikat atau terhubung
dengan hal yang lainnya.

Konsep ini terdiri atas level fungsi otonom yaitu :


5
1. Perseverative Functional Autonomy, merupakan level yang dasar berkaitan dengan
perilaku seseorang yang sudah menjadi kegiatan rutin seperti kecanduan atau tindakan
fisik yang berulanh. Contoh : perokok.
2. Propriate Functional Autonomy, merupakan level yang lebih penting ketimbang level
Perseverative Functional Autonomy dan penting untuk pemahaman motivasi dewasa
dihubungan pada nilai-nilai, self-image, dan gaya hidup. Selain itu, terdapat juga tiga
prinsip pada level Propriate Functional Autonomy, yaitu :
3. Organizing the energy level, menjelaskan bagaiama kita memperoleh motif baru.
4. Mastery and competence, mengacu pada level yang mana akan kita pilih untuk
memuaskan motif.
5. Propriate patteming, menjelaskan perjuang (usaha) terhadap konsistensi dan integrasi
kepribadian.

E. Metode/ Penelitian Khas :

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan bertujuan untuk memberikan
gambaran atau deskripsi tentang keadaan secara objektif. Deskriptif kualitatif dapat juga
menggambarkan tindak tuturan baik tulisan maupun lisan.Dalam penelitian ini dipaparkan
karakter tokoh utama dalam novel karya Nawwal El Saadawi yang berjudul Matinya seorang
mantan Menteri. Data dikumpulkan dengan cara membaca, mencatat dan menandai satu-
persatu peristiwa yang ada dalam novel tersebut. kemudian data dianalisis dengan metode
agih yaitu suatu metode yang mengurai suatusatuan lingual berdasarkan unsur-unsur
terkecilnya.

6
2. (Anselmus Leo Verian 231103007)

A. Kelompok Teori : Teori Behavioristik

B. Nama Teori : Traits Psikologi

C. Nama Tokoh : Gordon Allport

D. Dinamika/Perkembengan Kepribadian :

7
8
RAYMOND B CATTELL

(Nabilla Azzahra 2311030012)


(Shafa Salsabila PK 2311030022)

1. (Nabilla Azzahra 2311030012)


A. Kelompok Teori : Teori Behavioristik

B. Nama Teori : Faktor Ganda/ Trait Theory

C. Nama Tokoh : Raymond B Cattell

D. Dinamika/Perkembengan Kepribadian :

konsep "Trait Theory" yang dikenal sebagai teori sifat kepribadian. Cattell mengidentifikasi
sejumlah besar sifat kepribadian yang ia sebut "traits" melalui penggunaan teknik statistik yang
disebut analisis faktor dan diklasifikasikan menjadi beberapa, sebagai berikut :

a. Common Traits and Unique Traits


Common Traits adalah karakter yang dimiliki oleh setiap orang hanya saja masing – masing
individu memiliki tingkatan atau kapasitas yang berbeda – beda. Beberapa orang memiliki
kapasitas yang lebih daripada yang lain begitu pula sebaliknya.
Unique Traits adalah karakter yang dimiliki oleh sedikit individu dan menjadikannya unik atau
sebuah kekhasan, cenderung pada ketertarikan
terhadap suatu objek.

b. Surface Traits and Source Traits


Surface Traits adalah kelompok variable yang dapat dilihat oleh orang lain dan merupakan
kepribadian yang tersusun dari beberapa elemen secara konstan.
Source Traits adalah kesatuan karakter yang membangun surface traits dan hanya dapat diketahui
dengan penggunaan teori analisis factor.Berdasarkan asalnya source traits diklasifikasikan lagi
menjadi sebagai berikut :
* Constitutional traits : karakter yang berasal dari kondisi biologisindividu.
* Environment-mold traits : karakter yang terbentuk karena faktor lingkungan dan proses
pembelajaran.

c. Ability Traits and Temperament Traits


Ability Traits adalah karakter yang menentukan kemampuan seseorang untuk mecapai
tujuannya. dengan tingkat intelejensi yang dimiliki seseorang kita dapat memprediksikan sejauh
mana seseorang dapat mencapai tujuannya.
Temprament Traits adalah karakter yang menggambarkan emosi seseorang secara umum. seperti
ketenangan, kegugupan, keberanian, dsb.

d. Dynamic Traits (sifat-sifat yang dinamis)


9
Merupakan sifat atau karakter yang mengendalikan tingkah laku seseorang dan juga berperan
dalam emosi, keinginan, maupun ketertarikan seseorang dalam suatu hal. Terdapat tiga jenis pokok
dari dynamic traits, yakni :
* Attitude (Sikap), merupakan tingkah laku spesifik individu( respon terhadap situasi atau keadaan
tertentu).
* Ergs, merupakan dorongan bawaan yang dimiliki seseorang untuk mencapai tujuannya.
Berdasarkan penelitian Cattell telah ditetapkan 10 macam erg, yakni : rasa lapar, seks, sifat suka
berteman, sifat melindungi pada orang tua, rasa ingin tahu, pelarian diri (takut), sifat suka
berkelahi, sifat suka memiliki, asersi diri, seks yang narsisistik.
* Sentiment, tingkah laku yang terstruktur yang memperoleh energi dari erg dan terbentuk melalui
hasil belajar.

Cattell juga mengembangkan 16 faktor kepribadian yang dikenal sebagai "The 16 Personality
Factors" (16 PF), yang mencakup faktor-faktor seperti kecerdasan emosional, stabilitas emosional,
kemandirian, dan lain-lain.
"The 16 Personality Factors" (16 PF) adalah model kepribadian yang dikembangkan oleh Raymond
Cattell. Model ini mengidentifikasi 16 faktor kepribadian yang diyakini dapat menggambarkan
dimensi-dimensi utama dari perbedaan individual dalam perilaku dan kepribadian. Faktor-faktor ini
mencakup berbagai aspek seperti introversi, ekstroveri, stabilitas emosional, ketegasan, dan lain-
lain. Model ini digunakan dalam psikologi untuk membantu memahami dan mengukur perbedaan-
perbedaan individu dalam kepribadian.

Berikut adalah 16 faktor kepribadian dalam model "The 16 Personality Factors" (16 PF) yang
dikembangkan oleh Raymond Cattell:
1. Warmth (Hangat)
2. Reasoning (Pemikiran)
3. Emotional Stability (Stabilitas Emosional)
4. Dominance (Dominasi)
5. Liveliness (Kehidupan)
6. Rule-Consciousness (Kesadaran Aturan)
7. Social Boldness (Ketegasan Sosial)
8. Sensitivity (Sensitivitas)
9. Vigilance (Kewaspadaan)
10. Abstractedness (Abstraksi)
11. Privateness (Kepribadian)
12. Apprehension (Ketakutan)
13. Openness to Change (Keterbukaan terhadap Perubahan)
14. Self-Reliance (Kemandirian)
15. Perfectionism (Perfeksionisme)
16. Tension (Ketegangan)

Setiap faktor ini mencerminkan aspek-aspek tertentu dari kepribadian manusia dan membantu
dalam memahami perbedaan-perbedaan individual dalam perilaku dan respons terhadap situasi.

Dalam pandangan Cattell, kepribadian merupakan kombinasi unik dari berbagai traits sumber yang
ada dalam individu. Ia meyakini bahwa kita dapat memprediksi dan memahami perilaku seseorang
melalui pemahaman traits sumber yang terkait dengan kepribadian mereka.

10
Namun, penting untuk dicatat bahwa teori sifat kepribadian oleh Cattell telah mendapatkan
penelitian dan pengembangan lebih lanjut dari para ahli dan pemikir kepribadian lainnya

E. Metode/ Penelitian Khas :


Reymond B. Cattell, seorang psikolog kepribadian yang sangat berpengaruh, memiliki
beberapa metode penelitian khas yang ia kembangkan dan gunakan dalam studi
kepribadian. Berikut adalah beberapa metode penelitian khas Cattell:

1. Analisis Faktor Ganda (Multiple Factor Analysis)

- Cattell mengembangkan metode analisis faktor ganda untuk mengidentifikasi struktur


kepribadian yang kompleks.

- Metode ini memungkinkan peneliti untuk mengekstrak berbagai faktor kepribadian


secara lebih akurat.

2. Studi Longitudinal Kepribadian

- Cattell melakukan studi longitudinal untuk meneliti stabilitas dan perubahan


kepribadian sepanjang kehidupan.

- Penelitian ini memberikan wawasan tentang dinamika kepribadian dan pengaruh faktor-
faktor yang dapat mempengaruhinya.

3. Pengembangan Tes Kepribadian 16PF

- Cattell mengembangkan alat tes kepribadian "16 Personality Factors Questionnaire


(16PF)".

- Tes ini digunakan untuk mengukur 16 dimensi kepribadian yang diidentifikasi Cattell.

4. Analisis Trait

- Cattell berfokus pada analisis trait atau sifat-sifat unik yang relatif stabil pada diri
individu.

- Metode ini digunakan untuk memahami struktur dan dinamika kepribadian.

11
5. Penelitian Heritabilitas Kepribadian

- Cattell menyelidiki peran faktor genetik dan lingkungan dalam pembentukan


kepribadian.

- Penelitian ini memberikan wawasan tentang bagaimana kepribadian terbentuk dari


interaksi antara faktor bawaan dan faktor lingkungan.

Selain itu, Cattell juga menggunakan metode-metode penelitian kuantitatif lainnya, seperti
pengamatan perilaku, survei, dan eksperimen, untuk memperkuat pemahaman tentang
kepribadian.

Secara keseluruhan, metode penelitian khas Cattell berfokus pada analisis faktor, studi
longitudinal, pengembangan instrumen tes kepribadian, dan investigasi peran faktor
genetik dan lingkungan dalam dinamika kepribadian.

