Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ZALZA KHOERUN NISA AULIA

NIM : 1232010006
MPI 1A UAS ILMU AKHLAK
1. Dalam ajaran Islam, ada beberapa akhlak buruk yang dijelaskan dan dilarang. Beberapa di
antaranya adalah:
1. Riba (Bunga atau Sistem Keuangan Berbasis Bunga)
- "Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba." (Al-Baqarah: 275)
2. Ghiba (Fitnah) atau Fitnah:
- "Dan janganlah sebahagian kamu mengumpat sebahagian yang lain. Sukakah salah
seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka tentulah kamu
merasa jijik kepadanya." (Al-Hujurat: 12)
3. Istighfar (Kikir):
- "Dan barangsiapa yang diberikan kekikiran (nafsu kekayaan dan harta benda) maka
sesungguhnya dia itu adalah orang yang kikir." (Al-Baqarah: 268)
4. Zina (Perzinaan):
- "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang
keji dan suatu jalan yang buruk." (Al-Isra: 32)
5. Hasad (Iri Hati):
- "Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang telah diberikan Allah kepada sebahagian
kamu lebih dari sebahagian yang lain. (Al-Nisa: 32)
2. Dalam konteks masyarakat multikultural, konsep ahlak memainkan peran penting dalam
menavigasi antara hak dan kewajiban. Perspektif ahlak memandang bahwa meskipun setiap
individu atau kelompok memiliki hak dan kewajiban kulturalnya sendiri, ada prinsip-prinsip
universal yang harus dihormati dan dijunjung tinggi oleh semua pihak. Dalam perspektif
ahlak, kontradiksi antara hak dan kewajiban dalam masyarakat multikultural sering kali
menjadi tantangan yang kompleks. Hak-hak individu untuk menjalani kehidupan yang bebas
dan adil sering bertabrakan dengan kewajiban kolektif atau norma-norma sosial dalam
budaya tertentu. Dalam situasi ini, solusinya adalah mencari keseimbangan yang
menghormati hak-hak individu tanpa mengabaikan kewajiban sosial. Pentingnya dialog,
pemahaman, dan toleransi menjadi kunci untuk mencapai harmoni dalam masyarakat yang
beragam.
3. Ibadah mahdoh, seperti shalat, puasa, dan ibadah lainnya dalam rukun Islam, memiliki
potensi besar untuk membentuk karakter dan ahlak seseorang karena ia melibatkan disiplin,
kesabaran, dan introspeksi. Misalnya, shalat lima waktu mengajarkan kedisiplinan waktu dan
keteguhan dalam menjalankan kewajiban. Selain itu, puasa Ramadhan mengajarkan
kesabaran, pengendalian diri, dan empati terhadap orang yang kurang beruntung.
Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang yang rajin menjalankan ibadah mahdoh cenderung
memiliki karakter yang lebih disiplin, bertanggung jawab, dan mampu mengendalikan emosi.
Contohnya, seseorang yang terbiasa dengan shalat fajar akan memiliki rutinitas bangun pagi,
yang bisa membentuk kebiasaan produktif lainnya. Selain itu, puasa mengajarkan seseorang
untuk lebih menghargai makanan dan memahami rasa lapar, sehingga meningkatkan empati
dan kepedulian terhadap orang lain yang mungkin mengalami kesulitan.
4. Imam al-Ghazali sangat memandang penting suatu metode dalam pendidikan akhlak.
Menurutnya seorang pendidik terhadap muridnya ibarat seorang dokter terhadap pasiennya.
Jika metode pengobatannya salah, maka si murid atau pasien bukannya sembuh malah akan
bertambah penyakitnya. Penggunaan metode yang tepat sangat membantu berhasilnya
pendidikan akhlak. Tujuan akhir yang ingin dicapai melalui kegiatan pendidikan ada dua:
Pertama, tercapainya kesempurnaan insani yang bermuara pada pendekatan diri kepada
Allah. Kedua, kesempurnaan insani yang bermuara pada kebahagiaan hidup dunia dan
akhirat. Karena itu ia bercita-cita mengajarkan manusia agar mereka sampai pada sasaran-
sasaran yang merupakan tujuan akhir dan maksud pendidikan itu. Tujuan itu tampak
bernuansa religius dan moral, tanpa mengabaikan masalah duniawi. Dalam rangka
mewujudkan konsep pendidikannya, AlGhazali menggunakanmetode pengajaran yang
menggunakan keteladanan, pembinaan budi pekerti, danpenanaman sifat-sifat keutamaan
pada diri muridnya. Hal ini sejalan dengan prinsipnya yang mengatakan bahwa pendidikan
adalah sebagai kerja yang memerlukan hubungan erat antara dua pribadi, yaitu guru dan
murid.
