DASAR TEORI
2.1. Himpunan
5
Definisi 2.1.6 (Rosen, 2012, Hasil Kali Kartesius)
Misalkan 𝐴 dan 𝐵 merupakan himpunan tak kosong. Hasil kali
kartesius dari 𝐴 dan 𝐵 adalah
𝐴 × 𝐵 = {(𝑎, 𝑏)| 𝑎 ∈ 𝐴 ∧ 𝑏 ∈ 𝐵}.
Contoh 2.1.7 Misalkan 𝐴 = {2,4} dan 𝐵 = {1,3,5}. Hasil kali
kartesius dari 𝐴 × 𝐵 dan 𝐵 × 𝐴 berturut-turut adalah
𝐴 × 𝐵 = {(2,1), (2,3), (2,5), (4,1), (4,3), (4,5)}
dan
𝐵 × 𝐴 = {(1,2), (1,4), (3,2), (3,4), (5,2), (5,4)}.
Definisi 2.1.8 (Rosen, 2012, Gabungan)
Misalkan 𝐴 dan 𝐵 merupakan himpunan. Gabungan dari 𝐴 dan 𝐵
adalah
𝐴 ∪ 𝐵 = {𝑥 | 𝑥 ∈ 𝐴 ∨ 𝑥 ∈ 𝐵}.
Contoh 2.1.9 Berdasarkan Contoh 2.1.7, gabungan 𝐴 dan 𝐵 adalah
𝐴 ∪ 𝐵 = {1,2,3,4,5}.
Definisi 2.1.10 (Rosen, 2012, Irisan)
Misalkan 𝐴 dan 𝐵 merupakan himpunan. Irisan dari 𝐴 dan 𝐵 adalah
𝐴 ∩ 𝐵 = {𝑥 | 𝑥 ∈ 𝐴 ∧ 𝑥 ∈ 𝐵}.
Contoh 2.1.11 Misalkan 𝐴 = {1,3,5} dan 𝐵 = {1,2,3}. Irisan dari 𝐴
dan 𝐵 adalah
𝐴 ∩ 𝐵 = {1,3}.
Definisi 2.1.12 (Rosen, 2012, Kardinalitas)
Kardinalitas suatu himpunan 𝑆 adalah banyaknya elemen pada
himpunan tersebut dan dilambangkan dengan |𝑆|.
Contoh 2.1.13 Pada Contoh 2.1.11 kardinalitas dari 𝐴, 𝐵, dan 𝐴 ∩ 𝐵
adalah |𝐴| = 3, |𝐵| = 3, dan |𝐴 ∩ 𝐵| = 2.
2.2. Relasi
7
Definisi 2.2.9 (Rosen, 2012, Injektif)
Suatu fungsi 𝑓 dari 𝐴 ke 𝐵 dikatakan injektif jika 𝑓(𝑎) = 𝑓(𝑏) maka
𝑎 = 𝑏 untuk setiap 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐴.
Contoh 2.2.10 Misalkan 𝐴 = {𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑} dan 𝐵 = {1,2,3,4,5}. Fungsi
𝑓: 𝐴 → 𝐵 dengan 𝑓(𝑎) = 1, 𝑓(𝑏) = 2, 𝑓(𝑐) = 3, dan 𝑓(𝑑) = 4
merupakan injektif, karena untuk 𝑢 ≠ 𝑣 maka 𝑓(𝑢) ≠ 𝑓(𝑣) untuk
setiap 𝑢, 𝑣 elemen dalam 𝐴.
Contoh 2.2.11 Akan dibuktikan suatu fungsi 𝑓: ℝ → ℝ dengan
𝑓(𝑥) = 𝑥 merupakan fungsi injektif ∀𝑥 ∈ ℝ . Ambil sembarang
𝑎, 𝑏 ∈ ℝ dengan 𝑎 ≠ 𝑏, karena 𝑎 dan 𝑏 bilangan real positif
didapatkan
𝑓(𝑎) = 𝑎 = 𝑎 ∙ 𝑎 ≠ 𝑏 ∙ 𝑏 = 𝑏 = 𝑓(𝑏).