2.(Shafa Salsabila PK 2311030022)

12
A. Kelompok Teori : Teori Behavioristik

B. Nama Teori : Faktor Ganda/ Trait Theory

C. Nama Tokoh : Raymond B Cattell

D. Dinamika/Perkembengan Kepribadian :

Menurut Raymond Cattell, factor penyebab perkembangan kepribadian manusia dibagi menjadi
empat, yaitu:

1. Tahapan Perkembangan

a. Infancy (Tahap Bayi)

Masa infancy dimulai sejak lahir hingga umur 6 tahun. Menurut Cattell, pada usia ini merupakan
periode terpenting dalam perkembangan kepribadian. Pada tahap ini, anak sangat dipengaruhi oleh
orang tua dan keluarga di sekitarnya, dan melalui pengalaman bagaimana anak memperoleh
makanan dan pengalaman bagaimana anak menjalani proses toilet training.

b. Childhood (Tahap Anak)

Masa childhood (kanak-kanak) dimulai sejak umur 6-14 tahun. Tahap ini sering disebut periode
konsolidasi dikarenakan pada masa ini hanya sedikit masalah psikologis yang dialami, tidak seperti
pada masa sebelumnya. Tahapan ini ditandai dengan dimulainya kemandirian dan ingin bebas dari
orang tuanya seiring meningkatnya identifikasi dengan kelompok sosial atau pertemanan.

c. Adolescence (Tahap adolesen)

Tahap kanak-kanak diikuti oleh tahap perkembangan kepribadian yang bermasalah dan Ini adalah
tahap yang menyulitkan dan menekan. Tahap ini mulai di antara 14-23 tahun. Gangguan mood dan
pelanggaran meningkat pada periode ini. Konflik yang dialami pada umumnya seputar
kemandirian, jati diri, dan seks.

d. Maturity (Tahap kemasakan/kematangan)


Pada tahap dewasa awal, 23-50 tahun, pada umumnya merupakan periode kepuasan dan
produktivitas karir individu, pernikahan, dan keluarga. Pada tahap ini biasanya ditandai dengan
kesibukan dan kebahagiaan.

e. Late Maturity

Ada perubahan penyesuaian dalam kepribadian sebagai respon terhadap perubahan fisik, sosial, dan
psikologis. Pada tahap dewasa akhir ini (50-65 tahun) secara fisik, terjadi penurunan setelah umur
50 tahun. Biasanya pada tahap ini, individu menilai kembali jati dirinya selama ini dan mencoba
memperbaikinya untuk menjadi pribadi baru.

f. Old Age (Tahap Tua)

13
Individu pada masa ini biasanya sering membicarakan kembali masa-masa yang telah dilaluinya.
Bahkan terkadang, cara pikir individu pada masa ini terlihat seperti masa kanak-kanak. Masa ini
dimulai pada usia 65 tahun ke atas. Penyesuaian diri terhadap kehilanganorang-orang terdekat
seiring dengan aspek religiusitas yang semakin meningkat, pensiun kerja, kesepian yang mendalam,
dan perasaan tidak aman adalah konflik utama pada masa ini.

2. Nature vs Nurture

Salah satu metode yang dilakukan Cattell adalah MAVA (Multiple Abstract Variance Analysis).
Cattell membandingkan persamaan antara orang kembar yang diasuh di satu keluarga, orang
kembar yang diasuh keluarga berbeda, saudara kandung tidak kembar yang diasuh di satu keluarga,
dan saudara kandung tidak kembar yang diasuh keluarga berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk
mencari tahu seberapa besar perbedaan trait yang dipengaruhi lingkungan dan keturunan.
Berdasarkan hasil penelitian, Cattell menunjukkan pentingnya peran keturunan pada beberapa trait.

3. Kecemasan

Menurutnya, kecemasan bisa berfungsi ganda, sebagai suatu keadaan ataupun sifat dari
kepribadian. Orang mengalami berbagai tingkat kecemasan sebagai dampak keadaan yang
mengancam dan menekan, maka orang itu berada dalam keadaan cemas. Cattell mengidentifikasi
kecemasan ternyata digunakan untuk menggambarkan sekurang-kurangnya lima jenis perasaan
lain. Orang yang cemas kronis, perasaan cemasnya menyebabkan ia mudah curiga, khawatir, tidak
mampu membentuk konsep diri, tegang, dan kegembiraan berlebihan.

4. Learning

Menurut Cattell, ada tiga jenis belajar untuk tujuan pengembangan kepribadian, yaitu:

* Classical Conditioning (Asosiasi sederhanan dari kognisi yang simultan); Merupakan pondasi
dasar yang sangat penting bagi cara belajar yang lain. Secara khusus digunakan untuk mengaitkan
respon emosional dengan isyarat lingkungan. Misalnya, seorang bayi akan belajar bahwa
kemunculan ibunya akan diiringi dengan perasaan nyaman dan aman.

Instrumental Conditioning (Asosiasi berbagai kegiatan dengan tujuan tertentu); Individu belajar
untuk mencapai kepuasan terhadap tujuannya melalui kegiatan ataupun tingkah laku. Misalnya,
seorang anak akan menangis terus-menerus agar ibunya berhenti menghukumnya.

Integration Learning; Individu akan belajar untuk memaksimalkan kepuasan jangka panjang
dengan memilih perilaku tertentu untuk diekspresikan dan perilaku lainnya untuk ditahan atau
disublimasi. Belajar terintegrasi ini lebih membentuk individu untuk lebih mengaktifkan superego-
nya. Misalnya, seseorang akan belajar menekan perilaku kebebasannya dan lebih memilih
mengekspresikan cinta dan perlindungan dari orang tua.

Integration Learning: Individu akan belajar untuk memaksimalkan kepuasan jangka panjang
dengan memilih perilaku tertentu untuk diekspresikan dan perilaku lainnya untuk ditahan atau
disublimasi. Belajar terintegrasi ini lebih membentuk individu untuk lebih mengaktifkan superego-

14
nya. Misalnya, seseorang akan belajar menekan perilakų kebebasannya dan lebih memilih
mengekspresikan cinta dan perlindungan dari orang tua.

E. Metode/ Penelitian Khas :

Raymond Cattell dikenal karena kontribusinya dalam pengembangan penelitian dan metode dalam
psikologi, terutama dalam psikometri dan psikologi kepribadian. Berikut adalah beberapa penelitian
dan metode khas yang dikembangkan oleh Raymond Cattell:

1. Analisis Faktor: Salah satu kontribusi terbesar Cattell adalah dalam pengembangan teknik
analisis faktor, yang ia gunakan untuk membedah struktur kepribadian. Melalui teknik ini, ia
mengidentifikasi faktor-faktor yang mendasari perbedaan kepribadian individu.

2. Teori Faktor Kepribadian 16: Cattell mengembangkan Teori Faktor Kepribadian 16 (16
Personality Factor Theory), yang merupakan sistem klasifikasi yang membagi kepribadian menjadi
16 faktor yang saling terkait. Ini membantu dalam memahami variasi dalam kepribadian individu.

3. Penelitian pada Faktor Kepribadian: Cattell melakukan penelitian empiris yang luas untuk
mendukung teorinya. Dia menggunakan berbagai metode, termasuk tes psikometri, kuesioner, dan
pengamatan perilaku, untuk mengumpulkan data tentang faktor-faktor kepribadian4. Penelitian
dalam Intelegensi: Selain kepribadian, Cattell juga melakukan penelitian dalam bidang intelijensia.
Dia mengembangkan tes-intelejensi seperti Tes Intelejensi Faktor G (G-Factor Intelligence Test),
yang mencoba mengukur faktor intelejensi umum.

5. Pengembangan Skala Pengukuran: Cattell juga berkontribusi dalam pengembangan skala


pengukuran untuk mengukur konsep-konsep psikologis, termasuk kepribadian, intelijensia, dan
minat. Contohnya termasuk skala pengukuran seperti 16 PF (16 Personality Factors), yang
digunakan untuk mengevaluasi dan mengukur berbagai aspek kepribadian.

JOHN DOLLARD dan NEIL E. MILLER

(Widya Novita A. I 2311030026)


15
(Erna Wihartiningtyas 2311030028)

1. (Widya Novita A. I 2311030026)

A. Kelompok Teori : Teori Behavioristik

B. Nama Teori : Teori Dorongan

C. Nama Tokoh : John Dollard dan Neil E. Miller

D. Dinamika/Perkembengan Kepribadian :

Motivasi - Dorongan (Motivation-Drives)