5. Tasawuf, atau ilmu spiritual dalam Islam, menawarkan panduan dan kerangka kerja bagi
individu untuk memperbaiki akhlak melalui pengembangan dimensi spiritual. Beberapa aspek
yang dapat membantu dalam memperbaiki akhlak melalui tasawuf antara lain:
-Tazkiyat an-Nafs (Purifikasi Diri): Tasawuf menekankan pentingnya purifikasi diri dari
sifat-sifat negatif seperti keserakahan, kebencian, dan kesombongan. Ini dilakukan melalui
refleksi diri, introspeksi, dan amalan spiritual.
-Mujahadah (Perjuangan Diri): Individu diajak untuk berjuang melawan hawa nafsu dan
dorongan negatif dalam diri mereka. Ini melibatkan upaya konsisten untuk mengendalikan
dan mengatasi sifat-sifat buruk.
-Tafakkur (Meditasi): Melalui tafakkur, atau meditasi, individu dapat merenungkan
kebesaran Allah dan mencari pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan hidup. Ini
membantu dalam membentuk sikap rendah hati dan penuh kasih.
-Tawakkul (Bergantung pada Allah): Mengembangkan kepercayaan dan ketergantungan pada
Allah membantu individu untuk lebih tenang dalam menghadapi cobaan hidup dan
memperkuat akhlak positif, seperti kesabaran dan rasa syukur.
-Ihsan (Kesempurnaan): Konsep ihsan dalam tasawuf mengajarkan individu untuk melakukan
segala sesuatu dengan sebaik-baiknya, dengan memberikan perhatian pada kualitas dan niat
di balik tindakan.
-Hubungan Guru-Murid: Banyak tarikat dalam tasawuf menekankan hubungan guru-murid.
Dalam konteks ini, guru spiritual memberikan panduan, mendidik, dan memotivasi murid
untuk mencapai kesempurnaan moral.
6. Dalam konteks akhlak, peran keteladanan seorang pendidik atau manajer sangat penting.
Keteladanan menciptakan pengaruh positif dan dapat memotivasi orang lain untuk mengikuti
contoh yang baik. Ketika seorang pendidik atau manajer menunjukkan perilaku etis,
integritas, dan tanggung jawab, hal ini dapat membentuk lingkungan yang mendukung
perkembangan moral dan profesionalisme.
Contoh pengalaman di ruang lingkup pendidikan:
Sebagai pendidik, saya mengalami bagaimana keteladanan dapat membentuk pola pikir dan
sikap siswa. Saat saya secara konsisten menunjukkan komitmen terhadap pembelajaran,
kerjasama, dan etika, siswa cenderung merespons dengan lebih positif. Sebagai contoh,
ketika siswa melihat guru berkomitmen untuk belajar dan berusaha memberikan yang terbaik,
mereka cenderung termotivasi untuk mengikuti jejak tersebut.
Begitu pula, seorang manajer di lingkungan pendidikan yang menunjukkan kepemimpinan
yang adil, transparan, dan responsif terhadap kebutuhan staf dapat menjadi contoh yang kuat.
Staf yang melihat manajer sebagai figur yang dapat diandalkan dan menginspirasi cenderung
merasa lebih termotivasi untuk memberikan kontribusi maksimal.
Inti dari pengaruh keteladanan adalah bahwa tindakan berbicara lebih keras daripada kata-
kata. Oleh karena itu, seorang pendidik atau manajer yang menjadi teladan dalam perilaku
etis dan profesional dapat menciptakan budaya di sekitarnya yang mendukung pertumbuhan
dan perkembangan positif.

Anda mungkin juga menyukai