Oleh:
Ratna Patmawati W.M
ratna.patmawati.w.m@mail.ugm.ac.id
Abstract
The aims of this research were to asses the accuracy of remote sensing to get physical
parameter information of the land potential determiner, to understand the land potential
which is available in Boyolali Regency, and to determine the priority of development regional
and the recomendation of regional development. The information of landuse, land form, and
physical parameter of the land potential determiner are gotten from visual interpretation of
Landsat 8 imagery. The land potential parameter consists of land form, relief, slope,
lithology, soil, hyidrology, and disaster vulnerability. Socio-economic potential data are
obtained through the secondary data processing. The results of this research showed that
Landsat 8 imagery can be used to extract land potential parameter through the landform
approach with 91,05% of accuracy and land use with 88,06% of accuracy. First priority
regional recomendation focused on the improvement of the agriculture tools and
infrastructures. Second priorty regional recomendation focused on the improvement of
irigation duct and the founding of tumpangsari system. Third priorty regional recomendation
focused on the development of wanatani system. Fourth priorty regional focused on the
improvement of the industrial system to get the employee.
Key words: Landsat 8 imagery, land potential, socio-economic potential,
regional development priority
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji akurasi citra penginderaan jauh untuk memperoleh
informasi parameter fisik penentu potensi lahan, mengetahui potensi lahan yang ada di
Kabupaten Boyolali, dan menentukan prioritas daerah pengembangan serta rekomendasi
pengembangan wilayah. Informasi penggunaan lahan, bentuklahan, dan parameter fisik
penentu potensi lahan diperoleh dari interpretasi visual Citra Landsat 8. Parameter potensi
lahan terdiri dari bentuklahan, relief, lereng, litologi, tanah, hidrologi, dan kerawanan
bencana. Data potensi sosial ekonomi diperoleh melalui pengolahan data sekunder. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Citra Landsat 8 dapat digunakan untuk ekstraksi parameter
potensi lahan melalui pendekatan bentuklahan dengan ketelitian 91,05% dan ekstraksi
penggunaan lahan 88,06%. Kabupaten Boyolali dibagi menjadi empat wilayah prioritas
pengembangan. Wilayah prioritas I memiliki rekomendasi peningkatan sarana dan prasarana
pertanian. Wilayah prioritas II memiliki rekomendasi perbaikan saluran irigasi dan
pembinaan sistem tumpangsari. Wilayah prioritas III memiliki rekomendasi pengembangan
sistem wanatani. Wilayah prioritas IV memiliki rekomendasi peningkatan sektor industri
untuk menyerap tenaga kerja.
Kata kunci: Citra Landsat 8, potensi lahan, potensi sosial ekonomi, prioritas
pengembangan wilayah
PENDAHULUAN Penentuan prioritas harus merujuk pada
Pembangunan daerah memiliki wilayah yang dapat dikembangkan tanpa
peranan penting dalam menunjang merusak lingkungan. Analisis ambang
pembangunan nasional. Undang-undang batas (threshold analysis) merupakan
Nomor 32 Tahun 2004 tentang metode perencanaan yang komprehensif
Pemerintahan Daerah yang diperbarui untuk evaluasi kemungkinan pembangunan
dengan Undang-undang Nomor 24 Tahun wilayah dengan melihat keterbatasan faktor
2014, memberikan kewenangan yang besar fisik dan sosial. Keterbatasan atau lebih
bagi daerah untuk dapat mengelola potensi dikenal dengan istilah ambang batas
daerahnya. Potensi yang ada di suatu tergantung pada lokasi pembangunan
daerah dapat dimanfaatkan secara optimal (Kozlowski,1997).
untuk mendukung perkembangan suatu Penginderaan jauh dapat dimanfaatkan
wilayah. untuk monitoring dan memperoleh atau
Pengembangan wilayah merupakan mengekstraksi data potensi lahan yang ada
upaya membangun dan mengembangkan di suatu wilayah. Pemanfaatan Citra
suatu wilayah berdasarkan pendekatan Landsat 8 untuk keperluan perencanaan
spasial dengan mempertimbangkan aspek pengembangan wilayah sejauh ini belum
sosial budaya, ekonomi, lingkungan fisik, banyak dilakukan. Sebagian besar
dan kelembagaan. Pengembangan wilayah perencanaan pengembangan yang ada
bertujuan untuk mengurangi kesenjangan masih menggunakan metode survei
wilayah akibat perbedaan kecepatan terestrial untuk memperoleh data potensi
pertumbuhan. Pengembangan wilayah lahan sebagai dasar penyusunan prioritas
harus disesuaikan dengan kondisi, potensi pengembangan wilayah. Sistem informasi
dan permasalahan wilayah yang geografi dapat digunakan untuk mengolah
bersangkutan. (Ambardi dan Socia, 2002) data dan memetakkan potensi lahan dan
Kondisi wilayah memberikan potensi sosial ekonomi di suatu wilayah,
gambaran tentang potensi yang ada di serta mempermudah analisis penentuan
wilayah tersebut serta faktor tertentu yang prioritas pengembangan wilayah.