Dollard dan Miller sangat memperhatikan motivasi atau drive. Dalam kehidupan manusia banyak
sekali muncul dorongan yang harus dipelajari. Secondary drives berdasarkan dorongan seperti
cemas, takut, gelisah. Sedangkan primary drives berdasarkan dorongan primer seperti lapar,haus
dan seks. Dollar dan Miller juga mengemukakan bahwa bukan hanya dorongan primer yang diganti
oleh dorongan sekunder, tetapi penguat yang primer ternyata juga diganti dengan penguat sekunder.
Misalnya,senyum orang tua secara bijak terus menerus dihubungkan dengan aktivitas pemberian
makanan, penggantian popok dan aktivitas yang memberi kenyamanan lainnya. senyum akan
menjadi penguat sekunder yang sangat kuat bagi bayi sampai dewasa.
· Proses Belajar
Dollard dan Miller melakukan eksperimen rasa takut terhadap tikus. Yang memperlihatkan prinsip
belajar.
Peralatannya adalah
- kotak yang dasarnya diberi aliran listrik yang menimbulkan rasa sakit.
-Kotak itu diberi sekat yang dapat dilocati tikus.
-Sisi yang satu di beri warna putih dan sisi lain diberi warna hitam.
-Dibunyikan bel bersamaan dengan pemberian kejutan listirk
Pada kotak putih yang telah diberi kejutan listrik akan membuat tikus kesakitan, Kotak itu di beri
sekat yang dapat diloncati tikus. Pembunyian bel selalu dibarengi dengan pemberian kejutan listrik
yang membuat tikus meloncat dari kotak putih ke kotak hitam. tikus merespon bel sebagai tanda
ada kejutan listrik disebut CLASICAL CONDITIONING. Respon tikus meloncati sekat disebut
INSTRUMENTAL LEARNING. Setelah tikus belajar meloncat untuk menghindari rasa sakit,
percobaan kemudian ditingkatkan dan mengganti sekatan dengan memasang pengumpil yang harus
ditekan tikus untuk membuka sekat hitam. Ternyata tikus berhenti menabrak sekat dan menemukan
cara lain yaitu dengan menekan pengumpil untuk membuka sekat hitam. Pengganti tingkah laku
pada tikus dari menabrak sekt menjadi menekan pengumpil disebut EXTINCTION. Primary drive
(rasa sakit) memunculkan secondary drive(rasa takut) yang kemudian memotivasi tingkah laku
organisme.
Inilah kemudian yang menjadi empat komponen utama belajar, yakni drive,cue,response,dan
reinforcement.
1) Drive: stimulus (dari dalam diri organisme) yang mendorong terjadinya kegiatan tetapi tidak
menentukan bentuk kegiatannya. Terbagi menjadi 2: primary drive dan secondary drive.
2) Cue: stimulus yang memberi petunjuk perlunya dilakukan respon yang sesungguhnya. Isyarat
yang ada dalam proses belajar.

16
3) Response: aktivitas yang dilakukan seseorang. Menurut Dollard dan Miller sebelum suatu
respon dikaitkan dengan suatu stimulus, respon itu harus terjadi lebih dahulu.
4) Reinforsemen: agar belajar terjadi, harus ada reinforsemen atau hadiah. Dollard dan Miller
mendefinisikan reinforsemen sebagai drive pereda dorongan (drive reduction). Misalnya: Adi lapar
(primary drive) ia menjadi cemas (secondary drive) selanjutnya ada pilihan yang dapat Adi
pilih(cue) meminta kepada teman atau membeli ke kantin sekolah. Akhirnya, Adi memilih untuk
membeli makanan ke kantin(respon) jadi, Adi tidak merasa lapar lagi(reinforcement).
"Proses Mental Yang Lebih Tinggi"
Perluasan Stimulus-Respon
Dollard dan Miller memperluas apa yang dimaksud dengan stimulus – respon,. Untuk contoh kasus,
seorang pilot yang pesawatnya meledak karena diserang musuh, tetapi sang pilot tersebut bisa
menyelamatkan diri sebelum pesawat tersebut meledak, kemudian sang pilot menjadi fobia, takut
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pesawat dan pertempuran. Konsep drive, cue, response dan
reinforcement menjadi kurang tepat karena stimuli penyebab takut bukan lagi suara ledakan, tetapi
juga pikiran dan ingatan tentang pesawat dan ledakannya
Sesuai dengan dinamika kepribadian Dollard & Miller, kasus fobia yang dialami pilot tersebut
terjadi karena adanya proses mental yang lebih tinggi, yaitu adanya perluasan stimulus-respon.
Stimulus penyebab rasa takut pada pilot tersebut bukan lagi disebabkan karena ia melihat pesawat
ataupun pertempuran, namun karena adanya perluasan stimulus dan respon yaitu pikiran mengenai
pesawat meledak dan ingatannya terhadap pengalaman masa lalu. Tidak hanya itu, dalam dinamika
kepribadian Dollard & Miller terdapat generalisasi stimulus, dimana pada kasus fobia yang dialami
pilot tersebut terjadi dikarenakan adanya immediate effect (respon yang berdampak segera).
"Generalisasi Stimulus"
Menurut Dollard dan Miller, ada dua tipe interaksi individu dengan lingkungannya. Pertama
interaksi yang umumnya memiliki respon berdampak segera (immediate effect) terhadap
lingkungan dan dituntun oleh cue dan atau situasi tunggal (segera menginjak pedal jika ada anak
ingin menyembrang jalan). Kedua respon menghasilkan isyarat (cue-producing response) yang
fungsi utamanya membuka jalan terjadinya generalisasi atau diskriminasi.
Respon yang dipelajari dalam dalam kaitannya dengan suatu stimulus, dapat dipakai untuk
menjawab stimulus lain yang bentuk atau wujud fisiknya mirip. Ini disebut generalisasi stimulus
(stimulus generalization). Semakin mirip stimulus lain itu dengan stimulus aslinya, peluang
terjadinya generalisasi tingkah laku, emosi, pikiran atau sikap semakin besar. Pada manusia, bisa
terjadi generalisasi mediasi (mediated stimulus generalization), yakni generalisasi karena stimulus
lain dengan stimulus asli dimasukkan ke dalam klasifikasi yang sama berdasarkan alasan
(reasoning) tertentu, atau diberi label (nama) yang sama.
"Reasoning"
Reasoning merupakan proses pemecahan masalah yang lebih efektif. Ada proses berfikir sebelum
individu tersebut melakukan kegiatan daripada melakukan hal yang coba-coba.
Bahasa (Ucapan, Pikiran, Tulisan Maupun Sikap Tubuh)
Bahasa sering digunakan untuk memberi label pada peristiwa yang hampir sama agar dapat
merespon berbeda peristiwa tersebut. Bahasa juga mempengaruhi perilaku. Dollard dan Milller
sangat mementingkan peran bahasa dalam motivasi, hadiah dan pandangan ke depan. Kata mampu
membangkitkan drive dan memperkuat atau memberi jaminan. Kata dapat berfungsi sebagai
pengatur waktu, maksudnya kata dapat menguatkan tingkah laku sekarang secara verbal dengan
menggambarkan konsekuensi masa yang akan datang. Jelasnya, intervensi verbal terhadap drive-
cue-response–reinforcement telah membuat tingkah laku manusia menjadi semakin kompleks.
Tanpa kata atau pikiran untuk mendukung motivasi lintas waktu, tingkah laku mungkin menjadi

17
kurang konsisten dan kurang fleksibel. Misalnya: Adi memakan mangga muda pasti dengan sambal
rujak berbeda apabila mangga aromanis yang bisa langsung dimakan.

Secondary Drive
Dalam masyarakat yang modern yang kompleks, tingkah laku tidak semata-mata diatur oleh
penguat primer (misalnya, makanan dan air). Kehidupan manusia modern dibentuk oleh perjuangan
memeroleh prestise, status, kebahagiaan, kekayaan, ketergantungan, dan sebagainya. Umumnya
drive sekunder bersifat rentan, manakala drive itu berulang-ulang gagal menjadi reinforcement,
drive itu menjadi lemah. Anak yang gagal mendapat pujian orang tua karena usahanya tidak
mencapai prestasi yang diharapkan, sering berakibat anak menjadi bosan dan menolak berusaha
mendapat pujian Misalnya nilai kebenaran dan integritas tetap dipertahankan (sebagai sumber
reinforcement). Model Konflik
Ada tiga bentuk konflik:
1. konflik approach-avoidance (orang dihadapkan dengan pilihan nilai positif dan negatif yang
ada di satu situasi)
Contoh:seseorang yang memilih untuk belajar mengendarai mobil, didalam sisi positif jika
seseorang itu bisa mengendarain mobil sendiri, ia akan bisa melakukan sendiri tanpa perlu
merepotkan orang lain. Tetapi dalam sisi negatifnya, jika ada sesuatu yang terjadi pada saat ia
mengendarai mobil sendiri, ia akan menyelesaikannya sendiri yang pada sebenernya ia juga
membutuhkan bantuan orang lain.
2. konflik avoidance-avoidance (orang dihadapkan dengan dua pilihan yang sama-sama negatif)
Contoh:seseorang yang sedang merasakan sakit gigi, di dalam sisi negatif ia merasakan sakit jika
tidak dibawa ke dokter. Jika ia ingin sembuh ia harus ke dokter tetapi pada saat ia ke dokter ia takut
karena banyak hal-hal yang ia takuti seperti bor dan sebagainya. Disitulah orang dihadapkan pada
dua sisi yang negatif.
3. konflik approach-approach (orang dihadapkan dengan pilihan yang sama-sama positif)
Contoh:seseorang yang dihadapkan pada dua pilihan , ketika dua pilihan itu sama-sama positif.
Ketika orang itu diterima di dua universitas dan diterima di fakultas yang ia inginkan, ia akan
memilih universitas yang lebih dekat dengan tempat tinggalnya walaupun pilihan tersebut sama-
sama positif baginya.

