Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS AMBANG BATAS UNTUK PENENTUAN PRIORITAS

PENGEMBANGAN WILAYAH BERDASARKAN CITRA LANDSAT 8 DI


KABUPATEN BOYOLALI

Oleh:
Ratna Patmawati W.M
ratna.patmawati.w.m@mail.ugm.ac.id

Sigit Heru Murti


sigit@geo.ugm.ac.id

Abstract
The aims of this research were to asses the accuracy of remote sensing to get physical
parameter information of the land potential determiner, to understand the land potential
which is available in Boyolali Regency, and to determine the priority of development regional
and the recomendation of regional development. The information of landuse, land form, and
physical parameter of the land potential determiner are gotten from visual interpretation of
Landsat 8 imagery. The land potential parameter consists of land form, relief, slope,
lithology, soil, hyidrology, and disaster vulnerability. Socio-economic potential data are
obtained through the secondary data processing. The results of this research showed that
Landsat 8 imagery can be used to extract land potential parameter through the landform
approach with 91,05% of accuracy and land use with 88,06% of accuracy. First priority
regional recomendation focused on the improvement of the agriculture tools and
infrastructures. Second priorty regional recomendation focused on the improvement of
irigation duct and the founding of tumpangsari system. Third priorty regional recomendation
focused on the development of wanatani system. Fourth priorty regional focused on the
improvement of the industrial system to get the employee.
Key words: Landsat 8 imagery, land potential, socio-economic potential,
regional development priority

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji akurasi citra penginderaan jauh untuk memperoleh
informasi parameter fisik penentu potensi lahan, mengetahui potensi lahan yang ada di
Kabupaten Boyolali, dan menentukan prioritas daerah pengembangan serta rekomendasi
pengembangan wilayah. Informasi penggunaan lahan, bentuklahan, dan parameter fisik
penentu potensi lahan diperoleh dari interpretasi visual Citra Landsat 8. Parameter potensi
lahan terdiri dari bentuklahan, relief, lereng, litologi, tanah, hidrologi, dan kerawanan
bencana. Data potensi sosial ekonomi diperoleh melalui pengolahan data sekunder. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Citra Landsat 8 dapat digunakan untuk ekstraksi parameter
potensi lahan melalui pendekatan bentuklahan dengan ketelitian 91,05% dan ekstraksi
penggunaan lahan 88,06%. Kabupaten Boyolali dibagi menjadi empat wilayah prioritas
pengembangan. Wilayah prioritas I memiliki rekomendasi peningkatan sarana dan prasarana
pertanian. Wilayah prioritas II memiliki rekomendasi perbaikan saluran irigasi dan
pembinaan sistem tumpangsari. Wilayah prioritas III memiliki rekomendasi pengembangan
sistem wanatani. Wilayah prioritas IV memiliki rekomendasi peningkatan sektor industri
untuk menyerap tenaga kerja.
Kata kunci: Citra Landsat 8, potensi lahan, potensi sosial ekonomi, prioritas
pengembangan wilayah
PENDAHULUAN Penentuan prioritas harus merujuk pada
Pembangunan daerah memiliki wilayah yang dapat dikembangkan tanpa
peranan penting dalam menunjang merusak lingkungan. Analisis ambang
pembangunan nasional. Undang-undang batas (threshold analysis) merupakan
Nomor 32 Tahun 2004 tentang metode perencanaan yang komprehensif
Pemerintahan Daerah yang diperbarui untuk evaluasi kemungkinan pembangunan
dengan Undang-undang Nomor 24 Tahun wilayah dengan melihat keterbatasan faktor
2014, memberikan kewenangan yang besar fisik dan sosial. Keterbatasan atau lebih
bagi daerah untuk dapat mengelola potensi dikenal dengan istilah ambang batas
daerahnya. Potensi yang ada di suatu tergantung pada lokasi pembangunan
daerah dapat dimanfaatkan secara optimal (Kozlowski,1997).
