Anda di halaman 1dari 25

EVALUASI KESESUAIAN LOKASI INDUSTRI BESAR

TERHADAP RENCANA TATA RUANG WILAYAH


DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2011-2031

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata 1


Pada Jurusan Geografi Fakultas Geografi

Oleh:

UMI LATIFAH

E 100120050

PROGRAM STUDI GEOGRAFI

FAKULTAS GEOGRAFI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2020
i
ii
iii
EVALUASI KESESUAIAN LOKASI INDUSTRI BESAR TERHADAP RENCANA
TATA RUANG WILAYAH DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2011-2031

Abstrak

Perda Nomor 09 Tahun 2011, Kabupaten Boyolali mengatur tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Boyolali Tahun 2011-2031. Salah satunya adalah mengatur mengenai
perencanaan kawasan industri baik industri besar, sedang maupun kecil. Permasalahan yang
terjadi saat ini di Kabupaten Boyolali adalah terdapat beberapa industri yang diduga melakukan
pembangunan tanpa memperhatikan kemampuan lahan, bahkan tidak sesuai dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW), sehingga perlu diadakan evaluasi kesesuaiannya. Penelitian ini
bertujuan untuk (1) mengetahui sebaran lokasi industri besar di Kabupaten Boyolali, dan (2)
mengevaluasi kesesuaian lokasi industri besar dengan RTRW di Kabupaten Boyolali. Metode
pada penelitian ini adalah survei. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode
purposive. Metode analisis data menggunakan teknik matchin, yakni dengan mencocokkan
data antara koordinat lokasi industri dengan peta RTRW, sehingga didapat kesesuaian lokasi
industrinya. Hasil penelitian ini adalah (1) Industri besar yang ada saat ini, hanya tersebar di 9
kecamatan, yakni Kecamatan Ampel, Kecamatan Banyudono, Kecamatan Mojosongo,
Kecamatan Sambi, Kecamatan Klego, Kecamatan Nogosari, Kecamatan Teras, Kecamatan
Sawit, dan Kecamatan Ngemplak. Pola sebarannya adalah pola sebaran seragam (dispersed)
dengan nilai rata-rata sebesar 5,49, dan (2) kesesuaian lokasi industri besar yang ada saat ini
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Boyolali meliputi sesuai dan tidak
sesuai. Kategori sesuai dengan RTRW sebanyak 26 lokasi industri atau sebanyak 74% dari
total industri besar yang ada di Kabupaten Boyolali. Sementara itu yang tidak sesuai dengan
RTRW sebanyak 9 lokasi industri atau sebanyak 26% dari total industri besar yang ada.

Kata kunci: evaluasi, kesesuaian, lokasi industri, RTRW

Abstract

Regional Regulation No. 09 of 2011, Boyolali Regency concerning the Spatial Planning of
Boyolali Regency in 2011-2031. One of them is about industrial estate planning large, medium
and small industries. The problem that is happening right now in Boyolali Regency is that
several industries that require development without regard to land capability are also not in
accordance with the Regional Spatial Plan (RTRW), so it needs to be adjusted accordingly.
This study aims to (1) determine the location of large industries in Boyolali Regency, and (2)
understand the suitability of large industries with RTRW in Boyolali Regency. This research
method is a survey. Sampling was done using a purposive method. The data analysis method
uses matching techniques, namely by matching the data between the location of the industrial
location with the RTRW map, in order to obtain the suitability of the industrial location. The
results of this study are (1) The existing large industries, only spread in 9 Sub districts, namely
Ampel, Banyudono, Mojosongo, Sambi, Klego, Nogosari, Teras, Sawit, and Ngemplak. The
distribution pattern is a uniform (dispersed) distribution pattern with an average value of 5.49,
and (2) the suitability of the existing large industrial locations with the Boyolali Regency
Spatial Plan (RTRW) that is suitable and not appropriate. Categories according to RTRW are
26 industrial locations or 74% of the total large industries in Boyolali Regency. Meanwhile,
there are 9 industrial locations that do not comply with the RTRW or 26% of the total large
industries.