dapat menghambat proses pengembangan Tujuan penelitian ini yaitu:
wilayah. Penentuan potensi wilayah dapat 1. Mengkaji akurasi citra penginderaan
dilakukan dengan penilaian potensi lahan jauh untuk memperoleh informasi
menggunakan Indeks Potensi Lahan (IPL). parameter fisik penentu potensi lahan.
IPL menyatakan nilai tingkat potensi lahan 2. Mengetahui potensi lahan yang ada di
yang ada di suatu wilayah. Indeks potensi Kabupaten Boyolali berdasarkan
lahan dikaji dengan menggunakan informasi parameter fisik dan data sosial
pendekatan bentuklahan sehingga batasnya ekonomi.
berupa batas fisik, sedangkan indeks 3. Menentukan prioritas daerah
potensi sosial dikaji berdasarkan batas pengembangan berdasarkan penilaian
administrasi. tingkat potensi fisik, sosial ekonomi
Pembangunan yang tidak merata di dengan analisis ambang batas serta
Kabupaten Boyolali dapat dilihat dari rekomendasi pengembangan wilayah
perkembangan permukiman yang pesat di dengan pertimbangan penggunaan
wilayah kota dan perkembangan industri lahan.
yang dominan. Perencanaan pembangunan
harus dilaksanakan agar tercipta
pembangunan yang merata di seluruh
wilayah Kabupaten Boyolali. Penentuan
prioritas daerah pengembangan mutlak
diperlukan agar perencanaan wilayah dapat
terlaksana dengan baik dan sesuai sasaran.
METODE PENELITIAN penginderaan jauh dengan referensi data
Alat dan bahan yang digunakan dalam tambahan berupa peta litologi, peta tanah,
penelitian ini diantaranya: peta hidrogeologi, maupun peta kerawanan
1. Citra Landsat 8 (Path 120 Row 65) bencana. Kegiatan lapangan dilakukan
meliputi seluruh wilayah Kabupaten untuk uji akurasi interpretasi bentuklahan
Boyolali tanggal perekaman 27 dan penggunaan lahan. Uji akurasi
Agustus 2014. bertujuan untuk memvalidasi bentuklahan
2. Citra SRTM sebagian daerah Jawa dan penggunaan lahan yang ada di wilayah
Tengah. kajian. Pemilihan sampel dilakukan dengan
3. Peta Tematik Kab. Boyolali (Peta cara Stratified Random Sampling. Re-
Geologi, Peta Tanah, Peta interpretasi bentuklahan dan penggunaan
Hidrogeologi, Peta Rawan Bencana, lahan dilakukan setelah uji akurasi selesai.