"Ketidaksadaran"
Dollard dan miller memandang penting faktor ketidaksadaran, Dollard dan miller membagi isi-isi
ketidaksadaran menjadi dua. Yang pertama ketidaksadaran yang berisi hal yang tidak pernah
disadari seperti stimuli,drive dan respon yang dipelajari bayi sebelum bisa berbicara sehingga tidak
memliki label verbal. Yang ke dua berisi apa yang pernah disadari tetapi tidak bertahan dan
menjadi tidak disadari karena adanya represi.
3. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
1. Perangkat innate respon sederhana dan primary process
Dollard dan Miller mengganggap perubahan dari bayi yang sederhana menjadi dewasa yang
kompleks sebagai proses yang menarik, sehingga banyak karyanya yang menjelaskan masalah ini.
Bayi memiliki tiga repertoir primitif yang paling penting, yaitu :
a. Refleks spesifik (specific reflexes)
Bayi memiliki refleks yang spesifik kebanyakan berupa respon tertentu terhadap stimulus atau
kelompok stimulus tertentu.
b. Refleks bawaan yang hirarki (innate hierarchies of response)

18
Kecenderungan respon tertentu terhadap situasi stimulus tertentu sebelum melakukan respon
lainnya.
c. Dorongan primer (primary drive) Stimulus internal yang kuat dan bertahan lama, yang biasanya
berkaitan dengan proses fisiologis. Drive ini memotivasi bayi untuk melakukan sesuatu tetapi tidak
menentukan aktivitas spesifik apa yang harus dilakukan. Melalui proses belajar, bayi berkembang
dari tiga repertoir tingkah laku primitif di atas menjadi dewasa yang kompleks. Bayi akan terus
berusaha mengurangi tegangan dorongan, memunculkan respon-respon menjawab stimuli baru,
memberikan reinforcement respon baru, memunculkan motif sekunder dari drive primer dan
mengembangkan proses mental yang lebih tinggi melalui mediasi stimulus.
2. Konteks Sosial
Kemampuan memakai bahasa dan respon isyarat sangat dipengaruhi oleh konteks sosial dimana
orang orang itu berkembang. Sebagian besar interaksi anak dengan
lingkungannya berkenaan dengan bagaimana menghasilkan simbol komunikasi verbal (verbal cues)
serta bagaimana memahami simbul verbal produk orang lain. Bahasa adalah produk
sosial dan akalu proses bahasa itu penting, maka lingkungan social pasti juga penting dalam
perkembangan kepribadian. Dollard dan Miller menekankan saling ketergantungan
antara tingkah laku dengan lingkungan sosiokultural. Bagi Dollard dan Miller, prinsip–prinsip
belajarnya dapat diterapkan lintas budaya. Dollard dan Miller yakin bahwa tingkah laku orang
dipengaruhi oleh masyarakatnya.
3. Situasi Pembelajaran (training situation)
Seperti teoritisi psikoanalitik, Dollard dan Miller menganggap 12 tahun kehidupan awal sangat
penting dalam menentukan tingkah laku dewasa. Ada banyak peristiwa dimana konflik mental
parah yang tidak disadari dapat timbul.
Dollard dan Miller mengemukakan empat hal yang mudah menimbulkan konflik dan
gangguan emosi, yaitu:
a. Situasi makan (feeding situation)
Situasi pertama yang banyak mengajarkan sesuatu. Situasi pemberian makanan yang memuaskan
menjadi dasar belajar sikap sosial dan cinta.
b. Pendidikan kebersihan (cleanliness training)
Belajar mengontrol proses urinasi dan defakasi merupakan tugas yang kompleks dan sulit bagi
bayi. Toilet training dianggap sangat penting bagi banyak orang tua. Anak yang gagal atau lambat
menguasai keterampilan ini cepat dihukum, sehingga mengembangkan asosiasi orang tua dengan
hukuman.
c. Pendidikan sex awal (early sex training)
Tabu mengenai masturbasi yang membuat anak merasa sangat berdosa sesudah melakukannya
bersumber dari orang tua yang menanamkan dalam diri anak kecemasan yang
sangat dalam seks.
d. Pengendalian marah dan agresi (anger-anxiety)
Apabila anaknya marah, orang tua sering mengamuk, menghukum sehingga anak belajar menekan
rasa marahnya. Tanpa rasa marah ini akan membuat kepribadian anak tidak dapat berkembang

E. Metode/Penelitian Khas

19
2. (Erna Wihartiningtyas 2311030028)

A. Kelompok Teori : Teori Behavioristik

20
B. Nama Teori : Teori Belajar

C. Nama Tokoh : John Dollard dan Neil E. Miller

D. Dinamika/Perkembengan Kepribadian :

Dinamika Kepribadian : Berikut adalah beberapa aspek utama dari dinamika kepribadian dalam
teori Dollard dan Miller:

1- Dorongan (Drive):
Menurut Dollard dan Miller, dorongan adalah keadaan internal yang mendorong seseorang untuk
bertindak guna mengurangi ketidaknyamanan atau ketegangan. Dorongan ini bisa bersumber dari
kebutuhan fisiologis atau psikologis. Dalam konteks kepribadian, dorongan-dorongan ini
membentuk motivasi dasar seseorang dalam berperilaku.

2- Konflik dan Penyelesaiannya:


Dinamika kepribadian juga melibatkan konflik antara dorongan, kontrol sosial, dan tuntutan situasi.
Penyelesaian konflik ini seringkali melalui mekanisme belajar di mana individu menemukan cara
untuk memenuhi dorongan mereka dalam batasan yang diterima secara sosial. Contoh dari konflik
ini bisa meliputi konflik antara keinginan untuk agresi dan norma sosial yang melarang perilaku
tersebut.

3- Belajar:
Kepribadian dibentuk dan diubah melalui proses belajar. Melalui penguatan (rewards) dan
hukuman (punishments), individu belajar respon-respon yang efektif yang membentuk kebiasaan.
Kebiasaan ini menjadi bagian dari struktur kepribadian mereka.

4- Pengkondisian dan Generalisasi:


Dorongan individu untuk belajar perilaku tertentu juga dipengaruhi oleh kemampuan mereka untuk
menggeneralisasi dari situasi yang satu ke situasi yang lain. Ini membantu dalam pembentukan
kebiasaan yang lebih luas yang menjadi bagian dari kepribadian mereka.

5- Penguatan dan Motivasi: Penguatan (reward) memainkan peran penting dalam pembelajaran
dan pemeliharaan perilaku. Perilaku yang diperkuat cenderung diulang, dan ini secara bertahap
membentuk aspek kepribadian yang stabil.

6- Perilaku Fungsional: Dalam konteks sosial, perilaku dan kepribadian individu sering kali
merupakan fungsi dari adaptasi mereka terhadap lingkungan. Ini mencerminkan bagaimana
kebiasaan dan respon yang dipelajari membantu individu berfungsi dalam konteks sosial mereka.

Secara keseluruhan, Dollard dan Miller menekankan pentingnya pengalaman belajar dan interaksi
sosial dalam pembentukan dan pengembangan kepribadian. Kepribadian, dalam pandangan
mereka, bukanlah sesuatu yang statis tetapi dinamis dan terus menerus berubah seiring dengan
pengalaman baru dan situasi yang dihadapi individu.

E. Metode/Penelitian Khas :

Penelitian yang dilakukan oleh John Dollard dan Neal Miller berfokus pada aplikasi teori
pembelajaran untuk memahami perilaku manusia, termasuk dinamika kepribadian dan perilaku
sosial. Karya mereka berpengaruh dalam mengintegrasikan konsep-konsep psikoanalisis dengan
21
pendekatan behaviorisme. Berikut ini beberapa karakteristik khas dari penelitian mereka serta
metodologi yang mereka gunakan:

~Fokus Penelitian
•Pembelajaran dan Motivasi: Dollard dan Miller fokus pada cara individu belajar perilaku melalui
interaksi dengan lingkungan. Mereka sangat tertarik pada proses penguatan dan bagaimana hal
itu mempengaruhi pembentukan dan pemeliharaan perilaku.

•Perilaku Kepatuhan dan Agresi:


Salah satu area yang mereka teliti adalah bagaimana orang belajar untuk mematuhi norma-norma
sosial atau, sebaliknya, menunjukkan perilaku agresif.

•Penanganan Konflik Psikologis: Mereka tertarik pada cara individu mengatasi konflik internal dan
eksternal, menggunakan prinsip-prinsip belajar untuk memahami mekanisme penyelesaian konflik.

~Metodologi
•Eksperimen Laboratorium: Seperti banyak behavioris lainnya, Dollard dan Miller menggunakan
eksperimen laboratorium untuk menguji teori-teori mereka.
Eksperimen ini sering kali melibatkan kondisioning dan tugas-tugas yang dirancang untuk
mengamati reaksi subjek terhadap berbagai jenis penguatan.

•Studi Kasus dan Analisis Psikoanalitik:


Walaupun mereka adalah behavioris, Dollard dan Miller tidak mengabaikan pentingnya wawasan
psikoanalitik, terutama dalam memahami aspek-aspek tidak sadar dari perilaku. Mereka sering
kali menggunakan studi kasus untuk menganalisis konflik psikologis dan dinamika perilaku
individu.

•Modeling dan Observational Learning:


Meskipun ini lebih sering dikaitkan dengan Albert Bandura, Dollard dan Miller juga tertarik pada
bagaimana perilaku dipelajari melalui pengamatan. Ini termasuk bagaimana individu meniru
perilaku yang mereka lihat dalam lingkungan mereka.

~Karya Signifikan
Salah satu karya penting mereka adalah buku "Social Learning and Imitation" (1941) dan
"Personality and Psychotherapy" (1950) yang menggabungkan teori pembelajaran dengan
konsep-konsep psikoanalitis. Dalam karya ini, mereka menguraikan bagaimana teori
pembelajaran bisa diterapkan untuk memahami dan mengatasi masalah psikologis dan perilaku
maladaptif.

Melalui pendekatan empiris dan eksperimental mereka, Dollard dan Miller berkontribusi penting
dalam psikologi, menawarkan cara baru untuk memahami dan mengintervensi perilaku manusia
melalui lensa pembelajaran dan kondisioning, serta interaksi yang kompleks antara faktor internal
dan eksternal.