Berdasarkan hal tersebut, fungsi 𝑓 merupakan fungsi injektif.
Contoh 2.2.12 Jika domain fungsi 𝑓 pada Contoh 2.2.11 merupakan
ℝ, maka fungsi yang terbentuk menjadi 𝑔: ℝ → ℝ dengan 𝑔(𝑥) = 𝑥 ,
∀𝑥 ∈ ℝ dan 𝑔 bukan merupakan fungsi injektif. Akan dibuktikan 𝑔
bukan fungsi injektif, ambil sembarang 𝑎 ∈ ℝ (domain), karena
terdapat 𝑎 ≠ −𝑎 ∈ ℝ (domain) sedemikian sehingga
𝑔(𝑎) = 𝑎 = 𝑎 ∙ 𝑎 = −𝑎 ∙ −𝑎 = (−𝑎) = 𝑔(−𝑎),
maka fungsi 𝑔 bukan merupakan fungsi injektif.
Definisi 2.2.13 (Rosen, 2012, Surjektif)
Suatu fungsi 𝑓 dari 𝐴 ke 𝐵 dikatakan surjektif jika untuk setiap 𝑏 ∈ 𝐵
terdapat elemen 𝑎 ∈ 𝐴 sehingga 𝑓(𝑎) = 𝑏.
Contoh 2.2.14 Misalkan 𝐴 = {𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑} dan 𝐶 = {1,2,3}. Fungsi
𝑔: 𝐴 → 𝐶 dengan 𝑔(𝑎) = 3, 𝑔(𝑏) = 2, 𝑔(𝑐) = 1, dan 𝑔(𝑑) = 3
merupakan surjektif, karena untuk setiap elemen 𝑤 ∈ 𝐶 terdapat
elemen 𝑢 ∈ 𝐴 sehingga 𝑓(𝑢) = 𝑤.
Contoh 2.2.15 Misalkan terdapat relasi 𝑓 dari ℤ ke {−5,0,3} dengan
−5, 𝑥<0
𝑓(𝑥) = 0, 𝑥 = 0.
3, 𝑥>0
Relasi 𝑓 merupakan sebuah fungsi dikarenakan untuk setiap 𝑥 pada ℤ
berelasi tepat satu pada 𝑦 ∈ {−5,0,3}. Fungsi 𝑓 juga merupakan fungsi
8
surjektif dikarenakan setiap elemen pada {−5,0,3} memiliki relasi
pada ℤ.
Definisi 2.2.16 (Rosen, 2012, Bijektif)
Suatu fungsi 𝑓 disebut bijektif jika fungsi 𝑓 merupakan fungsi injektif
dan surjektif.
Contoh 2.2.17 Misalkan 𝐴 = {𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑} dan 𝐷 = {1,2,3,4}. Fungsi
ℎ: 𝐴 → 𝐷 dengan ℎ(𝑎) = 2, ℎ(𝑏) = 3, ℎ(𝑐) = 4, dan ℎ(𝑑) = 1
merupakan bijektif, karena untuk setiap 𝑢, 𝑣 ∈ 𝐴 tidak terdapat 𝑢 ≠ 𝑣
dengan ℎ(𝑢) = ℎ(𝑣) dan untuk setiap 𝑤 ∈ 𝐷 terdapat 𝑢 ∈ 𝐴 sehingga
𝑓(𝑢) = 𝑤.