untuk mendukung perkembangan suatu Penginderaan jauh dapat dimanfaatkan
wilayah. untuk monitoring dan memperoleh atau
Pengembangan wilayah merupakan mengekstraksi data potensi lahan yang ada
upaya membangun dan mengembangkan di suatu wilayah. Pemanfaatan Citra
suatu wilayah berdasarkan pendekatan Landsat 8 untuk keperluan perencanaan
spasial dengan mempertimbangkan aspek pengembangan wilayah sejauh ini belum
sosial budaya, ekonomi, lingkungan fisik, banyak dilakukan. Sebagian besar
dan kelembagaan. Pengembangan wilayah perencanaan pengembangan yang ada
bertujuan untuk mengurangi kesenjangan masih menggunakan metode survei
wilayah akibat perbedaan kecepatan terestrial untuk memperoleh data potensi
pertumbuhan. Pengembangan wilayah lahan sebagai dasar penyusunan prioritas
harus disesuaikan dengan kondisi, potensi pengembangan wilayah. Sistem informasi
dan permasalahan wilayah yang geografi dapat digunakan untuk mengolah
bersangkutan. (Ambardi dan Socia, 2002) data dan memetakkan potensi lahan dan
Kondisi wilayah memberikan potensi sosial ekonomi di suatu wilayah,
gambaran tentang potensi yang ada di serta mempermudah analisis penentuan
wilayah tersebut serta faktor tertentu yang prioritas pengembangan wilayah.
dapat menghambat proses pengembangan Tujuan penelitian ini yaitu:
wilayah. Penentuan potensi wilayah dapat 1. Mengkaji akurasi citra penginderaan
dilakukan dengan penilaian potensi lahan jauh untuk memperoleh informasi
menggunakan Indeks Potensi Lahan (IPL). parameter fisik penentu potensi lahan.
IPL menyatakan nilai tingkat potensi lahan 2. Mengetahui potensi lahan yang ada di
yang ada di suatu wilayah. Indeks potensi Kabupaten Boyolali berdasarkan
lahan dikaji dengan menggunakan informasi parameter fisik dan data sosial
pendekatan bentuklahan sehingga batasnya ekonomi.
berupa batas fisik, sedangkan indeks 3. Menentukan prioritas daerah
potensi sosial dikaji berdasarkan batas pengembangan berdasarkan penilaian
administrasi. tingkat potensi fisik, sosial ekonomi
Pembangunan yang tidak merata di dengan analisis ambang batas serta
Kabupaten Boyolali dapat dilihat dari rekomendasi pengembangan wilayah
perkembangan permukiman yang pesat di dengan pertimbangan penggunaan
wilayah kota dan perkembangan industri lahan.
yang dominan. Perencanaan pembangunan
harus dilaksanakan agar tercipta
pembangunan yang merata di seluruh
wilayah Kabupaten Boyolali. Penentuan
prioritas daerah pengembangan mutlak
diperlukan agar perencanaan wilayah dapat
terlaksana dengan baik dan sesuai sasaran.
METODE PENELITIAN penginderaan jauh dengan referensi data
Alat dan bahan yang digunakan dalam tambahan berupa peta litologi, peta tanah,
penelitian ini diantaranya: peta hidrogeologi, maupun peta kerawanan
1. Citra Landsat 8 (Path 120 Row 65) bencana. Kegiatan lapangan dilakukan
meliputi seluruh wilayah Kabupaten untuk uji akurasi interpretasi bentuklahan
Boyolali tanggal perekaman 27 dan penggunaan lahan. Uji akurasi
Agustus 2014. bertujuan untuk memvalidasi bentuklahan
2. Citra SRTM sebagian daerah Jawa dan penggunaan lahan yang ada di wilayah
Tengah. kajian. Pemilihan sampel dilakukan dengan
3. Peta Tematik Kab. Boyolali (Peta cara Stratified Random Sampling. Re-
Geologi, Peta Tanah, Peta interpretasi bentuklahan dan penggunaan
Hidrogeologi, Peta Rawan Bencana, lahan dilakukan setelah uji akurasi selesai.