JOHN DOLLARD dan NEIL E. MILLER

(Ani Setyawati 2311030010)


22
(Alber thyna Gerald Ernawati 2311030019)

1. (Ani Setyawati 2311030010)

A. Kelompok Teori : Teori Behavioristik

B. Nama Teori : Teori Belajar

C. Nama Tokoh : John Dollard dan Neil E. Miller

D. Dinamika/Perkembengan Kepribadian :

· Motivasi - Dorongan (Motivation-Drives)


Dollard dan Miller sangat memperhatikan motivasi atau drive. Dalam kehidupan manusia banyak
sekali muncul dorongan yang harus dipelajari. Secondary drives berdasarkan dorongan seperti
cemas, takut, gelisah. Sedangkan primary drives berdasarkan dorongan primer seperti lapar,haus
dan seks. Dollar dan Miller juga mengemukakan bahwa bukan hanya dorongan primer yang
diganti oleh dorongan sekunder, tetapi penguat yang primer ternyata juga diganti dengan penguat
sekunder. Misalnya,senyum orang tua secara bijak terus menerus dihubungkan dengan aktivitas
pemberian makanan, penggantian popok dan aktivitas yang memberi kenyamanan lainnya.
senyum akan menjadi penguat sekunder yang sangat kuat bagi bayi sampai dewasa.
· Proses Belajar
Dollard dan Miller melakukan eksperimen rasa takut terhadap tikus. Yang memperlihatkan
prinsip belajar.
Peralatannya adalah
- kotak yang dasarnya diberi aliran listrik yang menimbulkan rasa sakit.
-Kotak itu diberi sekat yang dapat dilocati tikus.
-Sisi yang satu di beri warna putih dan sisi lain diberi warna hitam.
-Dibunyikan bel bersamaan dengan pemberian kejutan listirk
Pada kotak putih yang telah diberi kejutan listrik akan membuat tikus kesakitan, Kotak itu di
beri sekat yang dapat diloncati tikus. Pembunyian bel selalu dibarengi dengan pemberian
kejutan listrik yang membuat tikus meloncat dari kotak putih ke kotak hitam. tikus merespon
bel sebagai tanda ada kejutan listrik disebut CLASICAL CONDITIONING. Respon tikus
meloncati sekat disebut INSTRUMENTAL LEARNING. Setelah tikus belajar meloncat untuk
menghindari rasa sakit, percobaan kemudian ditingkatkan dan mengganti sekatan dengan
memasang pengumpil yang harus ditekan tikus untuk membuka sekat hitam. Ternyata tikus
berhenti menabrak sekat dan menemukan cara lain yaitu dengan menekan pengumpil untuk
membuka sekat hitam. Pengganti tingkah laku pada tikus dari menabrak sekt menjadi
menekan pengumpil disebut EXTINCTION. Primary drive (rasa sakit) memunculkan
secondary drive(rasa takut) yang kemudian memotivasi tingkah laku organisme.
23
Inilah kemudian yang menjadi empat komponen utama belajar, yakni drive,cue,response,dan
reinforcement.
1) Drive: stimulus (dari dalam diri organisme) yang mendorong terjadinya kegiatan tetapi tidak
menentukan bentuk kegiatannya. Terbagi menjadi 2: primary drive dan secondary drive.
2) Cue: stimulus yang memberi petunjuk perlunya dilakukan respon yang sesungguhnya. Isyarat
yang ada dalam proses belajar.
3) Response: aktivitas yang dilakukan seseorang. Menurut Dollard dan Miller sebelum suatu
respon dikaitkan dengan suatu stimulus, respon itu harus terjadi lebih dahulu.
4) Reinforsemen: agar belajar terjadi, harus ada reinforsemen atau hadiah. Dollard dan Miller
mendefinisikan reinforsemen sebagai drive pereda dorongan (drive reduction). Misalnya: Adi
lapar (primary drive) ia menjadi cemas (secondary drive) selanjutnya ada pilihan yang dapat
Adi pilih(cue) meminta kepada teman atau membeli ke kantin sekolah. Akhirnya, Adi memilih
untuk membeli makanan ke kantin(respon) jadi, Adi tidak merasa lapar lagi(reinforcement).

· Proses Mental Yang Lebih Tinggi


Perluasan Stimulus-Respon
Dollard dan Miller memperluas apa yang dimaksud dengan stimulus – respon,. Untuk contoh
kasus, seorang pilot yang pesawatnya meledak karena diserang musuh, tetapi sang pilot tersebut
bisa menyelamatkan diri sebelum pesawat tersebut meledak, kemudian sang pilot menjadi fobia,
takut terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pesawat dan pertempuran. Konsep drive, cue,
response dan reinforcement menjadi kurang tepat karena stimuli penyebab takut bukan lagi suara
ledakan, tetapi juga pikiran dan ingatan tentang pesawat dan ledakannya
Sesuai dengan dinamika kepribadian Dollard & Miller, kasus fobia yang dialami pilot tersebut
terjadi karena adanya proses mental yang lebih tinggi, yaitu adanya perluasan stimulus-respon.
Stimulus penyebab rasa takut pada pilot tersebut bukan lagi disebabkan karena ia melihat
pesawat ataupun pertempuran, namun karena adanya perluasan stimulus dan respon yaitu pikiran
mengenai pesawat meledak dan ingatannya terhadap pengalaman masa lalu. Tidak hanya itu,
dalam dinamika kepribadian Dollard & Miller terdapat generalisasi stimulus, dimana pada kasus
fobia yang dialami pilot tersebut terjadi dikarenakan adanya immediate effect (respon yang
berdampak segera).

Generalisasi Stimulus
Menurut Dollard dan Miller, ada dua tipe interaksi individu dengan lingkungannya. Pertama
interaksi yang umumnya memiliki respon berdampak segera (immediate effect) terhadap
lingkungan dan dituntun oleh cue dan atau situasi tunggal (segera menginjak pedal jika ada
anak ingin menyembrang jalan). Kedua respon menghasilkan isyarat (cue-producing
response) yang fungsi utamanya membuka jalan terjadinya generalisasi atau diskriminasi.

24
Respon yang dipelajari dalam dalam kaitannya dengan suatu stimulus, dapat dipakai untuk
menjawab stimulus lain yang bentuk atau wujud fisiknya mirip. Ini disebut generalisasi stimulus
(stimulus generalization). Semakin mirip stimulus lain itu dengan stimulus aslinya, peluang
terjadinya generalisasi tingkah laku, emosi, pikiran atau sikap semakin besar. Pada manusia, bisa
terjadi generalisasi mediasi (mediated stimulus generalization), yakni generalisasi karena stimulus
lain dengan stimulus asli dimasukkan ke dalam klasifikasi yang sama berdasarkan alasan
(reasoning) tertentu, atau diberi label (nama) yang sama.
Reasoning
Reasoning merupakan proses pemecahan masalah yang lebih efektif. Ada proses berfikir sebelum
individu tersebut melakukan kegiatan daripada melakukan hal yang coba-coba.
Bahasa (Ucapan, Pikiran, Tulisan Maupun Sikap Tubuh)
Bahasa sering digunakan untuk memberi label pada peristiwa yang hampir sama agar dapat
merespon berbeda peristiwa tersebut. Bahasa juga mempengaruhi perilaku. Dollard dan Milller
sangat mementingkan peran bahasa dalam motivasi, hadiah dan pandangan ke depan. Kata
mampu membangkitkan drive dan memperkuat atau memberi jaminan. Kata dapat berfungsi
sebagai pengatur waktu, maksudnya kata dapat menguatkan tingkah laku sekarang secara verbal
dengan menggambarkan konsekuensi masa yang akan datang. Jelasnya, intervensi verbal
terhadap drive-cue-response–reinforcement telah membuat tingkah laku manusia menjadi
semakin kompleks. Tanpa kata atau pikiran untuk mendukung motivasi lintas waktu, tingkah laku
mungkin menjadi kurang konsisten dan kurang fleksibel. Misalnya: Adi memakan mangga muda
pasti dengan sambal rujak berbeda apabila mangga aromanis yang bisa langsung dimakan.

Secondary Drive
Dalam masyarakat yang modern yang kompleks, tingkah laku tidak semata-mata diatur oleh
penguat primer (misalnya, makanan dan air). Kehidupan manusia modern dibentuk oleh
perjuangan memeroleh prestise, status, kebahagiaan, kekayaan, ketergantungan, dan
sebagainya. Umumnya drive sekunder bersifat rentan, manakala drive itu berulang-ulang gagal
menjadi reinforcement, drive itu menjadi lemah. Anak yang gagal mendapat pujian orang tua
karena usahanya tidak mencapai prestasi yang diharapkan, sering berakibat anak menjadi bosan
dan menolak berusaha mendapat pujian Misalnya nilai kebenaran dan integritas tetap
dipertahankan (sebagai sumber reinforcement).

E. Metode/Penelitian Khas :

25
Pendekatan Eksperimental: Dollard dan Miller melakukan penelitian yang ketat dan terkontrol
untuk mempelajari perilaku manusia dan hewan. Mereka menggunakan metode eksperimental
untuk menguji hipotesis mereka tentang bagaimana dorongan, isyarat, respon, dan penguatan
berinteraksi untuk mempengaruhi perilaku.

Studi tentang Hewan: Penelitian mereka sering melibatkan hewan, terutama tikus, sebagai model
perilaku manusia. Ini memungkinkan mereka untuk mengontrol variabel secara ketat dan
mengamati bagaimana hewan belajar melalui pembentukan kebiasaan.

Pembentukan Kebiasaan: Mereka mempelajari bagaimana organisme membentuk kebiasaan


melalui latihan dan penguatan. Ini melibatkan manipulasi isyarat dan penguatan untuk melihat
bagaimana organisme belajar merespon dengan cara tertentu.

Pembelajaran Stimulus-Respon: Teori mereka berfokus pada hubungan antara stimulus dan respon,
serta bagaimana organisme belajar untuk mengaitkan isyarat tertentu dengan respon tertentu.

Pengurangan Dorongan: Mereka percaya bahwa organisme didorong oleh kebutuhan untuk
mengurangi dorongan, seperti lapar atau haus, dan perilaku yang mengurangi dorongan tersebut
diperkuat.

Metode Pengondisian: Dollard dan Miller menggunakan metode pengondisian klasik dan operan
dalam penelitian mereka untuk mempelajari bagaimana organisme belajar melalui pengalaman dan
penguatan.

Penggunaan Penguatan Positif dan Negatif: Mereka menjelaskan bagaimana penguatan positif
(hadiah) dan penguatan negatif (pengurangan ketidaknyamanan) dapat mempengaruhi perilaku dan
pembelajaran.