Keywords: evaluation, suitability, industrial location, RTRW

1
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kabupaten Boyolali merupakan sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang
terletak sekitar 25 km sebelah barat Kota Surakarta. Kabupaten Boyolali mmiliki kepadatan
penduduk 949 jiwa/km2, mempunyai wilayah seluas 101.510,19 ha yang dibagi menjadi 19
kecamatan. Posisi geografis wilayah Kabupaten Boyolali merupakan kekuatan yang dapat
dijadikan sebagai modal pembangunan daerah karena berada pada segitiga wilayah
Yogyakarta-Solo-Semarang (Joglosemar), dilewati jalan strategis yang menghubungkan
Semarang-Solo.
Posisi yang strategis tersebut berdampak pada perkembanga wilayah di Kabupaten
Boyolali. Perkembangan infrastruktur di Kabupaten Boyolali yang begitu pesat dapat
memicu munculnya kawasan industri. Ada berbagai macam jenis industri mulai industri
besar, sedang, dan kecl dengan berbagai macam bidang usaha seperti manufaktur, mebel,
produksi alat tulis, pertanian, olahan makanan, bahan bangunan dan lainnya.
Kawasan industri merupakan sebidang lahan seluas beberapa ratus hektar yang telah
dibagi dalam kavling dengan luas yang berbeda sesuai dengan keinginan yang diharapkan
pengusaha. Daerah tersebut biasanya dilengkapi dengan jalan antar kavling, saaluran
pembuangan limbah, gardu listrik untuk menampung kebutuhan pengusaha yang
diharapkan akan berlokasi di tempat tersebut (Djojodipuro, 1992). Kawasan peruntukan
industri adalah bentangan lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan industri berdasarkan
Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah Kabupaten yang
bersangkutan.
Perda Nomor 09 Tahun 2011, Kabupaten Boyolali mengatur tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali Tahun 2011-2031. Salah satunya adalah mengatur
mengenai perencanaan kawasan industri baik industri besar, sedang maupun kecil.
Permasalahan yang terjadi saat ini di Kabupaten Boyolali adalah terdapat beberapa industri
besar yang diduga melakukan pembangunan tanpa memperhatikan kemampuan lahan,
bahkan tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), sehingga perlu
diadakan evaluasi kesesuaiannya.
Menurut Djali dan Pudji (2008), evaluasi dapat diartikan sebagai proses menilai sesuatu
berdasarkan kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan yang selanjutnya diikuti dengan
pengambilan keputusan atas objek yang dievaluasi. Kesesuaian lahan harus didasarkan atas
penggunaan lahan untuk tujuan tertentu. Proses evaluasi lahan memerlukan sumbangan

2
ilmu pengetahuan dari bidng ilmu tanah, teknologi penggunaan lahan, ilmu ekonomi, ilmu
sosial, dan lain-lain.
Evaluasi lokasi industri dilakukan dengan memanfaatkan teknologi Sistem Informasi
Geografis untuk menghasilkan informasi baru seputar industri dan kesesuaianya dengan
RTRW di Kabupaten Boyolali. Fungsi Sistem Informai Geografi dalam penelitian ini untuk
membantu proses analisis data, fungsi lain yaitu pengelolaan database, pengukuran
keruangan, dan analisis seperti overlay, dan fungsi selanjutnya untuk penayangan grafis
dan visualisasi.
Beberapa penelitian yang mendukung topik penelitian ini juga pernah dilakukan oleh
peneliti terdahulu sepeti yang dilakukan Mitra Satria (2012) yang menganalisis mengenai
tingkatan kesesuaian lahan untuk pemukiman di Kota Semarang bagian selatan. Sri Rahayu
(2013) melakukan penelitian tentang kesesuaian lahan dengan rencana tata ruang wilayah
di Kabupaten Klaten Selatan, dan Rio Melanesia (2017) melakukan penelitian tentang
evaluasi pemanfaatan lahan industri terhadap rencana tata ruang wilayah Kabupaten
Klaten.
Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan satu kesatuan formal yang terdiri dari
berbagai sumber daya fisik dan logika yang berkenaan dengan objek-objek yang terdapat
di permukaan bumi. jadi SIG juga merupakan kombinasi perangkat keras dan perangkat
lunak yang dapat digunakan untuk rmengelelola, menganalisa, memetakan informasi
spasial berikut data atributnya (data deskriptis) dengan akurasi kartograsi (Edy Prahasta,
2002).
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
a. Mengetahui sebaran lokasi industri besar di Kabupaten Boyolali, dan
b. Mengevaluasi kesesuaian lokasi industri besar berdasarkan RTRW di Kabupaten
Boyolali
1.3.Manfaat Penelitian
a. Dapat digunakan sebagai bahan kajian bagi penelitian yang sejenis di masa yang akan
datang.
b. Bagi Pemerintah khususnya Dinas Industri mempunyai data yang berbentuk sistem
informasi geografi pemetaan industri besar
c. Bagi masyarakat dapat mengetahui letak lokasi industri besar yang tersebar di
Kabupaten Boyolali