Contoh 2.2.18 Misalkan kodomain fungsi 𝑓 pada Contoh 2.2.11
merupakan ℝ , maka fungsi yang terbentuk menjadi ℎ: ℝ → ℝ
dengan ℎ(𝑥) = 𝑥 , ∀𝑥 ∈ ℝ (domain) dan ℎ merupakan fungsi
bijektif. Akan dibuktikan ℎ merupakan fungsi bijektif. Langkah
pertama, akan dibuktikan ℎ injektif, ambil sembarang 𝑎, 𝑏 ∈
ℝ (domain) dengan 𝑎 ≠ 𝑏, karena 𝑎 dan 𝑏 bilangan real positif, maka
ℎ(𝑎) = 𝑎 = 𝑎 ∙ 𝑎 ≠ 𝑏 ∙ 𝑏 = 𝑏 = ℎ(𝑏)
sehingga terbukti ℎ injektif. Langkah kedua, akan dibuktikan ℎ
surjektif, ambil sembarang 𝑎 ∈ ℝ (domain) sedemikian sehingga
𝑓 (𝑎) = √𝑎 ∈ ℝ (kodomain) yang mengakibatkan setiap elemen
di ℝ (kodomain) memiliki pasangan di ℝ (domain). Berdasarkan
definisi bijektif, dapat disimpulkan fungsi 𝑓 merupakan fungsi bijektif
9
Dengan fungsi 𝜇 : 𝑋 → [0,1] merupakan fungsi keanggotaan 𝐴,
dimana 𝜇 (𝑥) merupakan derajat keanggotaan 𝑥 pada himpunan fuzzy
𝐴. Himpunan yang memuat semua himpunan fuzzy dalam 𝑋 disebut
himpunan kuasa fuzzy dengan notasi ℱ (𝑋).
Contoh 2.3.2 Pandang 𝑋 = {𝑥 , 𝑥 , 𝑥 , 𝑥 , 𝑥 , 𝑥 } merupakan
himpunan 6 orang. Misalkan seseorang dikatakan jago menembak jika
akurasi tembakannya tinggi. Himpunan fuzzy 𝐴 pada 𝑋 merupakan
himpunan orang yang jago menembak dengan derajat keanggotaannya
merupakan akurasi tembakan dari 6 orang tersebut adalah:
𝜇 (𝑥 ) = 0; 𝜇 (𝑥 ) = 0.5; 𝜇 (𝑥 ) = 0.7;
𝜇 (𝑥 ) = 1; 𝜇 (𝑥 ) = 0; 𝜇 (𝑥 ) = 0.9 .
Selanjutnya himpuan fuzzy 𝐴 dapat ditulis,
𝐴 = {(𝑥 , 0), (𝑥 , 0.5), (𝑥 , 0.3), (𝑥 , 1), (𝑥 , 0), (𝑥 , 0.9)}.
Contoh 2.3.3 Misalkan 𝑌 = {𝑎, 𝑏, 𝑐}. Himpunan kuasa fuzzy ℱ(𝑌)
memuat himpunan fuzzy
𝐴 = 𝑎, 𝜇 (𝑎) , 𝑏, 𝜇 (𝑏) , 𝑐, 𝜇 (𝑐)
𝐴 = 𝑎, 𝜇 (𝑎) , 𝑏, 𝜇 (𝑏) , 𝑐, 𝜇 (𝑐) ,
⋮
𝐴 = 𝑎, 𝜇 (𝑎) , 𝑏, 𝜇 (𝑏) , 𝑐, 𝜇 (𝑐) .
Suatu himpunan fuzzy 𝐵 = {(𝑎, 0.5), (𝑏, 0), (𝑐, 1)} merupakan
himpunan fuzzy yang termuat dalam ℱ(𝑌) atau dapat dinotasikan
dengan 𝐵 ∈ ℱ(𝑌).
Definisi 2.3.4 (Zadeh, 1965, Subhimpunan Fuzzy)
Misalkan 𝐴, 𝐵 ∈ ℱ (𝑋). Himpunan fuzzy 𝐴 termuat (subhimpunan)
dalam 𝐵 jika
𝜇 (𝑥) ≤ 𝜇 (𝑥), ∀𝑥 ∈ 𝑋
dengan notasinya 𝐴 ⊆ 𝐵.