2. (Alber thyna Gerald Ernawati 2311030019)


26
27
HENRY WILLIAM SHELDON
28
(Hilyah Dinda R 2311030021)
(Muh zulfa alfarizzi 2311030034 )

1. (Hilyah Dinda R 2311030021)

A. Kelompok Teori : Teori Behavioristik

B. Nama Teori : Konstitusi Masa lampau

C. Nama Tokoh : Henry William Sheldon

D. Dinamika/Perkembengan Kepribadian :

A. STRUKTUR JASMANI

Psikologi konstitusi adalah studi mengenai aspek psikologis perilaku manusia yang terkait dengan
struktur dan fisiologi tubuh manusia. Sheldon mengemukakan bahwa konstitusi, seperti bentuk
tubuh dan fungsi kelenjar endoktrin, merupakan aspek yang relatif tetap pada individu. Sheldon
juga menyatakan bahwa morfogenotip, yang merupakan struktur biologis tubuh manusia yang
ditentukan oleh genetik, mempengaruhi perilaku manusia. Dalam memahami manusia, kita perlu
memahami dinamika manusia melalui pemahaman terhadap morfogenotip dan pengamatan fenotip.
Dalam melakukan penelitian pertamanya Sheldon mengalami kesulitan karena pengukuran tersebut
hasilnya tidak konsisten meskipun dipakai spesifikasi yang cermat dan teknik yang canggih, untuk
mengatasi masalah tersebut ia kemudian menggunakan teknik fotografi untuk mengambil gambar -
gambar foto responden dari depan, samping dan belakang.Teknik ini disebut Somatotype
Performance Test. Dalam penelitiannya ini Sheldon mengumpulkan 4000 foto mahasiswa. Foto -
foto tersebut kemudian dikani dengan tujuan menemukan variabel - variabel pokok yang
merupakan dasar variasi jasmani. Tiga variabel itu dipilih memakai tiga kriteria pengamatan
berikut :
1. Variabel itu dapat dipakai untuk menilai rangking semua subjek
2. Penilai yang berbeda dan bekerja sendiri-sendiri memakai variable itu, memberi penilaian yang
relative seragam terhadap subjek
3. Variabel itu khas, tidak dapat diukur dari kombinasi berbagai variabel
1) Komponen - komponen Primer Jasmani
Sheldon berpendapat bahwa terdapat struktur biologis hipotetis (morfogenetipe) yang mendasari
jasmani luar yang teramati (fenotipe) yang memainkan peran penting tidak hanya dalam
perkembangan jasmani, tetapi dalam membentuk tingkah laku. Somatotype merupakan cara untuk
mengukur morfogenotipe, meskipun untuk mendapatkan hasilnya harus didapatkan dengan
mengamati fenotipe. Somatotype merupakan pernyataan yang menunjukan kondisi seseorang
terkait dengan komponen primer jasmani yaitu endomorfi, mesomorfi, dan ektomorfi. Somatotype
berupa tiga angka deret, angka pertama merupakan ukuran derajat endomorphy, angka kedua
merupakan ukuran derajat mesomorphy dan angka ketiga merupakan ukuran derajat ectomorphy.
Jadi, somatotype 7-1-1 menggambarkan orang yang ekstrim tinggi derajat endomorfu, dan ekstrim
29
rendah mesomorfi dan ektomorfi. Secara singkat Endomorfi, Mesomorfi dan Ektomorfi diberi
nama komponen fisik primer ( primay components of physique ) dijelaskan sebagai berikut :
a) Endomorfi
Individu dengan komponen endomorfi tinggi sedangkan kedua komponen lainnya rendah. Ciri
utama dari endomorfi adalah tubuh lembek dan bulat, tulang dan otot kurang berkembang serta
perbandingan anatara tinggi dan berat badannya relatif rendah. komponen endomorfi memiliki
struktur tubuh yang didominasi oleh sistem vegetative, bagian tubuh yang berkaitan dengan
pencernaan makanan. Endomorfi berasal dari endoderm.
b) Mesomorfi
Mesomorfik adalah bagian dominan yang berasal dari lapisan embrionik mesodermal. Jasmani
berkembang baik pada komponen ini serta merupakan nilai tengah antara kedua komponen lain.
Mesomorfi memiliki tubuh yang kokoh, keras, tahan sakit dan terbiasa melakukan perkenaan fisik
dan membutuhkan energi.
c) Ektomorfi
Komponen ektomorfi berciri jangkung, rapuh, berdada pipih dan bertubuh halus serta memiliki
tubuh cenderung kurus dan kurang berototot. Selain itu, ektomorfi memiliki otak dan sistem saraf
pusat terbesar dibandingkan de gan besar keseluruhan tubuhnya. Atas dasar tersbut, Sheldon
berpendapat bahwa tipe fisik ektomorfi lebih banyak terbentuk dari jaringan - jaringan yang berasal
dari lapisan embrionik ektoderm aku dibandingan tipe lainnya.

Masing-masing variabel diberi nilai 1 sampai 7, sesuai dengan derajat tampilan variabel pada
postur tubuhnya. Foto itu juga diukur dengan cermat berbagai unsurnya, akhirnya ditemukan 17
ukuran fisik ditambah dengan ukuran tinggi, berat badan, dapat disimpulkan derajat somatotype
seseorang yang hasilnya sama ( berkorelasi tinggi ) dengan penilaian somatotype melalui penilaian
somatotype oleh beberapa orang pengamat. Dari temuan ini, Sheldon dan kawan-kawannya
kemudian membuat “ mesin somatotip “ yang sangat membantu proses penelitian. Melalui
penelitian bertahun-tahun, dengan subjek yang jumlahnya puluhan ribu orang, Sheldon terus
menerus mengembangkan somatotypenya. Menurutnya, cara yang paling efisien untuk memperoleh
somatotype adalah dengan memakai tiga macam pengukuran.
a. Ponderal indeks ( tinggi badan dibagi akar pangkat tiga berat badan )
b. Tinggi badan maksimum ( pada saat kematangan dicapai )
c. Trunk indeks ( lingkar dada dibagi lingkar perut )

2) Komponen-komponen jasmani/fisik sekunder


Somatotype sering tidak dapat menjelaskan tubuh yang kombinasi komponen-komponen dasarnya
ganjil. Misalnya perempuan yang langsing tetapi kakinya besar- pendek, atau laki-laki dengan
kontur tubuh yang halus, pahanya lebar, dan bulu matanya panjang melengkung. Sheldon
menjelaskan gejala ini melalui komponen fisik sekunder, yaitu dysplasia, gynandromorfy dan aspek
tekstural
a) Displasia
Displasia merupakan ukuran ketidakharmonisan anatara berbagai daerah jasmani, misalnya antara
kepala dan leher dari salah satu somatotioe atau antara lengan - lengan kaki dari somatotipe lain.
Ukuran ini didapatkan dengan cara menetapkan somatotioe kelima daerah tubuh serta
menjumlahkan perbedaan- perbedaan masing masing komponen diantara kelima daerah tubuh itu.
Masing-masing bagian dapat ditentukan nilai somatotipe primernya, dan dysplasia adalah jumlah
perbedaan nilai somatotype ke lima bagian itu. Ternyata nilai dysplasia pada umumnya ditemukan

30
pada wanita ( dibanding pria ), pada somatotype ectomorphys (dibanding endomorphys dan
mesomorphys ) dan pada penderita psikosis ( dibanding responden mahasiswa normal )
b) Gynandromorphy
Gynandromorphy merupakan ukuran yang menunjukkan sejauh mana fisik memiliki sifat-sifat
yang biasanya terdapat pada lawan jenis , yang oleh Sheldon disebut “indeks g”. Gynandromorphy
adalah campuran sifat fisik antara laki-laki dan perempuan. Apabila campuran itu besifat psikis
biasa disebut “androgini”. Pria yang mempunyai indeks g yang tinggi memiliki tubuh yang lembut,
panggul lebar, bulu mata yang panjang dan sifat feminism lainnya. Indeks g = 1 berarti tidak ada
sifat fisik lawan jenis, dan indeks g = 7 adalah hermafrodit. Sheldon membedakan dua indeks
gynandromorphy yaitu gynandromorphy primer ( diperolah dari pengamatan jarak jauh atau dari
foto ) dan gynandromorphy sekunder ( disimpulkan dari pemeriksaan fisik secara langsung,
termasuk gerak fisik, suara, dan ekspresi wajahnya
c) Aspek Tekstural
komponen yang menggambarkan ukuran kehalusan atau kekasaran fisik ( komponen t ). Komponen
ini menilai keindahan dan kemenarikan yang sukar dilakukan secara objektif. Komponen t
berhubungan dengan persepsi estetik dari penampilan fisik manusia. Seperti pada gynandromorphy,
skor t bisa primer ( dilihat dari foto ) dan bisa sekunder ( dari pengamatan langsung ).
3) Konstansi Somatotipe
Pada awalnya Sheldon mengatakan bahwa somatotype orang itu bersifat konstan, tidak dapat
berubah. Makanan mungkin bisa mengubah ukuran kepala, struktur tulang-tulang wajah, leher,
pergelangan tangan, pergelangan kaki, dan bagian-bagian yang tidak menimbun lemak, sehingga
tidak mengubah somatotype. Perubahan akibat makanan hanya menunjukkan perubahan
penyimpangan dari somatotype dasar. Namun kemudian Sheldon mengakui bahwa somatotype
konsisten lintas waktu, kecuali ada perubahan substansial akibat makanan dan kesehatan fisik.
Maka somatotype ialah jalur di mana organisme menjalani hidup pada kondisi makanan yang
standar dan kondisi tanpa penyakit yang mengganggu. Pengukuran somatotype yang terbaik
dilakukan sesudah kematangan perkembangam fisik tercapai, sekitar 30 tahun. Namun, menurut
Sheldon pengukuran pada usia 6 tahun hasilnya dapat akurat, bahkan sesungguhnya sangat
mungkin memprediksi somatotype sejak bayi dilahirkan.
B. Analisis Tingkah Laku ( Kepribadian )
Ahli-ahli psikologi konstitusional harus membuat atau meminjam metode lain untuk menilai
tingkah laku apabila dia akan benar-benar menyelidiki hubungan antara jasmani dan tingkah laku
atau kepribadian. Dalam hal ini Sheldon bermula dari pangkal duga, bahwa walaupun nampaknya
ada banyak dimensi atau variabel dalam tingkah laku, tetapi pada dasarnya hanya ada sejumlah
kecil komponen-komponen dasar yang diharapkan akan menjadi dasar tingkah laku yang nampak
kompleks itu. Sheldon menyusun suatu acara untuk mengukur komponen-komponen dasar itu atas
dasar pendapat-pendapat yang telah ada dan disempurnakan dengan pengetahuan klinisnya serta
pengalaman-pengalamannya.
a. Dimensi-dimensi Temperamen
Sheldon mengemukakan asumsinya bahwa ada sejumlah kecil factor yang melatar belakangi
variabelitas dan kompleksitas tingkahlaku manusia. Dari literature kepriadian, khusunya yang
membahas traits, Sheldon menemukan 650 jumlah traits. Sebgaian besar berhubungan dengan
ekstraversi dan introversi, konsep popular yang dikenalkan oleh Jung. Sesudah trai-trait yang
berhubungan digabungkan, dan yang tidak penting dibuang, dari 650 traits itu tersisa 50 trait.
Sheldon kemudian meneliti 33 laki-laki, mahasiswa, dosen dan yang lainnya, selama satu tahun,
hasilnya ditemukan 3 kelompok sifat, yang diberi nama viscerotonia, somatotonia, dan
cerebrotonia. Masing-masing kelompok mewakili 20 deskripsi sifat yang berbeda-beda antara