Peta RTRW) Kerja lapangan meliputi pengukuran
4. Data statistik kependudukan kemiringan lereng, identifikasi batuan yang
Kabupaten Boyolali tahun 2014 ada, dan pengukuran tekstur tanah secara
5. Seperangkat komputer processor kualitatif.
Intel(R) Core (TM) i5-2430M (2.4 Parameter fisik tersebut digunakan
Ghz) untuk menghitung indeks potensi lahan
6. Printer Canon IP 2770 (IPL). Indeks potensi lahan (IPL)
7. Software ArcGIS 10.1 untuk deliniasi menyatakan potensi relatif lahan untuk
citra Landsat 8 dan analisis peta. kegunaan umum. Semakin tinggi nilai IPL
8. Software ENVI 4.7 untuk pengolahan maka semakin tinggi pula kemampuan
citra digital. lahan. Sistem pengharkatan menggunakan
9. GPS untuk plotting lokasi lapangan sistem pengharkatan berjenjang
10. Abney Level untuk mengukur tertimbang. Harkat yang semakin tinggi
kemiringan lereng di lapangan menunjukkan kondisi fisik yang baik dan
11. Soil tes kit untuk membantu memiliki potensi lahan yang tinggi.
pengamatan fisik tanah (tekstur tanah) Penggunaan lahan digunakan sebagai dasar
secara kualitatif. perencanaan maupun rekomendasi
12. Kamera digital untuk dokumentasi kebijakan.
lapangan Besarnya IPL ditentukan oleh pengharkatan
5 faktor perhitungan formula rasional
Penelitian ini menggunakan metode berikut:
penginderaan jauh yang diintegrasikan IPL = ( R + L + T + H) . B
dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Keterangan :
Perolehan data bersumber dari citra IPL = Indeks Potensi Lahan
penginderaan jauh Landsat 8 meliputi data R = Harkat Faktor Relief atau
parameter fisik penentu potensi lahan L = Topografi
seperti betuklahan, penggunaan lahan, T = Harkat Faktor Litologi
relief/topografi, jenis tanah, jenis batuan, H = Harkat Faktor Tanah
kondisi hidrologi, maupun tingkat B = Harkat Faktor Hidrologi
kerawanan yang ada. SIG digunakan untuk Harkat Kerawanan Bencana
pemrosesan data potensi lahan, potensi atau Pembatas
sosial ekonomi dan analisis data grafis Data sekunder digunakan sebagai penentu
maupun atribut. parameter sosial ekonomi untuk
Keseluruhan data diperoleh dari perhitungan indeks potensi sosial ekonomi
interpretasi visual Citra Landsat 8. (IPS). Data sekunder yang digunakan
Parameter fisik penentu potensi lahan diantaranya data penduduk usia kerja, data
diperoleh dengan pendekatan holistik dari tingkat pendidikan masyarakat, data mata
peta bentuklahan hasil interpretasi citra pencaharian masyarakat, dan data tingkat
kesejahteraan masyarakat. Perhitungan
indeks potensi sosial dilakukan dengan
metode pengharkatan atau skoring
menggunakan rumus:
IPS = (a + b + c + d)
Keterangan :
IPS : Indeks potensi sosial ekonomi
a : Harkat jumlah penduduk usia kerja
b : Harkat tingkat pendidikan masyarakat
Identifikasi bentuklahan memalui Citra
c : Harkat mata pencaharian masyarakat
Landsat 8 komposit 567 yang dipadukan
d : Harkat tingkat kesejahteraan
dengan hasil hillshade Citra SRTM. Hasil
masyarakat
interpretasi Citra Landsat 8, Kabupaten
Indeks potensi lahan dan indeks
Boyolali memiliki tiga bentuklahan utama
potensi sosial merupakan input data utama
yaitu Bentuklahan asal proses volkanik,
untuk pembuatan peta potensi lahan dan
bentuklahan asal proses fluvial, dan
peta potensi sosial ekonomi. Peta potensi
bentuklahan asal proses struktural.
lahan dan peta potensi sosial yang
Bentuklahan asal proses volkanik berada di
dipadukan dengan penggunaan lahan aktual
sebelah barat Kabupaten Boyolali dengan
digunakan untuk penyusunan prioritas
adanya Gunungapi Merapi dan Gunungapi
pengembangan wilayah serta rekomendasi
Merbabu, bentuklahan asal proses fluvial
kebijakan pengembangan wilayah
dan struktural berada di sebalah utara.