Contoh 2.3.5 Misalkan 𝐴 dan 𝐵 merupakan himpunan fuzzy pada
𝑋 = {𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑} dengan
𝐴 = {(𝑎, 0.2), (𝑏, 0.01), (𝑐, 0.8), (𝑑, 0.5)}
dan
𝐵 = {(𝑎, 0.5), (𝑏, 0.2), (𝑐, 1), (𝑑, 0.5)}.
Karena 𝜇 (𝑥) ≤ 𝜇 (𝑥) untuk setiap 𝑥 ∈ 𝑋, maka 𝐴 ⊆ 𝐵.
10
Definisi 2.3.6 (Zadeh, 1965, Irisan Himpunan Fuzzy)
Misalkan 𝐴, 𝐵 ∈ ℱ (𝑋). Irisan dari 𝐴 dan 𝐵 adalah himpunan fuzzy 𝐶
dimana
𝜇 (𝑥) = min{𝜇 (𝑥), 𝜇 (𝑥)} = 𝜇 (𝑥) ∧ 𝜇 (𝑥), ∀𝑥 ∈ 𝑋
dengan notasinya 𝐶 = 𝐴 ∩ 𝐵.
Contoh 2.3.7 Berdasarkan Contoh 2.3.5, didapatkan
𝐶 = 𝐴 ∩ 𝐵 = {(𝑎, 0.2), (𝑏, 0.01), (𝑐, 0.8), (𝑑, 0.5)}.
Contoh 2.3.8 Misalkan 𝐴 = {(𝑎, 0.5), (𝑏, 0.8), (𝑐, 0.45), (𝑑, 0.15)}
dan 𝐵 = {(𝑎, 0.2), (𝑏, 0.6), (𝑐, 0.5), (𝑑, 0.9)} himpunan fuzzy pada
𝑋 = {𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑}. Irisan dari 𝐴 dan 𝐵 adalah
𝐴 ∩ 𝐵 = {(𝑎, 0.2), (𝑏, 0.6), (𝑐, 0.45), (𝑑, 0.15).
Definisi 2.3.9 (Zadeh, 1965, Gabungan Himpunan Fuzzy)
Misalkan 𝐴, 𝐵 ∈ ℱ (𝑋). Gabungan dari 𝐴 dan 𝐵 adalah himpunan
fuzzy 𝐷 dimana
𝜇 (𝑥) = max{𝜇 (𝑥), 𝜇 (𝑥)} = 𝜇 (𝑥) ∨ 𝜇 (𝑥), ∀𝑥 ∈ 𝑋
dengan notasinya 𝐷 = 𝐴 ∪ 𝐵.
Contoh 2.3.10 Berdasarkan Contoh 2.3.8, didapatkan
𝐴 ∪ 𝐵 = {(𝑎, 0.5), (𝑏, 0.8), (𝑐, 0.5), (𝑑, 0.9)}.
Definisi 2.3.11 (Zadeh, 1965, Komplemen Himpunan Fuzzy)
Misalkan 𝐴 ∈ ℱ (𝑋) merupakan himpunan fuzzy pada 𝑋. Komplemen
dari 𝐴 adalah himpunan fuzzy 𝐵 dimana
𝜇 (𝑥) = 1 − 𝜇 (𝑥), ∀𝑥 ∈ 𝑋
dengan notasinya 𝐵 = 𝐴 .
Contoh 2.3.12 Berdasarkan Contoh 2.3.8, komplemen dari 𝐴 adalah
𝐴 = {(𝑎, 0.5), (𝑏, 0.2), (𝑐, 0.55), (𝑑, 0.85)}.