31
kelompok satu dengan kelompok lain. Deskripsi singkat dari kelompok sifat itu, kemudian diberi
nama komponen tempramen primer
Komponen-komponen primer pada temperamen
1) Tipe Viscerotonis/Viscretonia
Komponen temperamen yang pertama adalah viskerotenia. Individu yang tinggi dalam komponen
ini memiliki ciri-ciri cinta atau suka akan kenyamanan, pergaulan, makanan, orang-orang dan kasih
sayang.Sikap tubuhnya santai, bereaksi pelan, berwatak tenang, bersikap terbuka dalam pergaulan
dengan orang lain dan umumnya seorang yang mudah diajak bergaul.Sheldon mengemukakan
bahwa kepribadian jenis ini berpusat di sekitar viskera atau organ-organ dalam rongga perut.
Sistem pencernaan makanan merupakan rajanya, dan kemaslahatan sistem itu tampaknya
merupakan tujuan hidup utama
2) Tipe Somatotonia
Komponen kedua dinamakan somatotonia. Skor yang tinggi dalam komponen ini biasanya disertai
dengan sifat-sifat seperti, suka petualangan fisik, suka mengambil resiko, sangat membutuhkan
kegiatan otot dan fisik yang berat. Orang ini bersifat agresif, tidak peka terhadap perasaan orang
lain, berpenampilan lebih matang dari sebenarnya, suka ribut, pembeani dan mudah takut bila
berada dalam ruangan semit atau tertutup (klaustrofobia). Tindakan, kekuatan dan kekuasaan
sangat penting bagi orang semacam ini.
3) Tipe Celebrotonis
Komponen ketiga dinamakan sarebrotonia. Skor yang tinggi pada komponen ini menunjukkan sifat
pengendalian diri, menahan diri, suka menyembunyikan diri.Orang ini bersifat tertutup, pemalu,
terlihat muda, takut pada orang lain, dan paling suka berada di tempat sempit dan tertutup. Ia
bereaksi luar biasa cepat, sukar tidur, dan suka menyendiri.

C. Hubungan Antara Jasmani dan Tingkah Laku ( Kepribadian )


Korelasi antara Komponcn-komponen Jasmani dan tingkah laku
Viskerotonia Somatotonia Serebrotonia
Somatotipe (n=200) (n=200) (n=200)
Endomorfi +0,79 -0,29 -0, 32
Mesomorfi -0, 23 +0, 82 -0, 58
Ektomorfi -0, 40 -0, 53 +0, 83

Berdasarkan data data pada tabel diatas hasil tersebut menunjukan bahwa korelasi antara struktur
fisik dan temperamen atau tingkah laku memilki korelasi yang kuat. Artinya tipe dalam aspek
bentuk tubuh tertentu berkorelasi dengan komponen tertentu. Table di atas menunjukan bahwa tipe
endorfi cenderung berkorelasi positif dengan viskorotonia, artinya individu dengan tipe fisik
pendek, bulat cenderung memiliki temperamen yang periang, lambat dalam bergerak, dan hal ini
menunjukan dinamika kepribadian seseorang. Sheldon memiliki keyakinan bahwa faktor genetik
berperan signifikan dalam perilaku dan kepribadian. Sheldon lebih memfokuskan langsung pada
pengukuran karakteristik fisik-biologis yang menggambarkan kepribadian seseorang. Sheldon
memiliki keyakinan bahwa faktor biologis menentukan perilaku, hal inilah yang membuat Sheldon
merumuskan teori konstitusi.

E. Metode/Penelitian Khas :
32
William H. Sheldon melakukan penelitian yang fokus pada hubungan antara struktur dan bentuk
tubuh manusia dengan proses berpikir, merasa, dan perilaku berperilaku. Ia menggunakan metode
observasi terhadap bentuk dan ukuran tubuh manusia untuk memahami konsep psikologi konstitusi.
Penelitiannya menghasilkan konsep somatotipe yang merupakan pengukuran kuantitatif dari tiga
komponen utama: endomorfi, mesomorfi, dan ektomorfi. Selain itu perumusan perumusan Sheldon
berpangkal pada penelitian - penelitian empiris. Disini kita akan menyimak penelitian Sheldon
tentang jiwa dan delinkuensi dengan latar belakang pengukuran somatotipesomatotipe diantaranya :

a) Jasmani dan Gangguan Jiwa


Pemahaman baru tentang tingkah laku normal juga membuka kemungkinan untuk memahaminya
dengan lebih baik dan mengatasi berbagai ketidaknormalan psikologis dan sosial. Penelitian Shel
don tentang gangguan jiwa menunjukkan bahwa pengukuran yang lebih objektif dan sensitif
diperlukan untuk mempelajari hubungan antara aspek fisik dan gangguan jiwa. Sheldon
mengusulkan pengukuran berbasis dimensi sebagai alternatif terhadap pengukuran berbasis
kategori dalam mengidentifikasi gangguan jiwa. Berdasarkan pengamatan terhadap banyak pasien,
dia mengidentifikasi tiga dimensi utama dalam gangguan jiwa: afektif, paranoid, dan hebeoid.
Masing-masing dimensi ini mempengaruhi komponen temperamen tertentu.
b) Jasmani dan kenakalan/kejahatan
Inti laporan ini adalah penelitian tentang biografi psikologis oleh Sheldon. Ia menggunakan skema
pendek yang menggambarkan sejarah hidup individu dengan foto somatotipe. Biografi-biografi ini
diklasifikasikan berdasarkan defisiensi mental, psikopati, alkoholisme, sifat kewanita-wanitaan
yang berlebihan, dan tingkat kejahatan. Sheldon juga membandingkan somatotipe populasi
mahasiswa dengan delinkuen. Para mahasiswa umumnya memiliki somatotipe tingkat menengah,
sedangkan delinkuen cenderung mesomorf endomorfik. Meskipun demikian, terdapat variasi
somatotipe di antara subkelompok delinkuen. Data lain seperti komponen sekunder, psikiatrik, serta
demografik juga dibandingkan dalam penelitian ini.
Akhir dari penelitian Sheldon menunjukkan ada perbedaan penting dalam tingkah laku dan
konstitusi antara delinkuen dan orang normal, serta di antara subvarietas delinkuen. Kemungkinan
peranan astenia, displasia, dan pertumbuhan jasmani yang pesat sebagai faktor biologis khas juga
ditemukan pada orangtua delinkuen. Penelitian lain juga mendukung temuan ini, menunjukkan
bahwa delinkuen cenderung memiliki tubuh yang lebih mesomorfik. Penelitian terbesar oleh
Glueck dan Glueck mengungkapkan bahwa sekitar 60 persen dari remaja delinkuen termasuk
dalam golongan mesomorfik, sementara hanya 30 persen dari subjek nondelinkuen. Delinkuen juga
cenderung memiliki jasmani "barat laut" atau "kiri-atas".