3
2. METODE
2.1.Jenis Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
survei. Metode survei merupakan suatu metode penelitian yang bertujuan untuk
mengumpulkan sejumlah besar data berupa variabel, unit, atau individu dalam waktu yang
bersamaan
2.2.Subjek dan Objek Penelitian
Populasi yang akan di teliti adalah industri besar, karena jumlah industri besar yang ada
di Kabupaten Boyolali kurang dari 100, yakni sejumlah 35 industri besar, maka seluruhnya
dimasukan kedalam obyek penelitian. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan Purposive sampling, yang merupakan teknik pengambilan sampel dilakukan
dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012).
Metode pengumpulan data melalui 3 macam, yakni dengan survei langsung ke
lapangan, melalui data sekunder, dan dengan observasi lapangan. Alat yang digunakan
dalam pengumpulan data terkait penelitian ini adalah sebagai berikut: (a) Kendaraan
sebagai transportasi untuk mengambil data di instansi terkait yang berada di daerah
penelitian, (b) Kamera digital, untuk mengambil foto daerah penelitian, (c) GPS (Global
Positioning System) digunakan untuk menentukan titik koordinat survey, dan (d) Software
Arcgis 10.2.2.
Sementara itu bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (a) Peta Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) yang diperoleh dari BAPPEDA Kabupaten Boyolali, (b) Data
BPS Kabupaten Boyolali, (c) Peta RBI Jateng & DIY tahun 2004, dan (d) Peta administrasi
Kabupaten Boyolali yang disalin dari BAPEDDA Kabupaten Boyolali.
Pengolahan data dilakukan sepenuhnya dengan bantuan teknologi GIS. Teknisnya
yakni dengan melakukan tumpang susun peta (overlay) peta-peta yang dibutuhkan dalam
penelitian ini seperti Peta Administrasi, Peta Lokasi Industri besar, dan Peta Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali tahun 2011-2031.
Metode analisa data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis
overlay. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari.
Adapun secara rinci mengenai alur penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

4
Survey Lapangan Peta RTRW Kabupaten
Boyolali (jpeg)

Georeferensi
Data letak lokasi
industri

Digitasi
Peta Persebaran lahan
Industri di Kabupaten
Boyolali Peta RTRW Kabupaten
Boyolali

Overlay

Peta Kesesuaian Lahan Industri


Besar Terha dap RTRW

Evaluasi Peta Kesesuaian Lahan industri terhadap


RTRW Kabupaten Boyolali

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian


Sumber: Peneliti, 2020

5
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.Hasil Penelitian
Sebaran Industri Besar di Kabupaten Boyolali Tahun 2016
Berdasarkan hasil survei lapangan yang telah dilakukan yag mengacu pada data dari
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Boyolali Tahun 2016 didapatkan data
bahwa jumlah industri besar tahun 2016 mencapai 35 buah industri. Jenis industri yang
terdapat di Kabupaten Boyolali terdiri dari berbagai macam jenis industri seperti
manufaktur, industri tekstil, bahan makanan, pertanian, bahan bangunan, kertas dan
lainnya. Data lokasi industri diperoleh peneliti melalui plotting lokasi industri dengan
Global Positioning System (GPS) di lapangan yang selanjutnya dari hasil plotting tersebut
kemudian di validasi dengan cara menampalkan atau mengoverlaykan dengan citra ikonos
dari google earth sehingga lokasi yang didapat memiliki akurasi yang tinggi. Adapun hasil
dari plotting terhadap lokasi industri besar di Kabupaten Boyolali secara rinci dapat dilihat
pada Tabel 1.