Definisi 2.3.13 (Zimmermann, 1996, Level Set)
Misalkan 𝜇 : 𝑋 → [0,1] merupakan fungsi keanggotaan himpunan
fuzzy 𝐴 pada 𝑋. Level set dari 𝐴 didefinisikan sebagai himpunan tegas
𝐴 = {𝑥 ∈ 𝑋|𝜇 (𝑥) ≥ 𝛼},
untuk 0 < 𝛼 ≤ 1.
Himpunan
𝐴 = {𝑥 ∈ 𝑋|𝜇 (𝑥) = 1}
disebut sebagai core dari himpunan fuzzy 𝐴.
11
Contoh 2.3.14 Pada Contoh 2.3.2 level set pada 𝐴 untuk 𝛼 yang
berbeda-beda adalah
𝐴 . = {2,3,4,6}, 𝐴 . = {2,4,6}, 𝐴 . = {4,6}.
Untuk core himpunan fuzzy 𝐴 adalah
𝐴 = {4}.
Definisi 2.3.15 (Hussain, 2010, Relasi Fuzzy Himpunan Tegas)
Misalkan 𝑋 dan 𝑌 merupakan himpunan tak kosong. Himpunan
𝑅 = (𝑥, 𝑦), 𝜇 (𝑥, 𝑦) (𝑥, 𝑦) ∈ 𝑋 × 𝑌}
disebut relasi fuzzy dalam 𝑋 × 𝑌.
Relasi fuzzy juga seringkali disajikan dalam bentuk matriks.
Sebuah matriks 𝑚 × 𝑛 dimana 𝑚 = |𝑋| dan 𝑛 = |𝑌| mewakili relasi
fuzzy 𝑅 dengan
𝑦 … 𝑦
𝑥 𝜇 (𝑥 , 𝑦 ) ⋯ 𝜇 (𝑥 , 𝑦 )
𝑅= ⋮ ⋮ ⋱ ⋮ .
𝑥 𝜇 (𝑥 , 𝑦 ) ⋯ 𝜇 (𝑥 , 𝑦 )
Contoh 2.3.16 Misalkan 𝑋 = {1,2,3} dan 𝑌 = {1,2}. Jika fungsi
keanggotaan setiap pasangan terurutnya 𝜇 (𝑥, 𝑦) = 𝑒 ( ) untuk
setiap 𝑥 ∈ 𝑋 dan 𝑦 ∈ 𝑌, maka relasi fuzzy untuk 𝑋 dapat dituliskan
menjadi
𝑅 = (1,1), 1 , (1,2), 0.37 , (2,1), 0.37 , (2,2), 1 ,
(3,1), 0.02 , (3,2), 0.37
Apabila dituliskan menggunakan matriks, relasinya didapatkan
1 0.37
𝑅 = 0.37 1 .
0.02 0.37
Definisi 2.3.17 (Zimmerman, 1996, Relasi Fuzzy Himpunan Fuzzy)
Misalkan 𝑋 dan 𝑌 merupakan himpunan tak kosong dan
𝐴 = 𝑥, 𝜇 (𝑥) 𝑥 ∈ 𝑋},
𝐵 = 𝑦, 𝜇 (𝑦) 𝑦 ∈ 𝑌}
dua himpunan fuzzy berturut-turut pada 𝑋 dan 𝑌.
Himpunan 𝑅 = (𝑥, 𝑦), 𝜇 (𝑥, 𝑦) | (𝑥, 𝑦) ∈ 𝑋 × 𝑌 merupakan
relasi fuzzy pada 𝐴 dan 𝐵 jika
𝜇 (𝑥, 𝑦) ≤ 𝜇 (𝑥), ∀(𝑥, 𝑦) ∈ 𝑋 × 𝑌
dan
12
𝜇 (𝑥, 𝑦) ≤ 𝜇 (𝑦), ∀(𝑥, 𝑦) ∈ 𝑋 × 𝑌.