2. (Muh zulfa alfarizzi 2311030034 )


33
A. Kelompok Teori : Teori Behavioristik

B. Nama Teori : Konstitusi

C. Nama Tokoh : Henry William Sheldon

D. Dinamika/Perkembengan Kepribadian :

Teori Kepribadian Sheldon. William H. Sheldon, seorang psikolog terkemuka, memperkenalkan


teori ini pada pertengahan abad ke-20 dengan fokus pada hubungan antara struktur fisik dan
karakteristik kepribadian. Teori kepribadian Sheldon menarik minat banyak peneliti dalam
beberapa dekade terakhir. Meskipun telah mengalami beberapa kritik dan kontroversi, konsep
dasar Sheldon tentang korelasi antara struktur tubuh dan ciri kepribadian masih menjadi landasan
bagi pemahaman modern tentang kompleksitas manusia. Melalui integrasi konsep Sheldon dengan
temuan terbaru dalam bidang neurologi, genetika, dan lingkungan, kita dapat mengembangkan
pemahaman yang lebih holistik tentang kepribadian manusia di era modern.

a. 3 komponen jasmani primer dalam kepribadian seseorang:


1. Endomorph: Merujuk pada individu dengan bentuk tubuh bulat, lembut, dan cenderung
memiliki
lebih banyak jaringan lemak. Sheldon berpendapat bahwa individu dengan endomorph cenderung
memiliki kepribadian yang santai, mudah bergaul, dan bersifat sosial.
2. Mesomorph: Merujuk pada individu dengan bentuk tubuh atletis, berotot, dan proporsional.
Sheldon percaya bahwa individu dengan mesomorph cenderung memiliki kepribadian yang
berani, energik, dominan, dan agresif.
3. Ectomorph: Merujuk pada individu dengan bentuk tubuh kurus, tinggi, dan kurang berotot.
Sheldon mengklaim bahwa individu dengan ectomorph cenderung memiliki kepribadian yang
pemalu, introvert, dan intelektual.

b. 3 Komponen-komponen jasmani sekunder


1. Dysplasia yang terdiri dari; Ukuran seberapa jauh tiga komponen primer muncul tidak konsisten
di bagian-bagian tubuh yang berbeda. Misalnya kepalanya besar mengikuti somatotype
ectomorphy, rongga dadanya endomorfis, tetapi lengan tangannya mesomorphis dan seterusnya.
Sheldon membagi tubuh manusia menjadi lima bagian yaitu kepala, dada, tangan, perut dan kaki.
Masing-masing bagian dapat ditentukan nilai somatotype primernya, dan dysplasia adalah jumlah
perbedaan nilai somatotype ke lima bagian itu. Ternyata nilai dysplasia pada umumnya ditemukan
pada wanita ( dibanding pria ), pada somatotype ectomorphys (dibanding endomorphys dan
mesomorphys ) dan pada penderita psikosis (dibanding responden mahasiswa normal ) 2.
Gynandromorphy
Gyna = perempuan, andro = laki-laki. Gynandromorphy adalah ukuran yang menunjukkan sejauh
mana fisik memiliki sifat-sifat yang biasanya terdapat pada lawan jenis, yang oleh Sheldon disebut
"indeks g". Gynandromorphy adalah campuran sifat fisik antara laki-laki dan perempuan., yang
kalau campuran itu besifat psikis biasa disebut "androgini". Pria yang mempunyai indeks g yang
tinggi memiliki tubuh yang lembut, panggul lebar, bulu mata yang panjang dan sifat feminism
lainnya. Indeks g = 1 berarti tidak ada sifat fisik lawan jenis, dan indeks g 7 adalah hermafrodit.
Sheldon membedakan dua indeks gynandromorphy yaitu gynandromorphy primer ( diperolah dari
34
pengamatan jarak jauh atau dari foto) dan gynandromorphy sekunder ( disimpulkan dari
pemeriksaan fisik secara langsung, termasuk gerak fisik, suara, dan ekspresi wajahnya ).
3. Texture
Komponen yang menggambarkan ukuran kehalusan atau kekasaran fisik ( komponen t ).
Komponen ini menilai keindahan dan kemenarikan yang sukar dilakukan secara objektif.
Komponen t berhubungan dengan persepsi estetik dari penampilan fisik manusia. Seperti pada
gynandromorphy, skor t bisa primer (dilihat dari foto) dan bisa sekunder (dari pengamatan
langsung).

c. Cara kerja Sheldon


1. Sheldon mengumpulkan sifat-sifat yang telah terdapat di dalam kepustakaan mengenai
kepribadian. Dan dari penelitiannya ini dia mendapatkan sejumlah 650 macam sifat, jumlah ini
ditambah dengan penemuan Sheldon sendiri. Kemudian semua sifat itu direduksikan dengan jalan
menyatukan sifat-sifat yang mempunyai overlapping dan menghilangkan yang tidak signifikan.
Akhirnya Sheldon dengan pembantu-pembantunya mendapatkan 50 sifat yang merupakan
represesntasi dari pada semua sifat-sifat tersebut.
2. Kemudian dicari kelompok sifat (cluster of traits) dengan pedoman untuk memasukkan dalam
satu kelompok harus punya angka kolerasi serendah- rendahnya 0,60 dan masuk dalam kelompok
yang berbeda harus punya angka kolerasi setinggi-tingginya 0,30 dengan cara tersebut maka dapat
didapatkan tiga kelompok komponen primer temperamen.

d. 3 Komponen- Kompenen Temperamen


1. Visceretonia memiliki sifat : Relaks, suka hiburan, gemar makan makanan, besar kebutuhanya
akan resonansi dari orang lain, tidur nya nyenyak, bila memghadapi kesukaran membutuhkan
orang lain.
2. Somatotonis memiliki sifat : sikap gagah, perkasa, kebutuhan bergerak besar, suka berterus
terang, suara lantang, nampaknya lebih dewasa dari sebenarnya, bila menghqdapi kesukaran butuh
melakukan gerakan gerakan.
3. Cerebrotonis memiliki sifat: suara kurang kencang, ragu ragu, kurang berani bergaul &
berbicara dengan orang banyak, reaksinya cepat, hidup teratur, sukar tidur, nampak lebih muda
dari yang sebenarnya, bila mengalami kesukaran butuh mengasingkan diri.

E. Metode/Penelitian Khas :
a. penelitian ini adalah untuk lebih memahami bahwa Teori Kepribadian Sheldon dapat diterapkan
di dunia modern saat ini. ( Friedman, H. S., & Schustack, M. W. 2012). Sheldon melakukan
penelitian saat 8 tahun lalu dengan membandingkan anak remaja yang kurang baik tingkah
lakunya dengan remaja yang baik.

b. Penelitian di Hayden Goodwill Inn, fasilitas rehabilitasi pria di Boston, Massachusetts. Selama
periode tiga tahun dari tahun 1939 hingga 1942, Sheldon dan rekan-rekannya mempelajari sekitar
400 pemuda, dan dari sampel tersebut, 200 pemuda dipilih untuk studi lebih lanjut setelah perang
berdasarkan data yang lengkap dan bukti yang jelas tentang kenakalan mereka. Semua subjek
diperiksa dengan tes kinerja konsep yang digunakan dalam studi antropologi dan ilmu olahraga
untuk mengklasifikasikan variasi bentuk tubuh manusia berdasarkan karakteristik fisik tertentu.
Mereka dinilai dari komponen fisik, faktor kejiwaan dan biografi kehidupannya yang kemampuan
mental, riwayat pendidikan, latar belakang keluarga, riwayat medis, pola kejahatan, dan perilaku
khas.

35
c. penelitian dan praktik psikologi (Cash, T. F. 2016)
pemahaman tentang hubungan antara faktor genetik, lingkungan, dan perkembangan otak dengan
pembentukan kepribadian menjadi fokus penting dalam penelitian dan praktik psikolog

d. Penggunaan konsep somatotipe dalam konteks modern, tetap memberikan wawasan tentang
variasi fisik dan potensi pengaruhnya terhadap faktor lain yang membentuk kepribadian
(Friedman, H. S., & Schustack, M. W. 2012).

e. menggambarkan kepribadian manusia sebagai konstruksi multidimensional yang dipengaruhi


oleh berbagai faktor, termasuk genetik, lingkungan, dan proses belajar. (Bohm R and Vogel L
2010).

36
TANYA JAWAB MATERI TEORI TEORI SIFAT DAN
BEHAVIORISTIK

37
KESIMPULAN
Teori behavioristik adalah teori yang menekankan pada tingkah laku manusia sebagai akibat dari
interaksi antara stimulus dan respon. Teori Kognitif adalah teori yang berhubungan dengan
persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang untuk
memperoleh pengetahuan. Dari kedua teori tersebut aspek dan karakteristik yang berbeda-beda
pula, sehingga kadang-kadang ditemui pertentangan antara teori yang satu dengan teori yang
lainnya. Jadi dalam hal menilai benar tidaknya pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh
berbagai teori itu, kita harus memandangnya dari segi-segi karakteristik tertentu yang sesuai
dengan jenis yang diselidikinya. Yang penting bagi pendidik adalah mengambil manfaat dari
masing-masing teori itu dan menggunakannya dalam praktek sesuai dengan situasi dan materi
yang dipelajari dan yang diajarkan

38
DAFTAR PUSTAKA

Zeepedia. (n.d.). Personality Psychology. Retrieved from : http://www.zeepedia.com/read.php?


gordon_allport_a_trait_theory_of_personality_per
sonality_as_a_personality_psychology&b=94&c=26

Lisa, W. (n.d.). Teori Stimulus – Respon. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Modul.

Weiten, W. (2013). Psychology Themes and Variations. 9th ed. Canada : WadsWorth Cengage Learning

Ernilawati, N. & Rahmida, L. (2010). Paradigma Belajar. Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Makalah.

Bahri, S. (2014). Teori Kepribadian Faktor Analisis. Retrieved from :


http://atibilombok.blogspot.co.id/2014/06/makalah-kepribadian-teori-faktor.html/

CengageSites. (2008). The Neopsychoanalitic Approach. Retrieved from :


http://cengagesites.com/academic/assets/sites/Schultz_Ch05.pdf

Hall, C.S. & Lindzey, G. 1993. Psikologi Kepribadian 2 Teori-teori Holistik


(Organismik- Fenomenologis). Yogyakarta: Kanisius

Hall, C.S. & Lindzey, G. 1993. Psikologi Kepribadian 3 Teori-teori Sifat dan Behavioristik. Yogyakarta:
Kanisius

Rian. S. 2014. Teori Hierarki Kebutuhan Maslow. Retrieved from :


http://belajarpsikologi.com/teorihierarki-kebutuhan-maslow/

39

Anda mungkin juga menyukai