berdasarkan analisis ambang batas
Tingkat akurasi interpretasi
perencanaan.
penggunaan lahan sebesar 88,06% dan
bentuklahan 91,05%. Hasil interpretasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
penggunaan lahan dan bentuklahan
a. Interpretasi Citra Landsat 8 memiliki tingkat akurasi yang baik dan
Interpretasi bentuklahan dan dapat digunakan untuk pembuatan peta
penggunaan lahan menggunakan Citra penggunaan lahan maupun peta
Landsat 8 hasil perekaman tanggal 30 bentuklahan.
Agustus 2014. Pembuatan peta
penggunaan lahan dengan melakukan
interpretasi visual Citra Landsat 8 komposit
warna 432 dan 653. Penggunaan dua
komposit warna bertujuan untuk
mempermudah identifikasi penggunaan
lahan khususnya obyek yang sama.
Komposit 432 menghasilkan warna asli
obyek di lapangan sebagai dasar
identifikasi penggunaan lahan. Penggunaan
lahan yang ada di Kabupaten Boyolali
terdiri dari hutan, semak belukar, kebun
campur, sawah irigasi, sawah tadah hujan,
tegalan, permukiman, dan waduk.

Gambar 1. Peta Penggunaan Lahan Kab.Boyolali


Potensi lahan agak tinggi berada pada
dataran fluvial gunungapi berbatuan batuan
gunungapi merapi dan anggota formasi
notopuro, dataran kaki gunungapi
berbatuan batuan gunungapi merapi, kaki
gunungapi berbatuan batuan gunungapi
merapi, lembah antiklinal berbatuan
anggota formasi kerek dan notopuro.
Wilayah ini memiliki relief datar-landai
hingga berombak-bergelombang dan
kemiringan lereng 0-15%. Litologi terdiri
dari kompleks batuan piroklastik, sedimen
klastik berbutir kasar, dan sedimen klastik
berbutir halus. Jenis tanah mediteranian
coklat tua dan grumosol kelabu tua.
Wilayah ini memiliki tekstur tanah sedang
dan solum dalam. Potensi produktivitas air
tanah sedang-tinggi dan penyebaran
setempat. Kemungkinan irigasi sedang
setempat, tetapi pada beberapa lokasi
potensi irigasi kecil. Wilayah dengan
tingkat potensi lahan agak tinggi
Gambar 2. Peta Bentuklahan Kab.Boyolali
mempunyai faktor penghambat berupa
b. Evaluasi Potensi Lahan kerawanan erosi ringan.
Evaluasi potensi lahan didasarkan pada Wilayah dengan potensi lahan sedang
penilaian parameter fisik penentu potensi terdiri dari bentuklahan Dataran fluvial
lahan yang terdiri dari relief, lereng, gunungapi berbatuan anggota formasi
litologi, tanah, hidrologi, dan kerawanan notopuro dan pelang, Lembah antiklinal
bencana. Potensi lahan di wilayah berbatuan anggota formasi kalibeng, kerek,
penelitian ini diklasifikasikan ke dalam dan notopuro, Perbukitan antiklinal
lima kelas diantaranya potensi lahan tinggi, berbatuan batuan gunungapi merapi, kerek,
agak tinggi, sedang, agak rendah, dan notopuro, dan pelang. Wilayah ini memiliki
rendah. relief bergelombang hingga berbukit
Wilayah yang memiliki potensi lahan dengan kemiringan lereng bervariasi antara
tinggi berada pada bentuklahan dataran 5,1-15% dan 15,1-25%.Terdiri dari
fluvial gunungapi gunungapi dan dataran kompleks batuan piroklastik, sedimen
aluvial. Dataran fluvial gunungapi klastik berbutir kasar, sedimen klastik
memiliki relief datar dengan kemiringan berbutir halus, dan sedimen gampingan
lereng 0-5% menyebabkan wilayah ini metamorf. Wilayah ini memiliki tekstur
mudah dikelola dan memiliki daya dukung tanah sedang dan solum tanah dalam.