Secara khusus jika 𝑅 = (𝑥, 𝑦), 𝜇 (𝑥, 𝑦) | (𝑥, 𝑦) ∈ 𝑋 × 𝑋
merupakan relasi fuzzy pada 𝐴 maka
𝜇 (𝑥, 𝑦) ≤ ( 𝜇 (𝑥) ∧ 𝜇 (𝑦) ), ∀ (𝑥, 𝑦) ∈ 𝑋 × 𝑋
atau
𝜇 (𝑥, 𝑦) ≤ min{𝜇 (𝑥), 𝜇 (𝑦)} , ∀ (𝑥, 𝑦) ∈ 𝑋 × 𝑋.
Suatu relasi fuzzy 𝜇 dikatakan simetrik jika 𝜇 (𝑥, 𝑦) = 𝜇 (𝑦, 𝑥).
Contoh 2.3.18 Misalkan terdapat himpunan fuzzy
𝐴 = {(1,0.5), (2,0.3), (3,1)} dalam 𝑋 = {1,2,3}
dan
𝐵 = {(𝑎, 0.2), (𝑏, 0.8), (𝑐, 0.75)} dalam 𝑌 = {𝑎, 𝑏, 𝑐} .
Diketahui
𝑅 = (1, 𝑎), 0.1 , (1, 𝑏), 0.3 , (1, 𝑐), 0.5 ,
(2, 𝑎), 0.2 , (2, 𝑏), 0.15 , (2, 𝑐), 0.1 ,
(3, 𝑎), 0.01 , (3, 𝑏), 0.6 , (3, 𝑐), 0.4
Himpunan 𝑅 disebut relasi fuzzy pada 𝐴 dan 𝐵 dikarenakan untuk
setiap (𝑥, 𝑦) ∈ 𝑋 × 𝑌 berlaku 𝜇 (𝑥, 𝑦) ≤ (𝜇 (𝑥) ∧ 𝜇 (𝑦)).
Himpunan fuzzy 𝑅 dapat dituliskan dalam bentuk matriks
𝑎 𝑏 𝑐
1 0.1 0.3 0.5
𝑅 = 2 0.2 0.15 0.1 .
3 0.01 0.6 0.4
Contoh 2.3.19 Misalkan 𝑋 dan 𝐴 merupakan himpunan pada Contoh
2.3.18 dan terdapat
𝑅 = (𝑥 , 𝑥 ), 𝜇 (𝑥 , 𝑥 ) | (𝑥 , 𝑥 ) ∈ 𝑋 × 𝑋
= (1,1), 0.4 , (1,2), 0.1 , (1,3), 0.5 ,
(2,1), 0.1 , (2,2), 0.2 , (2,3), 0.3 ,
(3,1), 0.5 , (3,2), 0.3 , (3,3), 0.9 .
Himpunan fuzzy 𝑅 disebut relasi fuzzy pada 𝐴 dikarenakan untuk
setiap (𝑥 , 𝑥 ) ∈ 𝑋 × 𝑋 berlaku 𝜇 (𝑥 , 𝑥 ) ≤ ( 𝜇 (𝑥 ) ∧ 𝜇 (𝑥 ) ).
13
2.4. Graf
Graf dalam matematika adalah struktur matematika yang terdiri
dari titik yang dihubungkan oleh sisi. Untuk lebih jelasnya, berikut
didefinisikan graf dalam matematika.
Definisi 2.4.1 (Rosen, 2012, Graf)
Sebuah graf 𝐺(𝑉, 𝐸) merupakan pasangan himpunan tak kosong 𝑉(𝐺)
dan himpunan 𝐸(𝐺), dimana elemen 𝑉(𝐺) disebut titik dan elemen
𝐸(𝐺) merupakan pasangan dua titik yang disebut sisi. Suatu sisi pada
𝐺 yang menghubungkan titik 𝑢 dan 𝑣 dilambangkan dengan 𝑢𝑣 baik
𝑢 = 𝑣 maupun 𝑢 ≠ 𝑣.