Tabel 1. Sebaran Industri Besar di Kabupaten Boyolali Tahun 2016


No Nama Perusahaan Koordinat (UTM)
X Y
1 PT. Jesi Jason Surya Wibowo 444246,91 9179691,69
2 PT Primayudha Mandiri Jaya 444634,00 9179697,93
3 Ud Abioso 454248,19 9171641,92
4 PT. Pearland 445539,36 9180050,26
5 PT. Lentera Abadi 465509,57 9166762,07
6 PT Solo Murni Epte 467531,67 9166865,83
7 PT.Safari Junie Textindo Industri 467023,16 9166794,28
8 PT Delta Merlin Dunia Textile 466448,92 9166953,12
9 PT. Tun Hong Garmen Indonesia 464467,19 9165740,42
10 PT. Wedia Raya Prima 467714,93 9166581,82
11 PT. Merak Sentausa Abadi 458683,38 9169697,75
12 PT. Pan Brothes.Tbk 459080,59 9164764,15
13 PT.Prima Cosmic Screen Graphics 459343,40 9165092,62
14 PT. Bengawan Solo Garmen 460014,57 9164768,28
15 PT. Wijaya Karya Beton 459825,31 9167066,31

6
No Nama Perusahaan Koordinat (UTM)
X Y
16 PT.Prima Kreasi Gemilang 459345,84 9165103,45
17 PT. Primasejati Sejahtera 459068,42 459068,42
18 UD. Wreksa Rahayu 457080,75 9167478,55
19 PT. Eco Smart Garment Indonesia 465709,33 9174512,59
20 PT. Eco Smart Garment Indosesia 465669,88 9186068,21
21 PT Nugroho Lumintu Jaya Pabrik Kertas 476513,41 9175357,95
22 Agung Perkasa Garmen 476642,56 9175401,15
23 PT Central Jaya Iguna Indonesia 460671,40 9166035,89
24 PT Cartini Lingerie Indonesia 460310,81 9166789,50
25 The Timotius Slamet 461303,32 9166680,75
26 PT So Good (So Nice) 461434,25 9166999,95
27 PT Sari Warna Asli Textile Industry 460491,00 9164975,98
28 PT Indolakto 460918,68 9166952,46
39 PT. Sarana Cipta Busana 468162,30 9161573,03
30 PT Teras Adhi Karisma 477477,21 9169249,45
31 PT. Sri Wahana Adityakarta 473358,39 9168482,08
32 PT Panen 473930,05 9168432,60
33 PT. Solo Kawistara Garmindo 471385,09 9168517,30
34 PT. Raja Tunggal 473901,28 9168446,60
35 PT. Aneka Andalan Asia 471424,40 9168507,81
Sumber: Survei Lapangan, 2016
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa industri besar di Kabupaten Boyolali
tersebar di 9 kecamatan dengan jumlah industri yang bervarasi yang meliputi Kecamatan
Ampel sejumlah 4 industri, Kecamatan Banyudono 5 industri, Kecmatan Mojosongo 9
industri, Kecamatan Sambi 1 industri, Kecamatan Klego 1 industri, Kecamatan Nogosari
2 industri, Kecamatan Teras 8 industri, Kecamatan Sawit 1 industri, dan Kecamatan
Ngemplak 4 industri. Berdasarkan sebaran tersebut, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa sebagian besar industri di Kabupaten Boyolali masih mengelompok atau berada di
lokasi yang dekat dengan ibu kota kecamatan, maupun dengan jalan-jalan utama (arteri
primer) kabupaten. Hal ini menjadi wajar dikarenakan adanya aksesibilitas yang baik
dalam hal sarana infrastruktur jalan, komunikasi, perekonomian, kesehatan dan lainnya.

7
Adapun secara spasial mengenai sebaran industri besar di Kabupaten Boyolali dapat
dilihat pada Gambar 2.

8
Gambar 2. Peta Sebaran Lokasi Industri Besar di Kabupaten Boyolali

9
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali

Berdirinya sebuah industri tentu tidak akan lepas dari Rencana tata Ruang Wilayah
karena tata ruang menjadi salah satu syarat dalam penerbitan ijin lokasi berdirinya sebuah
industri. Secara umum isi atau muatan dari RTRW Kabupaten Boyolali tahun 2011-2031
meliputi tujuan, kebijakan, strategi, rencana struktur ruang wilayah kabupaten, dan rencana
pola ruang wilayah Kabupaten.

Untuk rencana Kawasan Peruntukan Industri di Kabupaten Boyolali adalah (1)


Kawasan peruntukan kawasan peruntukan industri besar yang terdapat di Kecamatan
Ampel, Kecamatan Cepogo, Kecamatan Mojosongo, Kecamatan Teras, Kecamatan Sambi,
Kecamatan Ngemplak, Kecamatan Nogosari, Kecamatan Karanggede, Kecamatan Klego,
Kecamatan Kemusu, Kecamatan Wonosegoro, dan Kecamatan Juwangi, (2) Kawasan
peruntukan industri menengah terdapat di Kecamatan Ampel, Kecamatan Cepogo,
Kecamatan Musuk, Kecamatan Boyolali, Kecamatan Mojosongo, Kecamatan Teras,
Kecamatan Sawit, Kecamatan Banyudono, Kecamatan Sambi, Kecamatan Ngemplak,
Kecamatan Nogosari, Kecamatan Simo, Kecamatan Karanggede, Kecamatan Klego,
Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu, Kecamatan Wonosegoro, dan Kecamatan
Juwangi, dan (3) Industri kecil atau mikro berada di seluruh kecamatan di Kabupaten
Boyolali.