lahan yang tinggi. Wilayah ini memiliki Potensi air tanah dengan produktivitas kecil
solum tanah sedang dan tekstur tanah dan penyebaran lokal atau setempat serta
sedang hingga agak halus. Potensi air tanah potensi irigasi lokal. Adapun hal yang
dengan produktivitas tinggi dan penyebaran menjadi faktor pembatas pada wilayah ini
luas serta potensi irigasi sangat besar yaitu rawan erosi dan gerak massa batuan
menjadi salah satu faktor banyaknya dengan klasifikasi ringan.
penggunaan lahan sawah irigasi. Tidak Potensi lahan agak rendah berada pada
terdapat kerawanan bencana baik berupa bentuklahan kerucut parasiter, lereng
gerak massa batuan, erosi, maupun banjir. bawah gunungapi, dan perbukitan lipatan
kompleks berbatuan anggota formasi
kalibeng dan kerek. Kondisi relief wilayah memiliki kerawanan erosi ringan dan
dengan potensi lahan agak rendah kerawanan gerak massa batuan berat.
umumnya berbukit rendah dan berbukit
dengan kemiringan lereng antara 15,1-25%
hingga 25,1-45%. Jenis tanah yang ada di
bentuklahan ini yaitu regosol kelabu dan
kompleks regosol kelabu tua, grumosol,
litosol, dan andosol. Litologi terdiri dari
kompleks batuan piroklastik dan sedimen
klastik berbutir kasar, sedimen klastik
berbutir halus, batu gamping dan sedimen
gampingan metamorf. Potensi air tanah di
wilayah ini memiliki produktivitas kecil-
sedang dan penyebaran lokal atau setempat
dan beberapa lokasi langka air tanah.
Wilayah ini jarang ditemukan aliran air
permukaan atau sungai. Faktor pembatas
pada wilayah ini yaitu tingkat kerawan
erosi sedang dan gerak massa batuan ringan
hingga sedang.
Potensi lahan rendah terdiri dari
kerucut gunungapi, lereng atas gunungapi,
lereng tengah gunungapi, dan perbukitan
antiklinal berbatuan anggota formasi kerek. Gambar 3. Peta Potensi Lahan Kab. Boyolali
Kondisi fisik daerah penelitian dengan
potensi lahan rendah yaitu relief berbukit
c. Evaluasi Potensi Sosial Ekonomi
hingga bergunung dengan kemiringan
Kondisi sosial ekoomi mencerminkan
lereng 25,1-45% dan lebih dari 45%.
kondisi atau kemampuan masyarakat dalam
Bentuklahan asal proses volkanik memiliki
bidang sosial ekonomi. Kondisi sosial
litologi kompleks batuan beku, batuan
ekonomi sangat berpengaruh terhadap
piroklastik, dan sedimen klastik berbutir
penentuan prioritas pengembangan
kasar. Jenis tanah yang ada di wilayah ini
wilayah. Wilayah dengan kondisi sosial
yaitu kompleks regosol kelabu dan litosol
ekonomi rendah memiliki prioritas yang
dengan tekstur kasar serta solum tipis.
lebih utama dibanding wilayah dengan
Tidak ditemukan adanya potensi air tanah
kondisi sosial ekonomi tinggi. Data terkait
dan air permukaan di wilayah ini.
parameter pengukur kondisi sosial ekonomi
Kemiringan lereng yang terjal
diperoleh dari Kabupaten Boyolali Dalam
mengakibatkan wilayah ini memiliki
Angka tahun 2014. Parameter pengukur
tingkat kerawanan erosi tinggi serta gerak
kondisi sosial ekonomi yang digunakan
massa batuan sedang. Perbukitan antiklinal
untuk menghitung indeks potensi sosial
berbatuan anggota formasi kerek memiliki
ekonomi diantaranya data penduduk usia
jenis batuan kompleks batuan piroklastik,
kerja, data tingkat pendidikan masyarakat,
sedimen klastik berbutir kasar, sedimen
data mata pencaharian masyarakat, dan data
klastik berbutir halus, batu gamping dan
tingkat kesejahteraan masyarakat. Harkat
jenis tanah kompleks regosol kelabu,
total kondisi sosial ekonomi di Kabupaten
grumosol, dan mediteranian coklat tua.