𝑢 𝑣
14
Sisi 𝑢𝑣 pada Contoh 2.4.4 dikatakan bersisian terhadap titik 𝑢
dan 𝑣. Dua titik 𝑢 dan 𝑣 yang dihubungkan oleh sisi 𝑢𝑣 adalah dua
titik yang bertetangga, sedangkan dua sisi 𝑢𝑣 dan 𝑣𝑤 yang berisisian
oleh titik 𝑣 adalah dua sisi yang bertetangga. Derajat dari titik 𝑢, 𝑣,
dan 𝑤 seluruhnya adalah 2.
Definisi 2.4.5 (Rosen, 2012, Graf Lengkap)
Graf lengkap adalah graf yang setiap dua titik yang berbeda saling
bertetangga. Graf lengkap yang memiliki 𝑛 titik dinotasikan dengan
𝐾 .
Contoh 2.4.6 Graf 𝐾 dengan 𝑛 = 2,3,4 diilustrasikan pada Gambar
2.3. 𝑡 𝑤
𝑤
𝑢 𝑣 𝑢 𝑣 𝑢 𝑣
(a) (b) (c)
15
seperti pada Gambar 2.4(a). Subgraf 𝐺 merupakan subgraf dari 𝐺
yang diinduksi oleh 𝑉(𝐺 ) dimana himpunan titik 𝑉(𝐺 ) = {𝑡, 𝑢, 𝑣, 𝑤}
dan himpunan sisinya
𝐸(𝐺 ) = {𝑡𝑢, 𝑡𝑤, 𝑢𝑣, 𝑣𝑤}
seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2.4(b). Subgraf 𝐺′′ dengan
𝑉(𝐺 ) = 𝑉(𝐺) dan himpunan sisinya
𝐸(𝐺 ) = {𝑠𝑤, 𝑡𝑤, 𝑡𝑢, 𝑢𝑣, 𝑣𝑤}
bukan merupakan subgraf dari 𝐺 yang diinduksi oleh 𝑉(𝐺 ). Hal ini
dikarenakan sisi 𝐸(𝐺 ) tidak memuat sisi 𝑠𝑡 ∈ 𝐸(𝐺) dimana titik
𝑠, 𝑡 ∈ 𝑉(𝐺 ). Subgraf 𝐺′′ diilustrasikan seperti pada Gambar 2.4(c).
𝑡 𝑤 𝑡 𝑤 𝑡 𝑤
𝑠 𝑠
𝑢 𝑣 𝑢 𝑣 𝑢 𝑣
(a) (b) (c)
Gambar 2.4 (a) Graf 𝐺 (b) subgraf 𝐺′ (c) subgraf 𝐺
Definisi 2.4.11 (Bondy dan Murty, 1976, Clique)
Misalkan 𝐺′ subgraf dari 𝐺. Suatu clique dari graf 𝐺 merupakan
subhimpunan 𝑉(𝐺 ) dari 𝑉(𝐺) sedemikian sehingga subgraf dari 𝐺
yang diinduksi oleh 𝑉(𝐺 ) merupakan graf lengkap.
Contoh 2.4.12 Misalkan 𝐺 merupakan subgraf dari 𝐺 yang diinduksi
oleh 𝑉(𝐺 ) dengan 𝐺 seperti pada Contoh 2.4.10. Himpunan titik
𝑉(𝐺 ) = {𝑠, 𝑡, 𝑢} merupakan clique dari 𝐺 karena 𝐺 merupakan graf
lengkap dengan himpunan sisinya
𝐸(𝐺 ) = {𝑠𝑡, 𝑠𝑢, 𝑡𝑢}.