Melihat pola dan struktur yang ada, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan
industri (besar, sedang) di fokuskan pada pusat pelayanan kota dan industri besar yang ada
saat ini sebagian besar sudah sesuai dengan tata ruang wilayah Kabupaten Boyolali tahun
2011-2031. Secara detail mengenai besarnya prosentase peruntukan tiap-tiap kawasan
dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas dan Prosentase Peruntukan Kawasan berdasarkan RTRW Kabupaten Boyolali
Tahun 2011-2031
Peruntukan Kawasan Jenis Penggunaan Lahan Luas Prosentase
(km2) (%)
Kawasan Budidaya Embung 0,11 0,01
Kawasan Budidaya Hutan Produksi Terbatas 10,84 1,07
Kawasan Budidaya Hutan Produksi Tetap 116,00 11,43

10
Kawasan Budidaya Hutan Rakyat 16,58 1,63
Kawasan Budidaya Pertanian 491,44 48,41
Kawasan Budidaya Permukiman 241,14 23,75
Kawasan Budidaya Peruntukan Industri 21,32 2,10
Kawasan Lindung Sempadan Mata Air 2,14 0,21
Kawasan Lindung Sempadan Sungai 46,76 4,61
Kawasan Budidaya Sempadan Waduk 4,00 0,39
Kawasan Budidaya Kawasan Bandara 2,45 0,24
Kawasan Budidaya Komplek Pemerintahan 0,81 0,08
Kawasan Budidaya Sungai 7,57 0,75
Kawasan Lindung Taman Nasional 36,97 3,64
Kawasan Budidaya Waduk 17,02 1,68
Jumlah 1.015,15 100,00
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2020

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa jenis penggunaan lahan terbesar


berdasarkan RTRW Kabupaten Boyolali adalah untuk kawasan pertanian seluas 491,44
km2. Sementara itu yang paling sedikit adalah untuk kawasan embung seluas 0,11 km2.

11
Kawasan industri sendiri. berdasarkan data dari peta pola RTRW Kabupaten Boyolali
memiliki porsi sebesar 2,10% dari total luas wilayah atau sebesar 21,32 km2. Secara spasial
mengenai pola RTRW Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Gambar 3

12
Peta Pola Rencana Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Boyolali Tahun 2011-2031

12
3.2.Pembahasan
Analisis Pola Sebaran Industri Besar

Parameter tetangga terdekat atau indeks penyebaran tetangga terdekat mengukur


kadar kemiringan pola titik terhadap pola random. Untuk memperoleh Ju di gunakan cara
dengan menjumlahkan semua jarak tetangga terdekat dan kemudian dibagi dengan jumlah
titik yang ada. Parameter tetangga terdekat (T) tersebut dapat di tunjukkan pula dengan
rangkaian kesatuan (continuum) untuk mempermudah pembandingan antara pola titik.

Menurut Bintarto dan Surastopo Hadisumarno (1979). Ada tiga macam variasi pola
persebaran, yaitu:

1. Pola persebaran seragam, jika jarak antara suatu lokasi dengan lokasi lainnya relatif
sama.
2. Pola persebaran mengelompok, jika jarak antara lokasi satu dengan lokasi yang lainnya
bedekatan dan cenderung mengelompok pada tempat-tempat tertentu.
3. Pola persebaran acak, jika jarak antara lokasi satu dengan lokasi yang lainnya tidak
teratur.
4. Pada penelitian ini pola sebaran lokasi industri besar di Kabupaten Boyolali diolah dan
dihitung menggunakan bantuan teknologi Sistem Informasi Geografis dengan software
Arc GIS 10.3. Penghitungan dengan metode SIG memungkinkan mendapatkan hasil
secara cepat, akurat, dan efisien, sehingga pola sebaran lokasi industri di Kabupaten
Boyolali dapat diketahui secara pasti. Adapun hasil perhitungannya dengan software
Arc GIS 10.3. dapat dilihat pada Gambar 4.