Boyolali diperoleh dari penjumlahan harkat
Wilayah ini mempunyai solum tanah
masing-masing parameter.
sedang dan tekstur agak halus. Wilayah ini
Hasil yang diperoleh merupakan nilai
memiliki keterbatasan diantaranya langka
indeks potensi sosial ekonomi yang
air tanah dan potensi irigasi kecil atau lokal,
selanjutnya diklasifikasikan ke dalam lima
kelas. Nilai ini digunakan untuk nilai potensi fisik lahan serta potensi sosial
menentukan kondisi sosial ekonomi ekonomi. Prioritas pengembangan wilayah
masing-masing kecamatan. Kecamatan dibagi menjadi empat. Prioritas pertama
dengan indeks potensi sosial ekonomi merupakan wilayah yang memiliki potensi
tinggi yaitu Kecamatan Sawit, Banyudono, fisik lahan dan potensi sosial ekonomi
Musuk. Potensi sosial ekonomi agak tinggi rendah dan agak rendah. Prioritas kedua
berada di Kecamatan Ngemplak, terdiri dari wilayah dengan potensi fisik
sedangkan potensi sosial sedang berada di lahan sedang hingga tinggi, tetapi potensi
Kecamatan Boyolali dan Mojosongo. sosial ekonominya rendah dan agak rendah.
Sebagian besar kecamatan memiliki potensi Prioritas ketiga adalah wilayah dengan
sosial ekonomi agak tinggi, kecamatan potensi fisik lahan rendah dan agak rendah
tersebut diantaranya Kecamatan Ampel, namun memiliki potensi sosial ekonomi
Andong, Cepogo, Juwangi, Karanggede, sedang hingga tinggi. Prioritas keempat
Kemusu, Nogosari, Sambi, Selo, Simo, yaitu wilayah yang memiliki potensi fisik
Teras, dan .Wonosegoro. Kecamatan lahan dan potensi sosial ekonomi sedang
terakhir yaitu Kecamatan Klogo memiliki hingga tinggi.
potensi sosial ekonomi rendah. Wilayah dengan tingkat prioritas
pertama meliputi Kecamatan Ampel,
Juwangi, Karanggede, Kemusu, Selo, dan
Wonosegoro. Wilayah yang digolongkan
dalam prioritas kedua yaitu Kecamatan
Andong, Cepogo, Klego, Nogosari, Sambi,
Simo, dan Teras. Prioritas ketiga untuk
dikembangkan yaitu Kecamatan Musuk,
sedangkan wilayah yang masuk prioritas
keempat adalah Kecamatan Banyudono,
Boyolali, Mojosongo, Ngemplak, dan
Sawit.

Gambar 4. Peta Potensi Sosial Ekonomi Kab.


Boyolali

d. Penyusunan Prioritas Pengembangan


Wilayah
Potensi fisik lahan dan potensi sosial
ekonomi yang ada di Kabupaten Boyolali
digunakan sebagai dasar penyusunan
prioritas pengembangan wilayah.
Penentuan prioritas pengembangan wilayah
dilakukan dengan membuat tabel dan
diagram pancar yang mempresentasikan Gambar 5. Peta Prioritas Pengembangan Wilayah
Kab. Boyolali
e. Penyusunan Rekomendasi Kebijakan Wilayah prioritas pengembangan
Pengembangan Wilayah dengan Analisis ketiga yaitu Kecamatan Musuk yang
Ambang Batas. memiliki potensi lahan agak rendah, namun
Masing-masing wilayah mempunyai potensi sosial ekonominya tinggi.