Berikut ini disajikan graf 𝐺 pada Gambar 2.5
𝑡
𝑠
𝑢
Gambar 2.5 Graf 𝐺 diinduksi oleh clique 𝑉(𝐺 )
dalam graf 𝐺
16
Definisi 2.4.13 (Gong dan Zhang, 2022, Pewarnaan Graf)
Suatu 𝑘-pewarnaan pada graf 𝐺 merupakan fungsi 𝑓 dari 𝑉(𝐺) ke
himpunan {1,2, … , 𝑘} sedemikian sehingga 𝑓(𝑢) ≠ 𝑓(𝑣) untuk setiap
𝑢𝑣 adalah sisi dalam 𝐸(𝐺). Bilangan kromatik pada suatu graf tegas
𝐺 adalah 𝑘 terkecil untuk 𝑘-pewarnaan pada 𝐺. Dituliskan sebagai
𝜒(𝐺).
Contoh 2.4.14 Berikut ini contoh dari penerapan 𝑘-pewarnaan pada
graf 𝐺 dengan himpunan titik 𝑉(𝐺) = {𝑣 , 𝑣 , 𝑣 , 𝑣 } dan himpunan
sisi 𝐸(𝐺) = {𝑣 𝑣 , 𝑣 𝑣 , 𝑣 𝑣 , 𝑣 𝑣 , 𝑣 𝑣 } yang diilustrasikan pada
Gambar 2.6 (a).
𝑣 𝑣 1 2
𝑣 𝑣 2 3
𝐺 𝐺′
(a) ’
(b)
Gambar 2.6 Graf 𝐺 (a) dan 3-pewarnaan pada graf 𝐺 (b)
Dapat dilihat pada Gambar 2.6 (a) derajat pada titik di 𝑉(𝐺) yang
terbesar adalah derajat pada titik 𝑣 dengan derajatnya adalah 3,
sehingga minimum 𝑘-pewarnaan pada graf 𝐺 adalah 3. Contoh
pewarnaan tersebut adalah
𝑓(𝑣 ) = 1; 𝑓(𝑣 ) = 2; 𝑓(𝑣 ) = 3; 𝑓(𝑣 ) = 2
seperti dapat dilihat pada Gambar 2.6 yang merupakan 3-pewarnaan
dikarenakan untuk setiap (𝑢, 𝑣) ∈ 𝐸 berlaku 𝑓(𝑢) ≠ 𝑓(𝑣). Sehingga
bilangan kromatik pada graf 𝐺 adalah 𝜒(𝐺) = 3.
Definisi 2.4.15 (Harary, 1969, Jalan)
Suatu jalan dalam graf 𝐺 adalah barisan titik berhingga tak nol
𝑊 = 𝑣 ,𝑣 ,𝑣 ,…,𝑣
dimana setiap dua titik yang berurutan merupakan dua titik yang
bertetangga. Suatu barisan
𝑊 = 𝑣 ,𝑣 ,𝑣 ,…,𝑣
dapat dikatakan jalan dari 𝑣 ke 𝑣 .
17
Suatu jalan dengan titik awal dan titik akhir yang sama (𝑣 = 𝑣 )
disebut sebagai jalan yang tertutup dan terbuka jika sebaliknya.
Definisi 2.4.16 (Bondy dan Murty, 1976, Jejak dan Lintasan)
Suatu jalan dengan setiap dua titik yang berurutan dihubungkan oleh
sisi yang berbeda disebut sebagai jejak. Suatu jalan dengan setiap
titiknya berbeda disebut sebagai lintasan.
Definisi 2.4.17 (Bondy dan Murty, 1976, Siklus)
Suatu jejak yang setiap titik di dalamnya berbeda, kecuali titik awal
dan akhirnya (𝑣 = 𝑣 ) disebut sebagai siklus.
Contoh 2.4.18 Misalkan terdapat graf 𝑄 seperti diilustrasikan pada
Gambar 2.7 𝑎
𝑏 𝑑
𝑐 𝑒
Gambar 2.7 Ilustrasi Graf 𝑄
18