Peta RTRW) Kerja lapangan meliputi pengukuran
4. Data statistik kependudukan kemiringan lereng, identifikasi batuan yang
Kabupaten Boyolali tahun 2014 ada, dan pengukuran tekstur tanah secara
5. Seperangkat komputer processor kualitatif.
Intel(R) Core (TM) i5-2430M (2.4 Parameter fisik tersebut digunakan
Ghz) untuk menghitung indeks potensi lahan
6. Printer Canon IP 2770 (IPL). Indeks potensi lahan (IPL)
7. Software ArcGIS 10.1 untuk deliniasi menyatakan potensi relatif lahan untuk
citra Landsat 8 dan analisis peta. kegunaan umum. Semakin tinggi nilai IPL
8. Software ENVI 4.7 untuk pengolahan maka semakin tinggi pula kemampuan
citra digital. lahan. Sistem pengharkatan menggunakan
9. GPS untuk plotting lokasi lapangan sistem pengharkatan berjenjang
10. Abney Level untuk mengukur tertimbang. Harkat yang semakin tinggi
kemiringan lereng di lapangan menunjukkan kondisi fisik yang baik dan
11. Soil tes kit untuk membantu memiliki potensi lahan yang tinggi.
pengamatan fisik tanah (tekstur tanah) Penggunaan lahan digunakan sebagai dasar
secara kualitatif. perencanaan maupun rekomendasi
12. Kamera digital untuk dokumentasi kebijakan.
lapangan Besarnya IPL ditentukan oleh pengharkatan
5 faktor perhitungan formula rasional
Penelitian ini menggunakan metode berikut:
penginderaan jauh yang diintegrasikan IPL = ( R + L + T + H) . B
dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Keterangan :
Perolehan data bersumber dari citra IPL = Indeks Potensi Lahan
penginderaan jauh Landsat 8 meliputi data R = Harkat Faktor Relief atau
parameter fisik penentu potensi lahan L = Topografi
seperti betuklahan, penggunaan lahan, T = Harkat Faktor Litologi
relief/topografi, jenis tanah, jenis batuan, H = Harkat Faktor Tanah
kondisi hidrologi, maupun tingkat B = Harkat Faktor Hidrologi
kerawanan yang ada. SIG digunakan untuk Harkat Kerawanan Bencana
pemrosesan data potensi lahan, potensi atau Pembatas
sosial ekonomi dan analisis data grafis Data sekunder digunakan sebagai penentu
maupun atribut. parameter sosial ekonomi untuk
Keseluruhan data diperoleh dari perhitungan indeks potensi sosial ekonomi
interpretasi visual Citra Landsat 8. (IPS). Data sekunder yang digunakan
Parameter fisik penentu potensi lahan diantaranya data penduduk usia kerja, data
diperoleh dengan pendekatan holistik dari tingkat pendidikan masyarakat, data mata
peta bentuklahan hasil interpretasi citra pencaharian masyarakat, dan data tingkat
kesejahteraan masyarakat. Perhitungan
indeks potensi sosial dilakukan dengan
metode pengharkatan atau skoring
menggunakan rumus:
IPS = (a + b + c + d)
Keterangan :
IPS : Indeks potensi sosial ekonomi
a : Harkat jumlah penduduk usia kerja
b : Harkat tingkat pendidikan masyarakat
Identifikasi bentuklahan memalui Citra
c : Harkat mata pencaharian masyarakat
Landsat 8 komposit 567 yang dipadukan
d : Harkat tingkat kesejahteraan
dengan hasil hillshade Citra SRTM. Hasil
masyarakat
interpretasi Citra Landsat 8, Kabupaten
Indeks potensi lahan dan indeks
Boyolali memiliki tiga bentuklahan utama
potensi sosial merupakan input data utama
yaitu Bentuklahan asal proses volkanik,
untuk pembuatan peta potensi lahan dan
bentuklahan asal proses fluvial, dan
peta potensi sosial ekonomi. Peta potensi
bentuklahan asal proses struktural.
lahan dan peta potensi sosial yang
Bentuklahan asal proses volkanik berada di
dipadukan dengan penggunaan lahan aktual
sebelah barat Kabupaten Boyolali dengan
digunakan untuk penyusunan prioritas
adanya Gunungapi Merapi dan Gunungapi
pengembangan wilayah serta rekomendasi
Merbabu, bentuklahan asal proses fluvial
kebijakan pengembangan wilayah
dan struktural berada di sebalah utara.
berdasarkan analisis ambang batas
Tingkat akurasi interpretasi
perencanaan.
penggunaan lahan sebesar 88,06% dan
bentuklahan 91,05%. Hasil interpretasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
penggunaan lahan dan bentuklahan
a. Interpretasi Citra Landsat 8 memiliki tingkat akurasi yang baik dan
Interpretasi bentuklahan dan dapat digunakan untuk pembuatan peta
penggunaan lahan menggunakan Citra penggunaan lahan maupun peta
Landsat 8 hasil perekaman tanggal 30 bentuklahan.
Agustus 2014. Pembuatan peta
penggunaan lahan dengan melakukan
interpretasi visual Citra Landsat 8 komposit
warna 432 dan 653. Penggunaan dua
komposit warna bertujuan untuk
mempermudah identifikasi penggunaan
lahan khususnya obyek yang sama.
Komposit 432 menghasilkan warna asli
obyek di lapangan sebagai dasar
identifikasi penggunaan lahan. Penggunaan
lahan yang ada di Kabupaten Boyolali
terdiri dari hutan, semak belukar, kebun
campur, sawah irigasi, sawah tadah hujan,
tegalan, permukiman, dan waduk.