kerakteristik lahan dan kondisi sosial Rekomendasi pengembangan wilayah
ekonomi yang berbeda, hal ini untuk wilayah ini yaitu kawasan hutan
menyebabkan rekomendasi untuk sebaiknya dilakukan usaha konservasi,
pengembangannya juga berbeda. pembatasan alih fungsi lahan hutan untuk
Rekomendasi kebijakan pengembangan pertanian dan kebun campur, pada daerah
wilayah disusun berdasarkan evaluasi lereng dikembangkan sistem wanatani,
potensi lahan, evaluasi potensi sosial peningkatan sarana dan prasarana
ekonomi, serta penggunaan lahan aktual pertanian, peningkatan kualitas SDM,
dengan analisis ambang batas perencanaan peningkatan fasilitas pendidikan dan
sehingga kebijakan pengembangan wilayah kesehatan
yang ada dapat sesuai dengan daya dukung Wilayah prioritas pengembangan
lingkungan. keempat yaitu Kecamatan Banyudono,
Prioritas pengembangan wilayah Boyolali, Mojosongo, Ngemplak, dan
pertama terdiri dari Kecamatan Ampel, Sawit. Potensi lahan wilayah ini agak tinggi
Juwangi, Karanggede, Kemusu, dan Selo. dan tinggi. Potensi sosial ekonomi sedang
Lima kecamatan ini ditetapkan sebagai hingga tinggi yang ditunjukkan dengan
prioritas pertama karena memiliki potensi tingkat kesejahteraan baik atau sejahtera.
lahan rendah dan agak rendah, serta kondisi Wilayah ini cukup berkembang dilihat dari
sosial ekonomi yang agak rendah. banyaknya permukiman, dan penggunaan
Rekomendasi kebijakan pengembangan lahan sawah irigasi yang produktif, kebun
wilayah meliputi konservasi di kawasan campur dan tegalan sudah memanfaatkan
hutan, pembatasan alih fungsi lahan hutan sistem tumpangsari. Oleh karena itu
untuk pertanian dan kebun campur, rekomendasi pengembangan wilayah yang
peningkatan sarana dan prasarana sesuai untuk wilayah ini yaitu peningkatan
pertanian, peningkatan kualitas SDM, sektor industri untuk menyerap tenaga
peningkatan fasilitas pendidikan dan kerja, pemeliharaan fasilitas umum yang
kesehatan. sudah ada, serta pengendalian alih fungsi
Prioritas pengembangan wilayah lahan dari sawah produktif menjadi
kedua terdiri dari Kecamatan Andong, permukiman. Pengembangan permukiman
Cepogo, Klego, Nogosari, Sambi, Simo, diarahkan pada lahan terbuka dan kebun
dan Teras. Wilayah dengan prioritas campur yang kurang produktif.
pengembangan II memiliki potensi lahan
sedang hingga agak tinggi, serta kondisi
sosial ekonomi yang agak rendah.
Rekomendasi pengembangan wilayah
untuk wilayah ini yaitu peningkatan
fasilitas pertanian dengan memperbaiki
saluran irigasi, pembinaan sistem
tumpangsari pada kebun campur,
perbukitan yang bukan kawasan hutan
perlu ditanami tanaman keras yang
memiliki nilai ekonomi tinggi seperti jati
dan mahoni, pengembangan industri kayu,
peningkatan kualitas SDM, peningkatan
fasilitas pendidikan dan kesehatan.
KESIMPULAN wilayah untuk wilayah ini yaitu
1. Citra penginderaan jauh Landsat 8 dapat Peningkatan sarana dan prasarana
digunakan untuk memperoleh informasi pertanian, pengembangan sistem
fisik lahan dengan pendekatan wanatani, dan usaha konservasi area
bentuklahan. Hasil uji ketelitian hutan.
interpretasi Citra Landsat 8 diperoleh - Wilayah prioritas IV memiliki
ketelitian 91,05% untuk bentuklahan potensi lahan agak tinggi dan tinggi
dan 88,06% untuk penggunaan lahan. sedangkan potensi sosial ekonomi
2. Berdasarkan informasi parameter fisik sedang hingga tinggi. Rekomendasi
dan data sosial ekonomi dapat diketahui pengembangan wilayah yang sesuai
potensi lahan yang ada di Kabupaten untuk wilayah ini yaitu peningkatan
Boyolali. Potensi lahan tinggi berada di sektor industri untuk menyerap
Kecamatan Sawit, Banyudono, tenaga kerja serta pengendalian alih
Ngemplak, dan Teras. Potensi lahan fungsi lahan dari sawah produktif
agak tinggi terdiri dari Kecamatan menjadi permukiman.