13
.
Gambar 4. Hasil Pengolahan Data dengan Teknik GIS
Sumber: Peneliti, 2020
Berdasarkan Gambar 4 dan klasifikasi menurut Bintarto dan Surastopo (1979) dapat
kita ketahui bahwa pola sebaran lokasi industri di Kabupaten Boyolali memiliki pola
sebaran seragam (dispersed) dengan nilai rata-rata sebesar 5,49. Hal ini mengindikasikan
bahwa di daerah penelitian terjadi pemerataan pembangunan di bidang industri.
Pemerataan pembangunan industri di Kabupaten Boyolali tentu akan memberikan
dampak dan pergeseran bagi masyarakat, seperti yang diuraikan oleh (Hatu, 2011) bahwa
pergeseran sosial kultural masyarakat terutama masyarakat pedesaan, bahwa perubahan
tatanan kehidupan masyarakat sangat diakibatkan oleh adanya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, perkembangan komunikasi, serta kemampuan, keinginan
masyarakat untuk berpikir maju. Industrialisasi di suatu wilayah bukanlah suatu perjalanan
sejarah yang unilineal dari masyarakat berbasis pertanian atau agraris ke masyarakat
industri, masyakat tradisional ke masyarakat modern, tetapi lebih ditekankan pada suatu
evolusi yang multilineal (Kuntowijoyo, 1998).
Terdapat berbagai dampak positif dan negatif dari industrialisasi yang terjadi dalam
masyarakat di antaranya: keberhasilan suatu industri tentunya akan menyebabkan
perubahan yang amat berarti dalam struktur perekonomian masyarakat, adanya industri

14
diperkirakan akan menyebabkan terjadi struktur sosial di mana sebagian besar dari
anggota masyarakat akan bergantung mata pencahariannya pada sektor industri saja,
adanya industri diperkirakan akan menimbulkan perubahan nilai-nilai dan pola gaya hidup
(life style pattern) masyarakat yang amat berarti pula.
Fardani (2012) juga mengemukakan bahwa disamping hasil-hasil yang cukup
menggembirakan dalam pembangunan ekonomi gaya modern, masyarakat sedang
berkembang merasakan kemerosotan yang tidak mengenakkan dari identitas budaya
mereka. Suratmo (2004) memaparkan dalam bukunya bahwa pembangunan suatu proyek
sejak mulai dari perencanaan memang sudah bertujuan untuk meningkatkan sosial
ekonomi, sehingga secara teoristis dampak setiap proyek haruslah positif bagi masyarakat
setempat, propinsi, nasional ataupun internasional. Keberadaan industri di suatu wilayah
tentunya akan membawa perubahan dan pengaruh pada mata pencaharian masyarakat
setempat.
Banyaknya lahan yang beralih fungsi dari lahan pertanian menjadi non pertanian
(kawasan industri atau bangunan pabrik), akan menyebabkan perubahan mata pencaharian
masyarakat, seperti yang diuraikan oleh Siska (2013), yang menyatakan bahwa perubahan
mata pencaharian ini juga dikarenakan pekerjaan dahulu dirasakan tidak menjajikan lagi,
akibat berkurangnya lahan pertanian dan penghasilan mamsyarakat yang tidak tetap.
Sementara itu menurut (Parker et.al 1992) menyatakan bahwa pengaruh industri terhadap
masyarakat bisa berupa nilai-nilai, pengaruh fisik terhadap masyarakat dan usaha
industrial interset group untuk mempengaruhi masyarakat. Disadari atau tidak secara
langsung adanya industri di suatu tempat akan meningkatkan pendapatan bagi masyarakat
yang ada di sekitarnya, meningkatkan ekonomi penduduk, kesadaran akan pendidikan
tampaknya juga akan meningkat (Soedjito, 1960). Peningkatan pendapatan tersebut karena
banyaknya masyarakat yang bekerja di sektor industri. Hal ini terjadi karena banyaknya
anggota masyarakat yang terserap untuk bekerja pada sektor industri dan disekitar
kawasan industri.
Analisis Kesesuian Lokasi Industri dengan RTRW
Kesesuaian lokasi industri dalam penelitian ini didasarkan pada data koordinat lokasi
industri dengan data rencana tata ruang wilayah Kabupaten Boyolali tahun 2011-2031.
Pengolahan data kesesuaian lokasi industri dengan RTRW dilakukan dengan menggunakan
software GIS (Arc GIS 10.3) dengan mengoverlaykan peta data koordinat lokasi industri