Mojosongo, Nogosari, dan Boyolali.
Wilayah dengan potensi lahan sedang DAFTAR PUSTAKA
yaitu Kecamatan Sambi, Andong, Simo, Alkadri. 2001. Manajemen Teknologi
Klego, Cepogo. Potensi lahan agak Untuk Pengembangan Wilayah. Jakarta
rendah terdiri dari Kecamatan Ampel, : Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi
Musuk, Juwangi, Wonosegoro, Pengembangan Wilayah BPPT.
Karanggede, dan Kemusu. Potensi lahan Ambardi dan Socia. 2002. Pengembangan
rendah ada di Kecamatan Selo. Wilayah dan Otonomi Daerah: Kajian
3. Berdasarkan evaluasi potensi lahan dan Konsep dan Pengembangan. Jakarta :
potensi sosial ekonomi, Kabupaten Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi
Boyolal dibagi menjadi empat wilayah Pengembangan Wilayah BPPT.
prioritas pengembangan wilayah yaitu: Danoedoro, Projo. 1996. Pengolahan Citra
- Wilayah prioritas I memiliki potensi Digital Teori dan Aplikasinya dalam
lahan rendah dan agak rendah, serta Bidang Penginderaan jauh. Yogyakarta
kondisi sosial ekonomi yang agak : Fakultas Geografi Universitas Gadjah
rendah. Rekomendasi kebijakan Mada.
pengembangan wilayah meliputi Direktorat Jenderal Penataan Ruang. 2006.
konservasi pada area hutan, Tata Ruang Kota. Jakarta: Departemen
peningkatan kualitas SDM, dan Pekerjaan Umum.
peningkatan sarana dan prasarana Friedmann John dan William Allonso.
pertanian. 2008. Regional Development and
- Wilayah prioritas II memiliki potensi Planning: A Reader. Massachussets:
lahan sedang hingga agak tinggi, The M.I.T. Press.
serta kondisi sosial ekonomi yang Jusmady.1996. Geological Data
agak rendah. Rekomendasi kebijakan Integration and Processing System
pengembangan wilayah meliputi (GFODIPS) software package Version
peningkatan fasilitas pertanian 1.03. University New South Wales:
dengan memperbaiki saluran irigasi, Depertment of Applied Geology,
pembinaan sistem tumpangsari pada University New South Wales.
kebun campur, dan pengembangan Kozlowsky, J.1997. (Terj) Pendekatan
industri kayu. Ambang Batas Dalam Perencanaan
- Wilayah prioritas III memiliki Kota, Wilayah, dan Lingkungan.
potensi lahan agak rendah, namun Jakarta: Universitas Indonesia Press.
potensi sosial ekonominya tinggi. Muta’ali Luthfi . 2003. Teknik Penyusunan
Rekomendasi pengembangan Rencana Strategis Dalam Pembangunan
Wilayah (RAA, Analisis Situasi, SWOT,
Renstra). Yogyakarta : Fakultas
Geografi UGM.
Sitorus. 1985. Evaluasi Sumberdaya
Lahan. Bandung : Tarsito
Suharsono, Prapto. 2000. Evaluasi
Kemampuan Lahan. Pedoman Teknis
KKL III. Yogyakarta : Fakultas Geografi
UGM.
Suharsono, Prapto. 2005. Identifikasi
Bentuklahan dan Interpretasi Citra
Untuk Geomorfologi. Yogyakarta:
PUSPIC Fakultas Geografi Universitas
Gadjah Mada dan BAKOSURTANAL.
Suratman, W dan Suharyadi. 1993.
Evaluasi Kemampuan Lahan Untuk
Perencanaan Penggunaan Lahan
dengan Metode GIS di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta:
UGM.
Sutanto. 1999. Penginderaan Jauh Jilid 1.
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Anda mungkin juga menyukai