15
dengan peta rencana tata ruang wilayah Kabupaten Boyolali. Adapun hasil pengolahan
datanya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kesesuaian Lokasi Industri dengan RTRW di Kabupaten Boyolali
Nama Perusahaan Peruntukan Kawasan Keterangan
Kesesuaian
PT. Jesi Jason Surya Wibowo Permukiman Tidak Sesuai
PT Primayudha Mandiri Jaya Industri Sesuai
Ud Abioso Industri Sesuai
PT. Pearland Industri Sesuai
PT. Lentera Abadi Permukiman Tidak Sesuai
PT Solo Murni Epte Industri Sesuai
PT.Safari Junie Textindo Industri Industri Sesuai
PT Delta Merlin Dunia Textile Industri Sesuai
PT. Tun Hong Garmen Indonesia Sempadan Mata Air Tidak Sesuai
PT. Wedia Raya Prima Industri Sesuai
PT. Merak Sentausa Abadi Pertanian Tidak Sesuai
PT. Pan Brothes.Tbk Industri Sesuai
PT.Prima Cosmic Screen Graphics Industri Sesuai
PT. Bengawan Solo Garmen Industri Sesuai
PT. Wijaya Karya Beton Industri Sesuai
PT.Prima Kreasi Gemilang Industri Sesuai
PT. Primasejati Sejahtera Industri Sesuai
UD. Wreksa Rahayu Permukiman Tidak Sesuai
PT. Eco Smart Garment Indonesia Industri Sesuai
PT. Eco Smart Garment Indosesia Industri Sesuai
PT Nugroho Lumintu Jaya Pabrik Industri Sesuai
Kertas
Agung Perkasa Garmen Industri Sesuai
PT Central Jaya Iguna Indonesia Permukiman Tidak Sesuai
PT Cartini Lingerie Indonesia Industri Sesuai
The Timotius Slamet Industri Sesuai
PT So Good (So Nice) Industri Sesuai
PT Sari Warna Asli Textile Industry Industri Sesuai
PT Indolakto Industri Sesuai

16
Nama Perusahaan Peruntukan Kawasan Keterangan
Kesesuaian
PT. Sarana Cipta Busana Industri Sesuai
PT Teras Adhi Karisma Permukiman Tidak Sesuai
PT. Sri Wahana Adityakarta Industri Sesuai
PT Panen Permukiman Tidak Sesuai
PT. Solo Kawistara Garmindo Industri Sesuai
PT. Raja Tunggal Permukiman Tidak Sesuai
PT. Aneka Andalan Asia Industri Sesuai
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2020
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa kesesuaian lokasi industri dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Boyolali tahun 2011-2031 meliputi: sesuai dan tidak
sesuai. Sebagian besar industri memiliki kesesuaian kategori sesuai dengan RTRW sebanyak
26 lokasi industri atau sebanyak 74% dari total industri besar yang ada di Kabupaten Boyolali.
Industri yang sesuai dengan RTRW meliputi PT Primayudha mandiri jaya, PT Pearland, UD
Abioso, PT. Solo Murni Epte, PT. Safari Junie Textindo Industri, PT Delta Merlin Dunia
Textile, PT Wedia Raya Prima, PT Pan Brother.TBK, PT Prima Cosmic Screen Graphics, PT
Bengawan Solo Garmen, PT Wijaya Karya Beton, PT Prima Kreasi Gemilang, PT. Prima sejati
Sejahtera, PT. Eco Smart Garment Indonesia, PT. Eco Smart Garment Indosesia, PT Nugroho
Lumintu Jaya Pabrik Kertas, Agung Perkasa Garmen, PT Cartini Lingerie Indonesia, The
Timotius Slamet, PT So Good (So Nice), PT Sari Warna Asli Textile Industry, PT Indolakto,
PT. Sarana Cipta Busana, PT. Sri Wahana Adityakarta, PT. Solo Kawistara Garmindo, PT.
Aneka Andalan Asia. Sementara itu yang tidak sesuai dengan RTRW sebanyak 9 lokasi
industri atau sebanyak 26% dari total industri besar yang ada. PT. Jesi Jason Surya Wibowo di
Kecamatan Ampel, PT. Lentera Abadi di Kecamatan Banyudono, PT. Tun Hong Garmen
Indonesia di Kecamatan Banyudono, PT. Merak Sentausa Abadi di Kecamatan Mojosongo,
UD. Wreksa Rahayu di Kecamatan Mojosongo, PT Central Jaya Iguna Indonesia di Kecamatan
Teras, PT Teras Adhi Karisma di Kecamatan Teras, PT Panen di Kecamatan Ngemplak, PT
Raja Tunggal di Kecamatan Ngemplak.
Adapun secara spasial mengenai sebaran kesesuaian lokasi industri dengan RTRW
Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Gambar 5

17
Gambar 5. Peta Kesesuaian Lokasi Industri dengan RTRW Kabupaten Boyolali Tahun 2011-2031

18
Melihat masih banyaknya perusahaan yang berdiri dan tidak sesuai dengan RTRW,
maka Pemerintah Kabupaten Boyolali perlu melakukan evaluasi terhadap proses perijinan
perusahaan tersebut. Pembangunan industri yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
juga akan menghambat laju pertumbuhan wilayah karena tidak sesuai dengan
pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah daerah.
Lokasi industri yang ada saat ini dan tidak sesuai dengan RTRW Kabupaten Boyolali
2011-2031, peruntukan sebenarnya adalah untuk kawasan permukiman, kawasan
pertanian, dan kawasan sempadan mata air. Apabila hal tersebut tidak terkontrol, maka
akan berdampak negatif terhadap lingkungan seperti terjadinya banjir genangan karena
adanya alih fungsi lahan dan betonisasi, timbulnya pencemaran lingkungan yang
menganggu aktivitas masyarakat disekitar pabrik atau industri, munculnya konflik sosial
ekonomi bagi masyarakat, dan menurunnya produktivitas pertanian karena terjadi alih
fungsi lahan, dan menurunnya debit sumur masyarakat dikarenakan pembuatan sumur
dalam oleh pabrik yang kurang sesuai dengan ketentuan. Melihat dampak negatif yang
bakal terjadi pada lokasi industri yang tidak sesuai dengan tata ruang wilayah, maka
Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali perlu memonitoring dan meninjau ulang
keberadaan industri tersebut.
4. PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan analisis penelitian serta mengacu pada tujuan penelitian dapat
diambil beberapa kesimpulan antara lain:
a) Industri besar yang ada saat ini, tersebar di 9 kecamatan, yakni Kecamatan Ampel
Kecamatan Banyudono, Kecamatan Mojosongo, Kecamatan Sambi, Kecamatan Klego,
Kecamatan Nogosari, Kecamatan Teras, Kecamatan Sawit, dan Kecamatan Ngemplak.
Pola sebarannya adalah pola sebaran seragam (dispersed) dengan nilai rata-rata sebesar
5,49.
b) Kesesuaian lokasi industri besar yang ada saat ini dengan Rencana tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Boyolali meliputi sesuai dan tidak sesuai. Kategori sesuai dengan
RTRW sebanyak 26 lokasi industri atau sebanyak 74% dari total industri besar yang
ada di Kabupaten Boyolali. Sementara itu yang tidak sesuai dengan RTRW sebanyak 9
lokasi industri atau sebanyak 26% dari total industri besar yang ada.
4.2.Saran
Saran yang bisa disampaikan peneliti dalam penelitian lain antara lain:

19
a) Perlu adanya inventarisasi sebaran industri di Kabupaten Boyolali, sehingga
industri yang sudah berdiri dapat diketahui apakah keberadaannya sesuai dengan
perencanaan ruang atau tidak
b) Perlu dilakukan upaya monitoring perusahaan dan peninjauan kembali terhadap
rencana tata ruang yang ada, sehingga terjadi sinergitas antara industri dengan tata
ruang wilayah Kabupaten Boyolali.

DAFTAR PUSTAKA

Bintarto R dan Surastopo Hadi Sumarmarmo.1979. Metode Analisa Geografi. Jakarta: LP3ES
Fardani Andi, 2012. Dampak Sosial Keberadaan PT. Vale Indonesia Tbk Terhadap Kehidupan
Masyarakat (Studi Kasus Sorowako Kecamatan Nuha Kabupaten Luwu Timur).
Skripsi S1. Makasar: Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Hasanuddin
Hatu, Rauf. 2011. Perubahan Sosial Kultural Masyarakat Pedesaan. Jurnal Inovasi 8 (4): 1-11
Kuntowijoyo, 1998. Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi. Cetakan ke VIII Bandung:
Mizan

20

Anda mungkin juga menyukai